6 Nilai Kepemimpinan yang Berpusat pada Injil
Sebuah model
Landasan segala sesuatu tentang bentuk, karakter, dan fungsi komunitas kepemimpinan gereja Yesus Kristus adalah ini: model bagi komunitas adalah gereja, dan kepemimpinannya yang terpenting adalah Injil Yesus Kristus. Sekarang, saya tahu bahwa ini tampak jelas dan juga tidak jelas, tetapi saya yakin bahwa itu bukan keduanya, dan bahwa jika kekuatan pendorong utama dari kepemimpinan di gereja-gereja lokal di seluruh dunia adalah Injil Yesus Kristus, maka banyak hal menyedihkan yang kita lihat terjadi dalam kehidupan para pemimpin dan gereja mereka tidak akan terjadi.
Saya ingin mengajak Anda untuk menyelidiki sebuah ayat yang merupakan dasar Injil untuk semua hubungan di gereja, dari orang biasa di bangku gereja hingga pemimpin yang paling berpengaruh, budaya, dan lingkungan misi. Izinkan saya mengatakan, sebelum kita melihat ayat ini, bahwa tidak ada model kepemimpinan yang berorientasi pada organisasi atau pencapaian yang dapat mengalahkan nilai-nilai dan panggilan Injil sebagai model dan identitas struktural dan fungsional inti bagi para pemimpin gereja dan pelayanan Kristen lokal. Ketika saya merenungkan ayat ini, saya memikirkan ribuan pendeta, pemimpin pelayanan, dewan penatua, dan dewan diaken di seluruh dunia, dan saya bertanya-tanya apakah norma komunitas dari ayat ini adalah pengalaman normal mereka sebagai pemimpin. Ayat ini muncul dalam surat Paulus kepada jemaat di Efesus:
"Oleh karena itu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, mendorong kamu untuk hidup sepadan dengan panggilan yang telah kamu terima. Dengan segala kerendahan hati dan kelembutan, dengan kesabaran, saling menanggung beban dalam kasih, berusahalah sekuat tenaga untuk memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera." (Efesus 4:1-3, AYT)
Perlu diperhatikan bahwa penerapan pertama Paulus dari kebenaran Injil, yang baru saja dia uraikan kepada jemaat di Efesus, adalah untuk mengingatkan mereka bahwa kebenaran itulah yang akan membentuk cara mereka berpikir tentang diri mereka sendiri dan hubungan mereka satu sama lain. Kebenaran itu akan menjadi batu fondasi dari struktur komunitas apa pun yang mereka bangun. Ada beberapa penerapan kebenaran Injil Yesus Kristus yang lebih penting daripada memikirkan bagaimana kebenaran itu mengatur agenda cara kita hidup, berhubungan, dan bekerja dengan satu sama lain sebagai anggota tubuh Kristus. Dan, izinkan saya menunjukkan bahwa tidak ada klausa pengecualian untuk pendeta, penatua, dan diaken atau beberapa model komunitas yang berbeda untuk mereka dalam perikop ini atau dalam perikop yang serupa. Injil, yang merupakan pengharapan kita dalam hidup dan mati, juga menetapkan agenda tentang bagaimana kita hidup, berhubungan, dan memimpin antara "yang sudah" dalam percakapan kita dan "yang belum" dalam kepulangan kita yang terakhir.
Tujuan saya di sini bukanlah untuk melakukan studi yang rinci tentang Efesus 4:1-3, tetapi untuk mengemukakan bagaimana nilai-nilai Injilnya dapat mulai membentuk cara kita berpikir tentang bagaimana kita berfungsi dan berhubungan sebagai pemimpin gereja. Saya ingin menyarankan bahwa jika Anda benar-benar ingin hubungan Anda sepadan dengan Injil yang Anda terima, maka Anda harus menghargai kerendahan hati, kelembutan, kesabaran, kasih yang sabar, dan damai sejahtera, dan jika Anda menghargai karakteristik Injil ini, Anda akan bertanya pada diri sendiri, "Seperti apa komunitas kepemimpinan saya jika kita benar-benar lebih menghargai hal-hal ini daripada posisi, kekuasaan, pencapaian, pujian, atau kesuksesan?" Izinkan saya menjawab pertanyaan ini dengan mengajukan enam karakteristik yang akan menandai komunitas kepemimpinan yang dibentuk oleh nilai-nilai Injil.
1. Kerendahan Hati
Kerendahan hati berarti bahwa hubungan setiap pemimpin dengan pemimpin lain ditandai dengan pengakuan bahwa dia tidak pantas mendapatkan pengakuan, kekuasaan, atau pengaruh dari posisi yang diberikan kepadanya. Ini berarti mengetahui, sebagai seorang pemimpin, bahwa selama dosa masih hidup di dalam diri Anda, Anda perlu diselamatkan dari diri Anda. Kerendahan hati berarti Anda lebih suka melayani daripada Anda ingin memimpin. Itu berarti mengakui ketidakmampuan Anda bukan menyombongkan kemampuan Anda. Itu berarti selalu berkomitmen untuk mendengarkan dan belajar. Kerendahan hati berarti melihat sesama pemimpin tidak hanya membantu kesuksesan Anda, tetapi melayani Dia yang memanggil Anda masing-masing. Itu berarti menjadi lebih bersemangat tentang komitmen rekan pemimpin Anda bagi Kristus daripada tentang kesetiaan mereka kepada Anda. Ini tentang takut akan kekuasaan posisi daripada mendambakannya. Ini tentang menjadi lebih termotivasi untuk melayani daripada menonjol. Kerendahan hati selalu antusias untuk menghormati perhatian orang lain kepada Anda, mengakui apa yang Allah ungkapkan melalui mereka, dan berkomitmen untuk perubahan pribadi. Kerendahan hati adalah tentang memberhentikan pembela batin Anda dan membuka diri Anda terhadap kuasa anugerah yang mengubahkan terus-menerus.
2. Ketergantungan
Ketergantungan berarti menjalani hidup, sebagai seorang pemimpin, sedemikian rupa sehingga saya benar-benar percaya bahwa perjalanan saya dengan Allah adalah proyek komunitas. Artinya, karena kuasa sisa dosa yang membutakan, saya meninggalkan keyakinan bahwa tidak ada yang lebih mengenal saya daripada saya mengenal diri saya sendiri. Ketergantungan berarti tidak lagi takut terekspos, karena saya benar-benar percaya bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat diketahui, disingkapkan, atau diungkapkan tentang saya yang belum diselesaikan oleh pribadi dan karya Yesus. Itu berarti menjalani hidup sedemikian rupa sehingga saya benar-benar percaya bahwa Kekristenan yang terisolasi, individual, dan mandiri tidak pernah menghasilkan buah yang baik. Ini berarti mengakui bahwa setiap pemimpin perlu dipimpin dan setiap pendeta perlu digembalakan. Ketergantungan berarti mengakui pemahaman teologis, literasi alkitabiah, karunia pelayanan, dan pengalaman pelayanan dan keberhasilan bukan berarti bahwa saya tidak lagi membutuhkan pelayanan pengudusan yang esensial dari tubuh Kristus. Itu berarti mengakui bahwa selama dosa masih ada di dalam diri saya, dan bahwa terpisah dari anugerah yang membatasi dan pelayanan yang menyelamatkan dari orang-orang di sekitar saya, saya terus menjadi bahaya bagi diri saya sendiri.
3. Spontanitas yang Disiapkan
Jika Anda mengakui kehadiran dan kekuatan memperdaya dan menipu dari dosa yang masih ada, Anda juga akan mengakui bahwa setiap orang di komunitas kepemimpinan Anda masih rentan terhadap godaan dan masih berisiko. Anda tahu bahwa dosa, kecil dan besar, akan menginfeksi komunitas Anda dan menghalangi serta mengalihkan pekerjaannya. Anda hidup dengan pengetahuan bahwa setiap orang dalam komunitas kepemimpinan Anda masih membutuhkan anugerah yang menyelamatkan dan menguduskan. Jadi, Anda menjalankan rencana untuk mengatasi dosa, kelemahan, dan kegagalan yang pasti akan menghalangi mereka. Anda tidak akan terkejut, menyangkal, atau meremehkan apa yang Allah, dalam kasih karunia, ungkapkan, tetapi menghadapi dengan terbuka dalam semangat kasih dan kasih karunia alkitabiah. Anda tidak akan lebih peduli dengan mempertahankan reputasi komunitas kepemimpinan Anda daripada berurusan dengan kegagalannya. Spontanitas yang dipersiapkan artinya bahwa karena Anda telah mengganggap serius apa yang Injil katakan tentang peperangan rohani yang terus ada dalam hati setiap pemimpin, Anda telah mempersiapkan diri Anda sendiri terhadap dosa yang Allah tunjukkan, meskipun Anda sebelumnya tidak tahu apa yang akan Dia tunjukkan, di dalam anugerah.
4. Pengawasan
Pengawasan berarti bahwa kita mengundang orang untuk melangkah melebihi batas normal hubungan kepemimpinan untuk melihat ke dalam hidup kita untuk membantu kita melihat hal-hal yang tidak bisa kita lihat sendiri. Artinya mengajak rekan-rekan pemimpin untuk menjaga jiwa kita. Itu berarti mengundang mereka untuk menyela percakapan pribadi kita dengan wawasan alkitabiah yang melindungi dan kebenaran Injil yang memulihkan. Ini berarti mengakui bahwa pemeriksaan diri adalah proyek komunitas, karena kita masih bisa menipu diri sendiri dengan berpikir bahwa kita baik-baik saja ketika kita ada dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan. Jadi, setiap pemimpin harus bersedia hidup di bawah pengawasan alkitabiah yang penuh kasih, penuh anugerah, sabar, dan mau mengampuni.
5. Perlindungan
Kita semua berdosa, tetapi kita tidak melakukan dosa yang sama. Karena alasan sejarah, pengalaman, karunia, biologi, dan banyak hal lainnya, kita tidak sama-sama tergoda oleh hal yang sama. Anda mungkin rentan terhadap godaan kekuasaan, sementara orang lain mungkin rentan terhadap godaan kesenangan, sementara saya mungkin tergoda oleh iming-iming materi. Pemahaman tentang rayuan dosa yang beraneka ragam ini dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kita masing-masing sangat penting untuk kesehatan jangka panjang dan buah Injil dari setiap komunitas kepemimpinan gereja lokal. Kasih sejati alkitabiah tidak hanya menerima Anda, tetapi memberkati Anda dengan kesabaran, dan menerima kegagalan Anda dengan pengampunan. Seiring dengan semua hal ini, itu bekerja untuk melakukan segala hal yang dapat dilakukan untuk melindungi Anda dari kelemahan hati yang kekal yang membuat Anda rentan terhadap godaan.
Kata-kata Ibrani 13:17 (AYT) berbicara dengan kejelasan motivasi: "Taatlah kepada para pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka karena merekalah yang menjaga jiwamu dan yang harus memberi pertanggungjawaban atasnya." Pemimpin bertanggung jawab untuk melindungi jiwa orang-orang yang berada di bawah bimbingan mereka. Kata-kata di sini spesifik dan provokatif. Itu tidak mengatakan bahwa para pemimpin ditugaskan untuk memperhatikan perilaku Anda; tentu saja itu benar, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam dan lebih mendasar yang digambarkan di sini. Jiwa-jiwa itulah yang harus dilindungi oleh para pemimpin. Jiwa menunjuk pada batin seseorang, pikirannya, keinginannya, motifnya, kelemahannya, kekuatannya, tingkat kedewasaannya, kerentanannya, dll. Ini berarti mengenal seseorang sampai ke dalam hatinya sehingga Anda dapat memprediksi di mana dia mungkin akan melangkahi batas-batas kebijaksanaan Allah. Apa yang digambarkan di sini adalah tingkat kepemimpinan yang melindungi yang hanya akan terjadi dalam konteks relasi yang mendalam.
Jika perlindungan ini dimaksudkan untuk menjadi pengalaman setiap orang dalam tubuh Kristus, bukankah seharusnya itu hadir dalam komunitas kepemimpinan inti? Saya sedih beberapa kali saya telah dihubungi untuk membantu komunitas kepemimpinan menangani seorang pemimpin yang jatuh, hanya untuk menemukan ada indikator sepanjang kelemahan dan kerentanan tertentu yang tampaknya tidak terlihat oleh siapa pun di komunitas kepemimpinannya. Karena kita sebagai pemimpin tidak selalu melihat diri kita sendiri dengan akurat, dan karena kita tidak selalu melihat area di mana kita lemah, kita semua membutuhkan komunitas pelindung yang mengawasi kita bahkan ketika kita tidak waspada seperti seharusnya. Jika kita ingin dilindungi, kita perlu dikenal sampai ke hati, karena di situlah godaan yang paling kuat.
6. Restorasi
Salah satu tema Injil yang paling indah, penuh harapan, dan menguatkan yang terdapat di Kitab Suci adalah awal yang baru dan memulai kembali. Awal yang baru dan memulai kembali adalah ciri dari kekuatan anugerah Allah yang menyelamatkan, mengampuni, memulihkan, dan mengubah. Bagi Musa, awal yang baru tampak seperti suara semak yang menyala-nyala yang memanggilnya kembali ke Mesir untuk membebaskan umat Allah, kali ini dengan kuasa Allah. Bagi Daud itu berarti dikonfrontasi oleh seorang nabi, mengakui kengerian atas apa yang telah dia lakukan, dan melanjutkan kekuasaannya sebagai raja. Bagi Yunus, itu berarti dimuntahkan di pantai dan ditugaskan untuk kedua kalinya untuk membawa pesan Allah ke Niniwe. Bagi Petrus, awal yang baru terjadi di tepi Danau Galilea, ketika Mesias yang dikhianatinya mengampuninya dan mengutusnya sekali lagi untuk melayani-Nya. Bagi Paulus, awal yang baru terlihat seperti cahaya yang membutakan di jalan ke Damsyik dan kata-kata pengampunan, dan tugas yang dibawa oleh utusan yang agak menakutkan.
Kasih karunia berarti kita tidak dicengkeram pada saat terburuk kita atau dikutuk oleh keputusan terburuk kita. Kasih karunia berarti dari abu dosa, pemimpin dapat bangkit karena Juru Selamat memiliki kuasa kebangkitan. Kira-kira, sehubungan dengan cara kita berpikir tentang pemimpin dan fungsi komunitas kepemimpinan, apakah kita akan merestorasi satu atau beberapa tokoh di Alkitab ini? Bagaimana perbedaan cara kita memandang dosa, kelemahan, dan kegagalan seorang pemimpin dengan cara Allah memandangnya? Tidak satu pun contoh yang saya kutip adalah dosa yang disangkal, disembunyikan, atau diperkecil. Dalam setiap situasi tampak seolah-olah apa yang dilakukan begitu serius sehingga tidak ada harapan bagi masa depan si pendosa. Kecenderungan kita dalam situasi seperti itu adalah untuk berpikir bahwa meskipun pengampunan Allah menunjukkan kasih karunia yang luar biasa, Dia akan tetap berkata, "Kamu sudah tidak berguna lagi di kerajaan-Ku." Akan tetapi, dalam situasi di Alkitab itu, masing-masing dipulihkan ke posisi kepemimpinan rohani.
Apakah komunitas kepemimpinan kita berfungsi dengan mentalitas pemulihan yang didorong oleh Injil? Saya tahu begitu banyak pemimpin yang jatuh yang dibuang dan membiayai keluarga mereka dengan melakukan pemasaran jarak jauh, pembangunan rumah, atau penjualan komputer. Jangan sekali-kali kita mengecilkan dosa seorang pemimpin, juga tidak boleh terburu-buru mengembalikan seorang pemimpin yang belum membereskan persoalan sentral di hatinya, dan tentu ada beberapa kasus di mana seorang pemimpin tidak boleh dikembalikan ke posisi kepemimpinan semula, tetapi kita juga tidak boleh meninggalkan kepercayaan praktis kita pada kekuatan yang memulihkan dari anugerah Allah di sini, saat ini. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Crossway |
Alamat situs | : | https://www.crossway.org/articles/6-gospel-centered-leadership-values/ |
Judul asli artikel | : | 6 Gospel-Centered Leadership Values |
Penulis artikel | : | Paul David Tripp |