Benarkah Taurat, Zabur, Injil sudah Dipalsukan?
Benarkah Taurat, Zabur, Injil Sudah Dipalsukan?
Alkitab, sebuah kitab yang ditulis oleh manusia, telah dipalsukan oleh para penganutnya berabad-abad silam. Naskah-naskah aslinya sendiri telah hilang. Umat yang beriman mempercayai empat kitab suci yang diturunkan Allah S.W.T., yakni Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran. Alkitab yang terdiri atas Taurat, Zabur dan Injil tersebut, pada saat ini tidak perlu lagi dibaca karena Al Quran telah mencakup keseluruhan pesan dan kebenaran Allah yang tersurat di dalam ketiga kitab suci sebelumnya.
Pernahkah Anda mendengar berita gosip yang sedang santer diperbincangkan lingkungan Anda mengenai salah seorang warga? Apa reaksi Anda mendengar berita semacam itu? Apakah Anda langsung mempercayainya? Apakah pandangan Anda terhadap warga tersebut langsung berubah? Atau apakah Anda malah berpartisipasi menyebarluaskan isyu tersebut pada tetangga Anda? Apakah Anda tergerak untuk menyelidiki kebenaran berita tersebut? Bagaimana bila seandainya berita tersebut sama sekali bohong?
Seringkali terjadi, sebuah fitnah ditiupkan dan orang langsung menerimanya sebagai sesuatu yang benar. Jarang mereka meluangkan waktu untuk menyelidiki sendiri kebenarannya. Tetapi, mungkin Anda berbeda. Mungkin Anda termasuk orang yang senantiasa berusaha mencari kebenaran dan hanya merasa puas setelah mengetahui kebenaran yang hakiki.
Mari kita kembali pada masalah Kitab-kitab Suci di atas. Apa yang sesungguhnya kita ketahui tentang Taurat, Zabur dan Injil? Marilah kita memulai penyelidikan terhadap naskah-naskah aslinya. Benarkah naskah-naskah tersebut telah hilang? Sejauh yang kita ketahui, memang kita tidak lagi memiliki naskah-naskah yang mungkin ditulis oleh tangan-tangan Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Isa Almasih sendiri. Berdasarkan Riwayat Pembukuan Al Quran dalam Kitab Al Quran dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI, disebutkan para sahabat Rasulullah mencatat baik-baik wahyu yang didiktekan Nabi di atas benda-benda seperti kulit, kayu dan tulang. Kemudian banyak orang membuat salinannya. Belakangan, setelah Rasulullah wafat, Khalifah Utsman bin Affan memulai usaha pembukuan Al Quran yang baku, yang kita kenal dengan sebutan mushaf. Setelah kelima mushaf pertama berhasil dibukukan, keseluruhan naskah asli dibakar habis. Peristiwa ini terjadi sekitar 30 tahun setelah wafatnya Rasulullah S.A.W. Kini, berapakah usia naskah tertua Alkitab-Taurat, Zabur dan Injil?
Kitab Taurat dan Zabur termaktub dalam Alkitab sebagai bagian dari "Perjanjian Lama" yang maksudnya ialah kitab para nabi sebelum kelahiran Nabi Isa Almasih. Kita mungkin tidak menyadari kemurnian naskah-naskah yang kita miliki saat ini namun bukti yang tidak terbantahkan mengenai naskah-naskah tertua, berasal dari Qumran, Laut Mati- bertanggal 100 tahun sebelum Masehi, membuktikan pada dunia bahwa naskah-naskah Taurat dan Zabur tersebut masih sama seperti yang tertulis dalam Alkitab masa kini.
Bagaimana dengan Injil? Pertama, mari kita menelusuri arti sebenarnya dari "Injil" tersebut. Injil dalam bahasa Yunani berarti "Kabar Baik dari Allah". Naskah tertua Injil berusia kurang lebih 70 tahun setelah Nabi Isa wafat. Naskah-naskah ini masih dapat kita temui dan kita pelajari di museum-museum di seluruh dunia.
Adanya beberapa perbedaan dalam beberapa naskah diakibatkan kesalahan tata bahasa, tanda-tanda baca, atau sebahagian kisah-kisah yang tercantum telah pudar dimakan usia. Namun para ahli membuktikan, bahwa tidak ada kesalahan yang mengaburkan kebenaran dari kisah-kisah yang termuat didalamnya. Tanyakanlah hal ini kepada para ahli. Mereka sepakat menyimpulkan bahwa Injil merupakan kitab yang terdokumentasi dengan baik pada zamannya.
Anda mungkin bertanya: "Bukankah Al Quran menyatakan pada kita bahwa Alkitab telah dipalsukan?" Kini, kami meminta Anda untuk membuka Al Quran Anda dan membacanya sendiri. Temukanlah 90 buah ayat yang menguatkan bahwa Taurat, Zabur dan Injil adalah benar merupakan kitab Allah. Al Quran pun menyatakan bahwa Firman Allah tidak mungkin dapat diubah (Q.S. Al An'Aam: 34) Namun, ada beberapa ayat yang dianggap orang, menyatakan tentang 'pemalsuan' Alkitab. Mungkinkah Al Quran mengandung ayat-ayat yang saling bertentangan? Mari kita menyelidikinya.
Beberapa ayat menyebutkan bahwa umat Yahudi telah memutarbalikkan Firman Allah (lihat Q.S. Ali Imran: 23, 79). Apakah hal ini sama artinya dengan 'memalsukan Firman Allah? Bila syaitan memutarbalikkan Firman Allah kepada Nabi Adam dan Siti Hawa di Firdaus, sehingga mereka menjadi ragu, apakah berarti Firman Allah sendiri berubah? Tidak, Firman-Nya kekal. Tidak pernah Firman Allah lenyap. Contohnya pada pengalaman kita sendiri sehari-hari: Seringkali seseorang salah mengutip pernyataan yang kita keluarkan. Apakah ini berarti pernyataan kita sendiri telah lenyap? Terkadang orang lain mengetahui kebenaran pernyataan yang sesungguhnya kita katakan, dan membantu menjernihkan permasalahan. Demikian pula yang terjadi dengan Firman Allah. Firman-Nya tidak mungkin berubah. Mungkin manusia dapat memutarbalikkannya, tetapi Firman-Nya tetap ada dan kekal.
Pikirkan pula mengenai hal ini: Mungkinkah Allah membiarkan Firman-Nya dilenyapkan atau dipalsukan? Bukankah salah satu sifat Allah adalah Al Muhaimin (Penjaga segala sesuatu)? Atau apakah kita telah berlaku sombong dan menyangka Allah tidak mampu menjaga Firman-Nya?
Bila Allah menyampaikan Firman-Nya kepada Nabi Ibrahim 4.000 tahun yang lalu, maka Firman-Nya itu masih tetap sama hingga saat ini dan selama-lamanya.
Bagaimana pula dengan 1.400 tahun yang lalu pada masa Rasulullah? Bila Alkitab pada masa tersebut merupakan Alkitab yang "sejati", apakah mungkin "pemalsuannya" terjadi setelah masa itu? Siapakah yang mengubahnya? Apa buktinya bahwa kitab tersebut telah dipalsukan? Naskah Alkitab yang dimiliki saat ini terbukti sama dengan naskah berusia 1.900 tahun lampau. Astagfirullah, bukankah kita telah bersikap suudzan selama ini, dan menghakimi orang lain tanpa bersandar pada bukti-bukti?
Apakah Anda kini berpikir, "Baiklah, saya telah mengetahui kebenaran Alkitab. Tetapi sudah cukup bagi saya untuk memiliki dan membaca Al Quran." Benarkah hal ini cukup? Bukankah Rukun Iman menuntut kita mengimani semua Kitabullah? Hal ini menegaskan pentingnya kita membaca dan menyimaknya, sebab bagaimana kita dapat mengimani sesuatu yang tidak kita pahami? Apa isi kitab-kitab yang kita imani itu? Lagipula, apakah kita pantas mengacuhkan Firman-firman Allah tersebut?
Banyak kisah para nabi yang termuat dalam Al Quran dapat kita baca secara lengkap dalam Taurat. Demikian pula Zabur Nabi Daud dan kebijaksanaan Nabi Sulaiman. Kita telah mendengar bahwa Nabi Isa merupakan guru yang terbesar yang mengajari umat manusia mengenai kebenaran Allah. Apa sesungguhnya yang beliau ajarkan? Bila kita ingin mengetahui mengenai Nabi yang disebut sebagai "yang terkemuka di dunia dan akhirat" ini (Q.S. Ali Imran: 45), maka kita harus berani membaca Kitab Injil itu sendiri.
Setiap usaha Allah untuk menyampaikan Firman-Nya kepada manusia tidak akan berakhir sia-sia. Setiap perkataan-Nya adalah penting dan berharga. Demikian pula dengan Taurat, Zabur dan Injil. Carilah sendiri kebenaran itu sekalipun orang lain tidak mau melakukannya. Bacalah.
Attachment | Size |
---|---|
taurat_injil.doc | 27 KB |
taurat_injil.htm | 7 KB |