Menumbuhkan Sikap, Sensitivitas dan Skill Pemimpin

    BUKU KE

    1

SERI KEPEMIMPINAN

Menumbuhkan Sikap, Sensitivitas dan Skill Pemimpin

    BUKU KEDUA

    Perspektif Dasar

    Robby I Chandra

    Daftar Isi

Pasal Satu Sikap kepemimpinan: Pantang menyerah

1. Pendahuluan 1

2. Anatomi kegagalan

Siklus kegagalan atau pembelajaran

3. Mitos pertama: Gagal di dunia pendidikan berarti gagal dalam hidup

4. Mitos kedua: orang yang terus menerus gagal berarti sudah gagal total

5. Bersikap menyerah atau bertahan?

6. Potensi diri dan dua jenis hambatan

PASAL SATU

MEMBANGUN SIKAP PEMIMPIN YANG PANTANG MENYERAH

    Pendahuluan

Seorang pemimpin adalah seorang manusia biasa, namun ia memiliki beberapa kelebihan. Ia mampu menolong kelompoknya untuk menggali dan merumuskan visi mereka. Ia menolong mereka menggali makna keberadaan dan kerja mereka. Kemudian, ia memperoleh kepercayaan orang sehingga ia mampu mengubah dan menggerakkan pengikutnya sehingga visi mereka tercapai. Untuk melakukan hal itu berbagai rintangan dapat menghadangnya. Ia pun tidak selalu stabil dalam kekuatan kejiwaan, kebugaran tubuh dan spiritualitasnya.

Maka pertanyaan yang sering orang ajukan, mungkin juga Anda adalah : Sikap-sikap apakah yang perlu dimiliki seorang pemimpin agar ia dapat menjalankan tugasnya dan mencapai visi bersama?

Salah satu sikap yang penting bagi pemimpin adalah sikap tegar dan pantang menyerah. Untuk menumbuhkan sikap serupa itu ia perlu mengenali hal-hal yang mudah membuat orang putus asa. Salah satu hal yang dapat membuat seseorang menyerah dan ingin menutup matanya terhadap apa yang ia kejar adalah rangkaian kegagalan.

    Anatomi Kegagalan

Kegagalan dapat terjadi di rumah, yaitu dalam peran kita terhadap anak, orang tua, adik atau kakak serta pasangan hidup. Kegagalan seperti ini sangat menyakitkan karena luka yang diakibatkannya terus menganga berpuluh tahun ke muka, kecuali bila kita menghadapi dan mengalami pemulihan.

Kegagalan dapat juga terjadi dengan hidup karir seseorang. Banyak pria bekerja keras karena takut gagal dalam karirnya. Kegagalan ini dapat berupa kehilangan pekerjaan, kerugian yang sangat besar, atau kesalahan fatal yang menyusahkan banyak orang yang mempercayakan diri padanya. Kegagalan dapat terjadi karena suatu target tidak tercapai.

Kegagalan lain ialah kegagalan di dalam memupuk hubungan dengan orang lain, entah dengan calon pasangan, sahabat dekat, atau rekan-rekan yang dikenal.

Ketika seseorang masih muda, kegagalan dapat terjadi di dalam hidup sekolahnyanya, atau dalam mencapai prestasi akademik.

Dapat juga kegagalan hadir berupa suatu kegagalan fisik, yaitu kegagalan dalam memelihara kebugaran, kesehatan atau pemulihan.

Kabar baik bagi kita mengenai kegagalan adalah bahwa sebagian besar para pemimpin yang akhirnya mendapatkan sukses telah mengalami rangkaian berbagai-bagai kegagalan yang serius. Tidakkah intan adalah suatu batu bara yang terus menerus mendapat tekanan tinggi untuk waktu yang lama? Tanpa tekanan tadi, maka intan tidak akan terbentuk.

Kegagalan atau kejatuhan dalam kamus Webster dijelaskan sebagai kekurangan, kehilangan, tidak memadai, bangkrut, atau tidak mencapai harapan dan target.

Penyebab kegagalan dapat datang dari lingkup internal diri. Seorang dapat gagal karena ia tidak memiliki keterampilan, atau karakter, atau komitmen yang memadai untuk apa yang ia ingin capai. Mungkin ia sangat sulit beradaptasi pada perubahan baru. Dapat juga karena ia tidak memiliki visi yang jelas sehingga orangpun mengalami kesulitan untuk mengikuti dirinya.

Kegagalan dapat terjadi karena suatu peristiwa eksternal. Suatu perang, perubahan keadaan yang tidak terkirakan oleh ahli-ahli sekalipun, atau keadaan yang tidak terkendali seperti gempa bumi dan gunung meletus.

Menurut Ralph Waldo Emerson, "Saat seseorang mengalami tekanan, aniaya, dan kekalahan, sebenarnya ia mendapat suatu kesempatan untuk mendewasakan dirinya dengan mempelajari berbagai fakta, keacuhannya, kecongkakannya dan akhirnya ia sadar untuk memiliki sikap dan ketrampilan yang nyata."

Henry Ford juga mengatakan bahwa setiap kegagalan akan memberi kesempatan kita untuk memulai kembali dengan lebih cerdas.

    Siklus kegagalan atau pembelajaran?

Anda perlu mengenali bahwa sebelum suatu kegagalan terjadi, beberapa tanda-tanda dini akan muncul. Tugas kita adalah mengenali dan berupaya mengubahnya atau menerimanya. Contoh tanda-tanda dini adalah lambatnya suatu kemajuan yang diprediksi sebelumnya, keterlambatan-keterlambatan yang berulang, atau luputnya berbagai penanganan hal penting. Inilah tahap pertama dari proses kegagalan.

Bila hal itu tidak tertangani, maka muncullah tahap kedua. Pada tahap ini kegagalan dapat muncul secara mendadak atau dapat juga hadir berangsur-angsur. Pada tahap ini, mungkin kita tidak bersedia menerima kenyataan tadi, bahkan bergulat menanganinya, sampai akhirnya kita tidak mampu mengendalikan respon-respon emosi kita.

Pada tahap ketiga, keterkejutan karena kegagalan ini dapat menggoyahkan diri kita. Secara emosional kita berada pada kelelahan dan meluncur terus ke titik nadir. Mudah sekali pada saat ini kita mempersalahkan diri atau mencari kambing hitam. Inilah mekanisme sebagian besar orang dalam menghadapi kegagalan. Bahkan seorang nabi, Elia di Perjanjian lama ingin terus tidur dan tidak bangun kembali karena kegagalannya. Akhirnya pada tahap ini muncullah rasa putus asa dan ingin menyerah. Bentuknya entah dengan merusak diri, memusnahkan semua hasil yang telah dicapai, meninggalkan jalan yang sudah ditempuh, atau berhenti sama sekali dari segala hal.

Pada tahap keempat, terjadi kemungkinan untuk menerima kenyataan pahit yang sudah terjadi, kemudian melakukan konsolidasi. Kondisi saat ini adalah adalah bagaikan sebuah desa yang merapihkan bekas-bekas badai yang sudah menimpa mereka dan memporakporandakan segalanya. Hal ini dapat dihambat bila kita terus menerus berandai-andai "Kalau saja aku tidak melakukan ini dan itu, maka mungkin kepahitan ini tidak perlu terjadi..."

Tahap akhir, rekonsiliasi dan kepulihan terjadi. Kita belajar merenungkan kegagalan tadi dan menggali dari dalamnya hal-hal baru dan bekal yang lebih baik untuk melangkah kembali. Berbagai pertanyaan muncul dengan jelasnya, dan kita menganalisis hal-hal internal diri kita dan hal-hal di lingkungan hidup kita. Inilah buah dari kegagalan: kita belajar dan bertumbuh.

    Mitos pertama: Gagal di dunia pendidikan berarti gagal dalam hidup

Salah satu tekanan yang seringkali calon pemimpin harus tanggung di masa mudanya adalah suasana belajar di lembaga pendidikan. Mitos di dalam dunia ialah bila seseorang gagal di dunia pendidikan, maka ia tidak akan berhasil mengerjakan apapun di dalam hidupnya. Kata-kata serupa itulah yang kerpa kali didengar oleh Albert Einstein di masa remajanya. Tidak heranlah mengapa akhirnya ia meninggalkan sekolah pada usia 15 tahun, kemudian mempelajari kalkulus sendiri. Demikian juga Soichiro Honda, yang kini hasil inovasinya merajai seluruh pasar kendaraan bermotor di dunia.

Hal yang serupa terjadi dengan pembuat Walkman, Akio Morita yang terus menerus membuat guru dan orang tuanya was-was karena obsesinya pada musik dan seringnya ia membolos.

Pemiliki AJBS dari Surabaya, suatu perusahaan retail alat-alat pertukangan atau keperluan rumah serupa ACE Hardware, tidak pernah menyelesaikan sekolah menengahnya. Namun, ia berhasil mendirikan suatu Institut bagi staf nya yang dipimpin oleh Anita Lee, seorang wanita luar biasa cerdas dan lulusan program doktoral dari USA. Sementara itu perusahaannya terus berkembang di Asia tenggara walaupun tantangan mereka tidak mudah dan biayanya besar.

    Mitos kedua: Orang yang terus menerus gagal berarti sudah gagal total

Honda, Thomas Alfa Edison dan Abraham Lincoln adalah tiga contoh manusia yang terus menerus mengalami kegagalan, namun tidak pernah berhenti mencoba kembali. Mereka pantang menyerah.

Honda mempertahankan bengkelnya yang hampir amblas dengan menggadaikan perhiasan istrinya. Setelah ia memiliki suatu pabrik yang baik, produknya ditolak karena pemerintah Jepang pada waktu itu sedang terobsesi untuk berperang. Ketika pabrik tadi beroperasi, ia mengalami shock. Pabrik itu terbakar. Honda tetap tidak berputus asa. Pabriknya dibangun kembali dan tiba-tiba terbakar sekali lagi.

Ketika ia membangun kembali pabrik tadi, gempa bumi melanda Jepang, dan pabriknya luluh lantak.

Dalam suatu peristiwa, ia mengalami kekurangan bahan bakar untuk kendaraannya. Maka ia menghubungkan sebuah mesin dengan sepedanya dan ia mulai meluncur. Sejak itu, motor Honda mulai memasuki dunia modern. Honda akhirnya memiliki Honda Motor yang kini merupakan penghasil sepeda motor terbesar di dunia.

Soichiro Honda mengatakan bahwa keberhasilan hanya dapat diraih bila kita sudah melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan berulang kali. Sebab itu ia memiliki hampir lima ratus penemuan dan 150 an hak paten.

Thomas Alfa Edison menemukan banyak hal, namun ia terus terobsesi menghasilkan suatu lampu pijar dengan kekuatan arus listrik. Dengan telinga yang sering terkena infeksi serta saluran pernafasan yang tidak bugar, ia terus bekerja.

Ia juga tidak ragu mecoba alur pemikiran yang tidak dihiraukan orang lain. Salah satu percobaannya ialah menghubungkan ekor dari dua kucing serta menggosokkannya agar timbul listrik statis. Hasilnya, wajahnya penuh bekas cakar kucing tadi. Ia bahkan pernah mengerami telur dengan duduk terus menerus di atasnya.... entah binatang apa yang dihasilkannya.

Ketika berulang kali gagal sampai 1800 kali dalam menemukan lampu pijar, orang mempertanyakan mengapa ia terus mengejar hal itu. Mengapa ia belum tiba pada kesimpulan bahwa ia sudah gagal total dan meneliti hal yang lain saja. Dengan tenang ia menjawab: "Aku sudah berhasil menemukan 1800 penemuan yang gagal. Hanya tinggal tunggu waktu, penemuan yang berhasil akan muncul juga." Akhirnya Edison berhasil.

Abraham Lincoln gagal dalam hidup pribadi, keluarga, dan karirnya. Demikian gambaran yang kita dapatkan kalau kita mengamatinya tiga tahun sebelum ia menjadi presiden Amerika. Namun orang eksentrik yang melankolis ini akhirnya menghasilkan perubahan sejarah yang sangat radikal: perbudakan di hapuskan. Ketika gereja, para pengkotbah, ahli filsafat, peneliti ilmiah dan pedagang menghindari masalah ini, Abraham Lincoln terjebak di dalamnya, dan mengubahnya. Karena sekian banyak kegagalan yang ia telah alami, tentunya kalau hal inipun gagal, ia tidak perlu merasa canggung dan takut.

Carl Jung, sang psikolog mengatakan "Kegagalan merupakan pengalaman yang tidak ternilai dimana manusia dipaksa menelusuri jalan untuk mendapatkan kebenaran dan mengubah pandangan hidup serta metodenya. Kata-kata ahli ilmu jiwa ini selaras dengan kata-kata Edmund Hillary, sang penakluk Himalaya "Bukan gunungnya yang kita taklukkan, tetapi diri kita sendiri yang kita kalahkan."

    Bersikap menyerah atau bertahan ?

Suatu badai kehidupan di dalam hidup seorang pemimpin berpotensi menjadikan akar spiritualnya semakin dalam. Bila hal ini terjadi, akibatnya ia semakin kuat di dalam sikap kepemimpinan, skil, sensitivitas dan sistem thinkingnya. Sebaliknya, ada juga pemimpin yang gagal dan tercabut akar lalu melarikan diri dari tanggung jawab serta idealismenya karena badai tadi. Apa yang membuat ke dua jenis manusia tadi berbeda?

Berdasarkan teori Adversity Quotient yang terkenal, seorang pemimpin yang gagal dan menyerah memiliki beberapa ciri yang serupa

Pertama, pemimpin yang menyerah memiliki suatu persepsi tertentu tentang hidup. Mereka cenderung merasa tidak mampu dan tidak memiliki kendali terhadap apa yang terjadi di sekitar diri mereka atau yang menimpa mereka. Mereka akan mengatakan "Orang lain juga tidak mungkin mengubah keadaan ini." Arif Budiman sendiri pernah menuliskan tentang Suharto "Kingkong koq dilawan," sebelum ia hijrah ke Australia. Columbus dan Amerigo Vespuci, dua pengelana juga mengalami ejekan orang lain "Tak mungkin orang melewati Tanjung Harapan dan mengelilingi dunia, karena di ujung dunia iru kapal akan jatuh."

    DAYA JUANG MULAI DENGAN:

    MEMILIKI KENDALI,

    MERASA

    BERTANGGUNG JAWAB,

    MENYADARI

    BATAS AKIBAT KESULITAN,

    DAN DAYA TAHAN

    TERHADAP

    KEADAAN TAK

    NYAMAN

Sebaliknya ada orang yang menganggap bahwa sampai taraf tertentu, mereka memiliki kendali atas hidup. Kemudian, ada juga yang menganggap bahwa kendali terhadap apa yang terjadi tergantung pada keadaaan, faktor x atau kebetulan belaka. Akhirnya ada orang yang menganggap bahwa kendali segala sesuatu terletak pada tangan orang lain. Pemimpin yang mudah menyerah menganggap baik kesulitan maupun keberuntungan terjadi karena kendali orang lain atau keadaan kebetulan saja.

Pemimpin yang berhasil dan pantang menyerah memahami bahwa dalam apapun yang terjadi ia memiliki suatu kendali walaupun mungkin hanya terbatas. Contoh yang menarik dari sejarah dunia memperlihatkan banyak tokoh yang berhasil seperti itu, misalnya Mohandas Karamchand Gandhi yang diperkirakan tidak akan berhasil melawan kuasa ekonomi, budaya, dan politik penjajah India, yaitu Kerajaan Inggris. Martin Luther King Junior juga berhasil mengendalikan keadaan yang sangat sulit dan berabad-abad tidak dapat dianggap mungkin berubah. Sesulit-sulitnya situasi, sekurangnya seseorang dapat mengendalikan keadaan dengan memilih menyerahkan masalahnya ke tangan Tuhan. Tidakkah Ia sendiri mengatakan bahwa kepada setiap orang yang percaya pada Anaknya akan diberikan Kuasa (Yoh 1: 12)?

Ciri-ciri orang-orang serupa itu adalah dari kata-kata dan gambar mental di benak mereka:

    "Ini sulit sekali, namun saya pernah menghadapi keadaan yang lebih sulit dari ini."

    "Pasti masih ada yang dapat saya lakukan dalam situasi ini."

    "Selalu ada jalan dimana ada kemauan."

    "Siapa yang berani, lebih mungkin menang."

    "Saya harus belajar menemukan cara lain."

Kedua, pemimpin yang mudah menyerah cenderung mempersalahkan diri sendiri untuk suatu rintangan, kesalahan atau kerugian yang terjadi. Sebaliknya, pemimpin yang pantang menyerah menganggap bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk kesulitan yang ada namun juga untuk bertanggung jawab atas responsnya terhadap kesulitan itu. Kalaupun kerugian itu begitu besar dan tak terhindarkan, tetap ia memiliki sebagian tanggung jawab untuk terjadinya hal tadi.

Mengapa ia tidak mempersalahkan diri lalu mengecilkan dirinya? Mengapa ia tidak membuat gambaran negatif tentang dirinya walaupun ia jelas melakukan kesalahan? Ia membentuk suatu sikap tertentu yaitu, menyadari bahwa seorang pemimpin selalu tidak pernah bebas dari kesalahan. Semakin luhur, semakin besar, dan semakin bermakna visinya, semakin banyak serta kuat tantangan dan kesulitan serta kesalahan yang ia buat. Namun, pemimpin sejati tidak tenggelam dalam kesalahan atau rintangan namun belajar daripadanya, menjadi lebih kuat dan bijaksana.

Ketiga, pemimpin yang mudah menyerah cenderung merespon kegagalan, kerugian atau kesulitan yang terjadi sebagai sesuatu yang berakibat permanen atau berimbas ke seluruh aspek hidupnya. "Celaka. Kerugian ini membuat seluruh upaya kita menjadi sia-sia," demikianlah ia merumuskan keadaannya. Pemimpin yang pantang menyerah bersikap sebaliknya. Ia akan mempersepsi kerugian atau kesulitan tadi sebagai suatu insiden yang memiliki jangkauan akibat yang terbatas. Ia menganalisis jangkauan kerugian tadi dan menerimanya dengan kepala dingin serta realistis, kemudian menanganinya. Dengan sikap serupa ini ia tidak membuang-buang waktu di dalam keputus-asaan.

Keempat, pemimpin yang gagal tidak bertahan lama, karena enerjinya tidak stabil dan ia temperamental. Pemimpin yang pantang menyerah terus bertahan karena ia melihat makna pekerjaannya dalam jangka waktu yang panjang. Ia melihat dirinya sebagai seorang pendaki yang terus bergerak perlahan menuju puncak gunung. Sesekali mungkin ia beristirahat, namun hal ini adalah dalam rangka agar perjalanannya terus berlanjut. Ia tidak mau sekedar mendaki sampai ke puncak lereng dan berkemah disana saja. Ia juga tidak mau mundur dan turun kembali dari rancangan pendakiannya sesulit apapun jurang, tebing, dan kerikil yang ia hadapi.

Bagaimana kita dapat menjadi pemimpin dengan ciri-ciri sikap serupa itu? Salah satu cara adalah dengan mengenali segala kesulitan dan tantangan serta kegagalan seraya mengenali potensi yang ada dan daya radiasinya.

    Potensi diri dan Dua Jenis Hambatan

Cara terbaik untuk Anda mengatasi kegagalan dan menjadi manusia yang bersikap pantang menyerah ialah terutama, belajar mempercayakan diri bahwa Ia telah yang memilih Anda untuk melayaninya sebagai pemimpin, akan melengkapi diri Anda dengan visi, perbekalan dan pembelajaran yang bertahap sehingga akhirnya akan menerima mahkota kemenangan.

Di depan kita telah berbaris mereka yang sudah melakukan hal tadi. Orang-orang seperti Yonatan Parapak di Indosat, Handel yang ketika lumpuh sebelah menyelesaikan Messiahnya, atau Martin Luther King Jr yang terkenal dengan kotbahnya ,,I have a Dream" yang disampaikan di depan 250 ribu orang menjadi teladan.

Mereka menyadari bahwa tiap kita telah menerima anugrah yang besar. Namun banyak di antara kita tidak menggali dan menggunakannya. Kita adalah bagaikan seorang ibu yang tiap tahun menerima selembar check dari putra tunggalnya yang studi di luar negeri. Pada suatu hari setelah terpisah sepuluh tahun, sang putra mengunjungi ibunya. Ia terkejut karena wanita itu tampak lelah dan semakin renta. Rumahnya bocor dan dapurnya sudah tidak berfungsi baik. Ketika ia menanyakan apa yang terjadi sang ibu mengeluh, "Putraku yang hebat sudah melupakan ibunya yang tidak berpendidikan dan tinggal di desa. Ia tidak pernah membantuku. Cuma gambar-gambar aneh yang dikirimkannya setiap tahun..." Sang putra terperangah, di sudut meja kecil, setumpuk check bernilai 1 milyar rupiah tetap tidak diuangkan.

Tuhan memberikan banyak potensi, tapi sebagian besar dari manusia mungkin hanya hidup dengan 20 persen potensi itu. Mereka tidak menyadari berbagai daya radiasi besar yang dimilikinya. Ketika kesulitan datang, mereka menyerah.

Memang ada dua macam sikap manusia di dalam menyadari potensi tadi.

    Pertama, mereka mengenali potensi tadi namun, perhatiannya lebih tertuju pada kesulitan, kegagalan, dan hambatan. Karenanya mereka memilih untuk diam atau tidak berbuat banyak. Pilihan ini membuat mereka semakin merasa kecil dan tidak berdaya, sedangkan kesulitan mereka dan juga kegagalan dilihatnya semakin membesar.

    .

    Pilihan kedua, mereka mengenali potensi mereka dan kesulitan yang dihadapi. Mereka mulai memilah kesulitan yang ada menjadi kesulitan yang dapat ditangani, serta kesulitan yang hanya dapat diterima atau dijadikan keprihatinan. Dengan pemilahan ini mereka mulai memasukkan tiap-tiap tantangan yang menghambat terwujudnya potensi mereka ke dalam dua kategori tadi dan mulai menggarap kesulitan yang dapat ditanganinya. Semakin mereka berhasil di dalam kategori ini maka potensi mereka menjadi membesar. Akhirnya, jangkauan kesulitan yang jadi keprihatinan sekarang karena dengan potensi yang besar ini mereka dapat menjadikannya kesulitan yang dapat ditangani.

Pasal Dua

MENINGKATKAN SENSITIVITAS KEPEMIMPINAN: MENGGUNAKAN ANALISIS TRANSAKSIONAL DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN OIRANG LAIN

    Kita Hidup Berdasarkan Naskah

Pernahkah Anda mengenal seseorang pemimpin yang sebenarnya baik dan sehat serta berpotensi tinggi, namun yang di dalam kepemimpinannya ia gagal terus menerus karena ia tidak menyadari apalagi mengendalikan polanya dalam berhubungan dengan orang lain?

    Contoh yang nyata ada di dalam hidup Andri. Andri cukup pandai dan tampan. Keterampilan kepemimpinannya pun tinggi. Namun setelah beberapa saat bekerja, ia berhenti karena merasa tertekan dan tidak menikmati pergaulan di kantornya. Terhadap atasannya yang cenderung bergurau dan mengejek keterampilannya, Andri cenderung marah dan bersikap menentang. Ia sendiri tidak mengetahui mengapa ia memiliki kecednerungan tadi. Demikian juga dengan Tina. Gadis cerdik dan pandai ini seringkali mudah memulai menerima tantangan baru. Ia juga cepat menyesuaikan diri ke tengah lingkungan yang baru. Namun berulang kali, Tina mengakhiri kerjanya tanpa sebab yang jelas setelah beberapa bulan. Padahal ia sendiri belum merasa bosan.

Sepintas lalu, pemimpin seperti Andri dan Tina hidup dengan mengikuti suatu pola atau naskah pergaulan hidup tertentu. Apakah memang manusia hidup dan bertindak sesuai suatu naskah yang tidak terlihat namun berkuasa? Apakah memang hidup ini hanya suatu drama ?

Anda mungkin merasakan hal itu. Anda mungkin menyetujui kata-kata Shakespeare dan Ahmad Albar, "Dunia adalah panggung sandiwara." Tiap-tiap orang, termasuk seorang pemimpin agaknya mengikuti dengan patuh naskahnya.

Tentu Anda bertanya-tanya, "Dari mana datang naskah itu?" Yang pasti, Anda mengamati bahwa hidup tiap keluarga dan tiap budaya juga mengikuti suatu naskah tertentu. Sulit manusia untuk keluar dari dari naskah tadi dalam drama ini.

    Warisan Naskah Budaya dan Keluarga

Naskah-naskah budaya adalah pola-pola yang diharapkan dan diterima di dalam pergaulan suatu masyarakat. Pola-pola ini ditentukan oleh asumsi-asumsi yang tidak eksplisit maupun yang terumuskan dengan tajam oleh mayoritas warga budaya itu. Contohnya adalah, seorang pemimpin di dalam budaya tertentu diharapkan lebih bersikap lunak terhadap kaum wanita daripada terhadap sesama pria.

Ada orang-orang yang mematuhi naskah-naskah budaya ini dan ada yang tidak. Bila drama pribadinya cocok dengan tuntutan naskah budaya, orang ini akan menerima persetujuan dan penghargaan orang. Artinya bila ia berperilaku sesuai dengan naskah budaya, maka ia diterima dengan mudah oleh banyak orang. Sebaliknya bila ia tidak sensitif terhadap naskah yang ada, ia mungkin memainkan peran dan drama yang bertentangan dengan naskah tadi. Dapat juga ia cukup sensitif namun memilih untuk berbeda dengan naskah yang ada.

Misalnya, di tengah suatu budaya yang menekankan sukses keuangan, seseorang yang kaya akan mendapatkan penghargaan. Sebaliknya seeorang yang tidak memperdulikan keuangan akan dicela atau ditolak oleh banyak orang karena drama hidupnya tidak harmonis dengan tuntutan naskah budaya itu.

Anda dapat memilih sikap apa yang akan Anda kembangkan terhadap suatu budaya, namun terlebih dulu Anda perlu memiliki sensitivitas terhadap keberadaan dan dinamika hal itu. Bila Anda sensitif maka Anda dapat menentukan sikap bila naskah yang ada tidak cocok dengan diri Anda. Bila Anda sensitif dan naskah yang ada memang cocok, hal ini mungkin tidak jadi masalah. Selanjutnya bila Anda tidak sensitif, terlepas Anda cocok atau tidak dengan naskah, di dalam drama hidup Anda tidak dapat menentukan sikap, namun hanya bereaksi terhadap kekuatan dari naskah yang tidak terlihat itu.

Bukan saja budaya yang memiliki naskah, tetapi tiap keluarga juga demikian. Ada keluarga yang di dalam naskahnya menekankan "disiplin dan pendidikan tinggi". Ada pula yang menetapkan "kuasa" sebagai faktor penting. Masing-masing juga menentukan peranan orangtua, anak, istri, dan lain-lain.

    Tiap Orang Memiliki Naskah Kejiwaan

Selain kita entah sebagai manusia biasa atau pemimpin dipengaruhi naskah yang tak terlihat dari budaya dan keluarga, sejak kecil, diri kita sendiripun mencipta suatu naskah tersembunyi.

Naskah-naskah kita pilih dan kembangkan ketika kita masih kanak-kanak. Semua orang memilih naskah tadi berdasarkan gambar diri yang ia miliki di masa kecilnya. Contohnya: bila Tommy, seorang anak, terus menerus diperlakukan sebagai anak nakal, maka gambar diri itulah yang muncul di dalam benaknya. Dengan mudah ia membentuk naskah psikologis dimana didalamnya terdapat seorang pelaku yang jahat, seorang hakim, dan seorang penonton. Tommy dapat bergonta-ganti memainkan peran-peran tadi. Dalam hidup sehari-hari, apalagi ketika ia menjadi pemimpin, akan terlihat bagaimana Tommy lebih kerap memainkan peran tertentu lebih dari peran yang lain. Dengan kata lain, Tommy dapat berperan sebagai orang yang menuntut orang lain, atau menjadi orang yang memberontak serta dapat pula berperan sebagai orang yang pasif di dalam drama hidup sehari-harinya.

    Peran pribadi dipengaruhi posisi

Jadi Anda memahami bahwa seorang pemimpin harus membangun kepekaan pada nahkah budaya, keluarga dan dirinya. Marilah kita teliti lebih lanjut mengenai naskah yang seorang manusia kembangkan.

Pada saat seorang berusia enam tahun, ia sudah membentuk gambar tentang dirinya dan gambarannya tentang orang lain. Dalam cerita di atas, Tommy dengan mudah akan membentuk suatu gambar bahwa ia adalah seorang anak yang tidak beres dan orang lain adalah orang-orang yang beres. Amrin, sebaliknya adalah seorang anak yang menganggap diri amat pandai. Ia dengan mudah akan membentuk gambar bahwa dirinya beres dan anak-anak lain tidak beres. Hal ini akan mempengaruhi kedua orang tadi di dalam cara mereka memainkan drama hidupnya, artinya bagaimana mereka memperlakukan orang lain, terutama pada saat mereka menjadi pemimpin.

Di dalam naskah manusia, ada dua pilihan. Naskah itu menggriskan bahwa ia adalah manusia yang beres atau ok. Artinya, secara mendasar, ia tidak lebih baik atau lebih buruk dari orang lain. Ia memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Pilihan kedua ialah ia membangun suatu naskah yang menggariskan bahwa pada dasarnya ialah seorang yang tidak beres atau tidak ok.

Bila kita membuat skema maka ada beberapa kemungkinan posisi diri tadi:

    Posisi pertama: Saya beres - Anda beres

    Posisi kedua: Saya beres - Anda tidak beres

    Posisi ketiga: Saya tidak beres - Anda beres

    Posisi keempat: Saya tidak beres - Anda tidak beres

    Anda

Drama hidup atau perilaku yang ditampilkan seseorang dipengaruhi posisi dan gambar diri yang ia pilih.

    KAMU

 

    OK

    TIDAK OK

    SAYA

    OK

    1

    2

    TIDAK OK

    3

    4

Sangat penting bagi seorang pemimpin untuk memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi menganai akibat dari posisinya.

    Transactional Analysis sebagai Alat Peningkatan Hubungan bagi Pemimpin

Pada tahun 1958, Dr. Eric Berne memperkenalkan Transactional Analysis sebagai suatu metode psikoterapi. Kini Transactional Analysis berkembang sebagai suatu alat untuk meningkatkan komunikasi dalam berbagai bidang seperti: kepemimpinan, bisnis, pendidikan, dan industri. Transactional Analysis itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan memahami perilaku manusia. Transactional Analysis melatih kita berfokus pada "orang" yaitu pada posisinya, respons dan stimulus yang diberikan atau diterima. Pertukaran stimulus-respons itu disebut transaction. Transaksi itu terlihat ketika orang berkomunikasi, baik dengan kata, nada suatu atau isyarat (verbal atau nonverbal).

Contoh:

Jika seseorang berkata "Halo" pada anda (Halo merupakan stimulus), dan Anda tersenyum, senyum Anda itu adalah respons. Maka terjadilah suatu transaksi.

Transaksi sebenarnya tidak semata-mata terjadi di antara "manusia", tetapi juga terjadi "di dalam" benak manusia itu, yaitu terjadi di antara segmen kepribadian yang disebut ego states. Hal inilah yang disebut internal transaction.

Contoh:

Anda tidak menyetujui pidato seseorang. Di satu pihak Anda mengatakan pada diri sendiri, "Aku harus membantah". Di pihak lain Anda mengatakan pada diri sendiri, "Jangan cari ribut".

Suatu transaksi terdiri dari suatu stimulus ego state tertentu dari seseorang dan suatu ego state yang lain atau sama dari mitra komunikasi. Namun transaksi yang terjadi antar "ego state" tidaklah semata-mata tergantung kepada "ego state" yang direfleksikan dalam kata-kata (verbal), akan bergantung pada faktor-faktor lain, yang berhubungan dengan psikologi dan sosial.

    Ego States

Menurut Eric Berne, pada setiap manusia terdapat tiga ego states (kenyataan "kepribadian"). Hal ini bukan hanya merupakan suatu peran, melainkan kenyataan-kenyataan psikologis. Ketiga ego states tersebut dikenal denagn nama ego states utama yaitu: anak, dewasa, dan orang tua.

Ego states sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan dampak perasaan dan pengalaman seseorang terhadap perilakunya.

Dari ketiga ego states utama tersebut dapat diidentifikasi karakteristik khas dari anak, dewasa, orang tua. Jadi melalui transactional analysis, seseorang menyadari ego state mana yang sebaiknya diungkapkan sebagai suatu stimulus atau respons sehingga komunikasi berjalan lancar secara efektif.

    A. Anak

Ada dua jenis anak: anak alamiah dan anak pemberontak/penurut.

Anak alamiah (AA)

Ego state anak alamiah atau wajar ini hadir, jika Anda mengatakan pada orang lain tentang diri sendiri atau diri yang mengungkapkan apa yang diinginkan dan butuhkan. Hal ini terungkap melalui kata-kata, nada suara, ekspresi wajah, dan juga tindakan spontan dan kreatif, misalnya ungkapan seperti "Saya takut!", "Hebat", "Saya gembira", atau "Hore". Jadi ada luapan emosi dalam pengungkapannya. Dapat juga muncul suatu emosi negatif seperti, marah, takut atau sedih. Ciri-ciri komunikasi ketika seseorang dalam ego state ini ialah spontanitas. Perlu diingat bahwa ego state ini berorientasi pada diri sendiri (orientasi aku), maksudnya padanya terungkapkan apa yang saya rasakan dan apa yang saya inginkan.

Anak yang menyesuaikan diri (AMD)

Jika seseorang berada pada keadaan ego states anak ini, ia memberikan suatu tanggapan atau penyesuaian terhadap pengaruh ego states orang tua yang dimainkan orang lain. Ia dapat melakukan apa yang dikehendaki orang lain (Anak Penurut) atau menolak apa yang dikehendaki orang lain (Anak Pemberontak). Jadi ada 2 jenis: Anak Penurut dan Anak Pemberontak.

Pada Anak Penurut (AP1) seseorang tidak mengungkapkan perasaan sebenarnya. Pada nada suara, misalnya ada suatu rengekan, pada ekspresi tampak wajah yang tersinggung, dan pada kata-kata biasanya terungkap kata-kata seperti "mungkin", "saya akan mencoba", "saya tidak yakin". Seringkali ditandai pula dengan penghindaran kontak mata dan suaranya lirih.

Pada ego state Anak Pemberontak (AP2), misalnya terungkap gerakan-gerakan yang menunjukkan sikap "saya tidak mau mendengarkan Anda". Kemudian kata-kata yang dipergunakan misalnya: "tidak", "bukan", "tidak tahu", atau "masa bodoh". Kata-kata tersebut biasanya pendek dan negatif, disertai mimik yang merupakan kemarahan.

Beda utama Anak Alamiah dengan Anak Penurut atau Pemberontak tidak terletak pada orientasinya. Anak Penurut atau Anak Pemberontak ini merupakan reaksi terhadap orang lain, sedangkan Anak Alamiah memiliki sikap spontanitas. Meskipun keduanya berorientasi pada diri sendiri, namun wujudnya jadi berbeda karena perbedaan gambar diri..

    B. Dewasa

Ego state ini mulai dengan kesadaran bahwa data adalah penting dalam komunikasi. Jadi orientasinya ialah fakta atau informasi. Cirinya orang yang sedang berada pada ego states ini ialah tekanan pada nalar, tidak emosional, dan komunikasi dua arah. Kata-katanya biasanya netral, diplomatis, hati-hati, jelas dan tidak tergesa-gesa. Ekspresi wajah tenang, dan nada suaranya datar. Posisi tubuh seringkali tegak tapi santai.

    C. Orang tua

Di dalam ego states orang tua terdapat 2 jenis, yaitu orang tua yang membimbing (OTB) dan orang tua yang mengkritik (OTK). Kedua jenis ego state orang tua ini terorientsi pada lawan bicara atau pada orang lain, artinya ia memberikan respon yang menurutnya tepat terhadap stimulus yang diterima dari orang lain. Respon yang diberikan itu bisa positif atau negatif, dalam arti bisa merupakan bimbingan atau kritikan.

Orang tua pembimbing (OTB)

Pada saat ego states Orang Tua Pembimbing kita cenderung mau mengerti atau memahami orang lain. Lebih dari itu ego state Orang Tua Pembimbing bisa memberikan penilaian yang tegas, bahkan menentukan batas-batas antara yang benar dan salah. Orang Tua Pembimbing mengungkapkan "Anda OK". Biasanya ditandai dengan nada suara yang lembut, gerakan tubuh yang gemulai dan penuh perhatian. Kata-kata yang dipakai mengungkapan "tindakan-tindakan", misalnya "Berjalanlah, anda akan selamat", atau "istirahatlah sebentar supaya Anda segar kembali".

Orang Tua Pengkritik (OTK)

Orang Tua Pengkritik cenderung menyampaikan pesan "jangan", dan lebih bersifat pengungkapan pendapat atau opini (bukan perbuatan), misalnya "Kamu brengsek". Jadi sikapnya ialah "kamu tidak OK". Nada suara cenderung keras, kasar. Gerakan badan cenderung menggurui, misalnya menunjuk orang dengan tangan. Kata-kata yang biasa dipakai: harus, jangan, selalu, keterlaluan, tolol, goblok. Secara umum dapat dikatakan bahwa anak pemberontak atau anak penurut mendorong orang menjawab dengan Orang Tua Pengkritik (walaupun mungkin saja anak penurut merangsang respons orang tua pembimbing). Jadi Orang Tua Pengkritik dapat merangsang respons Anak Pemberontak atau Anak Penurut.

Petunjuk umum masing-masing ego state (tidak bersifat mutlak):

Orang Tua

    Fisik

 

    Alis berkerut, telunjuk diangkat, geleng kepala, pandangan masam, bertolak pinggang, menghela napas, mengelus kepala orang lain.

     

    Verbal

 

    Jangan ... , harus, ini peringatan terakhir, jangan sekali-kali, selalu, ingat, sungguh keterlaluan, tolol, goblok, seharusnya.

Kata "harus", "seharusnya", misalnya dapat juga menjadi bagian Orang Tua, tetapi bila kata tersebut dipergunakan pada Orang Tua tidaklah dipergunakan secara spontan, tetapi merupakan hasil suatu pemikiran. Gerakan-gerakan tubuh dan situasi transaksional membantu kita mengenali bagian apa yang dimaksudkan.

Dewasa

    Fisik

 

    Gerakan terus menerus dari wajah, mata, tubuh - disertai kerlipan mata jika sedang mendengarkan.

    Wajah "dewasa" itu terus terang.

     

    Verbal

 

    Mengapa, apa, siapa, bagaimana, benar, salah, saya mengerti, menurut pendapat saya, kapan. Semua kata yang dipergunakan menunjukkan pengolahan data.

    Jadi Bagaimana?

    1. Anda mempunyai enam ego state yang berlainan dalam diri Anda:

    2. Ada tiga "Ego State" efektif:

Anak Alamiah

Membutuhkan strokes, pengakuan, dan stimulasi

Mempunyai keinginan yang berbeda dari waktu ke waktu

Jika membutuhkan dan keinginan terpenuhi, ekspresi yang timbul merupakan kegembiraan. Jika kebutuhan dan keinginan tidak terpenuhi, ekspresi yang timbul ialah kesedihan dan kemarahan.

Anak alamiah dapat kita andaikan seperti seorang anak yang mengalami kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan dan perasaan tersebut.

Dewasa

Menyerupai sebuah komputer yaitu: menyimpan, memproses dan mengirim informasi.

Logis, beralasan, dan rasional.

Berkaitan dengan fakta dan pikiran bukan dengan opini atau perasaan.

Bagian dari yang Anda pergunakan untuk memutuskan kapan dan bagaimanakah Anda harus mengekspresikan diri Anda sendiri.

Orang Tua Pembimbing

Empatik dan penuh pengertian.

Peka terhadap needs, wants, dan feelings orang lain.

Tegas dan mengarahkan.

3. Tiga "Ego State" yang tidak efektif

Orang Tua Pengkritik

Mengkomunikasikan bahwa Anda tidak OK.

Ditandai dengan "tudingan" dan suara keras.

Kadang-kadang sarkastik.

Anak Pemberontak

Saya tidak setuju dengan Anda. Saya tidak mau mendengarkan Anda.

Cenderung marah.

Cenderung negatif dalam kata-kata.

Berontak secara tak langsung, misalnya melupakan, mengerjakan sesuatu dengan cara yang lain sama sekali

Anak Penurut

Mengkomunikasikan Saya tidak OK.

Suara lemah; jarang mengadakan kontak mata.

Berperilaku sangat hati-hati.

    Jenis-jenis Transaksi

Menurut Eric Berne, ada tiga bentuk transaksi:

A. Transaksi yang saling melengkapi (Complementary Transactions)

Transaksi dikatakan saling melengkapi jika berita atau perilaku yang diperlihatkan oleh suatu ego state menerima respons yang tepat dan sesuai dengan diharapkan oleh ego state itu.

Contoh:

 

    Pemimpin (OT)

    :

    "Saya menghendaki Anda lebih cermat dalam membuat suatu laporan."

       
 

    Bawahan

    ( Anak)

    :

    "Pak, saya ... nggaak punya waktu, bener niih. Tetapi kalau toh saya harus membuatnya, ... ya ... akan saya ..."

    2

    Pimpinan (Dewasa)

    :

    "Min, saya menghendaki Anda memberikan masukan melalui laporan Anda terutama tentang peningkatan pelayanan."

       
 

    Bawahan (Dewasa)

    :

    "Saya telah mengumpulkan banyak sekali data selama beberapa bulan terakhir ini, dan begitu saya selesai menganalisnya, saya akan mendiskusikannya dengan Bapak."

    3

    Pemimpin (OT)

    :

    "Pak Ali, harap Bapak mau memperhatikan pemeliharaan barang-barang di sini, sebab kalau Bapak tidak memberikan dukungan tersebut kepada saya, saya tidak akan dapat bekerja dengan baik."

       
 

    Bawahan (Anak)

    :

    "Aduu ... Apa ... toh yang Anda kehendaki dari saya. Saya ... sibuuk. Sibuuk nich!"

"OK Complementary Transaction" melibatkan tiga ego state yang efektif:

      A

      AA

      -

      AA

      B

      AA

      -

      AMD

      C

      D

      -

      D

      D

      OTB

      -

      OTB

Catatan: Stimulus dewasa jarang sekali ditujukan pada ego state yang lain.

Dalam "Not OK Complementary Transaction", stimulus dan respons melibatkan tiga ego state yang tidak efektif. Berikut ini contoh "Not OK Transaction" antara Anak Penurut dan Orang Tua Pembimbing:

    Apu

    :

    "Saya tidak bisa mengerjakan apa saja

    dengan benar" (Saya tidak OK.

    "Bagaimana nih?")

     

    OTB

    :

    "Pasti kamu dapat, cobalah ..."

     

    Apu

    :

    "Tidak, saya selalu bingung ... bingung ..."

     

    OTB

    :

    "Cobalah sedapat mungkin, pasti kamu dapat ..."

     

    OTK

    :

    "Pekerjaan Ali jelek sekali"

     

    OTK

    :

    "Ya. Dia selalu ... dapat amarah"

Transaksi ini melukiskan dua orang yang sedang membicarakan orang lain dan kedua orang tersebut tidak merasa OK mengenai pihak lain. Seandainya mereka berdiskusi berdasarkan fakta-fakta tentang orang ketiga itu maka transaksi yang terjadi:

Dewasa - Dewasa

Berikut ini beberapa contoh "OK Complementary Transaction":

    OTB

    :

    "Jon benar-benar anak yang baik."

    OTB

    :

    "Ya, dia benar baik."

     

    AA

    :

    "Ayoh, dapatkah Anda

    membantu saya?"

    (dengan nada suara seperti

    anak-anak).

    OTB

    :

    "Ya, tentu donk."

    (dengan nada suara melengking)

     

    OTB

    :

    "Anda tampaknya lelah.

    Mari saya pijat punggungmu."

    AA

    :

    "Terima kasih."

     

    AA

    :

    "Saya senaang denganmu,

    bener nih."

    AA

    :

    "... Ha ... Ha, terima ... kasiiih!"

     

    D

    :

    "Jam berapa sekarang?"

    D

    :

    "Jam 3.20."

Selama terjadinya transaksi tersebut, "Complementary" atau topik yang dipilih bersama dalam pembicaraannya tidak berubah, kendati mungkin terjadi "Not OK Transaction", contoh:

    OTK

    :

    "Tutup mulut!"

    Apo

    :

    "Tidak ... saya tidak mau!"

    OTK

    :

    "Kamu harus tutup mulut!"

    Apo

    :

    "Tidaaak, tidaak!"

B. Transaksi Silang (Crossed Transactions)

Transaksi ini terjadi jika berita/perilaku yang diperlihatkan oleh suatu ego state mendapatkan reaksi yang tidak diharapkan oleh ego state tersebut.

Contoh:

    Pimpinan

    :

    "Sudah saya katakan berkali-kali bahwa saya menghendaki laporan tersebut diserahkan tepat pada waktunya. Kalau Anda tidak menyerahkan pada batas waktunya, cari pekerjaan di lain tempat.

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar