Kepemimpinan dari Bawah ke Atas
Ketika orang-orang berbicara tentang kepemimpinan, mereka biasanya mengacu pada orang yang berwenang sebagai orang yang berada di "atas". Ada pembicaraan mengenai otoritas "tertinggi", "puncak" organisasi, "puncak" kekuasaan, pemimpin "tertinggi", "puncak rantai makanan", berada "di atas" anak tangga, berada "di atas" orang lain, dan sebagainya.
Sementara itu, ada orang yang berada "di bawah" tiang kekuasaan. Ada orang yang (berada pada posisi) "rendah" pada tiang totem, orang di "bawah" anak tangga, dan sebagainya.Alkitab bahkan berbicara mengenai cara tersebut dari waktu ke waktu. "Allah memerintah atas bangsa-bangsa," kata pemazmur (47:8). Takhtanya "tinggi dan menjulang," kata seorang nabi (Yesaya 6:1; 52:13). Dan, para tua-tua dalam Perjanjian Baru dikatakan jangan dengan paksa, tetapi "sukarela" (1 Petrus 5:2).
Penggunaan metafora ruang atas/bawah dan tinggi/rendah bertujuan untuk menggambarkan kepemimpinan yang masuk akal. Untuk memimpin, Anda membutuhkan pandangan yang luas. Anda harus bersandar pada kursi wasit tempat Anda dapat melihat apakah pemain pemukul bola telah menginjak garis atau apakah bola telah memantul ke luar batas.
Namun, inilah masalahnya: menjadi pemimpin yang baik juga berarti belajar bagaimana memimpin dari bawah ke atas. Hal ini berarti menjadi dasar, dinding penopang, pijakan bagi kegiatan orang lain. Anda menggunakan otoritas yang telah diberikan kepada Anda untuk memampukan orang lain bertindak, bekerja, dan melayani. Anda menjadi pijakan yang di atasnya mereka hidup, panggung yang di atasnya mereka menari.
Lagi pula, Allah tidak hanya memerintah kita, Ia juga meletakkan diri-Nya sebagai dasar kita. Ia adalah Gunung Batu kita, yang memberi kita tempat yang kuat untuk berpijak (Mazmur 18:31).
Atau, izinkan saya mengatakannya seperti ini: Kepemimpinan bukanlah tentang mengejar semua impian dan ambisi Anda, sering kali hal itu adalah tentang berdiri di atas tangan dan lutut Anda, dan menjadikan hidup Anda sebagai panggung yang di atasnya orang-orang yang Anda kasihi dapat mengejar ambisi, harapan, dan pelayanan mereka. Hal ini adalah tentang membangun dan mengangkat. Kepemimpinan adalah tentang melengkapi, memampukan, dan memberdayakan.
Dengarkanlah apa yang pemazmur katakan segera setelah menyebut Allah sebagai Gunung Batunya.
"Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita? Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit; yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga. Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menyokong aku, kemurahan-Mu membuat aku besar." (18:31-35)
Allah melengkapi. Allah melatih. Allah melindungi. Allah mendukung. Allah membuat sesuatu yang besar. Betapa baiknya Allah! Ia memberi kita tempat untuk berdiri, seperti rusa di ketinggian sehingga kita dapat naik dari hutan yang gelap dan dalam, ke atas puncak yang tinggi.
Saya telah menonton sebuah film perang yang di dalamnya terdapat adegan seorang prajurit sedang duduk termangu dan dibebastugaskan setelah teror masa-masa pertempuran. Komandan pasukannya berjalan ke arahnya, dan dengan nada yang meyakinkan berkata, "Jangan terpaku pada hal itu; jangan terpaku sedikit pun pada hal itu." Komandan pasukannya yang berpengalaman dalam beresolusi meneguhkan tekadnya, dan beberapa hari kemudian, setelah pertempuran lainnya, prajurit yang sama tersebut dengan tenang mengatakan hal yang sama kepada prajurit lain yang tengah ketakutan.
Ketika anak-anak perempuan saya yang masih kecil menjadi murung sepanjang hari, tidak dapat melakukan hal-hal pokok seperti bersiap-siap tidur, mereka tidak memerlukan sebuah respons kecemasan yang bernada tinggi dari saya. Mereka membutuhkan ketenangan saya. Kemantapan saya. Kepastian lembut saya tentang ke mana hilangnya lengan piyama, bagaimana cara kerja sebuah sikat gigi, dan di mana boneka dapat ditemukan.
Seorang pendeta, seperti halnya setiap orang, harus memahami hal ini. Keberadaannya bukanlah untuk melakukan semua tugas pelayanan gereja. Ia hadir untuk melengkapi (Efesus 4:12, AYT). Dan, ia mengejar jalan ini dengan tekad yang penuh dengan rasa percaya diri seorang pria, yang mengetahui bahwa ia juga berada di bawah perintah (lihat Matius 8:9).
Biasanya, kita berpikir tentang pemimpin sebagai seseorang yang "melemparkan visi". Dan, sering kali memang begitu. Namun, ada juga naluri ketika ia memosisikan dirinya di bawah dan menjadi dasar bagi orang lain untuk membayangkan visi mereka.
Namun, di sinilah pimpinan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas terjadi secara bersama-sama. Untuk menjadi podium, sebuah panggung, dasar dalam kehidupan orang-orang yang telah diberikan Tuhan kepada Anda, Anda harus menyiapkan diri Anda sendiri atas mereka.
Anda harus menetapkan batas-batas. Anda akan mengatakan, jalan di sini, bukan di sana. Percayalah pada orang-orang ini, bukan orang-orang itu.
Anda memimpin pelajaran dengan menetapkan contoh. Anda akan menyela, lihat, beginilah caranya. Ini adalah tentang bagaimana Anda mengayunkan raket, menafsirkan kata kerja, menjauhi dosa, menunjukkan kepedulian, menginvestasikan uang, memperingatkan saudara, menafsirkan teks, mempersiapkan khotbah, dan mengasihi jemaat.
Anda menjelaskan jalur mana yang menuntun pada kehidupan, dan yang mana yang menuntun pada kematian. Anda membantu mengarahkan pandangan mereka dan jika itu adalah sekelompok orang, Anda menyiapkan lintasan mereka. Anda menginginkan kesuksesan mereka. Anda mencurahkan segenap kekuatan. Dari awal hingga akhir, Anda mengasihi.
Pada akhirnya, saya kira, Tuhan memberi kita otoritas dari atas ke bawah secara tepat sehingga kita dapat memimpin dari bawah ke atas, seperti Pribadi lain yang saya tahu telah membawa kita secara tepat seperti ini (Matius 20:25-28). Apakah Anda ingat bagaimana Dia melakukannya? (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | 9marks |
Alamat URL | : | http://9marks.org/article/bottom-up-leadership/ |
Judul asli artikel | : | Bottom-Up Leadership |
Penulis artikel | : | Jonathan Leeman |
Tanggal akses | : | 8 Maret 2016 |