Empat Tahap Kepemimpinan Visioner

Selama lebih dari satu dekade, saya telah merenungkan tentang bagaimana para visioner berkembang. Berikut ini adalah beberapa pemikiran awal saya mengenai tahap-tahap perkembangan seorang pemimpin yang visioner.

  1. Menangkap Visi

  2. Setiap pemimpin visioner dimulai dengan mengikuti visi yang dimiliki orang lain. Pada tahap ini, menjadi pengikut yang baik akan mengawali dan mengembangkan kemampuan untuk memimpin dengan baik. Selama tahap ini, seorang calon visioner akan belajar untuk tunduk kepada otoritas ilahi. Di sinilah, calon visioner masa depan dibentuk oleh kelebihan dan kekurangan yang dimiliki visioner senior yang memimpinnya.

    Kelebihan yang dimiliki visioner senior memberikan kesempatan bagi sang visioner muda untuk meniru, sementara kekurangan dan kelemahannya akan membentuk keyakinan dalam diri visioner muda itu untuk membentuk nilai-nilai yang kemudian hari akan dipegangnya.

  3. Membentuk Visi

  4. Setelah melewati tahap pertama, seorang visioner muda akan mulai membentuk visinya sendiri. Ada tiga nuansa bagaimana tahap ini berkaitan dengan tahap yang pertama. Sebagian besar dari pembentukan visi awal ditemukan "di bawah" visi pemimpin dan/atau organisasi yang menaungi visioner muda ini. Pembentukan visi dalam tahap ini terbagi menjadi 3 bagian: mula-mula sang visioner muda akan membentuk visi untuk mendukung visi yang sudah ada, kemudian ia akan membentuk visi yang berkaitan dengan visi yang sudah ada itu, dan akhirnya ia akan memiliki visi yang bertolak belakang dengan visi yang dimiliki oleh pemimpin atau organisasinya.

    1. Mendukung visi yang sudah ada.

    2. Dalam tahap ini, seorang visioner muda akan membentuk kembali visi yang sudah ada. Sang visioner muda ini akan mengartikulasikan dan mengomunikasikan apa yang sudah diberikan kepadanya. Seni komunikasi menjadi matang seiring dengan kemajuan komitmen, gairah, dan rasa kepemilikan terhadap visi pemimpinnya. Misalnya, seorang mahasiswa seminari membagikan visi dari gereja yang telah dia layani selama dua tahun terakhir kepada teman-temannya di seminari.

    3. Berkaitan dengan visi yang sudah ada.

    4. Setelah melewati tahap pertama, visioner muda ini akan menciptakan dan mengembangkan inisiatif atau model pelayanannya di dalam visi yang sudah ada. Langkah kecil ini akan membawa seni kepemimpinan visioner ke tingkat yang baru. Ketika seorang visioner muda 'membangun' sebuah pelayanan yang lebih besar dalam 'ranah' mereka, mereka bertanggung jawab untuk menghubungkan apa yang mereka lakukan itu dengan gambaran besar dari visi utama yang mereka pegang. Artinya, mereka mengembangkan dan meningkatkan visi yang mereka tangkap dengan cara membentuk visi yang baru untuk tim, acara, kelompok, bidang atau departemen yang berada dalam tanggung jawab mereka. Mahasiswa seminari tadi, misalnya, ia akan merekrut dua lusin pemimpin relawan baru untuk SMA, dan strategi ketahanan Injil yang ia kembangkan. Strategi dan visi yang dikembangkannya ini sejalan dengan visi gerejanya.

    5. Bertolak belakang dengan visi yang sudah ada.

    6. Ini merupakan langkah awal yang positif dalam merasakan adanya pergeseran dalam panggilan pelayanan atau ketertarikan terhadap bidang pelayanan yang baru. Meskipun ini bukan suatu realitas terakhir bagi semua pemimpin visioner, hal ini akan terjadi pada banyak dari mereka. Biasanya, sulit bagi banyak pemimpin senior untuk melihat hal ini tanpa merasa dikhianati atau terluka. Hal ini sebenarnya normal. Dari sudut pandang Tuhan, bukankah kemunculan para visioner yang kuat akan mengembangkan "ketidakpuasan suci" yang baru? Tidakkah ia akan melihat masalah baru dan ingin mencari solusi baru? Istilah "bertolak belakang" sangat membantu karena sering kali dalam pikiran seorang visioner yang sedang berkembang, bahasa yang baru sangat bertolak belakang dan sering kali dibandingkan dengan visi yang sudah ada (oleh karena itu, kita sering berbicara tentang pendekatan yang bersifat visioner vs. pendekatan yang menarik, atau melayani kelompok orang yang belum terjangkau vs. mengembangkan jemaat yang sudah ada.) Dalam tahap ini, misalnya, mahasiswa seminari tadi mulai bermimpi untuk merintis jenis gereja yang bertolak belakang dengan visi yang ia miliki sebelumnya.

  5. Mengemban Visi

  6. Pada tahap yang penting ini, visi yang dibentuk telah matang dan telah sepenuhnya menjadi milik sang visioner muda. Sering kali, hal ini ditunjukkan dengan menempati posisi senior atau pemimpin. Oleh karena itu, tidak setiap pemimpin visioner mencapai titik ini. Menurut pendapat saya, mengharapkan bahwa semua pemimpin visioner harus menginginkan posisi sebagai pemimpin adalah suatu kesalahan. (Jika demikian, kita tidak akan memiliki pemimpin visioner yang menjabat posisi kedua dalam kepemimpinan atau sebuah tim yang visioner.)

    Perbedaan pengalaman yang terbesar bagi orang-orang yang mengemban visi adalah meningkatnya kesadaran bahwa visi yang dikerjakannya itu datang dari Allah, bukan dari dirinya sendiri. Seiring waktu, kedewasaan rohani, situasi-situasi yang dihadapi dalam kehidupan, dan hubungan dengan Tuhan akan menunjukkan betapa kecilnya visi yang benar-benar muncul dari dalam diri sendiri. Pada akhirnya, ia akan melihat bagaimana Allah mendalangi berbagai peristiwa kehidupan sampai pada titik di mana ia mengetahui bahwa Tuhanlah yang memberinya visi.

  7. Menjalani Panggilan Hidup

  8. Tahap terakhir ini merupakan tahap yang bisa dicapai oleh sedikit orang karena hanya bisa ditemukan dengan pertolongan yang tidak biasa, dan menunjukkan keberhasilan sebagai pelaksana visi dalam kurun waktu yang panjang. Keberhasilan tahap ini akan membangun kerangka pelayanan yang memiliki pengaruh yang luar biasa dan melampaui apa yang pernah dibayangkan. Oleh karena itu, saya percaya tahap ini hanya akan dialami oleh para pemimpin ketika mereka berusia lima puluhan atau setelahnya.

    Mengemban visi dalam suatu rentang waktu, yang dengan sendirinya merupakan suatu tugas penatalayanan, menuntun seorang visioner pada kesadaran yang lebih besar lagi akan dampak yang tidak direncanakan, namun telah ditetapkan oleh Allah sendiri. Bagi para pemimpin terbaik, hal ini memungkinkan mereka untuk tetap rendah hati dalam memberi pengaruh yang lebih luas. Misalnya, mahasiswa seminari tadi merintis sebuah gereja yang mendorong gerakan perintisan gereja, mentransformasi sebuah kota atau mengadopsi suku-suku yang belum terjangkau. Pada tahap ini, puluhan tahun dalam mengemban visi dilihat dari perspektif yang berbeda dan lebih jelas.

    Pada tahap ini sangat mudah untuk mengingat nama-nama pemimpin zaman ini seperti Rick Warren, Bill Hybels, TD Jakes, Mark Driscoll, atau Andy Stanley. Akan tetapi, saya percaya ada ribuan orang dan ribuan pemimpin yang mencapai titik ini, yang tidak akan pernah kita ketahui. Meskipun dampaknya luar biasa, mereka menjalani panggilan yang lebih sunyi. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting dari:

Nama situs : ChurchLeaders.com
Alamat URL : http://www.churchleaders.com/
Judul asli artikel: 4 Stages of Visionary Leadership
Penulis : Will Mancini
Tanggal akses : 22 Maret 2013
Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar