Bagaimana Pemimpin Pemuda Dapat Membantu Generasi yang Kecanduan Teknologi?
Pertanyaannya cukup naif: ketika Anda masih kecil, apa yang Anda lakukan untuk bersenang-senang?
NatureValley duduk dan mengajukan pertanyaan kepada tiga generasi, dan jawaban dari dua generasi yang lebih tua adalah sama.
Mereka bermain bersama dengan anak-anak tetangga. Mereka bercocok tanam dan mendaki. Mereka membuat benteng dengan saudara-saudaranya. Jawaban mereka disertai dengan senyuman dan suasana nostalgia.Namun, hal yang sebaliknya terjadi ketika mereka bertanya kepada generasi yang sekarang tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka. Jawabannya mengkhawatirkan. Video game, kirim-kiriman pesan, bersama-sama menonton film atau acara televisi adalah jawaban-jawaban yang paling umum. Namun, motivasi dibalik pengakuan tersebut, bahkan lebih memilukan.
Salah satu anak laki-laki mengatakan bahwa dia bermain video game saat dia marah karena itu membuatnya merasa normal. Dua gadis dengan bersemangat mengungkapkan bahwa mereka akan mati jika mereka tidak memiliki akses ke tablet mereka. Salah seorang anak laki-laki mengatakan meskipun dia mencintai keluarganya, dia dapat menghabiskan waktu berjam-jam dalam dunia video game. Anda dapat melihat videonya di: https://youtu.be/is5W6GxAI3c
Tujuan dari video adalah untuk menghubungkan kembali anak-anak dengan alam. Namun, tampaknya ada tema yang lebih besar yang sedang ingin disampaikan pada saat yang bersamaan. Itu bukan hanya untuk membuat anak-anak bermain dan berolahraga di luar, tetapi untuk berhubungan dan berada dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka. Tablet, ponsel, video game, dan kemampuan untuk beramai-ramai menyaksikan televisi membuat anak-anak -- dan orang dewasa -- menghilangkan masalah-masalah ketika hidup menjadi sulit. Ketergantungan pada elektronik dan gawai begitu terasa; secara resmi hal tersebut memiliki nama: nomophobia (no mobile phone phobia atau fobia tidak memegang ponsel).
Meskipun tergantung kepada orangtua untuk mengatasi masalah ini dengan anak-anak mereka, ada cara-cara bagi para pemimpin pemuda untuk dapat membantu anak-anak memutuskan keterikatan dari ponsel dan video game mereka.
Buatlah zona bebas ponsel pada kelompok pemuda. Mintalah orangtua untuk menyimpan ponsel anak-anak mereka. Atau, buatlah suatu tempat penitipan ponsel (seperti tempat penitipan mantel) di mana setiap anak harus meninggalkan ponselnya selama acara kelompok pemuda berlangsung dan dapat mengambilnya kembali sesudahnya. Ide lainnya adalah untuk membuat tumpukan ponsel di atas meja. Siapa yang pertama kali meraih ponselnya harus melakukan sepuluh skot jam atau lari satu putaran di sekitar ruangan. (Saya pernah melakukan ini di pertemuan makan siang dengan tim, dan jika Anda meraih telepon Anda, Anda harus membayar untuk makan siang!)
Pergilah retret, tinggalkan semua ponsel di rumah. Pastikan bahwa orang dewasa yang bertanggung jawab memiliki ponsel sehingga orangtua dapat dihubungi dalam keadaan darurat, tetapi anak-anak tidak diperbolehkan membawa ponsel mereka. Rencanakan cara-cara yang kreatif bagi para remaja untuk dapat saling terhubung selama acara retret. Rencanakan pendakian, acara permainan pada malam hari, dan malam di sekitar api unggun (atau di sekitar perapian, tergantung pada musim). Bantulah anak-anak Anda untuk mempelajari nilai dari percakapan tatap muka.
Berikan contoh. Berusahalah untuk hadir dalam kelompok pemuda Anda. Bicaralah tentang puasa teknologi atau bagaimana Anda meliburkan diri dari ponsel atau video games dalam hidup Anda. Jujurlah jika Anda memiliki masalah dengan kecanduan ponsel. Dengan menjadi contoh bagi anak-anak, Anda dapat memengaruhi perilaku mereka. Mungkin tidak dalam seminggu, sebulan, atau setahun. Namun, Anda akan membuat perbedaan.
(t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | Church Leaders |
Alamat URL | : | http://www.churchleaders.com/daily-buzz/259191-youth-leaders-help-tech-addicted-generation.html |
Judul asli artikel | : | How Youth Leaders Can Help A Tech-Addicted Generation |
Penulis artikel | : | Carrie Kintz |
Tanggal akses | : | 8 Maret 2016 |