Motivasi Dan Kepemimpinan (II)

Tampaknya, ada sebuah kecenderungan dalam organisasi-organisasi Kristen untuk beranggapan bahwa motivasi tidak seharusnya diuji, sebab menguji motivasi akan terlihat seperti pelanggaran terhadap peringatan untuk tidak menghakimi. Sebenarnya, menguji motivasi tidak hanya dapat dilaksanakan seutuhnya dalam manajemen organisasi Kristen, bahkan apabila kita gagal untuk memahami atau menggunakan prinsip-prinsip dasar motivasi manusia, maka kita dapat menghilangkan sumber energi dasar dari organisasi kita, yaitu antusiasme, kreativitas, dan kepanjangan daya akal. Menguji motivasi bukanlah untuk menyangkal pentingnya pengabdian terhadap pekerjaan Tuhan, sebab tidak ada yang bisa menggantikan unsur itu.

Bagaimana seseorang membuat orang-orang lain melakukan apa yang harus dilakukan? Pertanyaan ini, yang telah diajukan sejak orang-orang pertama bekerja bersama untuk menuju sasaran yang sama, tetap harus dijawab dengan jelas. Para ahli sosial di bidang manajemen telah memfokuskan banyak perhatian pada hal itu akhir-akhir ini. Pelatihan kepekaan dirancang untuk menjadikan seseorang lebih sadar terhadap perasaan orang lain. Hal ini pastinya berdasarkan pada pengertian bagaimana memotivasi, bagaimana memberi inspirasi, dan bagaimana menanamkan semangat berkemauan untuk bekerja dengan efektif.

Selama bertahun-tahun, motivasi atau dorongan yang dianggap paling efektif dalam dunia industri adalah penggunaan otoritas dan ancaman, untuk menggunakan otoritas tersebut dalam hal tidak memberikan upah atau menjatuhkan hukuman. Studi waktu dan gerak menjadi acuan untuk memaksimalkan efisiensi. Namun demikian, muncul kesadaran bahwa mesin dan proses tidak akan bekerja lebih baik daripada yang diharapkan oleh manusia. Kemunduran, pemogokan, dan kelesuan tidak dapat dikendalikan dengan studi waktu dan gerakan. Studi yang terkenal di Hawthorne Works of Western Electric Company menunjukkan bahwa hanya dengan menempatkan pekerja dalam tes situasi, maka hal itu dapat memberikan minat dan rangsangan yang cukup untuk memastikan peningkatan produktivitas, bahkan ketika menghadapi kondisi kerja yang semakin tidak menguntungkan. Memahami apa yang membuat bawahannya merasa diakui dan berguna merupakan kepentingan utama seorang manajer. Orang-orang yang merasa pemimpinnya sanggup menolong untuk memenuhi kebutuhan mereka, akan mengikuti sang pemimpin dengan rela dan antusias.

Kurangnya kebulatan suara dalam sebuah gaya kepemimpinan pada beberapa tingkatan tertentu, akan mencerminkan perbedaan pendapat mengenai konsep tentang relasi manusia. Manajer yang hanya berorientasi pada tugas, tidak akan mempertimbangkan relasi manusia sebagai faktor yang penting untuk mencapai sebuah tujuan, lain halnya dengan manajer yang berorientasi pada manusia. Motivasi adalah sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti tingkat pengenalan antara tujuan yang ingin dicapai organisasi dengan tujuan masing-masing pribadi yang ada di dalamnya, rasa aman, pemenuhan dan pencapaian, relasi dengan rekan dan atasan, dan kebutuhan akan pendapatan.

Di antara sekian banyak prinsip penting tentang perilaku manusia, yang paling menarik bagi seorang manajer adalah prinsip berikut ini:

  1. Perilaku seseorang bergantung pada pribadi orang itu sendiri dan juga lingkungannya.
  2. Masing-masing pribadi berperilaku dalam cara yang masuk akal bagi dirinya.
  3. Persepsi yang dimiliki seseorang tentang sebuah situasi memengaruhi perilakunya dalam situasi itu.
  4. Pandangan seseorang tentang dirinya sendiri akan memengaruhi apa yang akan ia lakukan.
  5. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh kebutuhannya, dan masing-masing individu memiliki kebutuhan yang berbeda dari waktu ke waktu.

Perilaku seseorang bisa berubah dalam salah satu dari tiga cara: dengan mengubah pengetahuan dan keterampilannya; dengan membantu seseorang mengubah situasinya, yang di dalamnya ia bekerja melalui modifikasi prosedur atau tugas; atau kombinasi dari kedua hal itu.

Pengalaman masa lalu diketahui menjadi faktor utama dalam persepsi kita tentang sebuah situasi. Karena pengalaman setiap orang adalah unik, maka sudut pandang masing-masing orang akan menjadi sangat individualistis. Bagi pemimpin, hal ini menekankan pentingnya mendengarkan dan mengamati untuk meningkatkan kemungkinan perubahan perilaku. Analisis objektif dan pemahaman yang simpatik terhadap pandangan yang berbeda bisa menjadi alat yang paling efektif bagi seorang manajer, untuk menghasilkan performa karyawan yang semakin meningkat.

Para psikolog menyatakan, merupakan sesuatu yang sangat mustahil untuk benar-benar menjadi objektif terhadap apa yang kita lakukan. Mereka juga berkata bahwa kita tidak bisa menghilangkan pengaruh dari batin kita dan konsep diri yang kita bangun dari tindakan kita. Kita bisa lebih objektif dengan berusaha untuk memahami bagaimana tindakan kita mencerminkan kepedulian kita, dan dengan membawa kepedulian ini di dalam relasi kita dengan orang lain. Yang lebih penting lagi, kita harus menyadari bahwa orang lain juga akan berperilaku dalam cara-cara yang melindungi dan meningkatkan perasaan mereka.

Sebuah bagian yang sangat bermanfaat ada di buku Kenneth Gangel, "Competent to Lead", dalam sebuah bab yang diabdikan untuk analisis Kristen terhadap motivasi. Gangel menyatakan studi yang menunjukkan bahwa orang-orang tidak harus bekerja lebih baik atau mempertahankan tingkat kesetiaan yang lebih tinggi pada kelompok, hanya karena mereka menerima keuntungan lebih atau uang yang lebih banyak. Karena motivasi adalah sebuah fenomena psikologis, maka penting untuk mengenali apa yang dikatakan oleh para psikolog. Gangel mengutip Mungo Miller, presiden dari Affiliated Psychological Services, yang memberikan pendapat mengenai prinsip-prinsip umum dari para psikolog yang telah mempelajari penelitian mereka tentang motivasi.

  1. Motivasi bersifat psikologis, bukan logis dan pada dasarnya merupakan sebuah proses emosional.
  2. Motivasi pada dasarnya adalah sebuah proses di alam bawah sadar. Perilaku yang kita lihat di dalam diri kita sendiri dan orang lain bisa tampak tidak logis, namun bagaimanapun juga, di dalam individu, apa yang sedang dilakukannya terasa masuk akal bagi dirinya.
  3. Motivasi adalah hal yang bersifat pribadi, dan kunci untuk perilaku seseorang ada di dalam dirinya sendiri.
  4. Kebutuhan masing-masing orang tidak hanya berbeda satu dengan yang lainnya, tetapi juga berubah dari waktu ke waktu.
  5. Tak bisa dihindari, motivasi adalah sebuah proses sosial. Kita harus bergantung pada orang lain untuk pemenuhan atas kebanyakan kebutuhan kita.
  6. Dalam tindakan kita sehari-hari, kita dilingkupi oleh kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk oleh proses-proses motivasi yang sudah aktif bertahun-tahun sebelumnya.

Gangel mengutip sebuah pidato oleh Milton Rokeach, seorang profesor psikologi di Michigan State University, yang topiknya membahas mengenai bagaimana seseorang mengalami perubahan. Rokeach berkata, bahwa ada lima macam keyakinan yang bisa membantu para pemimpin Kristen mengembangkan sistem nilai Kristen dalam diri anak-anak, pemuda, dan orang dewasa. Semua keyakinan ini tidak sama pentingnya bagi setiap individu. Sebab itu, Rokeach menyatakan, semakin penting sebuah keyakinan akan semakin menentang perubahan; semakin sepele keyakinannya, semakin mudah keyakinan itu berubah. Dan lagi, ia menyimpulkan bahwa semakin penting sebuah keyakinan yang diubah, semakin besar pula efeknya.

Keyakinan jenis pertama, bagi Rokeach adalah keyakinan primitif yang fundamental. Ini merupakan keyakinan yang memiliki 100 persen penerimaan sosial. Karena itu, keyakinan tersebut akan menghadapi penolakan terbesar untuk berubah.

Kedua, keyakinan yang melibatkan pengalaman pribadi yang dalam. Keyakinan ini tidak tergantung dari dukungan sosial, namun berdasarkan pada pengalaman dan bukan apakah orang lain menerimanya. Semakin realistis pengalamannya, semakin tidak tergoyahkan keyakinannya. Jelaslah keyakinan ini tidak selalu konsisten dengan kenyataan; untuk menyebabkan perubahan, seseorang harus dibantu untuk melihat sistem fantasinya.

Ketiga, keyakinan terhadap otoritas. Kita mengembangkan keyakinan terhadap otoritas tertentu yang dapat kita percaya dan yang tidak. Sekali lagi, konsep ini bisa bertentangan dengan kenyataan, namun pemimpin harus waspada terhadap keyakinan tersebut karena keyakinan dipegang kuat.

Keempat, keyakinan yang tidak berpusat kepada sesuatu yang penting. Rokeach menjelaskan bahwa jenis keyakinan ini seperti keyakinan otoritas karena merupakan sebuah keyakinan turunan. Keyakinan ini tidak berpusat kepada otoritas, namun kepada sesuatu yang dikatakan oleh otoritas. Keyakinan yang seperti ini disebut keyakinan "peripheral" karena keyakinan ini dapat dengan mudah berubah jika otoritasnya berganti.

Kelima, keyakinan yang tidak berkaitan dengan apa pun. Ini adalah bentuk keyakinan yang paling tidak penting bagi sebuah organisasi karena keyakinan ini sangat sepele, seperti entahkah seseorang lebih percaya bahwa Ford atau Chevy sebagai pabrikan mobil yang lebih baik.

Dengan memahami keyakinan-keyakinan ini, pemimpin dan organisasi Kristen akan tertolong karena hari ini begitu banyak orang Kristen memegang keyakinan yang tidak jelas dan membingungkan. Mereka sering tidak yakin tentang apa yang benar-benar berotoritas dan apa yang tidak. Jika mereka kehilangan kepercayaan terhadap otoritas, maka mereka kehilangan kepercayaan terhadap gereja, sistem nilai Kristen, dan seterusnya. Mereka kecewa, dan ini memengaruhi motivasi mereka. Akan sangat baik untuk menyadari bahwa keyakinan "peripheral" adalah keyakinan yang sangat lemah karena figur otoritas dapat dengan mudah berganti, misalnya dari pendeta ke profesor universitas.

KEMAUAN HARUS DIUBAH

Kita semua telah mendengar tentang penyakit aneh yang menimpa banyak anggota gereja, penyakit ini disebut penyakit "Sabbaticus". Gejalanya biasa terjadi segera setelah sarapan, orang-orang ini mengalami kelumpuhan aneh sehingga mereka tidak mampu pergi ke gereja. Lalu sekitar tengah hari gejala itu hilang, dan sore harinya mereka merasa ingin bermain baseball atau piknik di taman. Tidak seorang pun dari kita bisa begitu kritis terhadap perilaku ini karena dalam analisis akhir, setiap kita memiliki kelemahan yang sama terhadap kemauan tentang satu hal atau lainnya.

Namun untuk meningkatkan motivasi, seorang pemimpin dituntut untuk menstimulasi orang-orang dengan rasa tidak puas terhadap status quo. Karena ketidakpuasan menciptakan ketegangan batin, maka mereka harus bertindak untuk memulihkan ketidakseimbangan menjadi keadaan normal. Pada saat itulah, pemimpin harus menyentuh kemauan untuk membantu setiap orang dan menyediakan langkah-langkah yang tepat bagi mereka, untuk berpindah dari titik A ke titik B.

Pemimpin harus menunjukkan kepada bawahannya bagaimana untuk mengaplikasikan dirinya sendiri dan mengambil tindakan yang diperlukan guna mencapai sasarannya. Stimulan utama adalah untuk membangkitkan di dalam diri bawahan perasaan bahwa keberhasilan dapat dijamin, dan bahwa tugasnya adalah penting dan membawa ukuran status. Semangat persatuan harus dibangkitkan terus.

Peringatan yang harus didengarkan: tidak baik atau tidak benar untuk meminta seseorang mengambil alih tugas yang jelas-jelas dikuasainya. Hal itu sudah pasti akan menghancurkan motivasinya. Peter Principle (prinsip yang menyatakan bahwa jika seseorang ditempatkan ke posisi yang membutuhkan keahlian yang lebih tinggi dari kemampuannya; akan membawa orang itu ke "tingkat ketidakmampuan") selalu mengintai seorang pemimpin; seorang pemimpin yang baik harus menyiapkan dirinya untuk selalu mengetahui apa yang akan terjadi dalam struktur kepribadian orang-orang yang perlengkapan mentalnya menjadikan mereka mustahil, untuk berfungsi di tingkat yang lebih tinggi. Lebih jauh lagi, seorang pemimpin harus sadar terhadap akibat yang dapat ditimbulkannya terhadap organisasi, jika ia melakukan kesalahan itu. Mobil dan pesawat seharusnya tidak dikendarai melampaui kecepatan yang telah ditentukan oleh perancangnya; di bawah tekanan yang berlebihan, sesuatu akan hancur. Hal yang sama berlaku bagi manusia. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dari:

Judul buku : The Making of a Christian Leader
Judul bab : Motivation and Leadership
Penulis : Ted W. Engstrom
Penerbit : Zondervan Publication, Michigan 1976
Halaman : 131 -- 135

KUTIPAN

Merupakan langkah besar dalam perkembangan Anda ketika Anda menyadari bahwa orang lain dapat membantu Anda bekerja lebih baik daripada sendirian. (Andrew Carnegie)

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar