Harga Kepemimpinan
Persiapan untuk menjadi seorang pemimpin mencakup banyak waktu mencucurkan air mata dan ujian-ujian yang menyakitkan (lihat Ibrani 5:7-8). Ini karena Anda dilatih untuk bertahan terhadap tekanan-tekanan yang dahsyat yang menimpa seorang pemimpin. Kepemimpinan Kristen bukanlah hal yang penuh kesenangan/glamor; tetapi adalah suatu peperangan.
Anda berperang dengan setan dan dunia. Anggota-anggota keluarga Anda bisa salah mengerti terhadap anda, sahabat-sahabat dan saudara-saudara seiman juga bersikap demikian. Seiring dengan ini, Anda juga akan sering mengalami celaan dari orang-orang karena mereka iri hati dan takut.
Kisah yang tercatat dalam Alkitab mengenai Musa di dalam Kitab Bilangan, merupakan gambaran tepat tentang apa yang tercakup di dalam kepemimpinan. Musa bertanggung jawab untuk jemaat yang terdiri dari dua setengah juta manusia. Mereka merupakan kelompok yang terdiri dari para pengeluh, penggerutu, dan para pemberontak yang suka mencemarkan nama orang. Mereka ingin menyaksikan mukjizat, tetapi tidak lama kemudian menuntut sesuatu yang lain lagi.
Bahkan, saudara laki-laki dan saudara perempuan Musa sendiri pun mencela dia dan menentang kepemimpinannya (dan sebagai akibatnya mereka dihukum).
Tak mengherankan bila Allah memersiapkan Musa selama empat puluh tahun sebelum ia berada di posisi kepemimpinan. Jika Musa tidak melewatkan waktu selama empat puluh tahun di padang gurun yang sunyi bersama domba-domba mertuanya, ia tidak akan pernah menjadi pemimpin besar seperti itu.
DUA PEMIMPIN YANG TERBESAR
Musa dan Elia adalah dua orang yang nampak di Bukit Pemuliaan bersama Yesus. Dari hal ini (dan bagian firman Tuhan lain) kita mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah dua pemimpin terbesar dan terpenting dalam Perjanjian Lama.
Sejumlah tekanan yang diderita seorang hamba Allah dalam kepemimpinan dengan jelas dipaparkan melalui kehidupan Musa dan Elia.
MUSA
Sekalipun Musa telah mengalami tahun-tahun persiapan yang lama, tekanan itu begitu dahsyatnya sampai Musa memohon agar Allah membunuhnya. Seseorang tidak mungkin berdoa demikian jika hidupnya tidak sangat sengsara.
Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN, "Mengapa Kau perlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini? Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kau janjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangnya? Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan. Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku." (Bil. 11:11 -15)
Hanya mereka yang sudah sampai pada pengalaman itu, yang mengetahuinya. Kepemimpinan selalu dibarengi dengan beban-beban yang sangat berat. Musa menjadi begitu tawar hati dan putus asa menghadapi situasi itu sehingga ia ingin mati saja.
ELIA
Elia juga mengalami kelemahan seperti ini dalam pelayanannya. Terjadinya setelah kemenangannya yang terbesar, yaitu ketika ia minta api turun dari surga dan api itu telah membunuh empat ratus nabi-nabi Baal. Sungguh tak beruntung, lembah kekecewaan sering mengikuti pengalaman puncak gunung dari suatu kemenangan besar.
Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu." Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." (1 Raja-raja 19:1-4)
Tuhan menjawab doa Elia dan membebaskan dia. Ia diangkat ke surga dalam sebuah kereta beberapa minggu setelah ia menyampaikan doa ini. Bagi saya, ini merupakan suatu pernyataan yang besar dari kasih dan pengertian Allah terhadap pemimpin-pemimpin-Nya, dan Ia menghormati Musa dan Elia dengan mengizinkan mereka berada pada saat kemuliaan-Nya (Matius 17).
Ya, ada harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang pemimpin. Jika persiapannya nampak sulit, ingatlah hal ini: tekanan-tekanan yang berlaku bagi para pemimpin utama lebih sulit dari pada latihan yang membawa Anda ke sana.
Diambil dan disesuaikan dari: