Mengisi Kemerdekaan dengan Semangat dan Harapan Baru
Ditulis oleh: Ryan
Hiruk pikuk gebyar peringatan kemerdekaan ke-69 Republik Indonesia telah mengumandang. Hal ini diwarnai dengan banyaknya umbul-umbul yang ditempatkan di beberapa ruas jalan, besar maupun kecil. Terlihat juga beberapa kegiatan warga dalam menyambut hari yang bersejarah ini, misalnya lomba menghias gapura, lomba memasak, kompetisi berbagai bidang olahraga, dan sebagainya. Sebagai warga Indonesia, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yesus yang telah menolong bangsa ini untuk memperoleh kemerdekaan. Apalagi, kemerdekaan bangsa Indonesia ini didapatkan dengan tidak mudah dan penuh pengorbanan. Dengan tekad yang besar, rakyat Indonesia berusaha keras berjuang untuk mewujudkan negara yang merdeka. Dengan tetesan keringat dan darah yang tertumpah, akhirnya tanggal 17 Agustus 1945 menjadi momentum yang paling bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, pada hari itu, bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa melalui proses yang panjang kini dapat kita nikmati. Pertanyaan yang perlu kita renungkan selanjutnya adalah apa yang telah kita berikan bagi bangsa dan negara Indonesia dalam mengisi kemerdekaan?
Berikut ini tip yang dapat kita terapkan untuk mengambil bagian dalam membangun bangsa kita yang tercinta, Indonesia.
1. Teladan antikorupsi.
Semakin hari, kata korupsi semakin tidak asing di telinga kita. Hampir setiap hari, kata korupsi terdengar dalam laporan media massa dan televisi. Apa sebenarnya korupsi itu? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), korupsi memiliki arti penyelewengan atau penyalahgunaan. Dalam Wikipedia, kata korupsi memiliki makna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan, dan menyogok. Sungguh memrihatinkan ketika korupsi telah menjadi penyakit yang melekat pada diri bangsa ini. Tidak dapat kita mungkiri bahwa dalam kehidupan ini, ada banyak orang yang menjadi korban korupsi. Parahnya lagi, ada banyak orang melakukan tindakan korupsi, baik yang berskala kecil maupun besar. Apakah korupsi hanya terkait dengan masalah uang? Tidak! Korupsi tidak hanya sekadar tindakan menggelapkan uang, tetapi juga merambah dalam kehidupan praktis sehari-hari. Contohnya, korupsi waktu dan korupsi fasilitas kantor. Lalu, bagaimana dengan kita sebagai pemimpin Kristen? Apakah kita juga akan berkompromi? Tentu tidak! Kita harus memiliki paradigma yang baru sebagai orang yang sudah hidup baru di dalam Kristus. Tidak hanya cukup sampai di situ, kita juga harus berani menolak setiap hal yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya dengan melawan arus meskipun konsekuensinya kita dicap aneh atau sok suci. Sebagai pemimpin, marilah kita meminta kepada Roh Kudus untuk memimpin dan memampukan kita menjadi pengikut Kristus yang taat, teladan yang berintegritas, dan tidak terbawa arus zaman.
2. Tidak menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang.
Ada perbedaan yang mencolok antara penguasa dan pemimpin. Penguasa biasanya memunyai ciri otoriter. Seorang penguasa akan memperlihatkan kekuasaannya dan sering kali tidak terlalu peduli untuk memberikan keteladanan. Seorang penguasa memiliki kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu dengan kekuasaannya. Sedangkan, pemimpin adalah seorang yang diikuti dan dihormati, bukan ditakuti. Demikian juga, sebagai seorang pemimpin Kristen, kita dipanggil bukan hanya untuk menjadi penguasa, melainkan menjadi pemimpin yang melayani. Jarang sekali kita temukan pemimpin yang seperti ini pada zaman sekarang (bukan berarti tidak ada). Dengan mengutip Henry Nouwen, Bill Hull menuliskan, "Jalan kepemimpinan Kristen bukan mobilitas yang naik ke atas, melainkan mobilitas yang turun ke bawah, dan berakhir di kayu salib." Ia juga menambahkan bahwa kepemimpinan Kristen bukanlah kepemimpinan dengan kekuasaan dan pengendalian. Akan tetapi, kepemimpinan tanpa menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang dan dengan kerendahan hati, seperti apa yang telah diteladankan oleh hamba Allah yang menderita, Yesus Kristus. Kita perlu ingat bahwa esensi kepemimpinan Kristen bukanlah kepemimpinan yang bertujuan membesarkan sang pemimpin, sebagaimana yang dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis, "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30) Sekalipun pada dasarnya kita tidak mudah menunjukkan penerapan ajaran Kristus mengenai pemimpin yang melayani, tetapi kita dapat mengusahakannya sesuai kehendak Tuhan. Dengan gamblang, Henry Nouwen menjelaskan bahwa tempat yang paling sukar untuk menjadi kecil adalah dalam hal menggunakan pengaruh dan kekuasaan yang kita pegang atas orang-orang di sekitar kita. Bagaimana dengan Anda sebagai pemimpin Kristen? Dapatkah kita mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan Rasul Yohanes?
3. Teladan kerja yang nyata.
Ada karakter yang sangat menarik dari pemimpin Kristen, yaitu teladan kerja nyata. Setiap pemimpin seharusnya terpanggil bukan hanya untuk mendapatkan predikat pemimpin, melainkan juga untuk mewujudkan idealisme kepemimpinan Kristen secara nyata. Tolok ukur seorang pemimpin yang bekerja adalah ia mampu mengimplementasikan visi dan misinya melalui kerja nyata yang terlihat hasilnya. Dengan lugas, 2 Tesalonika 3:10 menyatakan, "... jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Melalui aksi kerja nyata, setiap pemimpin dapat memberikan teladan kerja yang baik bagi mereka yang belum percaya dan mengikut Yesus (1 Tesalonika 4:11-12). Dengan bekerja, kita telah memenuhi tujuan yang Allah inginkan atas kita, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Mengasihi Allah kita tunjukkan melalui mandat budaya yang Allah percayakan kepada kita. Sedangkan mengasihi sesama merupakan perwujudan kasih kita kepada Allah (Matius 22:37-40). Saat ini, kita mungkin melakukan hal-hal kecil yang belum nyata hasilnya, tetapi jangan putus asa. Tetaplah mengerjakannya dan lakukanlah apa yang menjadi bagian kita dengan sukacita. Kita tidak akan pernah tahu kapan hasil kerja kita dapat dipakai Tuhan untuk menghasilkan hal-hal yang luar biasa di kemudian hari. Hidup hanya satu kali, ambil setiap peluang dan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk memberkati kehidupan ini.
Download Audio: Mengisi Kemerdekaan dengan Semangat dan Harapan Baru
Diambil dari: | ||
1. ________. "Mengisi Kemerdekaan". Dalam http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2011/08/17/3 | ||
2. ________. "Peran Pemimpin dalam mengisi kemerdekaan". Dalam http://www.andriewongso.com/articles/details/5530/Mengisi-Kemerdekaan | ||
3. ________. "Kerja Keras". Dalam sabda.org/publikasi/e-rh/2005/09/05/ | ||
4. ________. "Dimensi Korupsi dalam Alkitab". http://artikel.sabda.org/dimensi_korupsi_dalam_alkitab |