Prinsip Kepemimpinan Rohani bagi Orang Kristen
Kepemimpinan memang kita butuhkan, tetapi tak seorang pun merasa sanggup untuk memberikannya. Tanyakan kualitas apa saja yang sebagian besar orang lihat atau harapkan dalam diri seorang pemimpin.
Pengetahuan dan kebijaksanaan.
Integritas dan kejujuran.
Visi dan gagasan yang menginspirasi orang lain.
Kepribadian yang menawan, seseorang yang dikagumi dan menarik sebagian besar orang kepadanya.
Kekuatan untuk membuat keputusan sulit, serta kemampuan untuk menangani situasi genting.
Sekarang, tanyakan apakah mereka memiliki kualitas tersebut, maka mereka akan menjawab "tidak" untuk beberapa atau bahkan seluruhnya. Lalu, hal itu diikuti pikiran bahwa mereka bukanlah pemimpin. "Saya tidak cocok untuk itu." "Saya tidak bakat memimpin, saya akan membantu, tetapi jangan jadikan saya pemimpin."
John Maxwell berkata, "Kejayaan dan keruntuhan bergantung kepada kepemimpinan." Budaya kita, khususnya gereja dan rumah tangga, mengalami kekurangan jenis kepemimpinan yang paling kita butuhkan, yaitu kepemimpinan rohani. Bukan hanya jenis kepemimpinan hierarkis dalam benak umum, melainkan juga peran penting setiap orang Kristen untuk menjadi pemimpin rohani bagi orang-orang di sekitar mereka. Pertanyaannya, kepemimpinan macam apa yang kita berikan. Perhatikan, saya berkata, "berikan," bukan "dapatkan." Memang mudah untuk menyalahkan para pemimpin, baik itu bos, pendeta, orang tua, atau presiden. Namun, tidak semua orang mau menerima peran pemimpin.
Jawaban "Saya bukan pemimpin," bukanlah alasan untuk tidak menunjukkan kepemimpinan rohani! Menjadi pemimpin rohani yang memimpin orang lain bertumbuh mendekat kepada Yesus Kristus dan berakar dalam Roh terkadang tidak ada kaitannya dengan posisi kepemimpinan. Kepemimpinan rohani bukanlah soal posisi atau gelar, tetapi lebih merupakan penyataan Roh Kudus dalam kehidupan Anda sehingga Anda dapat menolong orang lain, yakni memimpin mereka untuk mendekat kepada Yesus Kristus serta berdampak positif terhadap orang lain yang juga sedang bertumbuh dalam Dia.
Tampaknya, masyarakat kita saat ini ahli dalam membuat alasan. Setiap kali ada kesalahan, kita berusaha menyalahkan. Sayangnya, kebiasaan itu juga telah merembes ke dalam gereja. Kita melihat keadaan gereja kita saat ini, setiap orang membicarakan betapa buruknya masyarakat kita, betapa jahatnya dunia ini, atau betapa anti-Kristennya media. Namun, kita harus memperhatikan perkataan Rasul Petrus.
"Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu. Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?". (1 Petrus 4:15-17)
Perhatikan Petrus mengatakan bahwa penghakiman, ukuran adil Allah tentang benar dan salah, dimulai dari kita, umat-Nya, bukan dari orang-orang dunia ini, bukan dari media, bukan dari orang-orang ateis, bukan pula dari agama-agama lain. Alasan hanya akan menyalahkan pihak lain, tetapi mata Tuhan memandang setiap kita, pengikut Yesus Kristus, bukan untuk melihat alasan terakhir kita, tetapi bagaimana setiap kita memimpin secara rohani, mewartakan Injil Kristus.
Saya menyukai kutipan Benjamin Franklin, "Saya belum pernah bertemu seseorang yang mahir dalam membuat alasan sekaligus mahir dalam hal-hal lainnya."
Saya khawatir gereja mulai terjerumus dalam kategori tidak "mahir dalam hal-hal lainnya". Mengapa? Pertama, itu bukanlah kesalahan Allah! Kita memiliki Allah yang ingin dan sanggup membuat gereja menjadi kuat, sehat, dan efektif dalam memberi dampak bagi masyarakat. Kita memiliki seorang Juru Selamat yang sanggup menghapus dosa pendosa terburuk sekalipun. Kita memiliki Roh yang sanggup mendobrak setiap kubu, mengalahkan kejahatan, dan menembus setiap hati. Kita memiliki banyak saudara seiman, gedung gereja, kebaktian, dan banyak lagi lainya. Jadi, mengapa kita tidak bergerak maju dalam Kerajaan Allah di rumah tangga, pernikahan, dan gereja kita? Kita kekurangan umat Tuhan yang memimpin orang lain kepada Kristus atau menuju hubungan lebih dalam dengan-Nya.
Setiap orang Kristen dapat menjadi pemimpin Kerajaan Allah yang telah dirancang bagi mereka, tetapi pertama kita harus mengambil peran untuk menjadi.
Pemimpin Kristen bagi pasangan kita seperti yang Tuhan inginkan.
Pemimpin Kristen sebagai orang tua yang dibutuhkan oleh anak-anak kita.
Pemimpin Kristen bagi rekan sekerja kita, seperti yang harus dimiliki oleh perusahan Anda.
Pemimpin Kristen bagi sesama anggota jemaat yang menolong untuk memberi dampak positif.
Jadi, bagaimana seseorang dapat menunjukkan kepemimpinan Kristen? Haruskah Anda memiliki posisi tinggi yang dikenali semua orang? Haruskah Anda menjadi seorang ekstrover yang berbicara terus-menerus? Sekali lagi, jawabnya "tidak". Menjadi pemimpin rohani tidak berkaitan dengan posisi, tak ada seorang pun yang memilih Anda untuk menjadi pemimpin rohani, Anda adalah seorang pemimpin rohani secara alami sebagai seorang Kristen -- yaitu seorang pengikut Kristus yang dipenuhi Roh Kudus. Menjadi pemimpin Kristen bukanlah bagian dari jenis kepribadian Anda -- seorang pemimpin rohani bisa saja introver, ekstrover, atau jenis kepribadian lainnya.
1. Ingatlah bahwa ini adalah kepemimpinan rohani, bukan kepemimpinan berdasarkan kepribadian, pengetahuan, kekuasaan, atau pendidikan.
Roh Kudus yang berdiam dalam setiap diri orang percaya adalah pribadi yang memampukan Anda menjadi pemimpin rohani. Sering kali, kita mengatakan bahwa Tuhan bekerja dalam diri kita -- memulihkan, menolong, memberkati, dan memimpin kita, tetapi saya sungguh yakin bahwa Tuhan ingin lebih daripada sekadar berkarya dalam diri kita dan memenuhi hidup kita dengan berkat tiada henti. Tuhan ingin berkarya melalui kita, untuk menjadi pribadi yang dapat dipakai-Nya demi mendatangkan dampak positif kepada dunia dan memimpin orang lain untuk mendekat kepada-Nya. Jangan terlalu terpaku dengan apa yang tidak Anda miliki atau yang Anda rasa kurang, pusatkan perhatian Anda kepada apa yang Allah sanggup lakukan dan kepada fakta bahwa Ia dapat melakukan semua hal itu melalui Anda.
Prinsip kepemimpinan bagi setiap orang Kristen:
Tuhan sedang bekerja melalui kehidupan saya untuk menyentuh kehidupan orang lain dan memimpin mereka untuk dekat kepada Tuhan.
2. Kepemimpinan rohani berhubungan dengan karakter seseorang, bukan dengan kekuatannya.
Dunia kita berjalan di bawah kekuatan yang memegang kendali -- pemerintahan, militer, institusi-institusi ekonomi, atau dalam skala yang lebih kecil; bos perusahaan Anda. Bagi dunia, kekuatan adalah kepemimpinan dan kepemimpinan adalah kekuatan. Jika kita memasukkan prinsip ini ke dalam ranah rohani, maka kita harus menjadi sosok pribadi yang kuat untuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin kita, Tuhan Yesus, mengatakan bahwa Ia adalah seorang yang lemah lembut, Ia adalah seorang hamba, Ia datang untuk melayani orang banyak, Ia datang untuk memberikan nyawa-Nya. Ia memang kuat, tetapi tidak dalam pengertian dunia. Kita juga dapat menjadi kuat. Kuat dalam Roh untuk berkata "tidak" terhadap pencobaan. Kuat untuk memberikan waktu kita untuk melayani orang lain daripada menggunakannya untuk kepentingan kita sendiri. Kuat untuk memberi kepada orang-orang yang kurang beruntung daripada membelanjakan uang itu untuk sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Kita mungkin saja tidak melihat semua hal di atas sebagai sebuah bentuk kekuatan, bahkan sebagian orang dunia mengatakan hal itu justru merupakan tanda kelemahan. Namun, berkata, "Ya," kepada Roh Kudus menunjukkan kekuatan sebuah karakter. Ketika Anda melakukannya, Anda memimpin orang-orang di sekitar Anda untuk melihat petunjuk lain untuk hidup, sebuah cara lain untuk hidup di samping tekanan dunia yang mendesak mereka setiap hari.
Prinsip kepemimpinan untuk setiap orang Kristen:
Saya dapat menjadi orang yang kuat, bukan karena kepribadian ataupun posisi saya, melainkan dengan memilih pilihan untuk mengikut Kristus setiap hari demi memimpin orang-orang mendekat kepada-Nya.
3. Kepemimpinan rohani adalah kehidupan di bawah otoritas yang benar.
Istilah "puncak adalah tempat yang sunyi" merujuk kepada sebuah posisi tunggal yang tinggi dari seorang pemimpin yang ditetapkan oleh dunia, dan itu bukanlah yang diinginkan oleh sebagian besar dari kita. Oleh karena para pemimpin dunia adalah pengambil keputusan serta pihak yang berwenang, maka mereka terpisah dan harus dapat memenuhi keperluan mereka sendiri untuk bertahan hidup. Kebanyakan dari kita tidak memenuhi syarat atau tidak ingin memenuhi syarat itu. Namun demikian, kepemimpinan rohani tidaklah sama. Dalam kepemimpinan rohani, kita bekerja di bawah otoritas Allah yang mendorong dan memperlengkapi seseorang dengan Roh Kudus. Tidak ada kesendirian dalam kepemimpinan rohani. Perhatikan perkataan seorang perwira tentang kepemimpinan rohani Tuhan Yesus.
"Yesus berkata kepadanya: 'Aku akan datang menyembuhkannya.' Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: 'Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.' Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel ...'" (Matius 8:7-10)
"Di bawah otoritas", perwira itu mengerti bahwa Yesus tidak sendiri dan bahwa Ia memiliki persekutuan dalam melaksanakan tugas yang diemban-Nya; dan pribadi yang Yesus layani memiliki kuasa untuk dapat memerintah apa pun yang Ia inginkan. Kita juga harus menyadari bahwa apa pun yang kita lakukan dalam Kerajaan Allah, dalam keluarga, tempat kerja, maupun gereja kita, bukanlah aktivitas "seorang diri", tetapi yang dilakukan dengan dan melalui Roh Kudus.
Prinsip kepemimpinan untuk setiap orang Kristen:
Saya tidak sendirian ketika saya memimpin orang-orang mendekat kepada Kristus, tetapi ke mana pun saya pergi dan apa pun yang saya lakukan, semuanya di bawah kehadiran dan otoritas Roh Kudus. Dengan demikian, saya tidak akan takut kapan pun Allah mengizinkan saya untuk memperlihatkan kemurahan, pengampunan, dan kuasa-Nya, tetapi saya akan menganggap semua itu sebagai suatu kesempatan untuk memimpin orang-orang mendekat kepada Yesus Kristus.
4. Percayalah kepada Allah, fokuslah kepada sesama.
Kepemimpinan rohani adalah perwujudan kepercayaan kepada Allah bahwa Ia memelihara kita sehingga kita dapat menyerahkan diri kita untuk melayani dan memimpin orang lain. Dunia mengajari kita untuk hanya memperhatikan diri kita sendiri. Sikap itu menunjukkan ketidakamanan yang besar yang menguasai dunia -- "jika saya tidak memperhatikan diri sendiri, tidak akan ada orang lain yang melakukannya," "jangan memercayai orang selain dirimu sendiri," "tidak ada seorang pun yang peduli, memahami, dan mengerti saya," "saya harus meraih prestasi untuk mendapatkan apa yang saya inginkan." Anda tidak dapat memimpin orang lain jika Anda dikuasai oleh sikap mengasihani diri, memberkati diri sendiri, dan berusaha untuk memenuhi keinginan pribadi. Pada dasarnya, kepemimpinan adalah sesuatu yang dilakukan atas nama dan demi keuntungan orang lain. Sebagai seorang pemimpin rohani di rumah, di tempat kerja, atau di gereja, kita harus memercayai Allah untuk memelihara kita dalam setiap relasi, keuangan, dan kesehatan kita sehingga kita dapat merasa bebas dan tidak terhalangi dalam memberi diri kita untuk orang lain. Perhatikan cara Rasul Paulus menjelaskan prinsip ini dalam 2 Korintus 9.
"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: 'Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.' Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami."
Prinsip kepemimpinan untuk setiap orang Kristen:
Saya percaya bahwa Allah akan mencukupkan dan memelihara saya sehingga saya dapat merasa bebas memberi diri saya untuk memimpin dan melayani orang lain sehingga mereka mendekat kepada Allah. Semakin saya percaya bahwa Allah memelihara saya, semakin saya enggan berusaha mengambil dari orang lain, sebaliknya semakin banyak saya memberi.
Allah telah melayakkan Anda untuk menjadi seorang pemimpin rohani dan menempatkan Anda secara spesifik di posisi Anda saat ini -- di rumah, di tempat kerja, di gereja Anda -- untuk menjadi seseorang yang menolong orang lain untuk mendekat kepada Tuhan, untuk menjadi pemimpin. Anda tidak membutuhkan kedudukan tinggi, hanya Anda harus bersedia mengizinkan Allah untuk bekerja bersama dan melalui Anda.
Saya pernah mendengar sebuah kisah tentang seorang wanita yang merasa tertekan di tempat kerjanya. Ia merasa galau karena ia adalah satu-satunya orang Kristen di tempat itu, dan rekan-rekan sekerjanya adalah orang-orang kasar yang sangat "duniawi". Wanita ini akhirnya memutuskan bahwa ia harus berbicara dengan pendetanya mengenai masalah ini, bahkan ia merasa yakin bahwa ia akan mendapat nasihat untuk keluar dari tempat yang jahat itu dan pergi ke tempat lain yang lebih tepat untuk imannya. Setelah wanita itu selesai bercerita mengenai semua kesulitannya, pendetanya memberi tanggapan.
"Saya merasa sangat gembira untuk Anda!"
"Akan tetapi, saya berada di tempat yang payah, di sana orang-orang membicarakan hal-hal yang tidak saya sukai."
"Akan tetapi, Anda berada di tempat yang tepat."
"Tidak mungkin. Sayalah satu-satunya orang Kristen di tempat itu. Saya tidak memiliki dukungan."
"Anda adalah pemimpin rohani di tempat kerja Anda. Siapa lagi di tempat itu yang akan menunjukkan kepada mereka kasih Kristus? Siapa lagi yang akan pergi ke sana dan mendoakan mereka? Siapa pula yang tahu bagaimana mencapai surga, hidup dengan Allah, dan menjalani kehidupan yang bermakna di dalam Yesus Kristus? Andalah pemimpin rohani mereka."
Kebenaran itu berlaku bagi kita semua, kita adalah pemimpin rohani bagi orang lain. Jangan biarkan rumah, tempat kerja, atau gereja Anda menderita oleh karena kurangnya kepemimpinan rohani. Hal itu kembali kepada masing-masing kita untuk memakai jubah kepemimpinan, di mana pun kita, dan posisi apa pun yang sedang kita tempati. Jangan menunggu orang-orang yang memiliki gelar dan status, jadilah seorang pemimpin rohani bagi orang-orang yang sudah ditempatkan Tuhan di sekeliling Anda. (t/Yudo)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | PlusLife-Living & Loving the Faith |
URL | : | http://pluslife.wordpress.com/2010/12/08/spiritual-leadership-principles... |
Judul asli artikel | : | Spiritual Leadership Principles for Every Christian |
Penulis artikel | : | Tidak dicantumkan |