Teladan Baik
Seorang pemimpin Kristen harus memberikan teladan baik bagi orang-orang yang dipimpinnya. Perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya. "Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita" (Tit. 2:7-8). Ada tiga cara menjadi teladan yang baik.
1. Hidup Sederhana
Cara pertama adalah dengan memiliki standar hidup yang sama dengan para pengikut dalam hal pakaian, makanan, dan pekerjaan. Pemimpin seharusnya tidak bersantai-santai sambil minum minuman enak sementara yang lainnya hanya mendapat makan dan minum yang sederhana. Pun seorang pemimpin selayaknya memakai pakaian yang sama dengan para pengikutnya karena mereka memiliki komitmen yang sama. Sebagai seseorang yang memimpin pekerjaan rutin para pengikutnya, ia selayaknya tidak menghindari untuk ikut terlibat dalam rutinitas tersebut. Karena saat gembala tidak ada di sisi domba-dombanya, ia membiarkan domba-dombanya diperdaya oleh serigala.
Sebaliknya, seorang pemimpin harus menjadi kuat dengan yang kuat dan menjadi lemah dengan yang lemah (1 Kor. 9:22). Karena jika seseorang yang kuat bersikap seolah-olah ia lemah, orang-orang kuat lain yang ada di bawah kepemimpinannya akan meneladaninya dan mulai menuruti dagingnya. Namun, jika seorang pesakitan tidak mau disembuhkan, ia mengintimidasi pesakitan lain dengan menyiratkan bahwa ia ingin mereka menjadi seperti itu atau bahwa ia tidak ingin mereka menjadi lebih baik. Para rasul menyadari pentingnya teladan Yesus bagi mereka saat Tuhan Yesus bersama-sama dengan mereka, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan mereka, untuk menjadi saksi dengan mereka tentang kebangkitan-Nya (Kis. 1:21-22). Yakni, dari saat Yesus pertama kali mengambil para murid setelah pembaptisan-Nya, sampai pada saat Ia naik ke surga, ia selalu mengajar mereka dengan teladan-Nya. Ia ada di antara para murid, tinggal bersama mereka lay aknya keluarga-Nya, dan memberikan pengajaran yang sangat berharga kepada kerumunan yang berkumpul.
2. Kerendahan Hati
Adalah penting untuk seorang pemimpin bersikap rendah hati. Biarkan tingkah lakunya menunjukkan bahwa ia tidak berpikir terlalu tinggi terhadap dirinya sendiri atau menyiratkan lagak seorang petinggi. Seorang pemimpin harus kentara bahwa ia takut akan perannya, bahwa ia menanggung tanggung jawab itu karena ia memang harus melakukannya, dan lebih ingin menjadi bawahan daripada harus memerintah. Ia juga harus menunjukkan bahwa bawahannya adalah lebih baik darinya dan lebih memilih mereka menganggap dirinya sebagai hamba daripada seorang tuan (Luk. 22:26-27). Adalah penting untuk seorang pemimpin bersikap rendah hati. Biarkan tingkah lakunya menunjukkan bahwa ia tidak berpikir terlalu tinggi terhadap dirinya sendiri atau menyiratkan lagak seorang petinggi. Seorang pemimpin harus kentara bahwa ia takut akan perannya, bahwa ia menanggung tanggung jawab itu karena ia memang harus melakukannya, dan lebih ingin menjadi bawahan daripada harus memerintah. Ia juga har us menunjukkan bahwa bawahannya adalah lebih baik darinya dan lebih memilih mereka menganggap dirinya sebagai hamba daripada seorang tuan (Luk. 22:26-27).
Seorang pemimpin melakukan hal-hal itu sehingga setiap bawahannya dapat berkomunikasi dengannya setiap saat. Ia bertutur dengan sopan sehingga bawahannya dapat mendiskusikan kebutuhan-kebutuhannya dengan didasari rasa saling percaya. Ia mendengarkan dengan sabar, melakukan segala hal baik yang mampu ia lakukan, dan memberikan instruksi dengan hati-hati serta menasihati dengan tepat. Ia harus bersusah payah agar lebih disukai daripada ditakuti, karena seorang pemimpin yang disukai akan mudah mendapatkan ketaatan para bawahannya. Ketaatan berdasarkan rasa suka sifatnya sukarela, sedangkan ketaatan yang didasari rasa takut muncul dari rasa terpaksa. Semakin rela sebuah ketaatan itu dilakukan, manfaatnya akan semakin besar. Seorang pemimpin yang ingin para bawahannya mendapatkan banyak manfaat, harus berusaha mendapatkan ketaatan yang didasari kerelaan hati. Lagipula, tujuan dari kepemimpinan spiritual adalah untuk mengarahkan orang-orang yang dipimpin menuju k ehidupan kekal.
Seorang pemimpin juga harus menunjukkan kesederhanaan dalam hal harta dan barang, bukannya berusaha memiliki kemewahan. Segala yang dimilikinya harus memerlihatkan penerimaannya akan kemiskinan dan dengan demikian menunjukkan kesederhanaannya. Ia sebaiknya tidak memiliki barang yang mewah dan tidak membiarkan pengikutnya memiliki barang seperti itu. Orang sombong senang dengan keagungan, namun orang yang rendah hati senang dengan hal-hal sederhana. Berusaha mencari kemewahan atau berambisi untuk memiliki dan memamerkan apa yang berharga dan mewah, bukanlah tanda dari sebuah kerendahan hati.
3. Kedewasaan
Ada tiga cara bagaimana seorang pemimpin dapat memerlihatkan kedewasaannya. Pertama, ia tidak bertingkah sembrono. Ia tidak akan mengucapkan gurauan dan kata-kata yang sepertinya lucu, namun sebenarnya sangat menyakitkan dan bodoh. Orang-orang tidak akan mengagumi atau menghormati orang seperti itu. Meski seorang pemimpin biasanya harus lebih disukai daripada ditakuti, ada baiknya jika seseorang yang kurang ajar merasa takut padanya. Rasa suka itu sendiri akan lebih terasa jika dikombinasikan dengan penghormatan, bukti kasih kita kepada sang Pencipta; semakin kita mengakui kemuliaan-Nya yang mutlak, semakin baik pula kita menyukai kerendahan hati-Nya. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat (Maz. 25:8).
Kedua, seorang pemimpin juga tidak boleh ceroboh dengan kasih sayangnya. Ia harus mendisiplinkan dirinya sendiri untuk menghindari keterlibatan seksual atau segala macam keterlibatan dengan seseorang yang karakternya patut dipertanyakan. Lebih baik jika seorang pemimpin mengasihi orang-orang yang setia dan tulus, serta merangkul mereka demi keselamatan mereka dalam Kristus.
Seorang pemimpin seharusnya menjadi seseorang yang dipercaya -- yang dapat memegang rahasia layaknya seorang sahabat -- oleh semua pengikutnya, dan setiap orang mendapat kasihnya sebagaimana mestinya. Dia tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat pengikutnya berpikir bahwa ia pilih kasih, seperti yang dirasakan saudara- saudara Yusuf. Sikap seperti itu akan menimbulkan kemarahan atau rasa iri hati terhadap orang lain.
Ketiga, seorang pemimpin juga tidak boleh ceroboh mengubah rencana tindakan atau nasihat. Misal saja pada suatu saat ada sesuatu yang menyukakan hati sang pemimpin dan di waktu lain ada yang kurang menyenangkan hatinya, atau ada saat lain di mana ia menginginkan sesuatu, lalu ia tidak membutuhkannya di lain waktu. Setelah melihat labilitas seperti itu, siapa yang akan menerima penilaian dan melakukan kehendaknya? Berada dalam situasi seperti itu, bawahannya tidak akan menghormati kebijaksanaannya, atau berkomitmen untuk menaati perintahnya. Kerusakan yang timbul karena hal ini akan sangat serius. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (Fil. 2:4). Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (1 Tes. 5:21).
Seseorang dapat saja memunyai alasan bagus untuk mengubah keputusan yang tidak diperlukan atau tidak memberi keuntungan spiritual. Perubahan tersebut bukanlah tanda kecerobohan, namun kedewasaan. Akan sangat bodoh jika mengesampingkan yang lebih baik untuk hal yang buruk; sama halnya, adalah bodoh jika Anda bersikeras memertahankan keputusan yang tidak dapat membawa perubahan bagi pengikut Anda, meski keputusan tersebut memberi keuntungan yang jelas dan besar.
Saat Paulus memutuskan untuk tidak jadi mengunjungi Korintus sesuai dengan janjinya, dia meyakinkan mereka bahwa ia tidak berubah pikiran dengan ceroboh, namun demi kebaikan mereka sendiri (2 Kor. 1:15-23).
Dalam mengambil keputusan, apa pun itu, pemimpin harus selalu ingat bahwa pengikutnya pasti akan meneladaninya.
Nilai Teladan
Pemimpin yang baik biasanya membentuk murid-murid yang baik. Orang yang melihat cara hidup benar yang diperlihatkan pemimpin mereka sering kali menjadi orang Kristen yang lebih baik dan memiliki peran serta yang lebih baik dalam suatu komunitas. Pemimpin yang mengabaikan tugasnya untuk memberi teladan akan dengan tegas dihakimi oleh Allah (Yeh. 34:10).
Ucapan tanpa disertai dengan perbuatan yang baik sama dengan adukan semen tanpa batu kapur -- kering dan tidak kuat. Perbuatan berbicara lebih keras daripada kata-kata; pelajaran yang kita ajarkan lebih kentara melalui perbuatan baik daripada melalui kata-kata yang kita tuturkan.
Seorang pemimpin sebaiknya berkomitmen untuk memiliki kemantapan hati dalam membentuk setiap orang yang dipimpinnya sesuai dengan pola Kristus. Ini berarti dia menanamkan cara hidup dan doktrin Kristus kepada mereka. Ia berusaha membawa mereka untuk meneladani Tuhan dalam segala aspek kehidupan mereka, tidak hanya mengarahkan pikiran mereka terhadap-Nya (Ef. 5:1 dan Gal. 4:19). Akan tetapi, perintah verbal saja tidak cukup untuk menyampaikan seluruh ajaran Kristus.
Karena itu, para pemimpin seharusnya menjadi teladan yang hidupnya menunjukkan cara hidup Kristus, supaya mereka dapat menanamkan lebih dalam lagi cara hidup seperti itu dalam diri orang-orang yang mereka pimpin. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus (1 Kor. 11:1). Artinya, jika Anda mau dibentuk menjadi serupa dengan Kristus, lihat dengan saksama cara hidup saya: Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Gal. 2:20). Sebab seorang pemimpin memiliki peran penting; dia harus mengutamakan apa pun yang menyenangkan hati Kristus, menjalankan perintah Tuhan, dan menjadi model keserupaan terhadap Kristus.
Dengan cara ini, seorang pemimpin harus mendorong pengikut mereka untuk melakukan kehendak Tuhan. Dengan otoritas Tuhan, dia harus melayani para pengikutnya dalam segala sesuatu yang dapat memberi dampak positif bagi mereka, dan menjadi teladan bagi mereka (2 Kor 4:5). Ketika apa yang keluar dari mulut sang pemimpin adalah demi kemuliaannya sendiri, dia mengkhotbahkan diri sendiri, bukan Kristus. Ketika dia memberikan contoh yang buruk, dia mendorong para pengikutnya untuk menjadi sepertinya, bukan seperti Kristus (baca Gal. 4:17). Ini berarti para pemimpin yang tindakannya menjauhkan diri Anda dari Kristus, bertindak atas dasar motivasi yang tidak baik. Mereka ingin Anda mengikuti cara hidup mereka yang salah. (t/Dian dan Hilda)
Diterjemahkan dan diringkas dari: