Penggunaan Mentor
PENGGUNAAN MENTOR
Penggunaan mentor telah menjadi kata yang banyak disebut-sebut sekarang ini. Meskipun demikian, hal itu benar-benar suatu konsep kuno, seorang diberi contoh oleh pembimbing yang lebih tua dan bijaksana, yang membantu anak didik yang lebih muda di sepanjang perjalanan. Yosua memiliki Musa sebagai mentornya. Elisa memiliki Elia. Timotius memiliki Paulus.
Kami telah menemukan bahwa kebanyakan pemimpin muda rindu akan orang yang lebih tua, yang benar-benar bersedia dan tertarik untuk menyediakan telinga yang mau mendengar dan hati yang mau memahami, serta menasihati apa saja yang dapat diberikan orang tersebut dari pengalaman dan pengetahuannya mengenai Tuhan, kehidupan, dan manusia.
Karena alasan ini, penggunaan mentor merupakan unsur kunci lain dalam Arrow Leadership Program. Setiap peserta, setelah satu minggu, diminta untuk mendapatkan seorang mentor berdasarkan pilihannya sendiri atau berhubungan dengan seorang mentor yang kami anjurkan. Kami memiliki satu daftar mentor yang potensial, yang telah setuju untuk melayani. Dan kami menanyakan mentor itu apakah dia mau bekerja dengan orang dari Arrow Program ini untuk masa satu setengah tahun mendatang.
Para mentor datang dari berbagai kondisi dan keadaan. Ada yang pensiunan. Ada juga yang masih bekerja purnawaktu. Mereka terdiri dari pria dan wanita. Sebagian berasal dari latar belakang bisnis, yang lainnya dari bidang pelayanan, dari profesi-profesi kesehatan, dan ada yang kontraktor perumahan. Para mentor ini diharapkan untuk memperlengkapi peserta Arrow Program, dengan cara berbagi modal pemberian Tuhan bersama mereka. Modal itu bisa meliputi kebijaksanaan, informasi, pengalaman, kepercayaan, wawasan, hubungan, dan status.
Penggunaan mentor bisa berlangsung dengan tingkat intensitas dan keterlibatan yang berbeda-beda. Bisa beraneka ragam mulai dari sangat hati-hati sampai ke sambil lalu.
- Penggunaan mentor secara intensif akan melibatkan para mentor yang bisa menjadi pencipta murid, pembimbing rohani, dan pelatih.
- Mentor yang bukan regular dapat merupakan konselor, guru, atau sponsor.
- Mentor pasif bisa termasuk orang-orang yang bisa dicontoh entah dari sejarah atau dari kehidupan zaman sekarang.[1]
Pandangan lain tentang proses ini diberikan oleh Edward Sellner, seorang teolog awam Katolik yang menulis buku "Mentoring". Untuk menunjukkan cara-cara lain di mana bimbingan bisa dilakukan, Sellner keluar dari konsep yang biasa, yaitu satu mentor untuk satu orang. Dia menulis satu bab tentang C.S. Lewis yang, sebagai seorang figur sastra, merupakan seorang mentor rohani jarak jauh bagi Sellner. Dia juga membahas konsep sejarah Celtic mengenai "sahabat jiwa". Dia percaya bahwa mimpi-mimpi bisa menjadi mentor bagi jiwa kita khususnya pada masa-masa transisi yang penting dalam hidup kita, sebagaimana Tuhan berbicara dari hati nurani kita.
Sellner membuat daftar karakteristik yang dapat membantu kita mengenali seorang mentor kontemporer atau sahabat jiwa.
- Kematangan, hikmat yang datang hanya bersama usia;
- Rasa belas kasihan, kemampuan untuk mendengar orang lain tanpa mengeluarkan kata yang sifatnya menghakimi.
- Rasa hormat yang sungguh-sungguh terhadap orang lain, terhadap cerita dan waktu mereka
- suatu rasa hormat yang di mulai dengan refleksi terhadap kisah diri kita sendiri;
- Kemampuan untuk menjaga hal-hal yang rahasia;
- Pengungkapan diri, kemauan untuk membagikan bagian-bagian perjalanan diri sendiri bila sesuai dan kemauan untuk jujur;
- Berlaku seperti seorang pakar yang terus-menerus merefleksikan pengalaman-pengalaman pribadi dan hubungan-hubungan dengan Tuhan;
- Kemampuan untuk melihat gerakan-gerakan roh dan gerakan-gerakan hati.
Sellner menggambarkan mentor sebagai "bidan", yaitu seorang yang secara mendalam terlibat dalam proses membantu orang lain "melahirkan sesuatu." Dia juga memperingatkan bahwa tak seorang pun sempurna dalam mewujudkan semua karakrer ini, dan bahwa akhirnya "orang harus melihat dalam hatinya sendiri dan kepada Tuhan yang berkarya melalui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kita."[2]
Pelayanan mentor sering kali diremehkan, tidak hanya menyangkut manfaatnya bagi orang-orang yang lebih muda, tetapi juga menyangkut manfaatnya bagi sang mentor. Saya yakin bahwa banyak pemimpin senior mempertahankan kekuasaan karena mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan jika mereka menyingkir dan melepaskan kekuasaan. Akan tetapi, salah satu tanda dari kematangan adalah peralihan dari gaya berkuasa kepada gaya hikmat, dengan mengingat Amsal yang mengatakan, "rambut putih" melambangkan kebijaksanaan (lih. Ams. 16:31). Secara pribadi, saya telah menemukan kepuasan luar biasa dalam kelompok kecil pemimpin-pemimpin muda, di mana saya mendapat kehormatan untuk menjadi mentor. Mereka telah membuat saya tetap berpikiran tajam, tetap waspada, dan tetap bertumbuh. Saya telah belajar dari mereka sebanyak yang saya sudah dapat bagikan kepada mereka.
Para pemimpin senior kadang-kadang takut menjadi mentor. Kami bertanya-tanya dalam hati apakah kami mempunyai banyak hal untuk dibagi. Kami tidak mempunyai hubungan dengan generasi yang lebih muda. Bisa saja kami merasa kurang cakap dalam hidup kami. Asalkan kami mau mengambil risiko, mau dikritik dan jujur, mau mendengarkan, dan mau membatalkan agenda-agenda pribadi, kami akan melihat bahwa pelayanan sebagai mentor merupakan salah satu sumbangan paling berarti dalam hidup kami.
Menjadi mentor bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang lebih tua. Saya mendorong setiap orang, muda atau tua, awam atau pendeta: "Anda seharusnya menceritakan apa yang Anda ketahui kepada orang lain, minimal yang berusia sepuluh tahun lebih muda dari Anda. Dengan siapa Anda sedang melakukan hal itu?"
Catatan kaki:
- Banyak dari pemikiran dan praktik kami berkaitan dengan hubungan mentoring berdasarkan karya Paul Stanley dan Bobby Clinton. Di samping itu mereka pun secara aktif menciptakan proses mentoring kami, mereka telah menulis buku mengenai topik itu. Untuk mendapatkan wawasan mengenai bidang yang penting ini, lihat MENTOR: Anda Perlu Mentor dan Bersedia Menjadi Mentor oleh Paul Stanley dan J. Robert Clinton (Malang: Gandum Mas, 1996).
- Edward Sellner, Mentoring: The Ministry of a Spiritual Kinship (Notre Dame, Indiana: Ave Maria Press, 1992), hlm. 76-79.
Sumber diedit dari:
Judul buku | : | Leaders On Leadership |
Judul bab | : | Membantu Para Pemimpin Bertumbuh |
Penulis | : | Leighton Ford |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang 2002 |
Halaman | : | 175--177 |