Menjadi Pemimpin yang Menginspirasi (II)
Catatan Redaksi: Dalam edisi lalu dicatat bahwa kualitas seorang pemimpin harus memiliki: kejujuran dan kesetiaan. Simaklah lanjutannya dalam artikel berikut ini.
3. Kemurahan Hati
Para pemimpin harus memuji pekerjaan yang sudah diselesaikan dengan baik. Kita semua membutuhkan tepukan di pundak secara terus-menerus dan kata-kata yang memberikan dorongan. Tetapi pujian memunyai efek yang baik dan yang buruk. "Kui untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, dan orang dinilai menurut pujian yang diberikan kepadanya." (Amsal 27:21)
Pujian adalah alat uji yang terbaik terhadap karakter seseorang. Jika seseorang dipenuhi oleh keangkuhan, jika mereka hanya mencari kemegahan dirinya sendiri dan lapar terhadap pengakuan, sebuah pujian hanya akan memperbesar kelemahannya. Sebaliknya, jika seseorang rendah hati dan bijaksana, sebuah kata-kata pujian akan dapat dipakai oleh Tuhan untuk mendorong mereka melakukan pelayanan yang lebih besar lagi bagi Kristus. Oleh sebab itu, para pemimpin harus mengenal setiap anggota mereka dan memperlakukan masing-masing sesuai dengan kebutuhan pribadinya.
Ketika seseorang semakin mengerti tanggung jawab kepemimpinan, pemimpin yang melatihnya harus mengajarkan untuk berhati-hati terhadap bahaya pujian dan sanjungan yang berlebihan. Jika para pemimpin muda melakukan sebuah tugas dengan baik, mereka dapat dibombardir dengan pujian dari banyak orang. Oleh sebab itu, mereka harus belajar untuk berjalan dalam batas-batas yang jelas dan menerima kata-kata tersebut dalam roh kerendahan hati. Tetapi dalam hati mereka harus berhati-hati untuk tidak membiarkan orang lain menaruh di atas kepala mereka, bahkan untuk sesaat saja, mahkota yang hanya layak dikenakan oleh Kristus. Kata-kata yang bermaksud baik tetapi berlebihan, harus diatasi dalam kuasa Roh Kudus, karena tidak ada seorang pun yang dapat mengatasinya sendirian.
Saat para pemimpin bekerja untuk mengembangkan kehidupan orang-orang Kristen yang dipercayakan kepada mereka, mereka harus taat kepada prinsip-prinsip dasar berikut ini.
a. Mereka harus berhati-hati dalam memberi pujian. Rasa cinta diri sangat sulit dihilangkan, dan para pemimpin dapat membuat kerusakan yang besar dalam diri saudara atau saudari mereka, dengan melimpahkan pujian kepada mereka yang tidak dapat menanggungnya. Menempatkan saudara atau saudari yang lemah di bawah murka Allah bukanlah suatu tindakan kasih.
b. Mereka harus mengajar orang lain bagaimana cara menerima pujian sebagaimana adanya -- sebuah usaha yang tulus untuk memberi semangat, tetapi mereka harus menyadari bahwa setan dapat menyelinap dan menebarkan racun, sehingga menimbulkan bahaya bagi para pemimpin. Pujian akan semakin sukar diatasi ketika para pemimpin telah bekerja keras dan melakukan yang terbaik.
c. Mereka harus mengajar kepada yang lain bahwa mereka hanyalah alat. Kristus yang berada dalam diri merekalah yang memberi mereka kekuatan, dan Kristus yang bekerja melalui merekalah yang menyelesaikan tugas-tugas itu.
Seperti perak dan emas yang diuji di tempat peleburan, demikian juga seseorang diuji lewat pujian. Saul dan Daud telah melalui suatu ujian yang berat mengenai pujian. "...dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." (1 Samuel 18:7) Salah seorang dari mereka gagal dalam ujian itu sementara yang lain bertahan. Dengan demikian, pujian adalah sesuatu yang dicari-cari oleh pemimpin yang sombong dan yang akan melukai pemimpin yang lemah. Karakter asli seorang pemimpin ditunjukkan oleh caranya menangani pujian yang diberikan kepadanya.
Suatu kali, saya berbicara dengan seorang eksekutif junior dalam sebuah perusahaan besar. Ia menceritakan kepada saya sebuah kejadian yang terjadi dalam perusahaannya, yang memengaruhi motivasi dan semangatnya. Dalam suatu kesempatan, ia bekerja sampai larut malam dan di kesempatan yang lain ia datang pagi-pagi ke kantor. Beban pekerjaannya sangat berat dan ia merasa sedikit mengasihani dirinya sendiri. Suatu pagi menjelang siang, teleponnya berdering. Yang membuatnya sangat terkejut, yang menelepon itu adalah sang direktur perusahaan. Ia menelepon eksekutif junior itu untuk mengatakan betapa ia menghargai kerja keras yang dilakukannya, dan memuji kualitas pekerjaannya. Suara sang direktur perusahaan menunjukkan ketulusannya, dan eksekutif junior ini dapat memahami bahwa atasannya itu berkata dengan sungguh-sungguh. Direktur perusahaan itu menanyakan kabar keluarga teman saya ini, bertanya keadaan di rumahnya, kesehatannya, dan lain sebagainya. Setelah sebuah perbincangan yang tidak tergesa-gesa, direktur itu mengakhiri pembicaraannya. Ketika teman saya menceritakan pengalamannya tersebut, ia memandang mata saya dan berkata, "Kau tahu, saya benar-benar menyukai beliau. Ketika engkau sesekali mendapatkan tepukan di pundak dengan tulus, itu sangat berarti."
4. Kerendahan Hati
Dalam setiap usaha mereka, para pemimpin harus ingat bahwa Tuhan sedang melakukan suatu pelatihan di dalam kehidupan setiap orang. "Kui adalah untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi Tuhanlah yang menguji hati." (Amsal 17:3)
Selama beberapa tahun, saya terlibat secara langsung dalam program pelatihan musim panas untuk Navigator. Dengan berdoa sungguh-sungguh kami merencanakan program tersebut, menyeleksi para staf, dan memilih orang-orang yang akan dilatih. Selama lima sampai sepuluh minggu kami akan tetap bersama-sama, terlibat dalam proyek pelayanan, pendalaman Alkitab, sesi-sesi khotbah, diskusi dalam kelompok kecil, dan pertemuan empat mata dengan setiap peserta pelatihan.
Dalam setiap program, kami memiliki tujuan yang jelas. Suatu program memiliki tujuan penginjilan, ada pula yang menekankan pendalaman Alkitab, program yang lain mengusung pelayanan misi sebagai penekanan utamanya, dan seterusnya. Menjelang akhir sesi, para pemimpin akan mengumpulkan setiap anggota mereka untuk mengambil waktu perenungan dan kesaksian untuk mengetahui apa yang telah mereka pelajari. Merupakan suatu peristiwa yang sangat luar biasa ketika melihat dalam banyak kasus, keuntungan utama yang mereka terima dalam program tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan penekanan-penekanan program tersebut. Allah telah berbicara dengan mereka dalam saat teduh atau pendalaman Alkitab dan mengubah kehidupan mereka. Yang kita pelajari dari hal ini adalah -- kita harus berusaha sekeras mungkin, agar orang lain berkembang sambil mengingat bahwa program pelatihan oleh Allah berjalan beriringan dengan program yang kita buat.
Dalam setiap aspek kehidupan, Allah adalah satu-satunya pribadi yang berkarya dalam kehidupan untuk melatih banyak orang, dan tugas para pemimpin adalah membiarkan Tuhan melakukan pekerjaan-Nya. Jika seorang pemimpin melihat salah satu dari kawanannya sedang melalui pergumulan berat, ada sebuah kecenderungan untuk ikut campur dan mencoba menggendong orang itu keluar. Ini adalah suatu kesalahan. Gambaran dalam Amsal 17:3 adalah mengenai logam yang berada di perapian. Jika logam itu tidak masuk ke dalam perapian, kotoran-kotoran akan tetap berada di dalamnya. Pemolesan di bagian luar tidak akan memecahkan masalahnya. Yang paling dibutuhkan adalah api, solusi yang lembut tidak akan cukup. Kejahatan yang menyusup ke dalam hati manusia harus dibawa ke permukaan dan disingkirkan. Para pemimpin harus berdoa bagi orang-orang yang mereka pimpin, menyerahkan diri mereka ke dalam kebaikan, kasih, dan kebijaksanaan Allah, kemudian para pemimpin tersebut harus membiarkan Allah melakukan pekerjaan-Nya.
Prioritas Seorang Pemimpin
Ada dua prinsip tambahan yang akan sangat membantu dalam mengembangkan calon-calon pemimpin.
1. Pilihlah dengan bijak.
Kunci utama dalam mengembangkan calon-calon pemimpin adalah seleksi yang cermat dalam memilih orang yang tepat. Menghabiskan waktu dalam mempersiapkan seseorang untuk mengemban tanggung jawab kepemimpinan, untuk kemudian mengetahui bahwa Anda telah salah memilih orang adalah sebuah tragedi ganda. Anda hanya memunyai satu kesempatan hidup untuk diinvestasikan, dan merupakan sebuah kesia-siaan ketika Anda memberikannya kepada orang yang salah. Untuk pergi kepada orang itu dan mengakui kesalahan Anda, lalu membantu mengarahkan kembali perjalanan hidupnya adalah tindakan yang bisa jadi memperparah. Karena hati orang tersebut telah ditetapkan dalam posisi kepemimpinan, ia dapat dengan mudah terguncang dalam hal kepercayaan diri, keyakinan terhadap kepemimpinan Anda, dan keyakinan kepada Allah. Untuk pulih dari luka batin semacam itu akan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Jadi, pilihlah seseorang secara dengan cermat dan dalam doa. Ingatlah bahwa Yesus menghabiskan waktu untuk berdoa sebelum memilih kedua belas rasul (Lukas 6:12-13).
Sembari Anda memilih seorang untuk dilatih, ingatlah bahwa beberapa orang merespons petunjuk, teguran, dan perbaikan sementara beberapa orang tidak. "Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya, berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah." (Amsal 9:8-9) Beberapa orang siap untuk diberi bantuan, sementara yang lain tidak. Tetapi yang lebih dalam dari itu adalah -- beberapa orang memiliki kapasitas untuk dilatih menjadi seorang pemimpin dan yang lainnya tidak.
2. Investasikan waktu Anda.
Kunci kedua, setelah Anda memilih dengan cermat seseorang yang Anda percaya Allah ingin kembangkan menjadi seorang pemimpin, adalah menghabiskan waktu pribadi Anda dengannya. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17) Ini adalah gambaran yang sangat jelas bagi orang-orang yang dibesarkan dalam wilayah pertanian. Saya masih dapat membayangkan ayah saya sedang mengasah mata cangkul, sabit, pisau untuk memanen jagung, dan sekop dengan batu asahnya. Dengan semua itu, saya bisa melihat suatu kontak pribadi intensif yang dibutuhkan untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin dalam pekerjaan mereka.
Beberapa tahun yang lalu, saya mendapat kehormatan untuk mendapat pelajaran dari salah seorang pemimpin Kristen yang paling produktif di Amerika Serikat. Suatu hari ketika kami sedang berkendara dengan mobil, saya mulai mengkritik sekelompok orang Kristen dan proyek yang sedang mereka kerjakan. Saya mendengar seseorang mengatakan hal itu dan mengulangi saja perkataannya. Dick duduk diam untuk beberapa saat, lalu berpaling kepada saya dan mulai menanyakan beberapa pertanyaan yang agak menyudutkan saya. "Berapa banyak yang benar-benar kamu ketahui? Apakah informasi itu kamu dengar langsung atau lewat orang lain? Apakah kamu memiliki semua faktanya? Misalnya, apakah kamu menyadari hal ini? Atau ini?"
Saya duduk dengan gelisah dan saya yakin wajah saya berubah menjadi merah karena malu. Ketika saya berusaha untuk menutupinya, ia memaksa saya untuk jujur. Setelah saya mempermalukan diri sendiri, ia meluangkan beberapa menit untuk memberitahu saya mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian ia membuka Kitab Suci dan menceritakan apa yang Alkitab katakan mengenai kelakuan saya tadi. Saya merasa menyesal, tetapi menjadi lebih bijak dan saya juga mendapat pelajaran berharga. Allah memakai kejadian itu dan juga beberapa kejadian lain di musim panas itu, untuk mengasah beberapa sisi kehidupan saya yang masih kasar.
Mungkin Anda berkata, "Saya bukanlah seseorang yang tajam. Dapatkah Allah memakai saya untuk menajamkan orang lain?" Tentu saja! Tetapi pertama-tama Ia harus menajamkan Anda. Salah satu cara Allah untuk menajamkan Anda adalah dengan memakai orang lain. Bergurulah kepada orang-orang yang dipakai oleh Allah. Anda akan belajar lebih banyak dengan mempelajari orang-orang daripada mempelajari buku-buku. Belajarlah untuk mengajukan pertanyaan. Ajaklah orang-orang itu makan malam di rumah Anda, makan siang di luar, bermain golf atau tenis. Habiskan waktu dengan orang-orang tersebut dan belajarlah dari mereka. Belajarlah dengan cara memerhatikan mereka. Roh Allah akan memakai orang lain untuk menempa dan menguatkan Anda, serta membuat Anda menjadi alat pengasah di tangan-Nya.
Allah memberi para pemimpin sebuah tanggung jawab untuk mengembangkan orang-orang yang dipercayakan kepada mereka. Tanpa terkecuali, setiap orang dalam tanggung jawab pemimpin membutuhkan pengembangan dan pelatihan lebih lanjut. Setiap orang telah diberi karunia oleh Allah, sehingga Roh Allah dapat memakai mereka untuk memperkaya dan memperdalam kehidupan orang lain dalam tugas mereka untuk membangun tubuh Kristus. (t/Yudo)
Diterjemahkan dari:
Judul asli buku | : | Be a Motivational Leader |
Judul asli bab | : | Be an Inspiring Leader |
Penulis | : | LeRoy Eims |
Penerbit | : | Chariot Victor Publishing, Colorado, 1996 |
Halaman | : | 44 -- 48 |