Dua Belas Manfaat dari Kepemimpinan Tim

Kepemimpinan Kristen bukan bagi penyendiri. Pekerjaannya terlalu luas jangkauannya untuk dilakukan sendiri sementara jiwa-jiwa berada dalam ketidakpastian, dan kita semua terlalu lemah dan gegabah, dengan terlalu banyak dosa yang bercokol dan terlalu banyak titik buta.

Apa pun perannya, baik di kampus, atau di pusat kota, atau di antara kelompok masyarakat yang belum terjangkau, atau di gereja lokal, kita sangat membutuhkan satu sama lain dalam semua bidang kehidupan, dan terutama dalam kepemimpinan. Kepemimpinan Kristen adalah seperti olahraga tim, dan dalam masyarakat pasca-Pencerahan, yang masih sangat dipengaruhi oleh individualisme modernis, model alkitabiah tentang pluralitas dalam kepemimpinan adalah koreksi yang sangat dibutuhkan, dan anugerah penebusan yang efektif.

Kepemimpinan tim bukan berarti tidak ada "pemimpin di antara yang sederajat"; tidak dapat dihindari dan juga adalah baik di antara kelompok mana pun bahwa satu orang pada akhirnya berfungsi sebagai "senior" atau penanggung jawab penuh -- mungkin juga menunjuk itu dan membuatnya jelas. Akan tetapi, model yang jelas dalam Perjanjian Baru adalah kepemimpinan tim di gereja lokal -- pluralitas, demikian kita menyebutnya. "Tanpa pengecualian," kata Gregg Allison, "setiap kali Perjanjian Baru menyebutkan pemerintahan sebuah gereja tertentu, struktur kepemimpinannya adalah keberagaman penatua" (Sojourners and Strangers, 293).

Lebih Bijaksana Bersama-Sama

Gambar: team leadership

Sebelum memberikan selusin manfaat tambahan dari pluralitas dalam kepemimpinan, berikut adalah prinsip utamanya: Kita lebih bijaksana bersama-sama. "Tanpa nasihat, rencana menjadi gagal, tetapi dengan banyak penasihat, semua itu berhasil" (Amsal 15:22, AYT). "Sebab, dengan nasihat yang bijak, kamu dapat melakukan peperangan, dan dalam melimpahnya penasihat, ada kemenangan" (Amsal 24:6, AYT).

Sebagian besar keputusan yang kita hadapi dalam hidup sehari-hari tidak diatur dengan jelas dalam Alkitab daftar hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Cara kita belajar untuk melakukan "apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna" adalah dengan "berubahlah oleh pembaruan akal budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah" (Roma 12:2, AYT). Kita tidak menjalani hidup mengikuti daftar. Sebaliknya, Allah mengubah kita dari dalam menjadi orang yang semakin baru, dan saat kita "dibaharui dalam roh pikiranmu" (Efesus 4:23, AYT), kita menggunakan hikmat saat kita "mencoba mencari tahu apa yang menyenangkan Tuhan" (Efesus 5:10). Ketika kita "dipenuhi dengan pengetahuan akan kehendak-Nya dalam segala hikmat dan pengertian rohani" (Kolose 1:9, AYT), kita belajar untuk "memilih apa yang terbaik" (Filipi 1:10, AYT).

Pluralitas dalam kepemimpinan, dengan demikian, adalah manifestasi komunal dari semacam pikiran yang tenang, yang dikuduskan dari kepemimpinan. Keputusan terberat yang kita hadapi dalam kepemimpinan adalah tidak jelas apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Dan dalam kepemimpinan, kekacauan bertambah banyak, dan keputusan menjadi lebih sulit. Yang sangat kita butuhkan adalah menerapkan kebijaksanaan kolektif yang berasal dari pemulihan Allah atas kita, tidak hanya secara individu tetapi bersama-sama. Kita perlu melengkapi penilaian satu sama lain, dan berusaha untuk bersama-sama memahami jalan Allah bagi pelayanan yang kita pimpin. Itulah sebabnya salah satu karakteristik pertama yang dituntut dari para penatua di gereja adalah "pikiran yang tenang" (1 Timotius 3:2).

Selusin Lagi Karunia

Ketika kita telah dengan hati-hati menjaga pintu menuju kepemimpinan, dan kita cukup mengenal satu sama lain untuk memastikan bahwa kita berjalan bersama dalam terang, maka kita dapat menjalankan kepercayaan besar dalam arah tim. Bersama-sama kita jauh lebih bijaksana daripada sendirian.

Tentu saja, ada kelemahan dari pluralitas dalam kepemimpinan. Meskipun lebih mungkin bahwa jika seseorang disesatkan, seluruh kelompok akan tertipu dan kacau. Dan, seperti yang diakui Alexander Strauch, "Kepemimpinan tim dalam keluarga gereja bisa sangat lambat dan sangat menjengkelkan" (Biblical Eldership, 44). Itu benar. Akan tetapi, secara keseluruhan, manfaat dari memimpin bersama jauh lebih besar daripada melakukannya sendirian.

Nah, inilah selusin manfaat lainnya, antara lain, untuk melengkapi kebenaran bahwa kita memang lebih bijaksana bersama-sama. (Ini tidak dimaksudkan untuk menambah pesimisme pada mereka yang berada dalam situasi kepemimpinan tunggal dan ingin dikelilingi oleh rekan-rekan tetapi tidak memilikinya. Sebaliknya, kami berharap hal-hal ini akan memberi Anda dorongan untuk terus berdoa, dan berinvestasi untuk adanya rekan satu tim masa depan dalam pelayanan.)

1. Lebih Banyak Kekuatan, Lebih Sedikit Kelemahan

Pluralitas dalam kepemimpinan berarti melengkapi karunia kita dengan bakat orang lain, dan menggabungkan karunia pelengkap kita untuk melakukan pekerjaan dengan lebih efektif. Allah memberikan "karunia yang berbeda-beda menurut anugerah yang diberikan kepada kita" (Roma 12:6). Bahkan, di antara para pemimpin, ada berbagai karunia, pelayanan, dan kegiatan (1 Korintus 12:4-6). Kepemimpinan akan lebih baik ketika bersama-sama kita menjadi "pelayan yang baik atas berbagai karunia dari Allah" (1 Petrus 4:10).

Dan, saat kita menghimpun kekuatan kita, kita menutupi kekurangan kita. Memimpin bersama menutupi banyak kelemahan kita. Dalam pengaturan tim, kesalahan penilaian individu kita menyebabkan lebih sedikit kerusakan, jika ada; suara lain dapat berbicara dan menunjuk ke arah lain. Tidak apa-apa untuk menjadi tidak sempurna; orang lain dapat melihat titik buta kita dan memberikan koreksi. Dan, memimpin bersama-sama dapat mencegah kecenderungan mendominasi yang ada dalam pemimpin individu, karena rekan-rekan berdiri bersama untuk mempertajam dan menantang mereka.

2. Pengajaran yang Lebih Sehat

Adalah baik bagi masing-masing pengajar untuk membuat poin mereka yang menarik, menempatkan hiperbola dengan baik, dan menunjukkan kebiasaan dan kekhasan mereka sendiri yang karismatik. Akan tetapi, ketika mereka sendirian dalam jangka panjang, mereka dapat menimbulkan kegoyahan dan ketidakseimbangan ke dalam kehidupan gereja lokal. Setiap kelompok yang hanya memiliki satu pengajar akan menjadi seperti pemimpin yang menderita jika Anda membiarkan dia melakukannya dalam waktu yang cukup lama.

Inti dari kepemimpinan Kristen adalah mengajarkan firman Allah (Ibrani 13:7). Jadi, pendeta dan penatua harus terampil dalam mengajar (1 Timotius 3:2; Titus 1:9). Dan, sama pentingnya untuk memiliki pluralitas penatua dalam pengajaran umum seperti halnya dalam pertemuan dan keputusan pribadi. Juga, ketika ada tim pemimpin-pengajar yang berkualitas, mereka dapat mengajar di berbagai bidang pelayanan. Dengan cara ini, ada banyak pengaruh signifikan pada jemaat. Tidak ada pengajar yang memiliki semua karunia, dan semua keseimbangan, yang dibutuhkan oleh komunitas yang sehat dan bersemangat.

3. Meringankan Beban Kerja

Kepemimpinan pastoral bisa sangat menuntut. Tidak hanya ada kerja yang bersemangat untuk persiapan dan penyampaian pengajaran umum, dan pertemuan yang lama untuk membuat keputusan yang membingungkan, tetapi juga pelayanan reaktif yang intensif untuk menanggapi kebutuhan dalam anggota. Ketika kita memimpin bersama, kita berbagi beban berat yang kadang-kadang dapat dipikul oleh penggembalaan. Ketika kita membagi kerja dan mendistribusikan beban pelayanan, kita membuat kehidupan sehari-hari lebih layak huni bagi para pemimpin dan melindungi mereka dari kelelahan dan kejenuhan.

4. Digembalakan dan Bertanggung Jawab

Pluralitas dalam kepemimpinan juga memberikan perhatian dan akuntabilitas yang esensial. Ketika pemimpin gereja yang paling populer memiliki rekan-rekan yang dapat berbicara dalam hidupnya, dan membuatnya sengaja berhenti sejenak, ada lebih sedikit ruang untuk secara halus mengambil keuntungan dari hak istimewa dan membuat keputusan untuk kepentingan diri sendiri. Dan, bagi setiap gembala Kristen, identitas kita yang lebih mendasar adalah menjadi salah satu domba (Lukas 10:20). Pendeta perlu digembalakan. Kita semua harus bertanggung jawab dan memiliki beberapa struktur untuk dipanggil kembali jika kita keluar jalur, serta dibimbing dengan antusias ke padang rumput yang lebih hijau.

5. Lebih Aman Bersama-sama

Sering kali dalam kepemimpinan Kristen, kita menghadapi situasi yang tampaknya jauh melampaui diri kita sebagai individu. Kita sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau nasihat apa yang harus diberikan. Kita gelisah dan tidak yakin; kita merasa bingung.

Memimpin bersama tidak hanya membuat kita lebih bijaksana bersama-sama ketika banyak pilihan ada di hadapan kita, tetapi juga membantu kita untuk bergerak maju dengan hati-hati, selangkah demi selangkah, ke dalam situasi di mana kita bahkan tidak yakin ada satu pilihan yang baik. Seperti yang dikatakan Amsal 11:14, "jika ada banyak penasihat, keselamatan ada di sana."

6. Lebih Banyak Dukungan dari Gereja

Karena penatua adalah domba yang pertama dan terutama, bukan gembala, mereka adalah "dari umat". Jabatan ini berbeda dengan Rasul, sebagai mereka yang mewakili Gembala Agung dalam arti yang lebih signifikan. Kita dapat mengatakan bahwa sementara para rasul adalah "dari Allah", para penatua adalah "dari umat".

Para penatua berasal dari umat, dan di antara umat, dan memiliki pluralitas penatua di antara umat membantu menciptakan dukungan jemaat untuk keputusan, sebelum dan sesudah sesuatu terjadi. Seorang pemimpin tunggal tidak mampu memengaruhi dan memenangkan dukungan dan menangani keadaan individu hampir begitu kuat seperti sebuah tim yang bekerja sama.

7. Lebih Sedikit Sengatan dari Kritik yang Tidak Adil

Sendirian dalam kepemimpinan berarti semua sengatan jatuh tepat pada si penyendiri. Akan tetapi, ketika kita memimpin sebagai sebuah tim dan membuat serta memiliki keputusan sebagai sebuah tim, kita tidak akan terlalu dikritik secara tidak adil atas keputusan tersebut. Kita masih merasakan sengatannya, tetapi tidak terlalu tajam seperti ketika kita mengambilnya bersama-sama. Yang kemudian, menghubungkan kemampuan kita untuk mendorong satu sama lain dalam kesulitan.

8. Lebih Banyak Dukungan dalam Kesulitan

Semua kepemimpinan di dunia yang sudah jatuh dalam dosa pastilah melibatkan kesulitan. Itu hanyalah masalah waktu. Dan, mungkin ada lebih banyak dalam kepemimpinan Kristen, karena begitu banyak yang dipertaruhkan, dan karena ada Musuh sejati yang bertindak melawan kita.

Pencobaan akan datang, tetapi ketika kita memimpin bersama, kita berada dalam kondisi yang jauh lebih baik untuk berjalan dalam pencobaan itu tanpa kehilangan pengharapan. Bersama-sama, kita saling menguatkan untuk terus benar-benar, secara mendalam, terus-menerus bersukacita, bahkan saat kita mengalami kesedihan yang sangat berat. Memiliki rekan-rekan dalam kepemimpinan terbukti menjadi dukungan yang tak ternilai harganya di tengah kesulitan.

9. Lebih Stabil dalam Transisi

Transisi terjadi pada semua kepemimpinan tim jika organisasinya sehat dan bertahan untuk waktu yang lama. Secara khusus, ketika terjadi transisi pemimpin senior, entah pensiun atau panggilan lain, pluralitas memberikan kontribusi besar terhadap stabilitas selama perubahan.

10. Lebih Menyucikan

Kepemimpinan bersama lebih menyucikan daripada memimpin sendirian.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Tidak hanya ada kebijaksanaan kolektif, tetapi memimpin bersama membuat kita lebih baik sebagai individu. Kepemimpinan bersama lebih menyucikan daripada memimpin sendirian. Memimpin bersama, kata Strauch,

menyingkapkan ketidaksabaran kita satu sama lain, kesombongan kita yang keterlaluan, sikap keras kepala kita, ketidakdewasaan kita yang mementingkan diri sendiri, watak kita yang mendominasi, kurangnya kasih dan pengertian kita satu sama lain, dan kita yang tidak berdoa. Itu juga menunjukkan kepada kita betapa tidak bertumbuh dan tidak dewasanya kita sebenarnya dalam kerendahan hati, kasih persaudaraan, dan semangat pelayan sejati. (114)

Memimpin bersama membuat kita masing-masing menjadi lebih baik. "Besi menajamkan besi" (Amsal 27:17).

11. Sukacita Bersama yang Lebih Besar

Memimpin bersama-sama juga membawa sukacita yang lebih besar daripada melakukannya sendirian. "Adalah jauh lebih memuaskan ... menjadi pendeta sebagai sebuah tim daripada menjadi gembala tunggal" (Jeremie Rinne, Church Elders, 95). Sementara kadang-kadang mungkin terasa lebih mudah untuk melakukan semua panggilan sendirian, kegembiraan memimpin bersama, dengan segala kesulitan yang menyertainya, jauh melampaui kesederhanaan menjadi pemimpin yang tak terbantahkan.

12. Bersama-sama di Bawah Gembala Agung

Akhirnya, dan yang paling penting, bekerja sebagai tim gembala harus selalu mengingatkan kita bahwa hanya ada satu "Sang Gembala Agung" (1 Petrus 5:4). Kita gembala bawahan adalah banyak, tetapi ada satu "Sang Gembala dan Pelindung jiwamu" tunggal yang agung (1 Petrus 2:25), hanya satu "Sang Gembala Agung" (Ibrani 13:20). Dialah yang memiliki bahu yang cukup lebar untuk menanggung semua beban kita bagi kawanan domba atasnya (1 Petrus 5:7). Dialah yang telah berjanji bahwa Dia akan membangun gereja-Nya (Matius 16:18) dan bahwa Injil-Nya akan menyebar ke semua bangsa (Matius 24:14) melalui jemaat (Efesus 1:22; 3:21).

Realitas pluralitas mengingatkan kita bahwa kita bukanlah satu-satunya pemimpin gereja Kristus, melainkan Dia. (t/Jing-Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : https://desiringgod.org/articles/twelve-benefits-of-team-leadership
Judul asli artikel : Twelve Benefits of Team Leadership
Penulis artikel : David Mathis
Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar