Menjadi Seorang Ayah
MENJADI SEORANG AYAH
Di dalam buku Father Powers dengan pengarang Henry Biller dan Dennis Meredith diobservasi bahwa bahaya terbesar saat ini bagi suatu Keluarga adalah para AYAH tidak merasa penting untuk mengambil peran sebagai seorang ayah bagi anak-anaknya seperti yang dilakukan para ayah di tempo dulu.
 
Sementara itu, masyarakat pada umumnya juga mempunyai pandangan mengerti akan tugas dari seorang ayah ditengah keluarga. Masyarakat lebih menghargai seorang ayah sebagai pengusaha atau pekerja yang sukses dan kaya walaupun dia mungkin adalah seorang ayah yang gagal total dalam mendidik anaknya. Keikut sertaan sang ayah lebih “optional” dibanding ibu dalam pendidikan iman anak.
Apakah alasan-alasan para ayah enggan berperan dalam membesarkan anak dalam keluarga?
1. Malas
2. Egois/ mementingkan diri sendiri
3. Kurang sabar
4. Merasa kurang mampu/ tidak ada waktu
5. Berpikir ibu cukup dalam mendidik anak
BEING PRESENT – Kehadiran ayah dalam kehidupan anak, ternyata punya makna yang besar sekali. Hal ini karena ayah mengambil peran yang berbeda dengan ibu dalam kehidupan anak:
1. Kasih ibu bersifat tidak bersyarat sedangkan Cinta Ayah lebih bersifat kualitatif dan melekat pada performance anak
2. Ibu kuatir tentang bagaimana bayinya bisa bertahan hidup sedangkan Ayah berpikir bagaimana anaknya dapat menghadapi
masa depan
3. Ibu men-disiplin anak-anak waktu demi waktu sedangkan Ayah mendisplin anak dengan peraturan
4. Dari ibu, anak belajar segi emosinya sedangkan dari Ayah, anak belajar untuk hidup ditengah masyarakat
5. Ibu memberitahukan anak-anak untuk hati-hati ini dan itu didalam bermain sedangkan Ayah justru mendorong
anak untuk berani mencoba sesuatu yang baru.
Jadi, dari keberbedaan kualitatif antara apa yang dilakukan ibu dan ayah terhadap anaknya tersebutdi atas, menunjukkan betapa pentingnya kehadiran
ayah di tengah-tengah anaknya. Buku “Five Key Habits of Smart Dads” menunjukkan research yang dilakukan terhadap anak-anak yang dibesarkan tanpa adanya peran ayah ditengah kehidupannya cenderung mempunyai beberapa kekurangan psikologis berupa:
1. Kepercayaan diri sendiri yang rendah
2. Tidak mempunyai kepedulian sosial yang baik
3. Sulit untuk menyesuaikan diri untuk keadaan tertentu
4. Resiko yang lebih tinggi untuk perkembangan masalah physho-sexual.
Sekarang, mari kita lihat lingkungan kita saat ini di Indonesia. Kita krisis peran ayah! Anak-anak kita banyak yang kehilangan Ayah, walaupun ayahnya masih hidup dan berada di tengah keluarga mereka! Kenapa? Karena kita para ayah enggan mengambil peran yang aktif sebagai ayah yang ikut campur di tengah kehidupan anak kita.
 
Firman Tuhan mengatakan: “Dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada (Mat 6:21). Apabila kita menganggap KARIR, NAMA BAIK, KEKAYAAN adalah hal yang terpenting dalam hidup kita, maka kita akan menaruh perhatian dan seluruh waktu kita untuk pekerjaan semata-mata. Akan tetapi, ketika kita berpandangan bahwa yang terpenting adalah menjadi ayah dari anak-anak kita, maka kita akan menyediakan waktu dan kesempatan untuk bersama-sama anak kita, MENDIDIK DAN MENGASIHINYA. NEVER TOO LATE TO START! Tidak ada kata terlambat dalam memulai untuk aktif menjadi AYAH bagi anak-anak kita!
Attachment | Size |
---|---|
ayah_yang_baik.htm | 3 KB |