Menjadi Pemimpin Yang Peka Dan Adil (Nehemia 5:1-19)

Hambatan bagi pekerjaan Tuhan tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam, yaitu dari orang-orang dekat, bahkan terkadang dari para pemimpin sendiri. Pengurbanan rakyat dengan tidak bekerja untuk kebutuhan keluarga, melainkan bekerja demi pembangunan tembok Yerusalem, rupanya dimanfaatkan oleh para rentenir yang sebenarnya orang-orang Yahudi juga. Mereka memberikan pinjaman dengan bunga yang "mencekik leher" sehingga rakyat terjebak utang dan tidak mampu membayar pajak.

Sebagai seorang pemimpin, Nehemia harus bersikap dan bertindak bijaksana. Ia harus berani mengambil kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat kecil. Kalau tidak segera diatasi, kesenjangan sosial akan semakin melebar. Hal pertama yang dilakukan Nehemia adalah menegur keras perilaku para bangsawan (8), dan memerintahkan mereka untuk segera menghapuskan utang dan mengembalikan barang-barang gadaian rakyat miskin (11-12).

Nehemia mendemonstrasikan kepada kita sikap seorang pemimpin sejati. Pertama, ia berani mengambil langkah nyata untuk mempersempit kesenjangan sosial. Tujuannya adalah mengubah perilaku sosial yang salah menjadi perilaku sosial yang peduli pada penderitaan rakyat miskin. Kedua, Nehemia tidak mencari popularitas dan tidak memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri. Ia mengutamakan kemuliaan Tuhan dengan merelakan haknya untuk rakyat miskin (15).

Sikap Nehemia ini sangat jauh berbeda dengan sikap para pemimpin negara atau wakil rakyat di negara kita, bahkan tidak jarang juga pemimpin agama atau pemimpin rohani kita. Kedudukan tinggi dimanfaatkan sebagai peluang emas untuk mengumpulkan harta bagi kekayaan sendiri, tanpa memedulikan keadaan rakyat miskin di sekitarnya.

Diambil dari:

Nama situs : SABDA.org (Publikasi e-SH)
Alamat URL : http://sabda.org/
Penulis : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 27 November 2012
Kolom e-publikasi: 
Situs: 

Komentar