Dapatkanlah Definisi Baru dari Kegagalan Serta Sukses
Diringkas oleh: Puji Arya Yanti
Perbedaan antara kebesaran dengan yang biasa-biasa saja, sering kali terletak pada bagaimana seorang individu memandang kekeliruan. (NELSON BOSWELL)
Seorang pemain "baseball" liga besar untuk yang kelima kalinya gagal mencetak gol di Montreal, hal tersebut berarti menjadi kegagalan 133 kalinya dalam karier profesionalnya pada 6 Agustus 1999.
Apakah pemain tersebut berkecil hati dan merasa gagal malam itu? Tidak. Karena dalam pertandingan yang sama, ia telah mencetak gol ke-3.000 kalinya. Sebuah prestasi yang hanya pernah dicapai oleh dua puluh satu pemain lainnya dalam sejarah "baseball". Pemain tersebut adalah Tony Gwynn dari San Diego Padres.
BAGAIMANAKAH ANDA MENDEFINISIKAN KEGAGALAN?
Salah satu persoalan terbesar yang dihadapi orang dengan kegagalan adalah bahwa mereka terlalu cepat menilai situasi-situasi tersendiri dalam hidup mereka dan mengecapnya sebagai kegagalan. Sebenarnya, mereka perlu mengingat gambaran besarnya. Seseorang seperti Tony Gwynn tidaklah memandang kegagalannya mencetak gol sebagai suatu kegagalan. Ia memandangnya dalam konteks gambaran besarnya. Perspektifnya membawa kepada ketekunan. Ketekunannya membawa kepada daya tahan. Dan daya tahannya memberinya kesempatan untuk meraih sukses.
KEGAGALAN BUKANLAH ....
Ketika Anda mengubah perspektif tentang kegagalan, Anda akan terbantu untuk bertekun sehingga mencapai keinginan Anda. Jadi, bagaimanakah seharusnya kita menilai kegagalan?
Orang Menyangka Kegagalan Itu Dapat Dihindarkan; Padahal Tidak.
Semua orang pernah gagal, bersalah, dan membuat kekeliruan. Seperti halnya ungkapan Paus Alexander, "Bersalah itu manusiawi, mengampuni itu ilahi." Berikut ini disebut "Aturan sebagai Manusia", sebuah daftar yang menggambarkan dengan baik kondisi kita sebagai manusia.
Aturan 1: Anda pasti akan mendapatkan pelajaran. Aturan 2: Kekeliruan itu tidak ada, yang ada hanyalah pelajaran. Aturan 3: Pelajaran akan diulangi hingga dipahami benar. Aturan 4: Jika pelajaran yang mudah tidak Anda pahami juga, akan menjadi semakin sulit. (Kepedihan adalah salah satu cara alam semesta menarik perhatian Anda.) Aturan 5: Anda akan tahu bahwa pelajarannya telah benar-benar Anda pahami jika tindakan Anda berubah.
Orang Menyangka Kegagalan Itu Suatu Peristiwa; Padahal Bukan. Jika Anda gagal dalam suatu ujian, itu tidaklah berarti Anda gagal dalam suatu peristiwa. Sukses bukanlah suatu tujuan atau tempat yang akan Anda capai suatu hari nanti, melainkan suatu perjalanan. Apakah nantinya Anda akan sukses atau tidak adalah tergantung pada apa yang Anda lakukan hari demi hari. Dengan kata lain, sukses adalah suatu proses.
Demikian juga kegagalan adalah suatu proses. Kegagalan bukanlah suatu tempat di mana Anda tiba. Sama halnya sukses bukan suatu peristiwa, demikian juga dengan kegagalan. Tidak seorang pun dapat menyimpulkan bahwa ia telah gagal sampai hembusan napas terakhirnya. Hingga saat itu, ia masih dalam proses, dan jurinya masih belum ada.
Orang Menyangka Kegagalan Itu Objektif; Padahal Tidak.
Jika Anda membuat kekeliruan, apakah yang menentukan bahwa tindakan tersebut adalah sebuah kegagalan atau bukan? Apakah Anda melihat besarnya persoalan yang timbul atau jumlah uang yang harus dikorbankan karenanya? Apakah ditentukan oleh seberapa jauh Anda dimarahi oleh bos atau dikritik oleh rekan sekerja Anda? Tidak. Kegagalan tidak ditentukan oleh hal-hal tersebut. Persepsi tentang kekeliruan serta respons Anda terhadapnyalah yang menentukan apakah tindakan Anda itu kegagalan atau bukan. Dan hal itu bersifat subjektif.
Orang Menyangka Kegagalan Itulah Musuhnya; Padahal Bukan.
Kebanyakan orang berusaha menghindari kegagalan seperti wabah penyakit. Mereka takut gagal. Namun, untuk meraih sukses diperlukan kegagalan. Orang yang memandang kegagalan sebagai musuh tertawan oleh mereka yang menaklukkan kegagalan. Amatilah setiap orang yang meraih prestasi, maka Anda akan menemukan orang yang tidak memandang kegagalan sebagai musuh. Hal itu benar dalam setiap jenis upaya. Ahli musik, Eloise Ristad, menekankan bahwa "jika kita memerbolehkan diri kita gagal, di saat yang sama kita memerbolehkan diri kita sukses".
Orang Menyangka Kegagalan Itu Tak Mungkin Dibalikkan; Padahal Mungkin.
Sebuah ungkapan kuno di Texas mengatakan: "Tak menjadi soal berapa banyak susu yang Anda tumpahkan asalkan Anda tidak kehilangan sapinya." Dengan kata lain, kekeliruan itu mungkin untuk dibalikkan. Persoalan datang hanya jika Anda hanya memandang susu yang tumpah dan bukan gambaran besarnya. Orang yang memiliki perspektif yang tepat menyangkut kegagalan tidaklah menjadi kecil hati karenanya. Peliharalah perspektif yang baik menyangkut segalanya. Setiap peristiwa, baik atau buruk, adalah suatu langkah kecil dalam proses menjalani kehidupan.
Orang Menyangka Kegagalan Itu Suatu Tanda yang Memalukan; Padahal Bukan.
Kekeliruan bukanlah tanda yang permanen. Seperti itulah seharusnya cara pandang kita terhadap kegagalan. Apabila Anda membuat kekeliruan, janganlah berkecil hati karenanya. Dan janganlah menganggapnya sebagai tanda yang memalukan. Jadikanlah setiap kegagalan sebagai langkah menuju sukses.
Orang Menyangka Kegagalan Itu Final Sifatnya; Padahal Tidak.
Sesuatu yang tampak sebagai kegagalan besar tidak perlu menghalangi Anda meraih prestasi. Renungkan cerita tentang Sergio Zyman, otak di balik New Coke. Sesuatu yang dipandang oleh Robert McMath, seorang konsultan pemasaran, sebagai salah satu kegagalan produk sepanjang zaman. Zyman, yang sukses memerkenalkan Diet Coke, memercayai bahwa Coca-Cola harus berani membalikkan kemerosotan pangsa pasarnya selama dua puluh tahun terhadap Pepsi. Dengan solusi tidak lagi menawarkan minuman yang telah populer selama hampir seratus tahun, mengubah formulanya, dan menawarkannya sebagai New Coke. Ternyata orang-orang membenci New Coke dan mengakibatkan Zyman harus meninggalkan perusahaan.
Persoalannya dengan New Coke tidak mengecilkan hati Zyman. Ia tidak menganggap upayanya itu sebagai suatu kekeliruan maupun kegagalan. Ia mengatakan strategi itu memang tidak berhasil. Namun, totalitas dari langkah tersebut akhirnya membawa hasil yang positif. Kembalinya Coca-Cola Classic menjadikan perusahaan tersebut lebih kuat.
SEMUANYA TERGANTUNG PADA CARA ANDA MEMANDANGNYA
Cobalah memandang segalanya dari perspektif yang benar. Jangan hanya memfokuskan perhatian pada titik ekstrim dari kesuksesan atau kegagalan, dan memusatkan perhatian pada peristiwa-peristiwa tertentu dalam hidup Anda. Jika hal itu Anda lakukan, Anda akan memiliki filosofi kehidupan seperti yang dimiliki oleh Rasul Paulus, yang dapat mengatakan, "Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan." Makna yang sangat dalam, mengingat Paulus sempat kandas kapalnya, dicambuki, dipukuli, dilempari batu, dan dipenjara. Lewat semua itu, imannya memungkinkannya memelihara perspektif yang benar. Paulus sadar bahwa selama ia melakukan apa yang harus dilakukannya, cap dirinya sebagai orang sukses ataupun pecundang tidaklah menjadi soal.
Kehidupan setiap orang penuh dengan kekeliruan serta pengalaman yang negatif. Namun, orang-orang yang mengubah kegagalannya menjadi sebuah batu loncatan mampu memandang kekeliruan atau pengalaman negatif sebagai bagian yang biasa dari hidupnya, belajar darinya, dan kemudian maju terus. Mereka bertekun untuk mencapai maksud atau tujuan dalam hidupnya.
Karena jalan menuju prestasi pasti melewati kegagalan. Kebenaran ini berdiri teguh di antara setiap manusia yang memunyai impian dengan tercapainya impian tersebut. Kabar baiknya adalah bahwa semua orang dapat berhasil melalui kegagalan. Terlalu banyak orang yang percaya bahwa seharusnya prosesnya mudah dan masing-masing kita harus membuat pilihan. Apakah kita bersedia selamanya tidur dan mati-matian menghindari kegagalan atau bangun dan menyadari bahwa kegagalan hanyalah harga yang harus dibayar untuk meraih sukses?
Jika kita belajar memahami dan memakai definisi baru dari kegagalan itu, kita akan bebas melangkah maju dan mengubah kegagalan menjadi sebuah batu loncatan.
Diringkas dari: