Lima Belas Sifat Pemimpin Inovatif
Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sebuah konferensi kepemimpinan bersama Dr. Greg Jones, mantan dekan Sekolah Theologi Duke, dan Dr. John Upton, presiden Baptist World Alliance dan Dewan Misi Baptis Virginia. Minggu depan, saya akan membagikan pemikiran Greg Jones dalam hal kepemimpinan, tetapi hari ini saya pikir Anda mungkin ingin mendengar apa yang dikatakan oleh John Upton.
Dr. Upton membuat daftar lima belas karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin gereja yang inovatif, berdasarkan pengamatannya selama membangun relasi dengan para pemimpin Gereja Baptis dan para pemimpin tradisi kekristenan lainnya. Dr. Upton mengatakan bahwa karakter dalam daftar ini tidak disusun berdasarkan prioritas, namun dapat diamati dalam diri para pemimpin yang telah ditemuinya di negara-negara tempat gereja berkembang.
Seorang pemimpin menciptakan peluang.
Seorang pemimpin boleh berkata, "Saya tidak tahu."
Seorang pemimpin bukanlah pemain terbaik, tetapi lebih merupakan seorang yang mengembangkan bakat setiap anggotanya.
Seorang pemimpin membagikan visi mengenai suatu harapan.
Seorang pemimpin bertumbuh di dalam sebuah paradoks.
Seorang pemimpin akrab dengan kekacauan.
Seorang pemimpin melakukan sesuatu dan mengulanginya lagi.
Seorang pemimpin tahu kapan harus menunggu.
Seorang pemimpin bersifat optimis.
Seorang pemimpin menyampaikan gambaran besar, tetapi juga mengurus detail-detailnya.
Seorang pemimpin juga membuat kesalahan, tetapi menciptakan budaya tidak menyalahkan.
Seorang pemimpin sungguh-sungguh menghargai suatu bakat.
Seorang pemimpin berjejaring untuk belajar dari pemimpin yang lain.
Seorang pemimpin mengenal dirinya dengan baik.
Seorang pemimpin mengambil waktu untuk beristirahat.
Dr. Upton mengatakan bahwa pemimpin hidup dalam konteks penemuan, eksplorasi, dan pembelajaran. Dari konteks keingintahuan itulah, para pemimpin membuka ruang-ruang bagi terciptanya hal-hal baru.
Mengakui dengan jujur bahwa Anda sebagai seorang pemimpin tidak memiliki semua jawaban, akan membuka jalan bagi orang lain untuk mengeksplorasi, bereksperimen, dan menemukan hal-hal yang bahkan tidak terpikirkan oleh Anda sebagai seorang pemimpin. Dr. Upton berpendapat bahwa saat seorang pemimpin berkata "Saya tidak tahu," ia memberi izin kepada orang lain untuk "mencari tahu", sementara pemimpin itu menawarkan masukan dan dukungan bagi mereka yang mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru.
Upton menggunakan ilustrasi sebuah orkestra yang dipimpin oleh seorang konduktor. Seorang konduktor mungkin tidak cukup terampil untuk duduk dalam bagian musik apa pun, tetapi dia menyatukan semua bakat para pemusik ke dalam suatu orkestra sehingga menjadi perpaduan yang indah dari harmoni dan energi.
Saat ini, istilah "membagikan visi" berarti menyajikan program atau konsep yang telah tersusun rapi. Akan tetapi, Upton menentang hal itu dengan berpendapat bahwa para pemimpin besar seperti Churchill dan FDR (Franklin Delano Roosevelt, presiden Amerika Serikat pada masa perang dunia II, red.) membagikan visi mengenai suatu harapan. Dari sebuah harapan, seseorang akan menuju pada suatu kesempatan, berinovasi dalam situasi mereka. Hal ini akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan yang dapat diharapkan dari visi tunggal seorang pemimpin.
Para pemimpin besar mampu menerima dua pandangan yang bertentangan dalam pikirannya dan menghasilkan solusi yang mempertimbangkan semua kemungkinan. Saya merekomendasikan sebuah sumber [bacaan] yang baik mengenai hal ini: "The Opposable Mind: Winning Through Integrative Thinking" oleh Roger L. Martin.
John Upton mengamati bahwa pemimpin yang baik selalu memiliki sesuatu yang dapat digambarkan secara metafora sebagai persediaan pita perekat untuk memperbaiki segala sesuatu dengan cepat dalam keadaan darurat. Menurut pengamatan Upton, seorang pemimpin dapat "merasa nyaman di tengah-tengah kegilaan", suatu istilah yang, menurut saya, artinya tidak sama dengan "merasa nyaman di tengah-tengah kekurangan fokus".
Tidak ada solusi yang mutlak dalam setiap organisasi. Solusi hari ini dapat menjadi kendala di esok hari. Seorang pemimpin menyadari perlunya meninjau dan mengevaluasi ulang tujuan maupun prestasi organisasinya, namun tetap terukur.
Pemilihan waktu dapat sama pentingnya dengan visi. Belajar menunggu dengan sabar untuk waktu, suasana, dan orang yang tepat untuk diikutsertakan dalam suatu proyek dapat menjadi hal yang sangat penting untuk keberhasilan proyek itu. Kesabaran adalah suatu nilai yang baik, bukan hanya dalam teori, melainkan juga dalam hal memimpin gereja.
Menurut pendapat Upton, memiliki sifat optimis berarti "percaya bahwa dunia ini bisa menjadi tempat yang lebih baik, kita bisa membuat perbedaan". Optimisme bukanlah pengabaian realitas secara membabi-buta, melainkan suatu sikap pengharapan jangka panjang.
Sebuah skema yang besar memang mengagumkan dan orang-orang membutuhkan visi yang menyeluruh. Namun, sebagaimana yang konon dikatakan oleh arsitek Mies van der Rohe, "Allah hadir dalam detail-detail kecil", rupanya, itu tak hanya berlaku dalam bidang arsitektur, tetapi juga dalam hal memimpin gereja.
"Saya lebih suka menghargai kegagalan besar daripada menghargai keberhasilan yang biasa-biasa saja," Upton berkomentar. Melakukan kegagalan tanpa terus-menerus dipersalahkan bukanlah sesuatu yang buruk dalam berorganisasi, hal itu bahkan merupakan bagian dari pembelajaran dalam budaya yang inovatif.
Para pemimpin besar, menurut Jim Collins, mengelilingi diri mereka dengan orang-orang yang sangat berbakat, dan menunjukkan pribadi yang rendah hati ketika berbicara tentang prestasi kelompok mereka. Menurut Upton, pemimpin besar menarik, memelihara, mendidik, dan menghargai suatu bakat.
Pemimpin yang benar-benar baik bukanlah satu-satunya sumber ide atau informasi dalam organisasi mereka. Jejaring yang menghubungkan mereka dengan sesama pemimpin di organisasi, departemen, atau kelompok sejenis organisasi lainnya menciptakan budaya ingin mengetahui lebih banyak dan bereksplorasi.
Ini mungkin salah satu kualitas yang paling sulit dalam bidang kepemimpinan. Pengenalan terhadap diri sendiri yang dibarengi dengan disiplin pribadi, memisahkan pemimpin yang baik dengan pemimpin yang terbaik dalam bidang ini. Seorang pemimpin yang mengakui bahwa "Saya tidak memegang kendali" atas segala sesuatu, yang merupakan sepupu dari "Saya tidak mahatahu", memungkinkan orang lain untuk berhasil, dan menyatakan bahwa pemimpin itu memahami keterbatasan dirinya sendiri.
Tidak ada imbalan bagi para pendeta yang berkata, "Saya tidak pernah mengambil liburan." Seorang pemimpin perlu untuk beristirahat dari tekanan kepemimpinan supaya ia dapat mengambil jeda, mengisi ulang energinya, dan membuat evaluasi ulang. Pikirkan pemeliharaan preventif bagi para pendeta, maka Anda pasti dapat membayangkannya. Seorang pemimpin besar mengambil jarak, memiliki ketertarikan kepada hal yang lain, memperhatikan hubungan-hubungan yang mereka miliki, dan mengenali kebutuhan mereka untuk memandang dari jauh.
Hal-hal di atas merupakan lima belas karakteristik para pemimpin besar menurut John Upton, berdasarkan pengalaman dan pengamatannya. Adakah sifat atau tindakan praktis yang dapat Anda tambahkan dalam daftar tersebut? Atau, bagaimanakah Anda akan mengurutkannya berdasarkan prioritas sesuai dengan jenis pelayanan Anda? (t/Okti)
Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs | : | ChurchLeaders.com |
Alamat URL | : | http://www.churchleaders.com/ |
Judul asli artikel | : | 15 Traits of Innovative Leaders |
Penulis | : | Chuck Warnock |
Tanggal akses | : | 3 Desember 2013 |