Prinsip Alkitabiah untuk Manajer Baru
"Saya baru saja dipromosikan, yang mana saya bersyukur kepada Allah, baik untuk kemampuan saya dan juga kesempatan yang diberikan kepada saya. Namun, saya menemukan transisi yang menantang, terutama karena saya harus membawahi mantan rekan saya. Saya mengerti mengapa sulit bagi mereka untuk menghormati saya -- dalam beberapa kasus, mereka tahu lebih banyak daripada saya! Apa cara terbaik untuk melakukan pendekatan ini?"
Pertama, selamat atas promosi Anda! Mengucap syukur kepada Allah sebagai sumber dari setiap pemberian yang baik dan sempurna (Yak. 1:17) adalah hal yang benar. Anda juga benar bahwa Allah adalah penyedia kemampuan dan bakat Anda.
Selama 10 tahun pertama dalam karier militer saya, saya melihat empat promosi cepat. Setiap kali, saya membawahi orang-orang yang sebelumnya adalah rekan saya. Dan setiap kali, saya tahu bahwa Allahlah yang membukakan pintu untuk saya.
Sebelum saya langsung menanggapi kekhawatiran Anda, ada baiknya untuk memahami apa arti promosi Anda.
Tujuan Allah dalam Promosi
Dalam promosi baru ini, Allah memenuhi beberapa tujuan.
Pertama, Allah dalam kedaulatan-Nya menempatkan pemimpin kapan dan di mana Dia membutuhkannya (Ams. 8:15). Dalam Angkatan Darat, di mana saya bertugas selama 20 tahun dalam tugas aktif dan terus bekerja dalam kapasitas sipil, individu-individu dipromosikan bukan hanya karena prestasi, tetapi karena potensi mereka untuk bertugas pada tingkat tertinggi berikutnya.
Dalam kasus Anda, atasan Anda pasti melihat potensi Anda untuk memimpin orang lain yang melakukan apa yang Anda lakukan. Anda mungkin belum menjadi pemimpin terbaik untuk tim Anda, tetapi seseorang percaya Anda memiliki kapasitas untuk bertumbuh di dalamnya. Bahkan, jika Anda belum memiliki alasan untuk merasa yakin dengan kemampuan kepemimpinan Anda, Anda dapat percaya bahwa Allah akan memberikan apa yang Anda butuhkan.
Kedua, Allah menyediakan secara finansial. Saat kita mencari Allah, Dia memberkati kita jauh melampaui harapan kita. Dia membukakan pintu bagi kita yang terkadang menghasilkan kenaikan gaji. Gaji yang lebih besar adalah kesempatan untuk memuji Allah, menganggarkan dengan bijak, dan memberi dengan murah hati.
Ketiga, Allah sedang mempersiapkan Anda untuk pekerjaan yang lebih besar. Ini hampir pasti berarti membina kelompok karyawan yang lebih besar, tetapi juga bisa berarti melakukan sesuatu yang luar biasa. Seperti Ester, Anda mungkin dibangkitkan " pada saat seperti in" (Est. 4:14, AYT).
Saat Anda belajar untuk setia dalam hal-hal kecil, Anda akan siap untuk setia dalam hal-hal yang jauh lebih besar (Luk. 16:10). Meski akan ada kerja keras di depan, jangan pernah lupakan janji kehadiran Allah dalam pekerjaan Anda. Karena Dia memanggil Anda untuk itu, Dia akan melihat Anda melewatinya dan akan bekerja di dalam dan melalui Anda.
Perhatikan Diri Anda Sendiri
Saya mengerti bahwa Anda khawatir tentang bagaimana mantan rekan Anda akan memperlakukan Anda dalam peran baru Anda sebagai atasan mereka. Anda menginginkan, membutuhkan, dan pantas mendapatkan rasa hormat mereka. Anda mengharapkan perubahan dalam hubungan dan mungkin khawatir transisi tersebut akan terasa canggung dan tidak nyaman bagi semua yang terlibat.
Akan tetapi, saya ingin menantang Anda untuk lebih peduli tentang bagaimana Anda akan memperlakukan anggota tim Anda daripada bagaimana mereka akan memperlakukan Anda. Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Filipi untuk menganggap kebutuhan orang lain lebih penting daripada kebutuhan mereka sendiri (Flp. 2:3-4). Ini, tentu saja, didasarkan pada kerendahan hati Yesus (Flp. 2:5-8).
Jika Anda memfokuskan upaya Anda untuk memperlakukan anggota tim dengan bermartabat dan hormat, dan membangun kekuatan mereka daripada memanfaatkan kelemahan mereka, mereka akan menanggapi kepemimpinan Anda yang bersifat melayani.
Saran Praktis
Kita tahu bahwa para pemimpin perlu berhubungan dengan cara tertentu kepada setiap anggota tim. Namun, saya menemukan bahwa setiap orang juga harus berhubungan satu sama lain, bukan hanya bos. Gembala yang ingin menjadi bijak dinasihati untuk memperhatikan kawanannya (Ams. 27:23). Jika kita ingin menjadi penggembala yang penuh perhatian dari tim kita, kita perlu memastikan mereka rukun satu sama lain.
Saya telah memberikan banyak waktu dan energi untuk membangun tim selama 14 tahun terakhir karena pergantian personel militer di kantor saya sering terjadi. Menurut pengalaman saya, salah satu cara terbaik untuk memfasilitasi hubungan antara personel yang mewakili demografi yang beragam adalah dengan menugaskan mereka untuk mengerjakan proyek bersama.
Selain dengan sengaja menemukan cara bagi anggota tim untuk bekerja sama dalam misi dan menciptakan suasana kekeluargaan yang saling peduli dan perhatian, saya juga merekomendasikan untuk memusatkan perhatian Anda pada membangun karyawan Anda dengan cara yang sama seperti seorang gembala akan merawat dombanya.
- Kenali setiap anggota tim secara pribadi, termasuk keluarga mereka.
- Jangan terancam oleh mereka yang memiliki kekuatan yang tidak Anda miliki. Tempatkan mereka untuk bekerja -- beri mereka kesempatan untuk membimbing orang lain atau memimpin proyek.
- Menasihati anggota tim secara pribadi untuk membantu mereka mengatasi kelemahan mereka.
- Berdoa untuk rekan satu tim Anda (dan atasan Anda juga).
Seorang teman baik baru-baru ini mengingatkan saya tentang apa yang dikatakan Musa kepada Yosua saat dia mengalihkan tanggung jawabnya atas bangsa Israel. Yosua mungkin enggan memikul beban berat ini di pundaknya. Musa memberi tahu dia satu hal yang perlu dia dengar -- bahwa keberhasilan misi baru ini bukanlah tanggung jawabnya sendiri. "TUHAN sendiri yang akan memimpinmu. Dia akan menyertaimu. Dia tidak akan membiarkanmu atau meninggalkanmu. Janganlah takut dan tawar hati" (Ul. 31:8, AYT). (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/article/new-managers |
Judul asli artikel | : | Biblical Principles for New Managers |
Penulis artikel | : | Russ Gehrlein |