Kepemimpinan Rohani

Di mana pun pekerjaan Allah dilaksanakan, di situ selalu ada seseorang yang menjadi pemimpin. Selalu ada satu orang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin umat mencapai tujuan-tujuan-Nya.

Allah memanggil satu orang untuk memulai sebuah bangsa (Abraham), untuk memelihara bangsa itu (Yusuf), untuk memimpin bangsa itu keluar dari perbudakan (Musa), dan untuk memimpin mereka menaklukkan negeri itu (Yosua). Dia memakai para pria dan wanita untuk memajukan agenda-Nya. Dia menunjuk para hakim dan raja-raja untuk memerintah dan nabi-nabi untuk menegur umat-Nya. Dan akhirnya, Dia mengutus Seseorang untuk mati bagi dosa-dosa dunia. Keluarkan beberapa pemimpin ini dari sejarah, maka Anda akan melihat sejarah yang sama sekali berbeda. Menurut perhitungan Allah, satu orang dapat membuat sebuah perbedaan. Tidaklah mengherankan jika Allah berkata, "Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku ..." (Yehezkiel 22:30)

Gambar: Pemimpin

Misteri dan hak istimewa pekerjaan Kristen adalah bahwa Allah memakai orang-orang seperti kita untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kita adalah rekan-rekan sekerja-Nya, duta-duta-Nya, perwakilan-perwakilan-Nya, hamba-hamba-Nya, dan pelayan-pelayan-Nya. Pemazmur dengan sangat baik menulisnya demikian, "Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak-Mu tidak kelihatan. Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun" (Mazmur 77:19,20).

Apa Itu Kepemimpinan Rohani?

Kepemimpinan rohani adalah sebuah perpaduan kualitas alamiah dan rohani yang dipergunakan untuk memengaruhi umat Allah guna mencapai tujuan-tujuan Allah. Bahkan kualitas alamiah tidaklah dihasilkan oleh diri sendiri tetapi diberi oleh Allah dan karena itu bisa sangat efektif ketika digunakan di dalam pelayanan Allah dan untuk kemuliaan-Nya.

Pekerjaan pelayanan harus diselesaikan oleh orang-orang rohani, mempergunakan metode-metode rohani untuk mencapai tujuan-tujuan Allah. Jika Anda menghilangkan salah satu dari hal-hal itu, Anda bukan melakukan pekerjaan Allah.

Krisis Kepemimpinan Rohani

Kita menghadapi sebuah krisis kepemimpinan rohani ... dan telah menghadapi krisis kepemimpinan rohani selama 2.000 tahun. Yesus berkata, "Tuaian banyak tetapi pekerja sedikit." Terdapat lebih banyak perkerjaan yang harus diselesaikan daripada jumlah para pekerja dan pemimpin yang mau bekerja. Di dalam memahami kepemimpinan rohani, mungkin kita perlu mengesampingkan pemikiran tradisional mengenai apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin. Ya, para pemimpin rohani adalah agen-agen perubahan. Ya, mereka memberikan pengaruh kepada para pengikutnya. Ya, mereka menyelesaikan tujuan-tujuan. Akan tetapi, motif dan metode mereka sama sekali berbeda. Kita bertindak sesuai dengan ketentuan masing-masing pemimpin. Seorang pemimpin rohani selalu merupakan orang yang dipimpin sebelum dia menjadi pemimpin. Yesus, hanya mengerjakan atau berbicara sesuai dengan apa yang dikerjakan atau yang diajarkan oleh Bapa (Yohanes 5:19, 8:28). Mengikuti dilakukan sebelum memimpin. Yesus menunjukkan peran kepemimpinan-Nya dengan cara yang baru. Dia datang untuk menjadi seorang hamba (Markus 10:45) dan seorang gembala (Yoh. 10).

Pemimpin Sebagai Seorang Hamba

Di Matius 20:24-28 Yesus menjelaskan betapa nilai-nilai Kerajaan mempengaruhi gaya kepemimpinan. "Kamu tahu bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Yesus bukan mengkritik keinginan seseorang untuk menjadi pemimpin, Dia hanya menegaskan jalan menuju kepemimpinan. Seorang hamba mengabdi untuk keberhasilan orang lain.

Dalam Yohanes 13:1-17, kita melihat tindakan Yesus. Ketika tidak ada pelayan, Dia mengambil peran sebagai seorang pelayan dan membasuh kaki para murid. Setelah membasuh kaki para murid Dia menutup dengan pelajaran tentang kepemimpinan yang tajam ini; "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:14)

Esensi dari kepemimpinan rohani adalah mengikuti Yesus dan melayani orang-orang. Tugas menjadi pemimpin bisa bervariasi. Anda akan memimpin program-program, orang-orang, dan proyek-proyek. Akan tetapi, metode kepemimpinan tidak pernah berubah. Kita tidak berubah dari menjadi hamba ke sesuatu yang lain. Benang perak (semacam pengikat/penghubung yang sangat penting - Red.) yang ada dalam segala hal yang kita lakukan adalah kepemimpinan dengan hati hamba. Kepemimpinan yang tidak melibatkan hati yang bersifat hamba bukanlah kepemimpinan rohani. Begitu kita berhenti melayani, berarti kita tidak lagi mengikuti jejak/meneladani kepemimpinan Kristus.

Pemimpin Sebagai Seorang Gembala

Dalam 1 Petrus 5:2-3, Petrus menulis kepada para pemimpin gereja. "Gembalakanlah kawanan domba Alah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu."

Tugas utama dari seorang gembala adalah memimpin, memberi makan, dan memenuhi kebutuhan domba-domba. Ketika kita tidak lagi memperhatikan orang-orang, maka kita melepaskan hak untuk memimpin. Perhatian kita kepada orang-orang adalah dasar untuk melayani mereka. Pepatah ini benar ... orang-orang tidak peduli seberapa banyak kita tahu sampai mereka tahu seberapa banyak kita peduli.

Hati sebagai hamba berkaitan dengan tugas. Menggembalakan berhubungan dengan orang-orang. Gaya dari seorang pemimpin Kristen selalu adalah melayani dan memperhatikan -- emiliki kepedulian yang tinggi terhadap tugas dan kepedulian yang tinggi kepada orang-orang yang terlibat. Tidaklah mengherankan jika jabatan para pemimpin Kristen adalah "pastor" (gembala) dan "diaken" (pelayan). Karenanya, pelatihan kepemimpinan, adalah benar-benar belajar untuk menggembalakan dan belajar untuk melayani.

Seorang Pemimpin yang Orang Lain Ingin Ikuti

Kepemimpinan rohani merupakan sebuah kombinasi dari sifat-sifat yang dipelajari yang ketika digabung bersama-sama akan membentuk dasar dari kepemimpinan. Semakin banyak sifat-sifat seorang pemimpin ini dimiliki, dan semakin berkembang masing-masing sifat itu, maka semakin besar potensi pengaruh yang dimiliki pemimpin itu bagi Allah. Setiap kita bersedia dipimpin oleh mereka di atas kita yang menunjukkan sifat-sifat ini. Para staf dan murid kami menginginkan para pemimpin yang berintegritas yang bisa mereka hormati dan ikuti. Sepuluh sifat berikut membentuk dasar kepemimpinan kita.

1. Visi. Seorang pemimpin tanpa visi bukanlah seorang pemimpin. Orang yang dipakai oleh Allah memiliki sebuah visi yang jelas tentang apa yang ingin Allah lakukan dan bagiannya ketika melakukan hal itu. Musa bertemu dengan Allah di semak yang terbakar dan menerima dasar perintah-Nya. Allah memberi Yosua perintah yang sejernih kristal tentang apa yang Dia inginkan untuk Yosua lakukan dan bagaimana Dia ingin Yosua hidup. Jika Anda tidak tahu ke mana Anda akan pergi, Anda kehilangan hak untuk meminta orang lain mengikuti Anda. Sebagai seorang pemimpin tim, apakah Anda memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang Allah ingin kerjakan? Apa yang ingin Anda selesaikan bagi Allah? Kemana Anda akan pergi? Orang-orang seperti apa yang Allah ingin Anda bentuk?

2. Teladan. Sebuah ilustrasi visual dari kehidupan Kristen jauh lebih mudah untuk diikuti daripada teori-teori tertulis dalam sebuah buku. Rasul Paulus tidak ragu mengajak orang-orang untuk meniru dan mengikuti dia karena dia sungguh-sungguh mengikuti Tuhan. "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." (1 Korintus 11:1) "Kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan ..." (1 Tesalonika 1:6), "Ikutilah teladanku ..." (Filipi 3:17), "dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu." (Filipi 4:9) "Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami." (2 Tesalonika 3:7)

Memimpin melalui teladan sangatlah sulit untuk dilakukan sepanjang hidup. Kehidupan seorang pemimpin adalah hidup yang membangun dan bergumul (Lukas 14:25), dst. Kedagingan kita (bagian dari diri kita yang suka makan donat dan menonton TV) ingin merasa nyaman. Kita lebih suka duduk-duduk dan menempati posisi atas dan berteori tentang pelayanan daripada melakukan kepemimpinan lagi. Akan tetapi, begitu Anda tidak lagi memimpin melalui teladan -- egitu Anda mulai berkata, "Dahulu saya biasanya melakukan ini..." Anda kehilangan peran kepemimpinan Anda yang sesungguhnya. Anda bisa menjadi seorang konsultan atau manajer tetapi Anda tidak lagi bisa memimpin melalui teladan. Apa saja yang tidak lagi Anda tekankan karena itu tidak ada dalam hidup Anda sendiri sekarang?

3. Integritas. Ketika memilih seorang raja bagi Israel, Allah berkata kepada Samuel yang terpikat oleh penampilan anak Daud yang paling besar, "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi....Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). Integritas adalah masalah hati. "Daud menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya..." (Mazmur 78:72) Begitu Anda kehilangan integritas, Anda kehilangan kepercayaan. Begitu kepercayaan hilang, Anda tidak akan bisa menyuruh seekor kucing mengikuti Anda. Integritas dibangun dari membuat dan menepati janji dan komitmen.

Ini adalah konsistensi hidup. Ini adalah satu kata yang artinya 'keseluruhan." Ini meletakkan semua bidang hidup Anda dalam arah yang sama. Integritas tidak menandai kesempurnaan. Kesempurnaan tidak bisa dicapai tetapi integritas ada dalam genggaman kita. Allah tidak akan memakai seorang pemimpin yang tidak memiliki integritas.

4. Firman Allah. Pemimpin adalah orang yang membaca. Para pemimpin Kristen bertekun dalam Firman Allah. Karena seorang hamba Allah bergantung pada Allah, dia belajar untuk mendengarkan dan mengandalkan Firman Allah untuk tujuan, metode, wawasan, dan kekuatan. Firman Allah itulah yang membuat dia "memadai, diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:17) Pemirsa kita...para pengikut kita membutuhkan kepastian bahwa kita secara teratur bertemu dengan Allah dan mendengarkan suara-Nya -- ahwa kita memimpin mereka dari pimpinan yang kita peroleh dari Allah. Mereka mau mendengarkan orang yang mendengarkan Allah. Jika seorang pemimpin harus mempengaruhi orang-orang untuk mencapai sebuah tujuan, maka seorang pemimpin Kristen harus yakin bahwa tujuan itu adalah sesuatu yang Allah ingin lakukan. Untuk memimpin sebuah pelayanan Anda sendiri harus bertekun dalam Firman. Perselisihan di Kisah Para Rasul 6 menyebabkan murid-murid (para pemimpin) memperjelas penjabaran kerja mereka. "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja." (Kisah Para Rasul 6:20) Melayani meja adalah baik dan penting. Akan tetapi, orang-orang akan tetap hidup tanpa peralatan makan perak yang bersih. Mereka tidak akan bertumbuh dan maju pesat tanpa para pemimpin yang memberi mereka makan dan mengajarkan Firman Allah. Dalam Ibrani 13:7 penulisnya menulis, "Ingatlah pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu." Para pemimpin memberikan firman Allah kepada orang-orang. Sebuah karakteristik esensial dari pemimpin Kristen adalah kemampuan untuk menerima kebenaran dari Allah. Apa yang Anda lakukan untuk memberi diri Anda sendiri makan dari Kitab Suci? Apa yang Anda lakukan untuk memberi makan orang lain dari firman Allah?

5. Doa. "Kami sendiri (para pemimpin)...dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." Kisah Para Rasul 6:4. Mata rantai yang paling lemah di dalam kehidupan seorang pemimpin rohani mungkin adalah doa. Para pemimpin, secara alamiah, adalah para aktivis. Mereka ingin hal-hal terselesaikan. Doa sering kali terlihat sebagai gangguan dalam pekerjaan. Adalah sulit untuk berbicara kepada keberadaan yang tidak kelihatan untuk waktu yang lama. Terlepas dari semua pekerjaan yang dilakukan Yesus saat di dunia, Ia "mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa" (Lukas 5:16). E.M. Bounds menulis, "Manusia mencari-cari metode yang lebih baik. Allah mencari-cari manusia yang lebih baik -- anusia yang suka berdoa." Yosua mendapatkan pelajaran pertamanya tentang kepemimpinan ketika berada di medan perang melawan orang Amalek (Keluaran 17). Sementara dia membunuh dan membantai orang-orang Amalek di bukit, peperangan yang sesungguhnya terjadi di atas gunung. Selama Musa berdoa untuk dia, bangsa Israel menang. Peperangan rohani dimenangkan dalam doa. Jika keberhasilan pekerjaan dan pelayanan Anda merupakan refleksi dari kehidupan doa Anda, di manakah seharusnya pelayanan Anda saat ini?

6. Dipenuhi-Roh Kudus. Kepemimpinan rohani hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus. Kualifikasi-kualifikasi lain untuk pemimpin rohani memang diperlukan. Agar dipenuhi-Roh Kudus adalah hal yang sangat diperlukan. Yesus berkata "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5) Meskipun tugas mereka sebagian besar sementara sifatnya, mereka haruslah orang-orang yang dikuasai dan dimampukan oleh Roh Kudus (Kisah Para Rasul 6). Di mana pun Anda melihat kepemimpinan rohani, Roh Kudus ada di balik layar, memberikan kuasa, mengarahkan, memimpin. Paulus menulis, "...kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah...(dari) Roh." (2 Korintus 3:5,6)

Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menjadi orang pertama yang percaya kepada Allah.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

7. Kerja keras. 1 Tesalonika 5:12, 13 "Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu." Kepemimpinan dalam kerajaan Allah bukanlah kehidupan dengan hak istimewa yang eksekutif tetapi kehidupan yang bekerja keras. Pekerjaan itu bisa saja sangat dinikmati, menantang, dan bermanfaat tetapi itu adalah pekerjaan. Itulah sebabnya disebut "pekerjaan pelayanan." Kita diingatkan untuk "...melakukannya dengan rajin" (Roma 12:8).

8. Iman. "Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka." (Ibrani 13:7). Filsuf George Santayana berkata, "Adalah lebih baik untuk memiliki seekor singa yang memimpin seribu domba daripada seekor domba yang memimpin seribu singa." Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menjadi orang pertama yang percaya kepada Allah. Seorang yang beriman adalah seseorang yang memiliki kekuatan, keberanian, dan tindakan dari dalam dirinya. Iman itulah yang menginspirasi keberanian iman para pengikutnya. Iman pemimpin haruslah lebih besar (atau setidaknya sama dengan) para pengikutnya.

9. Pertumbuhan. Seorang pemimpin tidaklah sempurna tetapi selalu dalam proses mengambil langkah tepat berikutnya dalam kehidupan imannya. Begitu seorang pemimpin tidak lagi belajar dan bertumbuh, maka dia pun berhenti memimpin.

10. Kehidupan rumah/keluarga. Howard Hendricks berkata, "Jika hal itu tidak berhasil di rumah, jangan melakukannya di luar rumah." Jika Anda gagal dengan istri dan anak-anak Anda, Anda gagal sebagai seorang pemimpin Kristen..titik! Semua karakteristik yang ada di atas dapat dikembangkan oleh seseorang yang mengabdikan hidup bagi keluarganya.

Dalam 1 Timotius 4:12-16 Rasul Paulus menulis kepada Timotius tentang gaya kepemimpinannya dan bagaimana agar dia bisa mengatasi rintangan di masa mudanya. Amatilah betapa banyak elemen-elemen yang disebutkan di atas tadi terdapat di dalam nasihatnya: "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu...Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau."

Tujuan Kepemimpinan dan Otoritas

Setiap pemimpin rohani adalah "orang yang bertanggung jawab" atas hidup para pengikutnya (Ibrani 13:17). Otoritas rohani dianugerahkan oleh Allah demi kebaikan orang-orang yang dilayani. Paulus menulis mengenai "...kuasa, yang dikaruniakan Tuhan kepada kami untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan kamu..." (2 Korintus 10:8). Allah memberi pemimpin-pemimpin kepada umat-Nya "untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus" (Efesus 4:11,12). Sebaik apa tujuan Anda sebagai seorang pemimpin sesuai dengan tujuan Allah bagi seorang pemimpin?

Kualitas-Kualitas dari Orang-Orang yang Dipakai oleh Allah

Kepemimpinan rohani bukan sekadar sebuah julukan atau sebuah posisi. Pendekatan Alkitabiah terhadap kepemimpinan terletak pada kualitas hidup dari individu pemimpin itu. Karena sifat dari kata itu sendiri, "pemimpin," maka para pengikut akan mengikuti teladannya. Dalam Titus 1 dan 1 Timotius 3 kita melihat sebuah daftar kualitas-hidup, yang mungkin diusahakan oleh sedikit orang, tersedia bagi semua orang dan tidak bisa ditolak oleh siapa pun. Sifat-sifat itu merupakan sebuah kombinasi dari karakter, kedewasaan ("jangan orang yang baru bertobat"), keterampilan ("mampu mengajar") dan rekam jejak ("mereka harus diuji dulu..mengatur rumah tangganya dengan baik...reputasi yang baik dari orang-orang lain").

Ada saat-saat ketika Anda perlu membuat daftar pemimpin-pemimpin rohani dan mereka juga haruslah memenuhi syarat. Jika tidak ada suatu kelompok pemimpin potensial yang memenuhi syarat, Anda tidak akan melakukan hal-hal yang benar dalam pelayanan Anda. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : CRU
Alamat situs : https://www.cru.org/us/en/train-and-grow/leadership-training/leader-deve...
Judul asli artikel : Spiritual Leadership
Penulis artikel : Eric Swanson
Tanggal akses : 20 Februari 2018
Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar