Mengisi Kemerdekaan
Nas bacaan: Yesaya 58:5-8
Pada 1942, pada masa awal penjajahan Jepang, Amir Syarifuddin Harahap berbicara dalam perayaan Natal BPPKK (Badan Persiapan Persatuan Kaum Kristen). Tokoh Kristen yang kemudian menjadi perdana menteri RI itu mengimbau agar orang tidak hanya memikirkan alam baka, tetapi "harus berdiri dengan kedua kakinya di tengah masyarakat yang bergolak". Amir mengatakan demikian karena umat Kristen Indonesia masa itu cenderung apatis terhadap dinamika masyarakat. Mereka lebih suka berfokus pada hal-hal rohani.
Puluhan tahun kemudian, setelah Indonesia merdeka, masalah yang sama rupanya masih melilit umat Kristen di Indonesia. Banyak gereja mengaku "menjunjung Alkitab", tetapi sayangnya cenderung apatis terhadap persoalan bangsa. Mereka lebih suka berfokus pada hal-hal rohani yang berkaitan dengan ibadah, pekabaran Injil. Soal mengisi kemerdekaan Indonesia dengan keterlibatan di segala bidang, nyaris tidak pernah dikaji atau ditekankan.
Tentu, ibadah dan pekabaran Injil perlu. Namun, jika hanya itu yang dilakukan orang Kristen, berarti kita belum sepenuhnya mengerti isi hati Allah. Dalam bagian kitab Yesaya yang kita baca hari ini, Allah jelas-jelas menginginkan ibadah umat-Nya berdampak pada perubahan sosial. Isu keadilan (ayat 6) dan kemiskinan (ayat 7), yang secara khusus menyangkut bidang politik, hukum, dan ekonomi, harus menjadi perhatian kita.
Hari ini, biarlah imbauan Amir Syarifuddin mengingatkan kita akan panggilan Kristen di tengah masyarakat. Biarlah kita disemangati kembali untuk turut giat mengisi kemerdekaan bangsa.
Diambil dari:
Nama situs | : | SABDA.org |
Alamat URL | : | http://sabda.org/publikasi/e-rh/2011/08/17/ |
Penulis artikel | : | ST |
Tanggal akses | : | 13 Februari 2014 |