Gerakan-Gerakan Perintisan Jemaat
Gerakan-Gerakan Perintisan Jemaat
Pengantar
Laporan-laporan berdatangan dari segala penjuru dunia. Awalnya hanya sedikit, tapi sekarang menjadi semakin sering, satu sama lain saling mempertegas dalam laporan-laporan itu, jumlah yang mencengangkan dari orang-orang yang datang kepada iman dalam Kristus: ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu, membentuk diri ke dalam gereja-gereja (jemaat) dan menyebarluaskan iman mereka yang baru.
Asia Tenggara
Waktu sang koordinator strategi mengawali penugasannya pada tahun 1993, hanya ada tiga gereja dan 85 orang percaya dari populasi berjumlah lebih dari 7 juta jiwa yang adalah orang terhilang. Empat tahun kemudian, terdapat lebih dari 550 gereja dan sekitar 55.000 orang percaya.
Afrika Utara
Dalam khotbah Jumat mingguannya, seorang pejabat Muslim Arab, berkeberatan bahwa lebih dari 10.000 muslim yang tinggal di daerah pegunungan sekitar situ telah beralih dari Islam dan menjadi Orang Kristen.
Sebuah Kota di Cina
Dalam kurun empat tahun (1993-1997), lebih dari 20.000 orang menjadi percaya, dan menghasilkan terbentuknya lebih dari 500 gereja.
Amerika Latin
Dua persatuan gereja Baptis harus mengatasi aniaya serius pemerintah untuk bertumbuh dari 235 gereja dalam tahun 1990, menjadi lebih dari 3200 di tahun 1998.
Asia Tengah
Seorang koordinator strategi melaporkan: "Kira-kira pada akhir tahun 1996, kami berkunjung ke bermacam-macam gereja di daerah itu dan memperoleh catatan mereka tentang berapa banyak orang yang menerima Kristus dalam sepanjang tahun itu. Waktu seluruh catatan itu dijumlahkan, didapati ada 15.000 pembaptisan dilakukan dalam setahun. Tahun sebelumnya kami perkirakan keseluruhannya hanya 200 orang."
Eropa Barat
Seorang misionari di Eropa melaporkan: "Tahun lalu (1998), saya dan istri saya memulai 15 kelompok gereja sel yang baru. Waktu kami harus pergi selama enam bulan untuk tugas luar daerah, kami bertanya-tanya kira-kira apa yang akan kami dapati waktu kembali. Benar-benar mengejutkan! Kami dapat membuktikan bahwa saat ini paling tidak ada 30 gereja, tapi saya yakin jumlah yang ada sebenarnya bisa dua atau tiga kali lipat."
Etiopia
Seorang pembuat strategi misi berkomentar, "Kami memerlukan 30 tahun untuk membangun 4 gereja di negara ini. Dalam sembilan bulan terakhir ini, kami sudah memulai 65 gereja sel."
Saat ini seluruh bagian dunia sedang digetarkan oleh semacam Gerakan Perintisan Jemaat. Kadang-kadang yang kami lihat hanya angka-angka, tapi sering kali deretan angka-angka itu disertai dengan penggambaran yang sangat hidup, seperti pesan e-mail yang baru diterima ini: "Semua pemimpin/gembala dalam gereja-gereja sel kami, adalah orang-orang awam karena kami mengalihtugaskan kerja dengan cepat sampai-sampai seorang misionari kadang-kadang hanya memimpin dua, paling banyak tiga kali pertemuan Pemahaman Alkitab, sebelum Tuhan mengangkat setidaknya seorang pemimpin dari kelompok itu. Pemimpin yang baru ini bukan cuma diselamatkan, tapi pada saat yang sama juga terlihat mempunyai panggilan untuk memimpin. Jadi, kami lalu membaptis dan memberikan padanya sebuah Alkitab. Setelah para petobat/pemimpin baru ini dibaptis, mereka begitu berapi-api, sampai-sampai kami tidak dapat membendung mereka lagi. Mereka menyebar ke seluruh negara memulai pertemuan-pertemuan Pemahaman Alkitab, dan beberapa minggu setelah itu kami mulai mendengar berita tentang sudah berapa banyak gereja yang mulai berjalan. Ini benar-benar hal paling gila yang pernah kami lihat! Kami tidak memulainya, dan kalau kami melakukannya, kami tidak dapat menghentikannya."
Jauh di balik kegairahan dan luapan kegembiraan karena hal-hal di atas, banyak misionari tertinggal dalam setumpuk pertanyaan. Sebagian besar dari mereka tidak pernah melihat Gerakan Perintisan Jemaat sebelumnya. Tapi membawa satu suku bangsa datang pada Kristus adalah nuansa memikat yang menjadi mimpi setiap misionari. Pemikiran bahwa ada lautan manusia sedang menunggu-nunggu untuk mendengar dan menanggapi berita injil adalah gairah yang membakar hati dan pikiran setiap misionari di seluruh dunia.
Jadi apa itu Gerakan Perintisan Jemaat? Fenomena apakah ini yang telah begitu memukau kita? Di mana saja Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat ini berlangsung? Kenapa baru sekarang terjadi? Apakah ini sesuatu yang baru atau sebenarnya sejak lama ia sudah ada bersama kita? Apa penyebabnya? Apakah peristiwa-peristiwa ini terjadi secara acak, atau ada sesuatu yang sama di semua pergerakan? Apakah ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk mendorong terjadinya hal tersebut?
Semakin banyak misionari dan pakar strategi misi melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit tersebut serta berusaha memahami sifat alamiah dari Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat ini. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit biasanya memimpin kepada jawaban-jawaban yang sangat membantu. Pertanyaan-pertanyaan di atas dan jawaban-jawabannya merupakan pokok bahasan buku ini.
Untuk mendapatkan intisari pokok-pokok pikiran tadi, kami telah bertanya kepada banyak misionari, pakar strategi misi dan orang-orang yang mempunyai pengalaman pribadi dengan Gerakan Perintisan Jemaat, untuk berkaca pada apa yang telah mereka alami dan memproses berbagai pengalaman itu dalam suatu forum yang mengundang kritik dan analisis. Lewat mata mereka, kami telah berusaha memisahkan unsur-unsur kunci yang menumbuhkan fenomena ini maupun rintangan-rintangan yang menghalangi terjadinya Gerakan Perintisan Jemaat. Kami juga menugaskan mereka untuk menyediakan langkah-langkah praktis dalam memulai maupun memelihara Gerakan Perintisan Jemaat. Penyusun sangat berhutang budi kepada para sejawat pemberita injil ini.
Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk: 1) mendifinisikan Gerakan Perintisan Jemaat; 2) mengidentifikasikan ciri - ciri universalnya; 3) memeriksa halangan-halangan umum bagi Gerakan Perintisan Jemaat; 4) menganalisa sejumlah studi kasus aktual; 5) menyediakan tuntunan praktis untuk memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat; dan 6) membicarakan beberapa pertanyaan yang sering kali dikemukakan menyangkut Gerakan Perintisan Jemaat.
Semua studi kasus dan ilustrasi yang digunakan dalam buku ini datang dari segala penjuru dunia. Beberapa dikumpulkan dari negara-negara bebas di mana hanya sedikit aturan perundangan yang menjadi penghalang pemberitaan injil. Lainnya lagi berasal tempat-tempat di mana kekristenan dianiaya bahkan dilarang. Kami tidak berani meniadakan Gerakan Perintisan Jemaat ini dari tinjauan, tapi kami merasa harus merahasiakan nama dan tempat dengan tujuan melindungi mereka yang terlibat.
Buku ini tidak disusun di atas teori-teori yang sedang coba membuktikan, juga bukanlah sebuah bagan isian baku yang kami paksakan berlaku untuk beragam situasi. Ini adalah deskripsi dari apa yang telah kami lihat dan pelajari. Prinsip-prinsip yang ada, didekdusi dari Gerakan Perintisan Jemaat aktual oleh mereka yang terlibat di dalamnya. Untuk menyajikan ketepatan penggambarannya sepersis mungkin, akan kami sebutkan pada anda ciri-ciri apa yang sering kali muncul dan juga ciri mana yang tidak biasa.
Kami berdoa agar buklet ini menjadi sumber yang bermanfaat bagi rekan-rekan misionari dan penginjil di seluruh dunia, pada saat kita semua berusaha memahami apa yang sedang Bapa kerjakan dan menempatkan diri kita ada dalam misi bersama-Nya, saat Ia mengungkapkan Gerakan Perintisan Jemaat di antara segala suku bangsa.
Bab 1
Apa itu Gerakan Perintisan Jemaat ?
Pada tahun 1998, Tim Pimpinan Komite Luar Negeri dari Internasional Mission Board mengadopsi sebuah pernyataan visioner: kami akan menyediakan fasilitas bagi jiwa terhilang yang datang untuk mendapatkan keselamatan iman dalam Yesus Kristus dengan memulai dan memelihara Gerakan Perintisan Jemaat di antara segala suku bangsa. Pernyataan dari visi ini menjadi acuan pelayanan dari sekitar 5000 misionari IMB di lebih dari 150 negara di berbagai belahan dunia.
Jadi, apakah sesungguhnya Gerakan Perintisan Jemaat itu? Difinisi sederhana, ringkas dari Gerakan Perintisan Jemaat (GPJ) adalah: peningkatan yang cepat dan ekponensial dari tindakan perintisan jemaat-jemaat yang dikerjakan oleh jemaat-jemaat indigenos di dalam kelompok masyarakat atau golongan populasi tertentu.
Ada beberapa unsur kunci dalam difinisi ini. Yang pertama cepat. Sebagai suatu pergerakan, Gerakan Perintisan Jemaat merebak dengan peningkatan yang cepat dalam hal dimulainya sebuah jemaat baru. Perintisan jemaat dengan cara rembesan yang terjadi selama beberapa dekade bahkan abad ini memang baik, tapi tidak bisa dikualifikasikan sebagai Gerakan Perintisan Jemaat.
Kedua, peningkatan itu bersifat eksponensial. Ini berarti, pertambahan jumlah gereja demi gereja bukan sekedar pertumbuhan kenaikan deret angka biasa---pertambahan satu dua gereja setiap tahun atau semacam itu. Melainkan, ia berlipatganda dalam deret bilangan berpangkat----dua gereja menjadi empat, empat menjadi 16 dan seterusnya. Multipikasi secara eksponen hanya mungkin terjadi bila jemaat-jemaat yang baru dimulai, dibangun oleh jemaat itu sendiri, bukan oleh para perintis jemaat profesional atau misionari-misionari.
Yang terakhir, semuanya adalah jemaat-jemaat indigenos (asli). Artinya, jemaat-jemaat itu dilahirkan dari dalam dan bukan dari luar. Ini bukan untuk mengatakan bahwa Injil dapat memancar secara naluriah (intuitif) dari dalam suatu kelompok masyarakat. Injil selalu berasal dari luar suatu kelompok masyarakat; dan ini adalah tugas seorang misionari. Meskipun begitu, dalam Gerakan Perintisan Jemaat momentumnya dengan cepat berubah menjadi asli, di mana inisiatif dan semangat pergerakan berasal dari dalam kelompok masyarakat itu sendiri, bukan dari pihak luar.
Jika difinisi ini kurang memadai, mungkin kita perlu memperjelas apa yang bukan Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat lebih dari sekedar "penginjilan yang menghasilkan jemaat-jemaat." Pengijilan yang menghasilkan jemaat-jemaat memang bagian dari suatu Gerakan Perintisan Jemaat, tapi tidak memiliki "visi akhir" seekstensif Gerakan Perintisan Jemaat. Seorang perintis jemaat (church planter) bisa saja berpuas diri dengan sasaran terbangunnya satu atau bahkan sekumpulan jemaat/gereja, tapi ia gagal melihat bahwa dibutuhkan pergerakan di mana jemaat akan merintis jemaat untuk menjangkau seluruh bangsa.
Gerakan Perintisan Jemaat juga lebih dari sebuah kebangunan rohani yang terjadi sebelum jemaat-jemaat berdiri. Terjadinya kebangunan-kebangunan rohani sangat diharapkan, tapi itu pun bukanlah Gerakan Perintisan Jemaat. Kebaktian-kebaktian penginjilan, dan program-program kesaksian memang bisa membawa ribuan orang kepada Kristus, dan tentu saja itu hal yang menakjubkan, tapi itu tidak sama dengan Gerakan Perintisan Jemaat. Gerakan Perintisan Jemaat memperlihatkan bagaimana jemaat-jemaat dengan cepat melahirkan jemaat lain (bereproduksi).
Barangkali yang paling menyerupai, tetapi tetap bukanlah Gerakan Perintisan Jemaat adalah, saat di mana para perintis jemaat lokal dilatih dan disebarkan untuk merintis pembentukan beberapa jemaat (multiplikasi) di tengah kaum/sukunya masing-masing. Inilah metode penyebaran jemaat di tengah kelompok masyarakat atau golongan populasi tertentu yang paling berhasil, tetapi momentum penyebarannya tetap berada di tangan kelompok para perintis jemaat profesional yang terbatas, bukannya di dalam hati setiap jemaat baru yang telah dibangun.
Akhirnya, sebuah Gerakan Perintisan Jemaat, bukanlah akhir dari pergerakan itu sendiri. Akhir dari semua kerja keras kita adalah agar Bapa dimuliakan. Hal ini akan terjadi setiap kali seseorang masuk ke dalam hubungan yang benar dengan Dia lewat Yesus Kristus. Pada saat seseorang melakukannya, ia tergabung ke dalam jemaat-jemaat yang memampukannya terus bertumbuh dalam kasih karunia bersama-sama dengan orang percaya lainnya yang sehati sepikiran. Kapan saja seseorang datang kepada hidup baru di dalam Yesus Kristus, Bapa dimuliakan. Kapan saja sebuah jemaat dirintis --tidak peduli siapa yang melakukannya---maka ada dasar untuk bersukacita.
Lalu kenapa Gerakan Perintisan Jemaat ini begitu istimewa? Karena kelihatannya dalam gerakan ini tersimpan potensi terbesar untuk membawa mereka yang terhilang kepada hidup baru dalam Kristus dan ke dalam komunitas orang beriman dalam jumlah yang melebihi metode mana pun yang sudah ada.
Meskipun begitu, Gerakan Perintisan Jemaat bukan sekedar suatu peningkatan jumlah jemaat, meskipun itu adalah hal yang positif. Sebuah Gerakan Perintisan Jemaat terjadi ketika visi jemaat melahirkan jemaat menjalar dari para misionari dan para perintis jemaat profesional kepada jemaat-jemaat itu sendiri, sehingga dengan keadaan alamiahnya, atau keapaadaannya, mereka memenangkan jiwa terhilang dan melakukan reproduksinya.
Mari kita tinjau lagi beberapa hal kunci. Para misionari adalah perintis-perintis jemaat yang cakap, tapi jumlah mereka selalu sangat terbatas. Para perintis lokal (berasal dari daerah yang bersangkutan sendiri) lebih dapat diharapkan, karena jumlah mereka yang jauh lebih banyak. Tapi Gerakan Perintisan Jemaat menyimpan jauh lebih banyak lagi potensi, karena tindakan perintisan jemaat dilakukan oleh jemaat itu sendiri, yang akan membawanya kepada kemungkinan jumlah terbesar dari dimulainya jemaat-jemaat baru.
Untuk lebih memahami Gerakan Perintisan Jemaat ini, mari kita periksa beberapa studi kasus dan kemudian membedahnya untuk analisa yang lebih dekat.
Bab 2
GPJ Dari Dekat
Misionari-mosionari IMB sekarang sedang ikut serta dalam beberapa dan yang mirip Gerakan Perintisan Jemaat di seluruh dunia. Ketika dalam setiap pergerakan ini ada pengaruh dari para misionari kami, pada saat yang sama bentuk Gerakan Perintisan Jemaat-nya pun berbeda satu dengan yang lain.
Tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan ini, terdapat beberapa kesamaan hal, yang memberi ciri kepada hampir setiap Gerakan Perintisan Jemaat (GPJ). Pada contoh-contoh berikut ini, akan anda lihat bagaimana para misionari IMB sampai terlibat dalam Gerakan-gerakan Perintisan Jemaat. Beberapa dari mereka sudah merupakan alat dalam pergerakan sejak kelahirannya, sementara yang lain tiba waktu pergerakan sudah mulai berlangsung. Dari setiap kasus, dapatlah ditarik pelajaran-pelajaran yang mungkin dapat diterapkan pada situasi-situasi lain.
Sebuah Daerah di Cina
Latar Belakang
Di awal tahun 1990-an Cina sedang dilanda oleh pergolakan sosial yang amat besar. Ledakan ekonomi menimbulkan jurang besar antara yang kaya dan yang melarat. Urbanisasi besar-besaran membongkar tatanan keluarga tradisional dan juga masyarakat. Dengan rasa was-was seluruh negeri itu menantikan paham baru apa yang akan menggantikan doktrin Mao yang telah menguasai gagasan masyarakat selama hampir empat dekade.
Pemikiran-pemikiran baru sedang melanda seluruh negeri saat itu dan ditanggapi dengan sikap campur baur, antara antusias dan penolakan. Desakan yang dilakukan gerakan demokrasi mahasiswa mencapai titik kulminasinya saat terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan kekuatan pemerintah di Lapangan Tiananmen tahun 1989. Kejadian ini mengakibatkan banyak orang muda putus asa terhadap reformasi politik, tapi tetap mencari-cari harapan-harapan baru untuk masa depan yang lebih baik.
Dengan latar belakang seperti ini, pada tahun 1991 IMB menugaskan seorang koordinator strategi ke tempat yang akan kami sebut Yanyin. Selama mempelajari bahasa dan budaya, setahun itu sang misionari mengadakan analisis lengkap tentang Yanyin. Di dalam analisa itu, terliput kehidupan sekitar 7 juta orang yang terbagi dalam lima kelompok masyarakat (suku), dan tinggal di keragaman latar belakang, baik perkotaan maupun pedesaan. Misionari tadi memetakan pusat-pusat pemukiman mereka dan memulai beberapa pengkajian penginjilan. Setelah beberapa kali mengalami kegagalan langkah awal, sang koordinator strategi lalu mengembangkan sebuah model (percontohan) pereproduksian bagi perintisan jemaat-jemaat indigenos, yang ketika diterapkan memberi hasil yang luar biasa.
Pada awal surveinya, sang koordinator strategi menemukan tiga gereja rumah lokal yang terdiri dari 85 orang Kristen Cina dari suku Han. Keanggotaan pada gereja-gereja rumah itu sudah sejak lama dari tahun ke tahun terus berkurang, tanpa visi ataupun prospek pertumbuhan. Selama empat tahun berikutnya, dengan kasih karunia Allah, koordinator strategi berupaya supaya injil dapat kembali segar berakar di tengah kelompok masyarakat ini dan dengan cepat menyapu seluruh daerah Yanyin.
Menyadari besarnya rintangan budaya dan bahasa yang memisahkan dia dengan penduduk Yanyin, sang misionari memulai pekerjaannya dengan memobilisasi orang Cina Kristen dari seluruh Asia menjadi rekan-rekan kerja. Kemudian, dengan memasangkan para perintis jemaat keturunan Cina dengan sekelompok kecil orang percaya lokal, kelompok itu memulai enam jemaat baru pada tahun 1994. Tahun berikutnya, ada 17 lagi yang dimulai. Tahun berikutnya lagi, 50 jemaat dimulai. Pada tahun 1997, hanya tiga tahun sejak pertama kali memulai, jumlah jemaat telah bertambah mencapai 195 dan tersebar di seluruh daerah, berakar di dalam setiap kelompok yang terdiri dari lima-lima orang itu.
Sampai pada tahap ini pergerakan berkembang sangat pesat, sehingga sang koordinator strategi itu merasa bahwa dia dapat mengundurkan diri dari pekerjaan itu tanpa menurunkan momentum pergerakan. Tahun berikutnya, sama sekali tanpa keterlibatannya, pergerakan itu telah menjadi tiga kali lipat, sehingga jumlah jemaat bertumbuh menjadi 550 dengan 55.000 orang percaya di dalamnya.
Faktor- Faktor Kunci
Sejak kepindahannya dari tugas di Yanyin pada tahun 1997, sang koordinator strategi telah memberi perhatian untuk mempelajari kembali faktor-faktor apa yang membuat Gerakan Perintisan Jemaat ini berkembang dengan begitu pesat. Kami telah mengambil manfaat besar dari analisanya, yang akan saya akan saya gunakan dengan memakai tanda kutip.
Gereja-Gereja Yanyin
Sama seperti banyak tugas-tugas lain, pelayanan di Yanyin inipun telah disirami dengan doa bahkan sebelum dimulai. Apa yang diawali oleh keyakinan seseorang akan kemujaraban doa, berubah menjadi DNA dari Gerakan Perintisan Jemaat, sejak orang-orang percaya yang mula-mula berusaha menyamai model yang dikerjakan sang misionari.
Pelatihan dan struktur adalah unsur-unsur kunci permulaan dan perkembangan yang pesat dari pergerakan ini, sama seperti penerapan metode "penyaringan tanggapan (respons filtering)." Penyaringan tanggapan adalah penerapan pemakaian beberapa perangkat penginjilan skala besar seperti video, radio atau alat-alat penjangkauan massa lainnya, berpasangan dengan "simpai umpan balik (feedback loop)" atau mekanisme penyaringan yang memberi kesempatan kepada sang penginjil untuk beringsut dari pernyataan mereka yang tertarik untuk lebih jauh menerima kontak/hubungan. Lewat cara ini, penaburan benih hampir selalu berhubungan dengan beberapa upaya untuk "mengetatkan jaring" dan mengumpulkan mereka yang ingin cari tahu ke dalam sebuah kelompok Pemahaman Alkitab yang sasarannya adalah dimulai sebuah jemaat baru.
Mari kita lebih seksama memperhatikan pelatihan dan struktur yang digunakan oleh sang misionari. Sang koordinator strategi mulai dengan satu kelompok inti yang ia muridkan dan setelah itu dilatih dalam metode-metode dasar perintisan jemaat. Misionari ini menyebut metode perintisan jemaatnya sebagai metode pendekatan POUCH. POUCH (dalam buku ini PPTgSR) adalah sebuah singkatan. P datangnya dari participative atau partisipatif yang menunjuk pada cara mengkomunikasikan Injil di dalam kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab/penyembahan, lewat cara itu, seseorang dipimpin kepada iman dan orang-orang percaya baru ini, kemudian dipimpin kepada menjadi jemaat. O menunjuk pada obedience atau ketaatan kepada Firman Allah sebagai satu-satunya ukuran kesuksesan seseorang ataupun jemaat. U berasal dari unpaid (tanpa gaji) dan kepemimpinan jamak dalam gereja-gereja, yang dilaksanakan oleh orang awam atau orang yang mempunyai pekerjaan utama lain (bukan hanya pemimpin jemaat). C datang dari cell churches yang artinya jemaat-jemaat sel, jarang mencapai jumlah anggota lebih dari 15 orang sebelum terbagi menghasilkan kelompok baru (reproduksi). H menunjuk pada homes (rumah-rumah) atau serambi-serambi toko yang biasa menjadi tempat-tempat pertemuan utama jemaat-jemaat sel ini. Setiap unsur dari ke lima ciri inilah yang memberikan kepada sebuah jemaat kemampuan untuk bereproduksi dengan cara-cara yang tidak bergantung pada sokongan dana, teknologi maupun campur tangan dari pihak luar.
Sang koordinator strategi ini menanamkan kepada para petobat baru visi untuk menjangkau seluruh Yanyin dengan injil. Dibagikannya kepada mereka hasil-hasil penelitian tentang di mana saja suku-suku dari daerah itu yang belum terjangkau tinggal dan meyakinkan mereka bahwa Kristus telah memperlengkapi mereka dengan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk menjangkau seluruh daerah itu dengan injil.
Pola yang diajarkannya untuk melakukan perintisan jemaat, terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) Model (contoh), 2) Assist (pendampingan), 3) Watch (pengawasan) dan 4) Leave (tinggalkan). Yang dimaksud dengan Modeling/percontohan adalah mengerjakan langkah-langkah perintisan jemaat bersama mereka yang (atau yang akan segera menjadi) percaya dengan menggunakan pendekatan PTTgSR (POUCH) yang telah digambarkan di atas. Assisting (pendampingan) menunjuk pada pertolongan yang diberikan kepada jemaat yang baru terbangun untuk mulai merintis berdirinya sebuah jemaat cabang. Watching (pengawasan) adalah sebuah tugas yang penting dan dengan sengaja dilakukan untuk melihat berdirinya jemaat generasi ke tiga, tanpa bantuan/pendampingan atau keterlibatan langsung dari sang misionari. Leaving (tinggalkan) adalah tahap penting terakhir yang perlu dilakukan untuk menjamin bahwa pergerakan itu sungguh-sungguh diprakarsai dan disebarkan oleh mereka sendiri (indigenos).
Dalam waktu yang sangat singkat, orang-orang percaya baru di Yanyin telah memulai penggandaan jemaat-jemaat PTTgSR di seluruh daerah itu, dan setiap jemaat itu adalah jemaat-jemaat yang telah dijadikan percontohan, mendapatkan pendampingan untuk mendirikan jemaat-jemaat cabang, melakukan pengawasan untuk melihat bahwa reproduksi terus berlangsung dan kemudian meninggalkannya lalu pergi ke tempat lain untuk mulai merintis jemaat baru lagi. Sudah pasti sering terjadi bahwa rantai reproduksi itu putus di tengah jalan, tapi melihat kepada sebagian besar, kepada jumlah terbesar dari jemaat-jemaat yang telah mulai berjalan, putusnya rantai reproduksi itu tidak langsung melemahkan penyebaran pergerakan secara mencolok.
Daerah-daerah pedalaman Yanyin berada jauh dari seminari-seminari atau pun institut-institut Alkitab yang ada. Aturan-aturan pemerintah juga melarang didirikannya bangunan untuk dijadikan seminari. Jadi, sang misionari penata strategi itu lalu mencari model-model pembimbingan (mentoring) yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru. Pada saat sang misionari melatih generasi pertama para pemimpin jemaat, dia mendesak orang-orang yang sedang dilatihnya itu untuk juga melatih orang lain. Jadi pelatihan berlangsung dalam hubungan pembimbingan satu-sama-satu (one-on-one mentoring). Setiap pemimpin yang bercita-cita tinggi dituntut untuk menjadi murid sekaligus pembimbing pada saat yang sama, dalam rantai belajar-mengajar "segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu" (Mat 28:20). Apa pun yang dipelajari oleh seorang pemimpin awam hari ini, akan diajarkannya kepada pemimpin awam lain (yang dibimbingnya) esoknya. Hal ini menjadi contoh utama dari terjadinya praktek kerja lapang yang mendasar, segar dan "tepat waktu" untuk dimanfaatkan.
Faktor-Faktor Unik
Meskipun aniaya dan kematian jalan beriring dengan penyebaran injil di seluruh daerah Yanyin, tidak ada tindakan-tindakan yang sistematis dari pihak pemerintah untuk menghentikan pergerakan. Hal ini mungkin saja berhubungan dengan keberadaan jemaat-jemaat sel yang tidak menonjol dan tidak adanya bangunan-bangunan gereja baru.
Orang-orang yang baru percaya langsung dibaptis dan diajar bahwa adalah hal yang lumrah jika mereka membawa orang lain kepada Kristus dan memimpin mereka untuk membentuk jemaat-jemaat baru. Menaruh harapan besar kepada orang-orang yang baru bertobat itu supaya menjadi penginjil dan perintis jemaat adalah hal yang harus dilakukan walau beresiko tinggi, tapi telah memberi kontribusi yang besar kepada pesatnya penyebarluasan pergerakan.
Konteks nondenominasional jemaat-jemaat di Cina artinya adalah bahwa di sana tidak ada tradisi denominasi yang diadopsi oleh jemaat-jemaat itu. Keadaan itu terjadi supaya kalau-kalau ada bentuk-bentuk bidat muncul di dalam pergerakan itu, maka hal itu akan terlihat. Walau secara alamiah sifat Gerakan Perintisan Jemaat di Yanyin sangat desentralisasi, namun itu tidak membuat ada orang tertentu yang memegang kendali atas segala sesuatu. Jantung kedoktrinan dari setiap jemaat sel adalah komitmen untuk mentaati Alkitab. Karena dalam pertemuan ibadah jemaat juga terdapat saat untuk Pemahaman Alkitab secara partisipatif bersama-sama para pemimpin jamak, jadi secara alamiah koreksi datang dari dalam kelompok itu sendiri jika ada interpretasi-interpretasi yang salah, atau yang ekstrim.
Waktu kepada sang koordinator strategi ditanyakan mengenai ketiadaan ciri denominasi (ke-nondenominasional-an) dari pergerakan ini, ia berkomentar, biarpun pemerintah melarang adanya ekspresi kedenominasian di Cina, tapi jemaat-jemaat di Yanyin lebih Baptis dari jemaat Baptis mana pun yang diketahuinya. Lebih jauh dikemukakannya bahwa corak kesetiaan/kekukuhan hati mereka terhadap Alkitab dan komitmen kepada keimamatan semua orang percaya akan menjaga pergerakan untuk tetap berada di jalurnya.
Hal-Hal yang Perlu Dipelajari
- Sejak awal, penginjilan dipimpin oleh kaum awam dan lebih dipusatkan pada penjangkauan jiwa-jiwa yang terhilang bukannya pada pelayanan di dalam gedung-gedung gereja.
- Kepemimpinan jamak, dan tidak mendapatkan gaji menjamin adanya pertumbuhan jumlah pemimpin yang diperlukan untuk terus melanjutkan pelayanan-pelayanan baru.
- Pola gereja rumah di pergerakan Yanyin beradaptasi dengan baik/cocok, untuk lingkungan yang sedang berkembang dan mengalami aniaya.
- Dengan meninggalkan tugas pelayanan sebelum ia menjadi cukup besar untuk menarik rasa ingin tahu pemerintah, sang misionari menghindarkan pergerakan Yanyin dari tampilnya orang asing di dalam negara yang terkenal dengan nasionalisme dan xenophobia-nya (takut pada orang asing).
Boldari di India
Latar Belakang
Dalam kepadatan pedalaman India terdapat sebuah suku/kelompok masyarakat yang akan kami sebut Boldari. Nama ini berkaitan dengan bahasa mereka, yang digunakan oleh 90 juta orang yang tinggal di 170,000 desa terbentang di empat negara bagian. Populasinya mencakup ke empat kasta yang ada, dan juga mereka yang berada di bawah kasta terendah yang tidak terjamah. Sebagian besar dari mereka amat sangat melarat, buta huruf, serta mengandalkan pertanian dan perdagangan barter untuk kehidupan mereka.
Di daerah ini juga terdapat beberapa tempat suci umat Hindu dan kaum Brahmana, atau pendeta, kaum yang sangat terhormat di kalangan orang Boldari. Lebih dari 85% orang Boldari beragama Hindu, sisanya Muslim dan animisme. Di daerah ini juga terdapat empat kota besar yang populasi setiap kotanya lebih dari satu juta orang.
Kontak agama Kristen dengan orang-orang ini, dimulai dengan pelayanan William Carey dan para pelanjutnya di awal abad 19. Ordo Yesuit dari Gereja Katolik Roma memulai pelayanannya sekitar waktu yang sama. Di abad 19 dan awal abad 20 beberapa ribu orang dari kaum yang tak terjamah, mengalir ke jemaat Katolik. Tetapi sejak kemerdekaan India tahun 1947, pertumbuhan jemaat Katolik menjadi datar dengan kurang dari 1/100 % menganut agama Katolik.
Gereja Baptis mendapatkan percikan kehidupan baru dari misionari Baptis Swedia di akhir abad 19 dan di awal abad 20. Para misionari ini berhasil merintis dan memelihara 28 jemaat di daerah tersebut sebelum meninggalkan ladang itu di pertengahan abad 20. Karya jemaat baptis menerima pukulan berat ketika tentara Inggris, yang berusaha memadamkan pergerakan kemerdekaan kaum nasionalis, menempatkan prajurit-prajurit mereka di rumah-rumah jemaat Baptis setempat. Selama paruh ke dua abad 20, kekristenan mencapai puncaknya dan mulailah perjalanan turun yang panjang. Sampai pada akhir tahun 1980-an, telah lebih dari 25 tahun jemaat-jemaat ini tidak pernah lagi bereproduksi.
Apa Yang Terjadi Di tahun 1989 Gereja Baptis Selatan mengirimkan seorang koordinator strategi ke kaum Boldari. Setelah akusisi budaya dan bahasa selama setahun, misionari tersebut meluncurkan sebuah strategi kerja melalui beberapa jemaat lokal yang telah menerima visinya tentang perintisan jemaat-jemaat baru. Yang menakutkannya adalah, bahwa enam orang India pertama yang menjadi perintis jemaat dengan menggunakan metode-metode perintisan jemaat yang lazim digunakan di daeah India Selatan yang lebih toleran, dibantai secara brutal dalam beberapa peristiwa yang berbeda ketika memulai tugas misionari mereka.
Akan tetapi, di tahun 1992 arus mulai berubah, ketika sang misionari pengatur strategi menerapkan pendekatan baru terhadap perintisan jemaat. Meniru pengajaran Yesus dalam Lukas 10, di mana Yesus mengutus murid-muridnya berdua-dua ke desa-desa di Galilea dan menyuruh mereka mencari seorang yang "suka berdamai," para penginjil perintis jemaat Boldari mulai melakukan hal yang sama. Sebelum membuka mulutnya memberitakan Injil, masing-masing misionari Boldari akan tinggal dulu dengan orang yang suka berdamai di daerah itu dan mulai memuridkan keluarganya (bahkan sebelum mereka menjadi orang percaya), dengan menggunakan pengisahan kronologis cerita-cerita Alkitab. Begitu petobat baru ini mulai beriman, mereka memimpin keluarga mereka ke Tuhan, membaptis mereka dan membentuk mereka menjadi inti jemaat baru di setiap desa. Pada tahun 1993 jumlah jemaat bertumbuh dari 28 menjadi 36. Tahun berikutnya, menjadi saksi dibentuknya 48 jemaat lagi. Adanya sebuah pusat pelatihan menjamin kelancaran tersedianya penginjil/perintis jemaat. Sementara itu, jemaat-jemaat mulai memperbanyak diri. Di tahun 1996 jumlah jemaat melonjak menjadi 547 dan kemudian menjadi 1200 di tahun 1997. Pada tahun 1998 terdapat 2000 jemaat di tengah orang Boldari. Dalam kurun waktu tujuh tahun lebih dari 55.000 orang Boldari beriman kepada Yesus Kristus.
Beberapa Faktor Kunci
Ada beberapa kunci yang menandai berkembangnya Gerakan Perintisan Jemaat (PPJ) ini. Satu kunci awal dimulai dengan keputusan sang koordinatorstrategi untuk bereksperimen dengan berbagai model agar dapat menentukan keefektifan maksimum. Inisiatif-inisiatif perintisan-perintisan jemaat dilancarkan secara serentak melalui jemaat Baptis lokal yang sudah ada, melalui proyek bantuan kemanusiaan, dan melalui jaringan penginjil/perintis jemaat lokal.
Gereja-gereja Boldari
Setelah enam bulan, sang koordinator strategi menilai dengan seksama setiap cara. Begitu ia menemukan bahwa perintis jemaat lokal, sampai sejauh itu, adalah wahana yang paling produktif, ia mulai menyalurkan lebih banyak waktu dan sumber-sember pelatihannya bagi mereka.
Langkah penentu ke dua terjadi waktu koordinator strategi IMB mengenali dan melatih seorang misionari India untuk bertindak sebagai pembantu koordinator strategi dari "dalam" pergerakan. Seorang koordinator strategi Amerika yang berambut pirang, dengan akusisi berbahasa yang terbatas, pastilah kurang pas untuk melakukan perjalanan keliling di daerah Boldari dibandingkan seorang India. Bersama-sama ke dua orang ini menciptakan kerjasama yang dinamik (sinergi). Koordinator strategi IMB tinggal di luar India dan melakukan perjalanan secara ekstensif guna membangun koalisi internasional yang besar untuk mendukung pelayanan ini. Koordinator strategi orang India, tinggal di daerah tersebut melaksanakan dan mengkoordinasi jaringan pelatihan, penginjilan, dan perintisan jemaat yang terus berkembang.
Sebagaimana halnya koordinator India mampu melakukan hal-hal dan pergi ke tempat-tempat yang tidak mungkin dikerjakan oleh misionari IMB, demikian pula koordinator strategi IMB bisa melakukan tugas-tugas pelayanan penting, yang mustahil dilakukan oleh rekan kerjanya yang tinggal di dalam negeri. Peran ini meliputi: pengembangan pelayanan doa global yang amat luas, pengadaan materi promosional dan mobilisasi; memimpin pengadaan terjemahan Alkitab dan kasetnya; pengembangan materi pelatihan dan kepemipinan; serta pembentukan aliansi strategis bersama jemaat-jemaat injili lain di Asia yang menyumbang untuk pembiayaan perintis-perintis jemaat Boldari .
Dalam usaha untuk meminimalkan institusionalisme dan ketergantungan pada pihak asing, koordinator strategi menempatkan setiap program pada pelayanan Boldari dalam jadwal dua tahun-an. Setelah dua tahun, dana ditarik dan seluruh pekerjaan di re-evaluasi. Bahkan program pelatihan perintis jemaat pun diselenggarakan di fasilitas yang disewa, dan lokasinya dipindahkan setiap dua tahun.
Faktor-faktor Unik
Apa yang dimulai terutama sebagai pergerakan Baptis telah terpecah menjadi beberapa aliansi selama tujuh tahun pertama kehidupan pergerakan. Ini terjadi sebagian karena ketidakmampuan jemaat Baptis lokal untuk mensejajarkan diri dengan pertumbuhan yang pesat.
Koordinator strategi lebih memilih menggunakan berbagai sarana untuk menyatukan pergerakan yang sedang berjalan, dari pada mengalihkan fokusnya dari perintisan jemaat kepada membangun sebuah denominasi tertentu. Tali yang mempersatukan satu gereja dengan gereja lain adalah komitment kepada Alkitab sebagai otoritas yang tidak terbantah.
Satu hal lain yang berbeda dari Gerakan Perintisan Jemaat di Boldari adalah ketergantungan koordinator strategi pada dana dari luar untuk mendukung usahanya. Akan tetapi dana tersebut terbatas penggunaannya. Dana yang tersedia disalurkan untuk membangun pusat -pusat pelatihan untuk para perintis jemaat dan gembala awam, untuk membiayai perintis-perintis jemaat yang sedang dilatih dan untuk mensubsidi biya-biaya yang dikeluarkan oleh perintis-perintis jemaat dan penginjil-penginjil keliling. Tindakan ini menghasilkan suatu basis pembiayaan bagi para perintis jemaat ketika melaksanakan tugas mereka di kawasan yang tidak bersahabat. Begitu jemaat dapat dirintis, subsidi dihentikan. Tidak ada subsidi yang disalurkan untuk gembala-gembala lokal. Sebagai gantinya, gembla-gembala itu dilatih menjadi pekerja-ganda (artinya mereka memiliki pekerjaan sampingan lain, yang menjadi sumber pemasukan keuangan). Pendanaan juga tidak diijinkan untuk disalurkan untuk pendirian bangunan.
Ketergantungan terhadap dana eksternal untuk mendukung perintis jemaat/penginjil menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan pergerakan ini untuk melangsungkan hidupnya secara mandiri. Dihindarkannya subsidi pastoral ataupun subsidi untuk bangunan telah mendorong terciptanya proses pemandirian, tetapi didanainya misionari-misionari lokal telah menimbulkan keprihatinan pada beberapa pihak. Tanggapan yang diberikan oleh koordinator strategi tentang hal ini ialah "semua misionari, pada hakekatnya harus menerima dana eksternal. Apa yang berlaku untuk misionari Barat, berlaku juga untuk misionari India. Hal yang membesarkan hati dapat ditemukan dengan cara jemaat-jemaat lokal menangkap visi untuk merintis jemaat baru. Pada suatu konferensi tahunan para gembala, masing-masing gembala dari 1000 gembala yang hadir melaporkan bahwa jemaat mereka sedang merintis antara dua sampai lima jemaat baru."
Dimulai dari keluarga orang yang suka damai, pertobatan terjadi menurut garis keluarga di desa. Masing-masing individu tidak dibaptis terpisah dari rumah tangganya. Anggota-anggota keluarga yang pria, hampir selalu membaptis keluarga mereka dan memimpin komunitas jemaat yang lahir kemudian.
Hal-Hal yang Perlu Dipelajari
- Kegagalan dapat merupakan awal dari keberhasilan jika kita mau belajar darinya dan tidak menyerah. Usaha pertama dalam perintisan jemaat di tengah orang Boldari menghasilkan enam martir.
- Ekperimentasi dan evaluasi yang ketat dapat membantu meletakkan GPJ pada jalurnya dan membantu menjaganya untuk tetap berada di jalur itu.
- Pada tingkat pemuridan dan doktrin, ada dua pertanyaan yang telah membentuk tindakan/sikap hidup orang-orang percaya di Boldari. Semua hal yang berkaitan dengan iman dan tindakan/sikap hidup ditangani dengan:
- apakah yang akan membawa kemuliaan bagi Kristus dalam situasi ini dan
- apakah yang dikatakan Firman Tuhan?
- Pengisahan cerita-cerita Alkitab secara kronologis dan Alkitab versi oral lewat kaset, telah memungkinkan Firman Tuhan menjadi kekuatan sentral bahkan di tengah kelompok masyarakat yang sebagian besar buta huruf.
Bab 3
Sepuluh Unsur Universal
Setelah melakukan survei mengenai Gerakan Perintisan Jemaat di seluruh dunia, kami temukan setidaknya ada sepuluh unsur yang serupa pada setiap pergerakan itu. Memang bisa saja sebuah Gerakan Perintisan Jemaat tidak memiliki unsur-unsur ini, tapi hal itu belum pernah kami lihat terjadi. Misionari manapun yang ingin melihat Gerakan Perintisan Jemaat terjadi, perlu mempertimbangkan ke sepuluh hal ini.
1. Doa
Dalam semua Gerakan Perintisan Jemaat yang telah kami amati, doa merupakan hal yang amat sangat mendasar. Doalah yang membuat pilar pertama dalam cetak biru seorang koordinator strategi untuk memenangkan suku atau pun kelompok masyarakat sasarannya dapat berdiri. Meski begitu, keutamaan doa dalam kehidupan pribadi sang misionarilah yang memberi teladan kepada kehidupan gereja yang baru dan para pemimpinnya. Dengan menunjukkan sumber kuasa yang ada padanya lewat doa --sejak saat pertama--sang misionari dapat dengan bebas membagi-bagikan sumber daya terbesar yang dibawanya serta ke dalam tugas pelayanan. Berbagi sumber daya atau kuasa sangat berpengaruh pada perpindahan visi dan momentum dari sang misionari kepada para pemimpin jemaat lokal yang baru.
2. Tabur Injil Sebanyak-banyaknya
Kami belum pernah menemukan adanya Gerakan Perintisan Jemaat terjadi di daerah yang tidak pernah atau pun yang sangat jarang diinjili. Semua Gerakan Perintisan Jemaat selalu berdampingan dengan pemberitaan injil yang berlimpah-limpah. Hukum penuaian benar-benar berlaku: "kalau anda menabur sebanyak-banyaknya, anda akan menuai banyak juga." Di dalam Gerakan Perintisan Jemaat, ada ratusan bahkan sampai ribuan orang mendengar pernyataan bahwa Yesus Kristus-lah yang memiliki kehidupan mereka. Penaburan benih injil semacam ini, seringkali sangat bergantung pada penginjilan lewat media massa, tetapi di dalamnya selalu pula melibatkan penginjilan pribadi dengan kesaksian yang jelas tentang kuasa injil untuk mengubahkan kehidupan seseorang.
Keadaan yang sebaliknya dari hukum penuaian di atas juga terjadi. Setiap kali pemerintah atau kekuatan-kekuatan sosial lainnya mengelola tindakan-tindakan intimidasi dan melemahkan kesaksian Kristen, Gerakan Perintisan Jemaat juga secara effektif tereliminasi.
3. Perintisan Jemaat Secara Intensif
Dalam setiap Gerakan Perintisan Jemaat, selalu ada seseorang yang telah merancang penerapan suatu strategi mengenai bagaimana menyebarluaskan perintisan jemaat, sebelum gerakan itu dimulai. Ada banyak contoh tentang penerapan segala unsur kontekstualisasi dengan semestinya, tetapi sang misionari sendiri mengalami kendala, jika bukan dalam hal kecakapan (skill), maka kendala itu adalah ketiadaan visi untuk memimpin Gerakan Perintisan Jemaat. Walau begitu, sekali bahan ini ditambahkan ke dalam adonan, hasil-hasilnya akan segera terlihat. Gereja-gereja tidak terjadi begitu saja.
Di seluruh dunia ada bukti bahwa ada ribuan orang yang datang kepada Kristus dengan alasannya masing-masing, sama sekali tidak berkelanjutan kepada berdirinya atau berlipat-gandanya gereja-gereja. Kepada situasi seperti ini, sebuah strategi perintisan jemaat yang sifatnya internasional dapat mentranformasikan suatu kebangkitan kesadaran (awakening) yang penuh terhadap Gerakan Perintisan Jemaat.
4. Otoritas Alkitab
Bahkan di tengah-tengah kelompok masyarakat yang buta huruf pun, Alkitab telah menjadi sumber tuntunan mengenai doktrin, keputusan-keputusan yang seharusnya diambil oleh gereja atau kebijaksanaan gereja, dan juga bagi kehidupan itu sendiri. Sementara Gerakan Perintisan Jemaat telah timbul di tengah kelompok masyarakat atau suku yang tidak memiliki Alkitab di dalam bahasa mereka sendiri, sebagai besar dari mereka memiliki Alkitab secara lisan (oral) atau pun tertulis dalam bahasa hati mereka. Dalam setiap contoh, Alkitab menyediakan kemudi bagi kehidupan gereja, dan otoritasnya tidak terbantah.
5. Kepemimpinan Lokal
Para misionari yang terlibat dalam Gerakan Perintisan Jemaat lebih sering membicarakan disiplin diri yang dituntut dari dirinya dalam proses pembimbingan para perintis gereja, dibanding dengan dalam berusaha melakukan sendiri perintisan gereja. Sekali seorang misionari menempatkan dirinya sebagai perintis gereja utama atau pendeta, akan sulit baginya untuk menjadi orang yang ada di belakang layar lagi. Ini sama sekali bukan berarti para misionari sudah tidak punya peranan lagi dalam perintisan jemaat. Justru sebaliknya, para perintis jemaat lokal (yang berasal dari daerah itu sendiri) menerima latihan terbaik mereka dengan memperhatikan bagaimana para misionari membentuk kelompok-kelompok Pemahaman Alkotab bersama mereka yang bukan Kristen, yang sedang mencari tahu. Berjalan di samping perintis jemaat lokal adalah langkah pertama dalam menanam dan menetapkan kepemimpinan lokal.
6. Kepemimpinan Yang Dijalankan Oleh Orang Awam
Gerakan Perintisan Jemaat dijalankan oleh pemimpin-pemimpin yang berasal dari kalangan awam. Para pemimpin ini adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan utama lain, dan adalah orang kebanyakan dari kelompok masyarakat yang dijangkau. Dengan kata lain, jika kelompok masyarakat itu sebagian besar masih buta huruf, maka kepemimpinan yang ada di situ juga memiliki kesamaan ini. Jika kelompok masyarakat itu adalah kaum nelayan, maka para pemimpin yang ditetapkan di situ pun adalah nelayan. Seiring dengan merebaknya pergerakan ini, semakin banyak pula para pejabat pelayanan yang diberi gaji. Meski pun demikian, sebagian besar -dan pucuk pertumbuhan gerakan- masih berkelanjutan dengan dipimpin oleh orang awam atau orang-orang yang mempunyai pekerjaan utama lain.
Ketergantungan terhadap kepemimpinan yang dilakukan oleh orang-orang awam ini adalah penjamin terbesar akan adanya para perintis jemaat dan pemimpin gereja-gereja sel yang potensial. Menggantungkan harapan pada kepemimpinan pastoral dari para lulusan seminari -atau bahkan pada mereka yang berpendidikan di tengah-tengah masyarakat yang buta huruf- berarti memperhadapkan pelayanan itu dengan masalah kekurangan pemimpin dari waktu ke waktu.
7. Gereja Sel Atau Gereja Rumah
Memang ada gedung-gedung gereja yang didirikan dalam berbagai Gerakan Perintisan Jemaat ini. Walau demikian, bagian terbesar dari jemaat-jemaat dalam GPJ tetap berukuran kecil, kemampuan reproduksi dari gereja-gereja sel adalah 10-30 anggota yang bersekutu dalam rumah-rumah atau emperan-emperan toko.
Ada perbedaan antara gereja sel dan gereja rumah. Dalam gereja sel, setiap sel yang ada saling terkait satu dengan yang lain dalam suatu struktur jaringan kerja tertentu. Seringkali, jaringan kerja ini berhubungan dengan sebuah gereja yang lebih besar yang merupakan gereja induk. Gereja Full Gospel Central Church di Seoul, Korea Selatan dengan 50.000 kelompok selnya barangkali merupakan contoh paling terkenal tentang gereja sel.
Gereja rumah kelihatan mirip dengan gereja sel, tapi umumnya mereka tidak terorganisir oleh sebuah otoritas tunggal ataupun hirarki otoritas. Sebagai unit yang otonom, gereja rumah memang tidak berada dalam struktur (jalinan) kesatuan yang dimiliki gereja sel, tapi ini membuatnya bersifat lebih dinamis. Masing-masing memiliki kelebihannya sendiri-sendiri. Kelompok sel lebih mudah dibentuk dan dipimpin kepada kesesuaian doktrin, sedang gereja rumah tidak mudah ditekan oleh sikap bermusuhan penguasa. Ke dua jenis jemaat ini, sangat umum terjadi dalam Gerakan Perintisan Jemaat, bahkan kedua-duanya bisa terjadi dalam satu gerakan yang sama.
8. Gereja Merintis Gereja
Pada umumnya di dalam Gerakan Perintisan Jemaat, gereja pertama dirintis oleh seorang misionari atau oleh seorang perintis jemaat yang telah dilatih oleh seorang misionari. Meski begitu, pada waktu-waktu tertentu, misalnya saat gerakan itu memasuki fase pelipatgandaan reproduksi, gereja atau jemaat itu sendirilah yang melakukannya. Supaya hal ini terjadi, anggota-anggota jemaat harus percaya bahwa reproduksi adalah sesutu yang lumrah dan tidak diperlukan bantuan apa pun dari pihak luar untuk memulai sebuah jemaat atau gereja baru. Dalam Gerakan Perintisan Jemaat, tidak sesuatu pun yang dapat menghalangi orang percaya lokal untuk memenangkan jiwa baru dan kemudian merintis sendiri gereja-gereja sel/rumah baru.
9. Reproduksi Yang Berjalan Cepat
Memang ada yang mempersoalkan nilai penting dari reproduksi Gerakan Perintisan Jemaat yang cepat demi keberlangsungan pergerakan, tapi tidak seorang pun mempertanyakan bukti-bukti di dalam setiap Gerakan Perintisan Jemaat. Sebagian besar dari perintis-perintis jemaat yang terlibat dalam gerakan ini menyatakan bahwa reproduksi yang cepat sangat berarti bagi pergerakan itu sendiri. Mereka melaporkan bahwa apabila tingkat reproduksi menurun, maka Gerakan Perintisan Jemaat mulai terhambat. Reproduksi yang cepat menunjukkan betapa mendesak dan pentingnya untuk datang dan mempercayai Yesus Kristus. Pada saat reproduksi yang cepat berlangsung, itu merupakan jaminan bagi kita bahwa gereja-gereja sedang tidak dibebani oleh unsur-unsur yang tidak penting dan anggota jemaat sedang berada dalam kemampuan penuh untuk mengambil bagian dalam pekerjaan Allah ini.
10. Gereja Yang Sehat
Para ahli pertumbuhan gereja dalam beberapa tahun terakhir ini telah begitu gencar menulis tentang tanda-tanda dari sebuah gereja. Sebagian besar dari mereka setuju bahwa sebuah gereja yang sehat harus memiliki ke lima tujuan ini: 1) penyembahan, 2) penginjilan dan pengutusan misionari, 3) pendidikan dan pemuridan, 4) pelayanan dan 5) persekutuan. Dalam setiap Gerakan Perintisan Jemaat yang kami teliti ke lima fungsi kunci ini kami temukan.
Beberapa perintis jemaat telah menunjukkan bahwa apabila ke lima indikator kesehatan ini terlihat dengan kuat, gereja itu tidak bisa menghindari pertumbuhan. Masih banyak lagi yang bisa dikatakan mengenai ke lima indikator gereja sehat ini, tapi yang terutama, -dari sudut pandang seorang missionari-, adalah pengutusan misi. Kehadirannya dalam denyut nadi gereja-gereja berorentasi Gerakan Perintisan Jemaat adalah untuk menyebarluaskan injil pada kelompok-kelompok masyarakat terpencil, dan mengatasi penghalang-penghalang yang sejak lama telah menjadi kendala bagi para misionari barat.
Bab 4
Sepuluh Faktor Umum
Di samping ke sepuluh unsur yang terdapat dalam setiap Gerakan Perintisan Jemaat, juga ada setidaknya sepuluh hal lain, yang walau tidak bersifat universal, tapi sering ditemukan. Hal-hal ini tidak disusun dalam urutan prioritas atau frekwensi tertentu. Meski demikian, dalam sebagian besar Gerakan Perintisan Jemaat, kita akan menemukan sebagian besar dari unsur-unsur ini, apabila tidak seluruh faktor.
1. Menyembah Dalam Bahasa Hati
Ada banyak kasus di mana Firman Tuhan masih belum diterjemahkan ke dalam bahasa hati kelompok masyarakat yang bersangkutan dan bahasa yang digunakan dalam penyembahan adalah bahasa bisnis mereka. Walau kadang-kadang ditemukan contoh-contoh seperti di atas, masih saja bahasa hati suatu kelompok masyarakat muncul dalam doa, lagu-lagu, ilustrasi-ilustrasi khotbah dan aplikasinya. Penyembahan dalam bahasa hati umumnya akan menjaga ibadah itu bisa dipahami, dan menjamah semua orang dalam persekutuan serta memudahkan setiap orang untuk berpartisipasi dalam bentuk gereja yang baru ini. Misionari yang dapat melihat nilai penting bahasa hati dari kelompok masyarakat sasaran lalu merangkulnya, merupakan orang yang menempatkan diri pada posisi yang sangat baik untuk merangsang terjadinya suatu Gerakan Perintisan Jemaat. Tidak ada hal lain yang dapat mengungkapkan pandangan hidup suatu kelompok masyarakat seperti yang bisa dilakukan lewat pengenalan yang intim kepada bahasa hati mereka. Para misionari yang memilih untuk bekerja lewat bahasa binis, sejak permulaan sudah membentangkan tirai antara dirinya dengan kaum yang sedang mereka upayakan dibawa kepada Kristus.
2. Penginjilan Mempunyai Implikasi Kepada Komunitas
Tidak seperti pola umum di negeri-negeri Barat yang sangat menekankan keindividualan dan komitment pribadi, Gerakan Perintisan Jemaat sebaliknya sangat mengutamakan hubungan kekeluargaan dan sosial yang kuat. Para misionari dalam GPJ telah menyadari hal ini dan mendorong para petobat baru supaya mereka mengikuti jaringan hubungan kekeluargaannya sendiri untuk mendekatkan mereka kepada komunitas iman (lihat Kisah 16:31-32). Dalam banyak kasus, gereja-gerejanya terdiri dari beberapa kaum dari sebuah keluarga besar dan dipimpin oleh kepala keluarganya sendiri.
3. Cepatnya Kerjasama Dan Keterlibatan Para Petobat Baru Dalam Pelayanan Dan Kehidupan Gereja
Dalam banyak Gerakan Perintisan Jemaat, pembaptisan tidak tertunda-tunda karena harus mengikuti pemuridan yang panjang lebih dulu. Di sisi lain, pemuridan pastilah membawa kepada pertobatan dan langkah-langkan kelanjutannya. Bahkan ketika pembaptisan tertunda, orang-orang yang baru percaya diharapkan untuk langsung menjadi saksi; para murid baru ini langsung menjadi pembimbing bagi orang lain, bahkan menjadi perintis jemaat. Seorang setengah baya yang datang kepada Kristus dalam Gerakan Perintisan Jemaat di India merintis 42 jemaat dalam tahun pertama kehidupannya sebagai seorang percaya. Dalam mengupayakan agar gerakan ini tetap menyebar, seorang misionari yang berorientasi GPJ akan mendorong para petobat baru untuk bergabung dengan atau membantunya merintis gereja-gereja baru, dari pada sekedar menambahkan sejumlah angka ke dalam jemaat-jemaat yang telah ada.
4. Semangat Yang Menggelora Dan Tak Kenal Takut
Gerakan - gerakan perintisan jemaat juga dikenali dari semangatnya yang menyala-nyala dan nilai-rasanya pada kemendesakkan (sense of urgency), yang membuktikan betapa penting keselamatan dan betapa perlunya pertobatan itu. Orang-orang yang baru percaya menunjukkan keberaniannya di hadapan mata para penentang. Roh kepengecutan atau ketakutan selalu akan memadamkan sebuah GPJ. Keberanian memang dapat mendatangkan aniaya, tapi justru itulah yang menjadi bahan bakar bagi Gerakan Perintisan Jemaat (lihat Joshua1:6).
5. Harga Yang Harus Dibayar Untuk Menjadi Seorang Kristen
Sering terjadi Gerakan Perintisan Jemaat meruak justru di tempat-tempat yang latar belakangnya tidak mendukung, di mana pertobatan kepada injil Yesus Kristus bukanlah hal yang diterima dengan baik dan membawa keuntungan-keutungan sosial. Dalam banyak kasus, pertobatan justru akan membawa seseorang ke dalam aniaya bahkan kematian. Di hadapan penganiayaan ini, orang-orang percaya mendapatkan dukungan yang kuat dalam kesaksian tentang Yesus dan gereja Perjanjian Baru (lihat Mat. 10:17-25). Aniaya cenderung menyisihkan mereka yang tidak teguh dan menjamin terbangunnya suatu keanggotaan yang berdedikasi tinggi.
6. Merasakan Adanya Krisis Kepemimpinan Atau Kekosongan Rohani Dalam Masyarakat
Sebuah negara atau kelompok masyarakat yang telah mengalami rasa kehilangan kepemimpinan atau kekosongan rohani akibat perang, bencana alam, atau penggantian, adalah juga lingkungan yang matang untuk menetaskan sebuah Gerakan Perintisan Jemaat. Disintegarasi kemasyarakatan semakin lama menjadi semakin umum dalam dunia kita yang berubah dengan begitu cepat, dan hal ini merupakan tanda-tanda yang baik bagi suatu Gerakan Perintisan Jemaat. Tersingkirnya simbol-simbol stabilitas yang telah bertahan lama dan hilangnya rasa aman, mengarahkan orang kembali kepada pertimbangan-pertimbangan mengenai pentingnya hal-hal yang bersifat kekal.
7. Pelatihan Magang (on the job training) Bagi Para Pemimpin Jemaat
Bersamaan dengan pertambahan jumlah jemaat yang pesat, pelatihan kepemimpinan yang efektif adalah hal yang sangat mendesak demi suksesnya pergerakan ini. Apabila para pemimpin gereja yang baru didirikan harus meninggalkan jemaatnya untuk mengikuti pelatihan teologi yang berlangsung lama, maka momentum pergerakan akan hilang. Tetapi pada saat yang sama, pendidikan teologis yang merupakan bagian penting dari pertumbuhan gereja tidak bisa disepelekan. Pelatihan yang paling menguntungkan adalah yang membawa pendidikan sedekat mungkin ke daerah pelayanan. Pendidikan teologi secara ektension/ kelas jauh yang ditekankan pada kesempatan magang, di mana pelatihan itu diselengarakan sela menyela dengan pelayanan yang sedang berlangsung, telah terbukti menjadi pelengkap yang kuat bagi Gerakan Perintisan Jemaat.
Bentuk-bentuk pelatihan magang ini berbeda di setiap tempat, tetapi di dalamya secara khusus mencakup sebuah seri modul pelatihan jangka pendek, yang tidak akan mengganggu pelaksanaan tugas-tugas penginjilan, perintisan jemaat dan kepemimpinan pastoral. Para misionari juga telah menunjukkan bukti arti penting dari pelatihan kepemimpinan untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan Gerakan Perintisan Jemaat.
8. Otoritas Kepemimpinan Tidak Berada Pada Satu Orang (Desentralisasi)
Denominasi-denominasi dan gereja-gereja berstruktur yang menerapkan hirarki otoritas atau yang memerlukan birokrasi dalam pengambilan keputusan, tidak bersesuaian untuk mengendalikan dinamika dari Gerakan Perintisan Jemaat. Amat penting bagi seorang pemimpin kelompok sel atau gereja rumah mempunyai wewenang/ otoritas seluas yang diperlukan untuk melakukan hal-hal yang diperlukan bagi penginjilan, pelayanan, dan perintisan jemaat tanpa perlu menunggu-nunggu persetujuan dari hirarki gereja.
9. Orang Luar Tetap Tidak Menonjol
Misionari yang telah terlibat dalam Gerakan Perintisan Jemaat menunjukkan betapa pentingnya untuk tetap menjaga diri tidak menonjol, pada saat mereka berusaha untuk memulai dan mengembangkan gerakan. Hal kunci yang perlu diperhatikan di sini adalah untuk meminimalkan kehadiran unsur-unsur asing dan mendorong terbangunnya gerakan yang mandiri dari kelompok masyarakat itu sendiri (indigenos). Dari pada menunggu sampai ada petobat baru yang menunjukkan dirinya layak untuk menjadi (salah satu) pemimpin, sang misionarilah yang memulai dengan mendekatkan para petobat baru ini kepada aturan-aturan atau cara-cara kepemimpinan, lewat pertemuan kelompok Pemahaman Alkitab yang bersifat partisipasif dan pembimbingan kepada para pendeta dari belakang layar.
10. Para Misionarinya Menderita
Daftar nama para misionari yang terlibat dengan Gerakan Perintisan Jemaat terbaca seperti sebuah katalog malapetaka. Banyak dari mereka yang mengalami sakit, penghinaan dan dipermalukan. Pada beberapa contoh, penderitaan itu disebabkan karena perilaku mereka yang merusak diri sendiri; dalam kasus yang lain terjadi akibat ulah para penentang. Mereka yang sedang mempelajari Gerakan Perintisan Jemaat memperkirakan bahwa penderitaan ini berhubungan dengan harga rohani yang lebih mahal yang harus dibayar untuk mengalahkan kuasa kegelapan (wahyu 12:12). Apapun penyebabnya, tingkat ketidak-seimbangan penderitaan yang ditanggung oleh para misionari dalam Gerakan Perintisan Jemaat perlu mendapatkan perhatian. Para misionari yang tetap berkeinginan untuk menjalani aksi ini sangat disarankan untuk selalu waspada, berjaga-jaga, bergumul dan berdoa.
Bab 5
Sepuluh Penanganan Praktis
Gerakan Perintisan Jemaat adalah pekerjaan Allah yang sangat luar biasa, tapi dalam kasih karunia-Nya yang dahsyat, Ia memilih untuk bekerja sama dengan kita. Ada beberapa hal praktis yang dapat dilakukan seorang misionari untuk membantu dimulainya atau membibiti Gerakan Perintisan Jemaat. Apa yang terdapat di sini bukanlah langkah-langkah yang berurutan. Beberapa langkah lebih penting dari langkah lainnya, tetapi setiap langkah yang ada, telah dilakukan dalam formasi Gerakan Perintisan Jemaat di salah satu tempat di dunia. Setiap misionari harus menentukan sendiri langkah mana yang sesuai dengan situasinya, dan bagaimana langkah itu diadaptasi sehingga memperoleh keuntungan maksimal.
1. Geluti Orientasi GPJ Sejak Awal Dimulainya
Ini merupakan hal kunci: Gerakan Perintisan Jemaat berawal pada hari pelayanan dimulai. "Visi akhir" sudah terealisasi sejak saat pertama itu. Itu berarti, setiap misionari yang ingin memulai Gerakan Perintisan Jemaat harus mulai dengan "membuat sebuah gereja/jemaat percontohan bergaya Gerakan Perintisan Jemaat" lengkap dengan penginjilan, pemuridan dan pelatihan pelipatgandaan jemaatnya, dalam konteks sebuah sel group. Ini membuat berkesinambungannya model jemaat yang berdiri dengan dimulai oleh prapenginjilan, lalu penginjilan kemudian pemuridan, perintisan jemaat, pengutusan misi dan sebagainya.
2. Kembangkan Dan Terapkan Strategi-Strategi Yang Bersifat Menyeluruh
Para misionari yang hanya memperhatikan cakupan dari segala sesuatu yang diperlukan untuk memulai dan memelihara suatu Gerakan Perintisan Jemaat, akan segera menyadari bahwa pekerjaan ini melampaui batas-batas pribadi mereka dalam hal waktu, talenta dan sumber-sumber. Walaupun demikian jika mereka memandang kepada sumber ketersediaan yang lebih besar dari amanat agung orang-orang kristen dan terus menerus bertanya, "apa yang diperlukan untuk mendapatkan suatu Gerakan Perintisan Jemaat?" Akan mereka temukan bahwa yang diperlukan adalah sebuah strategi yang menyeluruh (konpreshensif). Sebuah strategi yang konprehensif berdiri di atas setidaknya empat pilar : 1) doa, 2) firman Tuhan, 3) penginjilan, 4) perintisan jemaat. Ke empat pilar ini dipadukan oleh sebuah matriks pelayanan yang meliputi pelayanan untuk kebutuhan dasar manusia, strategi-strategi komunikasi, mobilisasi dan tindakan-tindakan lain. Waktu di kombinasikan, strategi-strategi ini membebaskan pelayanan itu dari batasan-batasan karena hanya ada satu misionari atau bahkan satu badan misi, serta memaksimalkan kemungkinan-kemungkinan untuk memulai dan memelihara sebuah Gerakan Perintisan Jemaat .
3. Evaluasi Segala Sesuatu Untuk Mencapai Visi Akhir
Sekali waktu seorang misionari pernah berkomentar, "anda dapat membedakan apakah seseorang itu adalah seorang misionari yang baik atau tidak dengan memperhatikan kepada apa dia berkata tidak. Ini tidak dimaksudkan untuk diartikan sebagai: 'bahwa percobaan-percobaan yang dilakukan di mana-mana sebenarnya tidak sesuai'-, tapi seorang koordinator strategi yang efektif selalu tegas dalam mengevaluasi segala sesuatu yang dia kerjakan dalam terang visi akhir ---sebuah Gerakan Perintisan Jemaat--- tanpa memperdulikan hal-hal yang tidak akan membawa pelayanannya ke sana.
4. Terapkan Penuaian Seksama (Precision Harvesting)
Dari pada menabur benih injil kadang-kadang dan menunggu-nunggu tibanya saat penuaian, sejumlah besar misionari telah belajar untuk memakai hikmat penuaian seksama. Di dalam penuaian seksama digunakan "filter respon" untuk mengenali dan melokalisir individu-individu yang telah memberikan respon positif kepada injil. Kemudian, ditempatkanlah di sana pekerja yang akan tinggal dalam jangka panjang supaya dari kontak langsung dengan mereka dapat dilakukan pemuridan dan kemudian perintisan jemaat. Model pelayanan ini memperlihatkan bahwa seorang misionari yang tinggal di ladang pelayanan misi bisa saja berhasil dengan cara mempelajari bahasa, membagi imannya, memuridkan sekelompok orang percaya dan merintis sebuah gereja, tapi ada cara lain yang lebih efisien untuk mencapai hasil akhir yang sama.
Lewat kerja sama dengan siaran radio atau bentuk-bentuk penginjilan massa lainnya, seorang misionari perintis jemaat dapat menggunakan nama dan alamat para responden untuk pelayanan pra-injili (penaburan) lainnya. Setelah itu, ia menempatkan dirinya di tengah-tengah orang-orang percaya baru atau yang sedang mencari-cari ini; dengan begitu ia bisa memulai pelayanan pemuridan dan perintisan jemaat. Pelayanan penuaian presisis ini dapat mempersingkat beberapa tahun yang diperlukan dalam proses memulai sebuah gereja atau melipatgandakan jemaat-jemaat.
5. Siapkan Orang-Orang Yang Baru Percaya Untuk Menghadapi Aniaya
Orang-orang yang baru percaya harus mengerti bahwa panggilan kepada Kristus adalah panggilan kepada salib. Kesewenang-wenangan, aniaya bahkan kemartiran bisa datang, tapi itu tidak seharusnya membuat orang yang baru percaya terkejut. Sejak jaman perjanjian baru aniaya sudah dialami oleh mereka yang mengikut Kristus. Mempersiapkan mereka untuk masa aniaya tidak perlu menunggu sampai mereka bertobat ; itu seharusnya sudah dimulai dalam proses penginjilan. Orang-orang percaya harus diajar untuk mengharapkan masa-masa sulit sejak permulaan ke-Kristenannya sebagai harga yang harus dibayar untuk pertobatan mereka ( lihat Mar 8:34).
6. Kumpulkan, lalu menangkan mereka
Langkah maju yang umum dalam perintisan jemaat adalah: memenangkan, memuridkan, menjemaatkan, lalu mengorganisir mereka di sebuah gereja. Ini bukan satu-satunya cara menyelesaikan pekerjaan. Banyak perintis jemaat efektif, yang terlibat dalam Gerakan Perintisan Jemaat telah belajar untuk mengumpulkan sekelompok orang yang masih terhilang dan mencari-cari kebenaran, ke dalam kelompok-kelompok penyembahan yang evangelistik dan ke dalam kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab. Orang-orang yang "belum Kristen" ini dibawa kepada visi Gerakan Perintisan Jemaat pada saat yang sama dengan membawa mereka ke dalam keluarga besar orang beriman.
7. Cobalah metodologi PTTgSR
Metode PTTgSR yang telah digambarkan dalam studi kasus masyarakat Yanyin, mengandung unsur-unsur inti yang seharusnya dapat diaplikasikan ke dalam konteks perintisan jemaat manapun. Sebuah jemaat yang PTTgSR memanfaatkan kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab dan penyembahan yang bersifat Partisipatif, menegaskan bahwa keTaatan kepada Alkitab adalah satu-satuinya ukuran keberhasilan, menjalankan kepemimpinan yang Tanpa gaji dan tidak berjenjang (hirarkis), dan bertemu dalam kelompok-kelompok Sel atau gereja-gereja Rumah.
8. Kembangkan kepemimpinan jamak dalam gereja sel
Janganlah sampai terperangkap di dalam kepemimpinan yang tidak memadai, ---suatu kepemimpinan yang diperlukan untuk memenuhi perkembangan kebutuhan-, dengan sejak awal telah menjalankan kepemimpinan jamak. Masih ingat dengan Gerakan Perintisan Jemaat di Kamboja yang memulai setiap sel dengan membentuk lebih dulu "komite sentral" yang terdiri dari tujuh orang? Kepemimpinan jamak seperti ini sangatlah umum dalam Gerakan Perintisan Jemaat, dan dengan demikian selalu tersedia secara berlimpah pemimpin-pemimpin yang potensial bagi gereja-gereja sel dan untuk memulai jemaat-jemaat baru.
9. Gunakan pelatihan Praktek Kerja Lapang (magang)
Jangan sampai tergoda untuk menarik para pemimpin jemaat lokal yang baru didirikan dari jemaat-jemaat mereka, guna mengikuti pelatihan dalam suatu lembaga selama bertahun-tahun. Jauh lebih baik untuk memberi kesempatan memperoleh pendidikan teologis yang tidak terpusat pada satu tempat dan diimbuh dengan pengalaman praktis. Pendekatan ini dapat berupa satu bulan masa pelatihan dan dua bulan magang sebagai pelayan pastoral, atau delapan kelas pertemuan pelatihan selama dua minggu yang berlangsung selama dua tahun, pada saat yang sama dilakukan juga pemuridan dan peningkatan kecakapan yang akan berlaku seumur hidup. Pendidkan yang lebih tinggi dal
Attachment | Size |
---|---|
perintisan_jemaat2.doc | 192 KB |
perintisan_jemaat2.htm | 85 KB |