Jadwalkan Prioritas Anda
Ditulis oleh: Sri Libe Suryopusoro
Ketika saya keluar dari kantor, ada seorang teman yang mengajak saya berbicara. Baru saja, kami melihat pengumuman yang menyatakan bahwa transaksi hanya boleh dilakukan pada jam-jam tertentu. Alasannya sederhana, supaya bagian keuangan bisa mengatur pekerjaannya dengan baik. Mereka sering sekali direpotkan karena kami bisa datang kapan saja dan mau tidak mau mereka harus melayani transaksi kami. Mungkin mereka sudah mengevaluasi pekerjaan mereka sehingga dikeluarkanlah aturan baru -- jadwal pelayanan transaksi tersebut.
Teman saya memberikan ide yang sangat brilian. "Kita harus memprioritaskan orang, bukan pekerjaan. Fokus kita adalah siapa yang kita layani, bukan berapa banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." Intinya, dia menyarankan kita untuk lebih peduli pada orang, bukan pekerjaan yang sedang kita lakukan. Bukankah memang itu yang seharusnya kita lakukan?
Penulis terkenal, Steven R. Covey, menuliskan, yang penting bukanlah membuat prioritas jadwal Anda, melainkan menjadwalkan prioritas Anda. Kita bukanlah membuat agenda-agenda yang memang prioritas di dalam kehidupan kita. Misalnya kita mendaftarkan "meeting", berbelanja, mengerjakan pekerjaan ini dan itu lalu kita membuat jadwalnya. Jika kita menyusun hal-hal yang harus kita kerjakan lalu menjadwalkannya, itu sama saja kita membuat prioritas jadwal kita.
Cobalah kita ubah polanya. Kita membuat daftar hal-hal yang memang prioritas di dalam kehidupan kita. Misalnya, istri atau keluarga kita, barulah pekerjaan. Lalu hobi kita dan lainnya. Barulah kita memasukkan daftar prioritas itu ke dalam jadwal kita. Inilah yang dimaksud oleh teman saya; prioritas ke orang, bukan ke pekerjaan. Kita melihatnya bukan untuk kepentingan pekerjaan, tetapi orang-orang di belakang pekerjaan tersebut.
Jika memang kita sangat sibuk melakukan pekerjaan di kantor, sedangkan istri atau keluarga kita sedang membutuhkan kita, lihatlah kembali, mana yang harus lebih diprioritaskan? Memang kita juga bisa melihat jenis pekerjaan yang sedang kita lakukan -- mana yang lebih penting dibandingkan lainnya. Namun, kita tetap harus melihat orang di balik pekerjaan tersebut. Kita harus mengingat, kita sedang melayani orang, bukan melayani pekerjaan.
Jadwal memang sangat baik untuk kita buat. Saya pun membuatnya. Pada saat jam kerja, saya harus ada di kantor. Di luar jam kerja, tentu saja, sudah menjadi milik saya dan keluarga saya. Sering sekali saya memanfaatkannya dengan berjalan-jalan dengan istri saya. Atau terkadang saya membaca buku atau menonton TV. Sengaja saya tidak membawa pulang pekerjaan walaupun terkadang pekerjaan itu sangat penting. Saya juga mengizinkan diri saya untuk pulang terlambat jika memang ada yang harus saya selesaikan.
Jadwal jangan sampai membuat diri kita lupa, siapa sebenarnya yang sedang kita layani. Ketika kita membuat prioritas, buatlah berdasarkan orang yang di belakang pekerjaan tersebut, bukan sekadar jenis pekerjaannya.