Seni Pendelegasian
Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. (Keluaran 18:25)
Salah satu definisi kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengenali kemampuan-kemampuan dan keterbatasan-keterbatasan orang lain, serta kecakapan untuk menempatkan setiap orang dalam pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan terbaiknya. Seseorang yang berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan mendayagunakan orang lain, telah menerapkan contoh tertinggi kepemimpinan. Dwight L. Moody pernah berkata, dia lebih memilih menugaskan seribu orang untuk melakukan pekerjaan, daripada melakukan pekerjaan seribu orang. Memilih orang-orang yang dapat dipercaya untuk diserahi wewenang dan mereka sungguh-sungguh melakukan pendelegasian itu, merupakan kemampuan pemimpin sejati. Direktur Jenderal China Inland Mission, Dixon E. Hoste, berkata: "Kecakapan untuk memahami talenta bermacam-macam karyawan, lalu menolong mereka sejalan dengan kepribadian dan pekerjaan masing-masing, merupakan kualitas utama untuk diawasi dalam sebuah tugas." Kecakapan ini akan menyelamatkan pemimpin dari frustrasi.
Pendelegasian tanggung jawab bersamaan dengan wewenang yang sepadan, memungkinkan pelaksanaan tanggung jawab itu tidak selalu disenangi oleh seseorang yang senang melakukan keinginannya sendiri. Dia senang melimpahkan tanggung jawab, tetapi enggan melepaskan kendali kekuasaan dari tangannya. Hal ini tidak adil bagi bawahannya, dan tidak mungkin menunjukkan kepuasan dan keefektifan. Sikap seperti itu cenderung ditafsirkan sebagai kurangnya kepercayaan diri, dan hal ini tidak menghasilkan kerja sama yang baik. Hal itu menghalangi seseorang untuk belajar menjadi seorang pemimpin. Mungkin dia tidak bisa mengerjakan tugas sebaik atasannya, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa ini bukanlah persoalan yang penting. Orang yang lebih muda, yang mendapat kesempatan, mungkin bisa melakukannya lebih baik karena dia lebih mampu merasakan irama kehidupan di zamannya. Tetapi dalam banyak kasus, bagaimana dia memperoleh pengalaman, jika tidak ada tanggung jawab maupun wewenang yang dilimpahkan kepadanya?
Apabila seseorang dalam tampuk kepemimpinan gagal melakukan pendelegasian, dia akan terjerat dalam kubangan detail sekunder. Hal ini bukan hanya terlalu membebani dirinya, tetapi juga membelokkannya dari tanggung jawab utamanya. Dia juga gagal mengeluarkan potensi kepemimpinan para bawahannya. Berkeras kepala melakukan segala sesuatunya seorang diri dengan alasan hasilnya akan lebih baik, bukan hanya merupakan suatu kebijakan berwawasan sempit, tetapi mungkin juga menjadi bukti kesombongan yang tidak berdasar. Pemimpin yang sangat teliti dalam mengamati prioritas, akan mengalami peningkatan keefektifan yang tak terukur.
Sekali pendelegasian telah berlaku, pemimpin seharusnya menunjukkan keyakinan penuh terhadap rekan sejawatnya. Dr. A.B. Simpson, pendiri Christian and Missionary Alliance berkata, "Dia memercayai mereka yang berwenang dalam lembaga-lembaga berbeda dan membiarkan mereka bebas menerapkan talenta mereka". Jika mereka tidak berhasil, maka dia merasa itu adalah cerminan dari kepemimpinannya sendiri, karena dialah yang memilih mereka untuk menempati posisi tersebut. Para bawahan seharusnya benar-benar yakin tentang dukungan pemimpin mereka dalam setiap tugas yang mereka terima, apa pun hasilnya, sejauh mereka telah bertindak sesuai acuan. Ini menunjukkan tanggung jawab telah didefinisikan dan disetujui secara tertulis, sehingga tidak ada kesalahpahaman yang mungkin terjadi. Banyak situasi tidak membahagiakan muncul karena kegagalan melakukan hal ini.
Ketika menuliskan pengalamannya bekerja sama dengan Dr. John R. Mott, Paul Super mengatakan: "Salah satu kekuatan terbesar saya dalam sepuluh tahun ini di Polandia adalah beliau mendukung saya. Kebanggaan terbesar saya adalah kepercayaan beliau kepada saya. Jelas, salah satu motivasi terbesar saya adalah membalas dukungan beliau selayaknya dan memenuhi harapan beliau terhadap saya."
Ilustrasi Alkitab yang menonjol tentang prinsip pendelegasian yang bertanggung jawab adalah nasihat Yitro kepada menantunya, Musa, yang tertulis dalam Keluaran 18:1-27.
Israel, sekelompok budak yang belum terorganisasi, baru saja keluar dari Mesir. Pada saat itu, suatu semangat kebangsaan yang baru muncul dan mereka menjadi suatu bangsa yang terorganisasi. Perkembangan ini memberikan beban pemerintahan yang amat berat kepada Musa, sehingga memunculkan nasihat bijak Yitro. Dari pagi hingga malam dia melihat Musa mendengarkan dan menjadi hakim atas persoalan-persoalan yang muncul dari kondisi baru ini. Musa dibebani oleh peran legislatif dan yudisial, dan setiap keputusannya diterima oleh umat sebagai perkataan Tuhan.
Yitro melihat Musa tidak dapat memikul tekanan ini selamanya dan mengajukan dua alasan kuat untuk mendelegasikan beberapa tanggung jawabnya. Pertama, "Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja." (Keluaran 18:18) Penggunaan kekuatan fisik dan saraf ada batasnya, dan jika dilampaui akan berbahaya. Kedua, metode yang sedang berlangsung terlalu lambat dan umat mulai tidak puas karena mereka tidak menerima perhatian yang mereka inginkan. Pembagian tanggung jawab akan mempercepat keputusan hukum dan umat akan pergi dengan puas (Keluaran 18:23).
Yitro lalu mengusulkan dua rangkaian tindakan. Musa tetap bertindak sebagai wakil Allah, mengajarkan prinsip-prinsip rohani, dan melaksanakan fungsi legislatifnya. Dialah yang akan membawa perkara-perkara yang sulit ke hadapan Allah (Keluaran 18:16, 19-20). Dia harus mendelegasikan fungsi yudisial yang saat itu dia jalankan kepada pemimpin-pemimpin hukum yang cakap, yang dapat meringankan bebannya yang amat berat. Ini adalah nasihat bijaksana karena jika Musa wafat akibat dari tekanan jabatannya, dia tidak akan meninggalkan seorang pun yang berpengalaman dan terlatih dalam menjalankan wewenangnya dan memikul tanggung jawabnya. Kegagalan mengantisipasi hal ini telah merusak banyak karya Tuhan yang sedang dijanjikan-Nya.
Musa memperoleh beberapa manfaat dengan mengikuti nasihat Yitro. Dia mampu memusatkan pikiran kepada beberapa aspek dan tanggung jawab yang lebih tinggi dalam jabatannya. Talenta-talenta yang tidak diduga dan tersembunyi dalam diri para bawahannya akhirnya ditemukan. Orang-orang berbakat ini, yang mungkin pernah mengecamnya ketika dia berkuasa atas semuanya, kini bertumbuh lewat beban jabatan mereka dan menjadi rekan setianya. Dia juga membuat antisipasi kepemimpinan yang efektif bagi bangsanya setelah kematiannya.
Yitro menguatkan menantunya dengan menyatakan suatu prinsip rohani yang relevan sepanjang zaman. "Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan senang ke tempatnya" (Keluaran 18:23). Dia menyerahkan nasihatnya kepada bimbingan tertinggi Allah. Pada prinsipnya, Allah yang bertanggung jawab penuh untuk memampukan umat-Nya dalam menyelesaikan setiap tugas yang telah Dia berikan. Ada beberapa tugas sukarela yang dapat dikerjakan oleh orang lain lebih baik daripada yang dapat kita lakukan, kita sebaiknya menyerahkan tugas-tugas itu. Bahkan jika mereka melakukan lebih buruk daripada kita, kita sebaiknya tetap menyerahkan tugas-tugas itu. Tak diragukan lagi, Musa mungkin telah melakukan tugas lebih baik daripada tujuh puluh orang yang dipilihnya, tetapi jika ia tetap berkeras kepala melakukan tugas-tugas itu, mungkin dia akan segera menjadi tinggal kenangan.
Standar yang disarankan Yitro dalam pemilihan asisten Musa membuktikan pengetahuan rohani sebenarnya. Mereka haruslah orang-orang yang cakap karena tugas-tugas mereka terperinci, orang-orang yang saleh yang takut akan Allah dan menghormati orang-orang sebangsanya, orang-orang yang dapat dipercaya yang membenci keserakahan dan tidak mempan disuap.
Beberapa pelajaran bagi para pemimpin melalui peristiwa ini antara lain: Mengemban tugas lebih banyak dari yang dapat kita selesaikan merupakan suatu kesalahan. Tidak ada gunanya melakukan lebih banyak pekerjaan daripada bagian kita yang sewajarnya. Baik bagi kita untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasan kita. Yitro-Yitro (penasihat-penasihat) kita seringkali melihat lebih tajam, lebih jelas daripada kita, mengenai cara kepemimpinan yang sedang kita jalankan, dan adalah bijaksana menaati teguran mereka. Jika kita melanggar hukum alam, apalagi dalam pelayanan kepada Allah, kita tidak dibebaskan dari hukumannya. Lebih mudah untuk mengemban tanggung jawab di bawah tekanan manusia daripada menurut bimbingan Allah. Untuk kegiatan di luar kebiasaan tertentu, Allah tidak menerima tanggung jawab apa pun.
Salah satu penilaian penting kepemimpinan penginjilan adalah kesediaan untuk mendelegasikan tanggung jawab kepada calon pemimpin lokal. Calon pemimpin lokal ini harus memiliki kematangan rohani. Pelimpahan tanggung jawab ini menjawab pentingnya menemukan, melatih, dan menggunakan talenta-talenta tersembunyi dari para pelayan lokal. Dalam tahapan-tahapan yang lebih awal, pengawasan yang bijaksana diperlukan, tetapi pertolongan untuk campur tangan sebaiknya hanya dilakukan jika kebutuhan itu menjadi sangat penting. Perasaan diawasi menghancurkan kepercayaan diri.
Ketika Dr. W.E. Sangster ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Home Mission Department di Gereja Methodist di Inggris, dia merancang pembagian kerja di antara semua anggota departemennya, lalu menyerahkan tanggung jawab kepada masing-masing yang tetap dalam pantauannya. Dengan memercayai rekannya secara penuh, dia mendelegasikan kekuasaannya dan tidak pernah menyesalinya. Tentang dia, ada yang mengatakan: "Barangkali capaian terbesar dalam kepemimpinannya adalah mengetahui pentingnya pendelegasian dan pemilihan para asisten dengan cermat. Dia selalu menjadi ahli dalam bidang itu."
Ketika menulis tentang pemimpin suatu perkumpulan penginjil yang besar, seorang anggota stafnya berkomentar: "Dia memiliki talenta kepemimpinan yang luar biasa, dengan tidak pernah mencampuri pekerjaan para bawahannya. Setiap orang dibiarkan melakukan pekerjaan masing-masing." Anggota yang lain menulis, "Dia mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh orang-orang, melihat mereka melakukannya, membiarkan mereka melakukan yang terbaik ketika diberi kesempatan, dan hanya menyelidiki ketika muncul kesalahan." (t/Dicky)
Download Audio: Seni Pendelegasian
Diterjemahkan dari: | ||
Judul asli buku | : | Spiritual Leadership |
Judul asli artikel | : | The Art of Delegation |
Penulis | : | J. Oswald Sanders |
Penerbit | : | Positive Action For Christ, Inc, Rocky Mount, 1983 |
Halaman | : | 127 -- 131 |