Memimpin seperti Nehemia: Bolehkah Kita Membaca Nehemia Seperti yang Dilakukan Driscoll?
Dalam episode terbaru podcast "The Rise and Fall of Mars Hill", Mark Driscoll terdengar menggunakan Nehemia sebagai contoh dan pembenaran untuk pendekatan agresif terhadap kepemimpinan gereja. Driscoll mengajarkan Kitab Nehemia sebagai metafora rohani tentang bagaimana gereja mereka seharusnya terlihat di Seattle -- kota Allah dalam kota sekuler. Sebagai pendeta, Driscoll memerankan dirinya sebagai Nehemia, pemimpin Allah yang blak-blakan yang bekerja untuk memulihkan kota.
Penafsiran semacam ini terhadap Kitab Nehemia bukanlah hal baru. Banyak pengajar Alkitab yang telah mengajarkan Nehemia seperti ini. Masalahnya, meskipun ada beberapa hal baik tentang Nehemia, hal-hal lainnya kurang menarik. Ketika para pria di komunitas tersebut menikahi para wanita asing, Nehemia memukuli mereka dan mencabuti rambut mereka! Dia kemudian memohon kepada Allah untuk mengingat dia atas pekerjaan baiknya -- bahkan mungkin dengan cara yang membenarkan diri. Apakah Nehemia benar-benar model yang baik untuk diikuti? Atau apakah Driscoll dan yang lainnya menggunakan teladannya untuk secara keliru membenarkan cara-cara yang kejam dan mengintimidasi dalam memimpin umat Allah?
1. Nehemia tidak sempurna
Meskipun Nehemia adalah narator ceritanya sendiri, hal ini tidak serta merta membenarkan perilakunya. Dalam seluruh Alkitab, para pemimpin Allah dikelilingi oleh motif dan tindakan berdosa. Pikirkan tentang gabungan dari keraguan dan iman Abraham. Atau Daud, yang setia dalam banyak hal, tetapi memerkosa Batsyeba dan membunuh suaminya.
Bukan karena cerita-cerita ini hanya menggambarkan masa lalu; Alkitab memang menarik kita untuk meniru orang-orang terbaik seperti ini. Akan tetapi, kita harus memperkirakan ada beberapa tindakan dan motif Nehemia yang tidak murni. Kita perlu mencari tahu bagaimana Nehemia bisa dan tidak bisa menjadi contoh bagi kita.
2. Nehemia bukan model untuk preferensi kepemimpinan kita
Masalah dengan melihat Nehemia sebagai pemimpin teladan adalah bahwa kita cenderung memandangnya dengan preferensi dan prasangka kita sendiri tentang apa yang menjadikan seseorang itu pemimpin yang baik, dan kemudian menilai Nehemia sesuai dengan itu. Jika Anda lebih menyukai gaya kepemimpinan yang kolaboratif dan lembut, Anda tidak akan terlalu menyukai Nehemia, dan tidak ingin menirunya. (Ezra mungkin lebih cocok untuk Anda.) Namun, jika Anda lebih suka gaya kepemimpinan yang percaya diri, energik, dan tidak takut untuk mengatasi masalah sulit, Nehemia adalah orang yang Anda inginkan. Kemudian ketika Anda melihat ke Nehemia, Anda langsung akan melihat sifat-sifat yang membuat Anda tertarik padanya.
Ketika kita membaca Nehemia sebagai model untuk kepemimpinan, kita dengan mudah akhirnya membenarkan bias kita sendiri. Ini bukanlah cara yang seharusnya.
3. Konteks Nehemia tidak sama dengan konteks kita
Masalah lainnya adalah bahwa konteks Nehemia tidak sama dengan konteks kita. Nehemia adalah seorang pemimpin sipil dalam teokrasi politik, di mana hukuman mati dimungkinkan untuk pelanggaran seperti perzinaan dan penyembahan berhala. Dalam konteks itu, tanggapannya akurat.
Kedua, Nehemia paling ekstrem ketika dia menanggapi perkawinan campur. Masalah ini telah menyebabkan Israel menyembah dewa-dewa lain dan akhirnya pergi ke pembuangan di masa lalu. Risiko yang sama diajukan di sini. Dalam Perjanjian Lama, pilihannya adalah orang Yehuda terus setia kepada Allah, atau mereka mengalami pembuangan lagi.
Pendeta pada gereja-gereja Kristen berbeda dengan Nehemia. Kita harus berhati-hati untuk tidak menempatkan diri kita sendiri secara langsung ke dalam ceritanya.
4. Nehemia harus dibaca dalam konteks seluruh ajaran Alkitab tentang kepemimpinan
Cara yang lebih baik untuk memahami Nehemia sebagai contoh adalah dengan melihat seluruh Alkitab tentang bagaimana memimpin umat dengan setia. Kita tidak bisa hanya melihat contoh dari satu orang idiosinkratik (yang khas untuk individu tertentu - Red.) seperti Nehemia.
Pada satu sisi, kemarahan dan tindakan berapi-api Nehemia yang benar mencerminkan para nabi, rasul, dan bahkan Yesus Kristus. Memang benar bahwa terkadang umat perlu ditegur, terutama jika kekudusan Allah atau keselamatan orang lain dipertaruhkan. Dengan cara ini, Nehemia sudah tentu bisa menjadi contoh.
Pada sisi lain, kekerasan Nehemia dan kemungkinan pembenaran diri tidak sesuai dengan buah Roh atau model kepemimpinan di mana, misalnya, para pemimpin gereja dipanggil untuk tidak memerintah orang, tetapi untuk melayani dengan kerendahan hati dan kelembutan (mis. 1 Petrus 5:1-4). Dalam hal ini, kita harus menolak mengikuti jejak Nehemia.
Selain itu, gaya kepemimpinan mandiri Nehemia harus dilengkapi dengan kisah-kisah lain di mana umat Allah dipanggil untuk bertindak dengan akuntabilitas, mutualitas, dan kolaborasi. Bahkan, Nehemia memimpin orang-orang untuk membangun bersama sebagai sebuah komunitas (Neh. 3), dan komunitas tersebut saling memutuskan untuk mematuhi hukum Allah (Neh. 8-10).
5. Nehemia memimpin orang-orang dalam pemulihan Allah.
Cara lain untuk melihat bagaimana Nehemia layak untuk ditiru adalah dengan melihat bagaimana dia hidup sesuai dengan perhatian utama dari kitab ini. Alih-alih mencari 'pelajaran kepemimpinan', kita dapat melihat Nehemia, seorang pemimpin umat Allah yang setia yang 1) bekerja untuk memulihkan kota Allah dan 2) bekerja untuk memulihkan umat Allah agar menaati hukum-Nya.
Pembakaran tembok Yerusalem adalah tanda penghukuman Allah karena melanggar hukum-Nya. Ketika Nehemia memimpin orang-orang untuk membangun kembali tembok, dia sebagian mewujudkan rencana pemulihan Allah dari pembuangan.
Pada klimaks kitab ini, umat Allah membaca hukum Taurat, bertobat dari dosa mereka, dan bersumpah dengan sungguh-sungguh untuk menaati hukum Taurat (Neh. 8-10). Ketika Nehemia kembali dari waktu ke waktu dan menemukan bahwa orang-orang telah melanggar hukum yang mereka sudah berjanji untuk patuhi, dia menempatkan langkah-langkah untuk memulihkan ketaatan komunitas terhadap hukum, sehingga mereka tidak akan mengalami penghukuman Allah (Neh. 13, terutama ay. 18). Itu sebabnya Nehemia meminta Allah untuk mengingat dia: bahwa Allah akan menunjukkan belas kasihan dan menahan diri untuk tidak menghukum umat.
Di sinilah Nehemia menjadi teladan bagi kita. Sebagai umat Allah hari ini, Allah mengundang kita untuk membangun kota rohani-Nya dengan memberitakan Injil dan membangun gereja -- bukan hanya dalam jumlah, tetapi dalam kesalehan dan kasih serta saling melayani. Kita juga dipanggil untuk berulang kali mendengar firman Allah, bertobat, dan menaati-Nya. Setiap pemimpin yang memimpin umat Allah dengan cara ini berada di jalur yang benar.
6. Pemulihan Nehemia tidak sempurna
Namun, awan ketidakpastian menutupi pemulihan Nehemia. Apakah Nehemia berhasil? Atau apakah itu sebuah kegagalan? Akhir kitab ini ambigu. Nehemia hanyalah seorang manusia, dan dia tidak mampu melakukan perubahan generasi atau yang abadi -- dan siapakah di antara kita yang bisa?
Nehemia adalah seorang pria dengan motif campuran, kemauan yang kuat, dan gaya kepemimpinan yang berkonfrontasi. Kitab Nehemia menarik kita sebagai umat Allah untuk tidak meniru eksentrisitasnya, atau menggunakannya untuk membenarkan gaya dan metode kepemimpinan yang mengintimidasi -- terlalu banyak yang telah kita lihat terungkap belakangan ini termasuk dalam "The Rise and Fall of Mars Hill".
Akan tetapi, sebagai pembaca Nehemia, kita ditantang untuk melanjutkan pekerjaan Nehemia dan komunitas yang dipulihkan, untuk terus bekerja dengan Allah untuk membawa pemulihan dan untuk tetap setia. Ya, Yesus Kristuslah yang pada akhirnya membawa pemulihan dan benar-benar setia, dan Roh-Nya mengubah hati kita menjadi setia juga. Akan tetapi, kita masih dipanggil, seperti Nehemia dan komunitas yang dipulihkan, untuk bekerja bagi kerajaan Allah dan berusaha untuk hidup dengan setia. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition Australia |
Alamat situs | : | https://au.thegospelcoalition.org/article/leading-like-nehemiah-can-we-read-nehemiah-like-driscoll-did/ |
Judul asli artikel | : | Leading like Nehemiah: Can we read Nehemiah like Driscoll Did? |
Penulis artikel | : | Timothy Escott |