Strategi dan Pemimpin Strategis yang Alkitabiah
STRATEGI DAN PEMIMPIN STRATEGIS YANG ALKITABIAH
Dirangkum oleh: Dian Pradana
Strategi adalah sebuah elemen yang dikembangkan dengan baik dalam dunia bisnis dan militer. Strategi militer menunjuk pada keputusan tingkat tinggi berkenaan dengan tujuan dan pendekatan yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi bisnis berkenaan dengan pilihan-pilihan yang ditetapkan dalam hubungannya dengan penempatan posisi perusahaan di pasar yang akan menampilkan spesialisasinya kepada para pesaingnya.
Banyak pemimpin Kristen mungkin merasa tidak nyaman dalam menerapkan kedua definisi strategi itu secara langsung. Dalam Kristen, kami memilih menyebutnya sebagai "pilihan-pilihan visi", penetapan pilihan tingkat tinggi oleh pemimpin atau tim kepemimpinan untuk mencapai visi yang mereka yakini telah ditetapkan oleh Tuhan kepada mereka sebelumnya.
Kemudian masalahnya apakah strategi itu alkitabiah, berikut adalah beberapa petunjuknya.
Pemikir strategis memiliki peran penting. Bani Isakhar dalam 1 Taw. 12:32 memiliki peran penting dalam pasukan Daud sebagai orang-orang yang "memahami kapan dan apa yang bangsa Israel harus lakukan". Isakhar hanya terdiri dari 200 orang dari total pasukan yang berjumlah 336.000 orang, namun sekelompok orang itu memiliki peran penting. Prajurit yang lainnya digambarkan sebagai "pejuang yang pemberani", "siap perang", "berpengalaman", atau "bersenjata lengkap", namun jelas bahwa bani Asakhar memiliki pengetahuan dan wahyu sebagai kekuatan mereka.
Pemimpin alkitabiah yang berjalan menurut kehendak Tuhan diberikan strategi yang jelas tentang bagaimana mereka harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak strategi tersebut memerlukan pilihan-pilihan yang di luar keb iasaan. Gideon diperintah oleh Tuhan untuk membatasi jumlah pasukannya dan berusaha membuat musuhnya panik dan lari menyerah, dan hasilnya hal itu mengurangi jumlah korban dalam pasukannya. Yosua diberi instruksi yang tepat tentang bagaimana ia harus mengambil alih kota Yerikho. Paulus memilih menaati Yesus dan disidang di hadapan kaisar di Roma, saat sebenarnya dia bisa saja bebas.
Bagi pemimpin Kristen, doa tidak hanya memberi kita perspektif yang dari Tuhan mengenai apa seharusnya visi yang kita emban, namun juga mengenai bagaimana kita harus mencapainya: keputusan dan pilihan-pilihan (strategi) diperlukan untuk mencapainya. Lukas mencatat Yesus memberikan Amanat Agung bagi para rasul dalam Kisah Para Rasul 1:8, mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan menjadi saksi-Nya di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Dalam hal ini, strategi dinyatakan secara tersi rat -- para murid terpencar-pencar dari Yerusalem karena aniaya, dan kemudian dituntun oleh Tuhan tahap demi tahap (Kis. 8:26; 13:4). Bagi Yunus, strategi jelas dinyatakan, dan Yunus merasa gundah karena akan dipakai Tuhan sehingga ia menghindari-Nya; akibatnya tentu Anda sudah tahu. Untuk direnungkan: Renungkan bagaimana Allah memimpin Yusuf, Nuh, Musa, Abraham, Elia, Petrus, dan Paulus. Pikirkan keseimbangan dari keseluruhan tuntunan yang diberikan secara bertahap. Pemimpin Kristen harus percaya kepada Tuhan saat mereka berjalan menuju visi, namun juga harus berani membuat pilihan-pilihan di luar kebiasaan saat mereka menyadari bahwa Tuhan memimpin mereka. Karena Tuhanlah yang berkuasa: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yer. 29:11)
Namun, itu bukan berarti pemimpin Kristen tidak membuat analisis strategis terhadap suatu situasi. Lukas mencatat Yesus mengajarkan, "Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?" (Luk. 14:28)
Alkitab memberi kita prinsip-prinsip untuk menentukan strategi. Kita mungkin tidak diberi panduan yang spesifik tentang bagaimana kita dapat mencapai visi; kita mungkin tidak menerima panduan ini pada tingkat strategis atau taktis. Namun demikian, seperti halnya Yesus mengajar para murid-Nya untuk berpikir dan bertindak menurut prinsip firman-Nya, kita juga perlu mengembangkan pemahaman tentang prinsip-pr insip firman dan penerapannya bagi misi dan pelayanan di organisasi kita. Daniel ditinggikan pada era Nebukadnezar karena pengenalannya akan Tuhan, dan mengabdi pada Darius sebagai salah satu dari tiga administrator. Daniel 6:3 mengindikasikan bahwa Daniel memiliki kualifikasi khusus sebagai administrator.
Berikut adalah beberapa karakteristik pemimpin Kristen yang berpikir secara strategis:
Pemimpin strategis memiliki penglihatan ke dalam dimensi rohani tentang apa manfaatnya bagi Kerajaan Surga jika visi organisasi mereka tercapai -- bahwa pencapaian visi itu bukanlah akhir, namun lebih merupakan kontribusi bagi Kerajaan Allah yang akan datang, yakni suatu saat di mana kuasa Allah berkuasa atas dunia.
Pemimpin strategis mampu menggambarkan sejumlah kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi di masa depan dalam pengembangan organisasi. Layaknya pecatur yang andal, dikatakan bahwa Napoleon mampu membayangkan apa yang mungkin terjadi, kemudian mengubah strategi. Pemimpin Kristen perlu mengubah strategi jika hal itu memang diperlukan.
Pemimpin strategis itu pragmatis. Strategi yang dikembangkan akan berujung pada taktik yang perlu diterapkan. Oleh karena itu, strategi harus didasarkan pada penaksiran realistis terhadap lingkungan di mana organisasinya berada dan sumber-sumber yang mungkin dapat dimanfaatkan. Nehemia memiliki visi luar biasa, yaitu membangun kembali tembok Yerusalem, dan juga cukup pragmatis untuk membuat keputusan taktis yang mencegah musuhnya menghalanginya mencapai visinya.
Pemimpin strategis benar-benar memahami penempatan waktu (timing) -- memiliki kesabaran untuk menunggu sampai waktunya tepat dan berani untuk bertindak secara meyakinkan. Mereka dan organisasi mereka waspada dan siap memanfaatkan kesempatan yang ada.
Pemimpin strategis yang melakukan sesuatu yang berorientasi pada masa depan akan bekerja lebih strategis. Mereka memakai waktu untuk mengembangkan para pengikutnya dan kemampuan organisasi di masa depan, serta mengatur kebutuhan organisasi pada masa sekarang. Yusuf sebagai Perdana Menteri Mesir memastikan bahwa perbekalan yang cukup, diadakan untuk masa kelaparan yang akan terjadi.
Pemimpin strategis be rsedia bekerja bersama orang lain untuk mencapai hasil yang lebih banyak dan efektif. Jika perlu, mereka juga bersedia menunjukkan kebutuhan organisasi untuk diakui dalam rangka memajukan organisasi mereka.
Penerapan strategi dalam kepemimpinan adalah alkitabiah. Bahkan, Yesus dan para pemimpin yang ada di Alkitab pun juga memakai strategi untuk mencapai visi mereka. Kiranya teladan mereka serta beberapa ciri pemimpin Kristen yang strategis dapat membantu kita semua untuk mampu berpikir secara strategis, yang berdasar pada prinsip-prinsip ajaran-Nya untuk mencapai visi kepemimpinan kita. (t/Dian)
Diterjemahkan dan dirangkum dari:
The Teal Trust. "Strategy -- A Biblical Perspective". Dalam http://www.teal.org.uk/sv/strategy.htm
______________. "Characteristics of Strategic Leaders". Dalam http://www.teal.org.uk/sv/characte.htm