Pemimpin Kristen Menerima Tantangan Beradaptasi

Tantangan terbesar bagi gereja pada masa kini mungkin adalah mencari cara untuk beradaptasi dengan masyarakat yang berubah. Beberapa orang akan berkata, “Injil itu tetap baik sekarang dan dahulu juga.” Ya, tetapi Paulus juga berkata, “Aku sudah menjadi segala sesuatu bagi semua orang supaya dengan segala cara aku dapat menyelamatkan beberapa orang.” (1 Korintus 9:22, AYT)

Beradaptasi terhadap keadaan yang berubah-ubah bukan berarti mengabaikan prinsip-prinsip Anda. Itu bukan berarti ingkar. Itu adalah mengakui bahwa keadaan telah berubah dan begitu pula seharusnya dengan pendekatan kita.

Ronald Heifitz mendefinisikan perbedaan antara tantangan beradaptasi dan permasalahan teknis hampir 20 tahun yang lalu dalam bukunya Leadership without Easy Answers (Kepemimpinan Tanpa Jawaban yang Mudah). Permasalahan teknis dapat diselesaikan dengan keahlian dan manajemen yang baik. Hampir semuanya adalah tentang pelaksanaan. Tantangan beradaptasi berarti bahwa sesuatu telah berubah sehingga kita juga perlu berubah. Itu membutuhkan inovasi dan pembelajaran.

Salah satu contoh tantangan beradaptasi adalah mencari tahu apakah Anda terkena diabetes tipe II atau kolesterol tinggi. Idealnya, Anda harus mengubah pola makan dan melakukan kebiasaan berolah raga.

Tantangan lama dalam gereja adalah bagaimana menjadikan persekutuan wanita relevan saat ini padahal banyak dari mereka, atau malah sebagian besar dari mereka, memiliki pekerjaan harian yang membuat mereka tidak bisa menghadiri pertemuan makan siang mingguan yang panjang. Sebagian besar gereja telah merasakan dampaknya.

Contoh yang lebih terkini adalah bagaimana menciptakan pengalaman beribadah yang melibatkan orang-orang tanpa menciptakan mentalitas suka pamer.

Kantong anggur

Yesus juga menceritakan perumpamaan ini kepada mereka, “Tidak seorang pun akan merobek sepotong kain dari pakaian yang baru untuk menambal pakaian yang sudah lama. Karena jika demikian, orang itu akan merusak pakaian yang baru, dan kain penambal dari pakaian yang baru itu tidak akan cocok dengan pakaian yang lama. Demikian juga tidak ada seorang pun yang menuang anggur baru ke dalam kantong kulit yang lama. Anggur yang baru itu akan merobek kantong kulit yang lama sehingga anggur itu akan tumpah dan kantong kulitnya akan hancur. Anggur yang baru harus disimpan di dalam kantong kulit yang baru. Tidak seorang pun yang setelah minum anggur lama, mau meminum anggur baru sebab mereka berkata, ‘Anggur yang lama itu lebih enak.’” (Lukas 5:36-39, AYT)

Ketika Yesus berbicara tentang kantong kulit yang baru, Dia menunjukkan sesuatu yang sudah jelas. Semua orang tahu bahwa kantong kulit tidak bisa dipakai ulang karena kantong itu akan robek. Kulit hanya bisa meregang sekali. Apabila kantong kulit dipakai ulang, fermentasi anggur di dalamnya akan menciptakan tekanan yang cukup untuk membuatnya robek. Tidak ada yang lebih buruk daripada melihat anggur baru Anda tumpah di lantai.

Yang paling mengejutkan bagi saya adalah Yesus mengatakan di bagian akhir ayat itu bahwa semua orang lebih suka anggur yang lama. Mungkin Anda mengira bahwa Dia sedang mengatakan bahwa orang-orang tidak mau berubah, dan itu memang benar. Namun, anggur yang lama MEMANG lebih baik. Anggur yang disimpan dengan baik dalam waktu yang cukup akan lebih enak rasanya daripada anggur yang baru. Itu adalah fakta.

Masalahnya, jika Anda menyimpan anggur lama terlalu lama, rasanya akan menjadi tidak enak. Itulah tantangan beradaptasi bagi gereja. Beberapa hal yang kita lakukan adalah hal-hal yang sudah kita lakukan untuk waktu yang LAMA.

Ada dua hal yang bisa kita ambil dari bagian ini, sebagai para pemimpin Kristen.

Pertama, jika Anda ingin memiliki minuman anggur yang lama (pikirkan usia anggur yang pas), Anda harus membuat anggur yang baru.

Jika Anda ingin memenuhi tantangan ZAMAN SEKARANG, Anda harus bersedia mencoba sesuatu yang baru. Akan dibutuhkan beberapa waktu untuk mencari tahu, untuk melakukannya dengan benar, sampai ke waktu yang pas. Itu tidak terjadi dalam semalam, jadi Anda harus mulai memeras anggur-anggurnya sekarang.

Kedua, untuk mendapatkan minuman anggur yang nikmat, Anda perlu membuat banyak air anggur.

Pembuat anggur tahu tentang hal ini. Mereka bereksperimen dengan campuran yang berbeda, sejumlah anggur, tong, periode penyimpanan, dll., untuk menghasilkan kombinasi yang baik. Tidak semua orang bersedia dan itu tidak masalah. Jim Walker, seorang pendeta di Hot Metal Bridge di Pittsburgh, menyebutnya sebagai pembentukan dasar yang sangat cepat. Cobalah sesuatu yang baru. Jika berhasil, kerjakanlah. Jika tidak berhasil, itu bukan sebuah kesalahan, itu adalah pengalaman pembelajaran.

Pelajaran yang saya petik dari kantong kulit anggur Yesus yang baru adalah bahwa kita tidak perlu memiliki semua jawaban terhadap tantangan beradaptasi bagi gereja. Kita hanya perlu mencoba sesuatu.

Jadi, mana yang menurut Anda bisa Allah pakai dengan lebih baik, ketika kita tidak melakukan apa-apa atau ketika kita mencoba sesuatu?

Pertanyaan-pertanyaan:

  1. Apa saja tantangan beradaptasi Anda?
  2. Apa yang bisa Anda coba yang mungkin dapat menolong gereja Anda untuk menanggapi zaman yang berubah?
  3. Apa yang Anda tunggu?

(t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Non-Anxious Leader
Alamat situs : http://www.thenonanxiousleader.com/christian-leaders-embrace-the-adaptive-challenge/
Judul asli artikel : Christian Leaders Embrace the Adaptive Challenge
Penulis artikel : Jack Shitama
Tanggal akses : 26 Oktober 2018
Jenis Bahan Indo Lead: 
Kolom e-publikasi: 
Situs: 

Komentar