Yang Perlu Anda Ketahui tentang Bahaya Kesuksesan

Dalam Hakim-Hakim 7, di bawah kepemimpinan Gideon, Allah memberikan kemenangan kepada umat-Nya atas orang Midian hanya dengan 300 tentara, tidak satupun dari mereka yang benar-benar berperang. Allah melakukannya dengan cara ini untuk menunjukkan kepada umat-Nya bahwa Dialah penyelamat; umat Allah tidak menyelamatkan diri mereka sendiri. Akan tetapi, Gideon segera melupakan "pelajaran dari 300 orang". Ketika di pasal berikutnya dua kota -- Sukot dan Pnuel -- menolak untuk mendukungnya saat dia mengejar orang Midian yang melarikan diri (8:6, 8), Gideon menanggapi dengan ancaman yang keras (ay. 7, 9).

Kemarahan Gideon menunjukkan bahwa dia berharap akan diberi kemuliaan atas pencapaiannya (dia lupa, pada kenyataannya itu adalah pencapaian Allah). Ketika Sukot dan Pnuel tidak percaya bahwa Gideon akan menang atas Midian, dia tidak berkata kepada mereka: Ya, saya tahu sulit untuk percaya bahwa kita dapat mengalahkan mereka. Akan tetapi, Allah dalam anugerah-Nya memakai kita untuk memenangkan pertempuran, jadi jangan percaya pada kekuatan saya, tetapi percayalah pada kekuatan-Nya. Sebaliknya, dia berkata: Kalian berani meragukan saya? Saya akan menunjukkan kekuatan saya ketika saya kembali. Kalian akan belajar untuk menghormati saya.

Gambar: bersyukur

Maka, ketika dia dengan tiga ratus orangnya telah kembali setelah menaklukkan pasukan yang jauh lebih kuat, dan menangkap Zebah dan Salmuna (ay. 10-12), Gideon menepati kata-katanya. Dia "memberi orang-orang Sukot pelajaran dengan menghukum mereka dengan duri di padang belantara dan onak" (ay 16). Di Pnuel, keadaannya bahkan lebih buruk -- ia "merobohkan menara Pnuel ... dan membunuh orang-orang di kota itu" (ay 17).

Kebutuhan Gideon akan rasa hormat dan penghargaan -- dan kemarahannya yang kejam dan sengit ketika dia gagal mendapatkan apa yang menurutnya pantas dia dapatkan -- menunjukkan bahwa keberhasilannya dalam pertempuran adalah hal terburuk baginya. Dia menjadi kecanduan dan bergantung pada kesuksesannya.

Bahaya dari Berkat

Ada bahaya rohani mengerikan yang mengintai ketika menerima berkat apa pun. Kesuksesan dapat dengan mudah membuat kita melupakan kasih karunia Allah, karena hati kita benar-benar percaya bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Kemenangan yang diberikan Allah dapat dengan mudah digunakan untuk menegaskan keyakinan bahwa, pada kenyataannya, kita telah memperoleh berkat atas usaha kita sendiri, dan sudah sepantasnya menerima pujian dan kemuliaan atas keberhasilan itu.

Misalnya, bayangkan seorang pria yang bekerja sangat keras dalam pekerjaannya karena dia perlu membuktikan dirinya melalui kesuksesan finansial. Apa hal terburuk yang bisa terjadi padanya? Jawaban paling jelas adalah kegagalan karier. Tentu saja, seseorang yang mendasarkan kebahagiaan dan identitasnya pada pekerjaannya akan hancur oleh kegagalan karier. Tapi setidaknya, melalui kegagalan itu, dia bisa berhenti memberhalakan kemajuan karier. Dia mungkin menyadari bahwa status dan uang tidak akan pernah bisa memuaskannya. Tidak, hal terburuk yang bisa terjadi padanya adalah kesuksesan karier. Sukses hanya akan meneguhkan keyakinannya bahwa dia dapat mengandalkan dirinya dan mengendalikan hidupnya sendiri. Dia akan semakin menjadi budak kesuksesan dan uang dibandingkan jika dia gagal. Ia akan merasa sombong dan lebih unggul daripada orang lain. Dia akan mengharapkan penghormatan orang lain dan senang dikelilingi oleh para penjilat.

Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Yesus Kristus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya supaya kita bisa hidup di dalamnya" (Ef. 2:8-10, AYT).

Kembali ke Hakim-hakim 7:15, ketika Gideon mengetahui kelemahannya sendiri dan memahami bahwa kemenangan hanya dapat diperoleh melalui anugerah, dia menyembah dan menghormati Allah. Tapi itu terakhir kalinya kita melihat dia melakukan itu. Kini, dia memuja kesuksesan dan penghormatan yang dibawa kesuksesan itu padanya. Dia benar-benar lupa siapa yang memanggilnya, memperlengkapinya, meyakinkannya, dan memenangkan pertempuran untuknya. Kita juga sering kali terlalu mudah melupakan bahwa segala sesuatu tentang keselamatan kita, dan semua perbuatan baik kita, adalah pemberian anugerah, bukan keberhasilan kita sendiri -- bahwa "oleh anugerah kamu diselamatkan melalui iman -- dan ini bukan dari dirimu sendiri, tetapi karunia Allah -- bukan hasil usahamu, supaya tidak ada seorang pun yang menyombongkan diri. Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Yesus Kristus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya supaya kita bisa hidup di dalamnya" (Ef. 2:8-10, AYT). Kita perlu ingat bahwa kita diselamatkan oleh anugerah ketika kita gagal. Akan tetapi, kita juga perlu lebih sering mengingat anugerah ketika kita berhasil. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Crossway
Alamat situs : https://crosswalk.com/family/career/what-you-need-to-know-about-the-dangers-of-success.html
Judul asli artikel : What You Need to Know about the Dangers of Success
Penulis artikel : Timothy Keller
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar