Strategi Pengembangan Kepemimpinan Kristen Pada Era Pascamodern (II)
A. Dampak Pascamodern Bagi Komunitas Kristen
Karakteristik masyarakat pascamodern yang cenderung materialistis dan individualistis, serta melemahnya wibawa agama dalam masyarakat akan membawa dampak bagi komunitas Kristen, antara lain sebagai berikut:
1. Merenggangnya hubungan antar individu
Salah satu kekuatan gereja mula-mula terletak pada hubungan yang erat antar orang Kristen pada saat itu (Kisah Para Rasul 2:41-47). Kekuatan ini akan mengalami terpaan yang kuat, dengan gaya hidup manusia yang semakin individualistis dalam masyarakat pascamodern.
2. Kebenaran yang relatif
Masyarakat pascamodern cenderung tidak memercayai kebenaran mutlak dan menerima bahwa setiap budaya dan agama memiliki kebenaran yang unik. Itu berarti bahwa kebenaran itu relatif. Padahal Kekristenan menawarkan kebenaran yang mutlak (Yohanes 14:6).
3. Kekuasaan informasi
Masyarakat pascamodern ditandai dengan masa kejayaan dan kecanggihan informasi. Karena itu, era pascamodern disebut juga era informasi. Informasi merupakan kekuatan raksasa yang sedang bangkit dan tantangannya bagi kekristenan adalah penguasaan informasi tersebut. Patut diingat bahwa informasi yang ditawarkan, memiliki dimensi yang positif dan negatif. Karena itu, komunitas Kristen kerap mengalami godaan yang kuat, sehubungan dengan derasnya informasi yang tidak selalu membangun itu.
B. Metode Pengembangan Pemimpin
C.H. Colley, dalam Human Nature dan Sosial Order, mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah pusat, cerminan, atau fokus dari struktur, dinamika, atmosfer, ideologi, serta tujuan dari mereka yang dipimpin. Robert Clinton mendefinisikan kepemimpinan dalam perspektif Kristen dengan landasan alkitabiah sebagai suatu proses terencana yang dinamis, yang di dalamnya seorang pemimpin dengan kapasitas dan tanggung jawab dari Allah, memimpin (memengaruhi/menggerakkan) suatu kelompok orang atau para bawahan ke arah tujuan Allah yang menguntungkan pemimpin dan bawahan. Dalam upaya mengatasi dampak negatif dari pascamodern bagi kekristenan, dalam bagian ini akan diuraikan strategi pengembangan Kepemimpinan Kristen. Berikut ini dua metode penting dalam usaha penyiapan diri pemimpin, agar dengan efektif mampu berkarya dan melayani dalam masyarakat pascamodern.
1. Pemagangan
a. Pengertian Magang
Pemagangan ialah suatu pengalaman relasional yang di dalamnya seseorang menegarkan yang lain dengan apa yang diperolehnya dari Allah. [Penulis menggunakan istilah pemagangan dalam artikel ini, Red.] Paul Stanley dan Robert Clinton mendefinisikan pemagangan sebagai suatu pengalaman yang menyangkut hubungan, yang di dalamnya seorang memberikan kemampuan kepada orang lain, dengan cara membagikan keterampilan yang Allah karuniakan.
b. Kontribusi yang Dibutuhkan dalam Pemagangan
Ada berbagai elemen yang dibutuhkan sebagai kontribusi dalam pemagangan, yaitu mendisiplinkan, penuntun rohani, pelatih, konselor, guru, dan sponsor.
c. Elemen Penting dalam Pemagangan
Ada tiga elemen penting yang dibutuhkan dalam pemagangan, yaitu:
Hubungan. Dalam pemagangan dibutuhkan hubungan yang baik antara pemimpin dan orang yang dibimbing.
Menjadi Model Hidup. Pembimbing memberikan pelajaran yang utama yaitu melalui contoh kehidupannya. Pembimbing menjadi model hidup bagi orang yang dibimbing.
Peneguhan Harapan. Pembimbing perlu mengobarkan harapan baru orang yang dibimbing.
d. Ciri Karakteristik Pembimbing atau Mentor
Ada beberapa ciri umum yang dibutuhkan seorang mentor atau pembimbing yang baik, antara lain:
Kemampuan untuk melihat potensi yang ada pada seseorang.
Toleransi terhadap kesalahan, kelancangan, kekasaran, dan sejenisnya, agar dapat melihat potensi tersebut berkembang.
Keluwesan dalam menanggapi rupa-rupa orang dan keadaan.
Kesabaran, karena mengetahui bahwa untuk berkembang dibutuhkan waktu dan pengalaman.
Perspektif, memiliki visi dan kemampuan untuk melihat jauh ke depan, serta menunjukkan langkah-langkah yang diperlukan oleh seorang yang dibimbing.
Karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan yang membangun dan membangkitkan semangat orang lain.
e. Sasaran dari Pemagangan
Ada tiga hal yang menjadi sasaran dalam pemagangan, yakni:
Formasi pelayanan. Aspek yang ingin dikembangkan yaitu pengembangan keterampilan.
Formasi karakter. Hal yang utama adalah pengembangan dalam bidang spiritual.
Formasi strategis. Membutuhkan penerapan nilai-nilai pelayanan.
f. Langkah Praktis dalam Pemagangan
Ada beberapa saran sebagai langkah praktis yang penting dalam pemagangan, yaitu:
- Mengadakan hubungan antara pembimbing dengan yang dibimbing.
- Secara bersama-sama menyepakati tujuan hubungan.
- Menentukan keteraturan interaksi.
- Menentukan jenis pertanggungjawaban.
- Membuat mekanisme komunikasi.
- Menjelaskan tingkat keberhasilan.
- Menetapkan siklus kehidupan hubungan tersebut.
- Mengadakan evaluasi dari waktu ke waktu atas hubungan itu.
- Menyesuaikan harapan-harapan, agar cocok dengan yang ada dalam situasi pembimbingan.
- Menyelesaikan hubungan pembimbingan itu.
Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin yang bertanggung jawab.
Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang senantiasa bertumbuh.
Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup.
Pemimpin Kristen harus memiliki motivasi dasar pelayan -- hamba.
Pemimpin Kristen perlu memiliki paradigma kepemimpinan yang alkitabiah.
Integritas adalah hal yang mendasar dalam kepemimpinan yang efektif; hal ini harus ditekankan sejak awal dalam pengembangan watak diri seorang pemimpin.
Ketaatan pertama-tama harus dipelajari, baru kemudian dapat mengajarkannya.
Karunia kepemimpinan terutama melibatkan karunia firman, yang mana pada awalnya muncul melalui ujian firman.
2. Pelatihan Kepemimpinan Kristen
a. Ciri Kepemimpinan Kristen
Ada beberapa ciri kepemimpinan Kristen yang perlu digapai dalam pelatihan kepemimpinan, antara lain:
b. Dasar Formatif Pembentukan Pemimpin Kristen
Dua hal penting dalam pengembangan pemimpin Kristen yaitu faktor dasar dan sifat dasar formatif. Pemimpin Kristen dibentuk dengan faktor dasar yang ada pada setiap individu, yaitu karakter, pengetahuan, dan pengalaman. Sifat dasar pengembangan kepemimpinan Kristen mengacu kepada gagasan dari Dr. J. Robert Clinton, yaitu terfokus ke arah tiga rangkaian sasaran, yaitu formasi rohani, formasi pelayanan, dan formasi strategis. Formasi rohani ialah pembentukan karakter pemimpin yang didominasi oleh faktor rohani. Formasi pelayanan berkenaan dengan pengembangan falsafah kepemimpinan pelayanan. Sementara formasi strategis berhubungan dengan keahlian pelayanan, yaitu faktor "tahu bagaimana" melaksanakan pelayanan dengan baik.
c. Proses Pelatihan Kepemimpinan
1. Proses Kegiatan Pelatihan
Dalam kegiatan pelatihan tentunya membutuhkan peserta. Kehadiran peserta penting, namun yang lebih penting adalah hasil yang diperoleh peserta melalui keterlibatan mereka dalam kegiatan dan pendekatan kurikulum yang dipakai selama proses kegiatan pelatihan itu berlangsung. Berhasil tidaknya proses ini tergantung pada kepiawaian penanggung jawab kegiatan pelatihan menyusun dan mengatur jalannya kegiatan dengan baik.
2. Sasaran Pelatihan
Sebagai hasil akhir pelatihan, diharapkan pemimpin memiliki karakter pemimpin Kristen yang baik, falsafah kepemimpinan Kristen yang alkitabiah, serta keterampilan dalam melaksanakan pelayanan.
3. Metode Pelatihan
Metode yang digunakan dalam pelatihan antara lain: pengajaran di kelas, diskusi kelompok, memimpin kelompok, dan proses mentoring [menasihati, Red.].
d. Proses Pengembangan Diri Pemimpin
Tantangan terbesar dalam pengembangan diri seorang pemimpin adalah mengembangkan watak yang saleh. Allah menggunakan empat pokok proses yang penting untuk menguji pemimpin yang sedang muncul. Keempat hal itu adalah ujian integritas, ujian ketaatan, ujian firman, dan tugas pelayanan. Beberapa hal penting dalam proses pengembangan seorang pemimpin dapat disimpulkan, yaitu:
Penutup
Dewasa ini kita memasuki babak baru dengan tantangan baru, yaitu era pascamodern. Perubahan yang demikian cepat dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi, membawa pengaruh yang besar bagi kekristenan. Masyarakat pascamodern yang cenderung materialistis, individualistis, dan relativitas menjadikan kebenaran sebagai tantangan bagi komunitas Kristen. Tulisan ini mencoba mengetengahkan latar belakang dan karakteristik dari pascamodernisme, sekaligus merupakan peringatan bagi pemimpin Kristen untuk mengatasi dampak yang negatif dalam rangka menjadi garam dan terang dunia. Dalam upaya menghadapi tantangan pascamodern, penyiapan sosok-sosok pemimpin Kristen yang berkualitas, jelas merupakan hal yang penting dan mendesak. Adapun dua hal penting yang telah dipaparkan yaitu pemagangan dan pelatihan kepemimpinan Kristen, kedua-duanya vital untuk digarap sekalipun membutuhkan waktu. Disadari bahwa apa yang disampaikan dalam tulisan ini bukan final, tetapi merupakan langkah awal untuk mempersiapkan generasi pemimpin Kristen yang andal dalam berkarya dan bersaksi di tengah perubahan masyarakat yang cepat pada era pascamodern ini, baik di dunia pada umumnya maupun di Indonesia pada khususnya!
Diambil dan disunting dari:
Nama Jurnal | : | PELITA ZAMAN, Volume 14, Nomor 1 (Mei - Oktober 1999) |
Judul asli artikel | : | Strategi Pengembangan Kepemimpinan |
Kristen Pada Era Pascamodern | ||
Penulis | : | Joppy A. Saerang |
Penerbit | : | Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen |
Pelita Zaman, Bandung 1999 | ||
Halaman | : | 18 -- 23 |