Transformasi di Hari Paskah
(Pdt. Bob Jokiman)
Pernah ada seorang pendeta yang setelah kembali dari kunjungannya ke Palestina, mempunyai visi yang indah. Ia melihat betapa indahnya tanah di mana Yesus dulu pernah hidup dan berjalan di atasnya. Pengalaman tersebut membangun iman dan rohaninya, khususnya tatkala ia mengunjungi Taman Getsemani, di mana Yesus bergumul dalam doa menerima "cawan pahit" dari Sang Bapa; Bukit Golgota, tempat Yesus disalibkan; dan kubur kosong yang secara tradisi diakui sebagai bekas kuburan Yesus di tengah taman yang sangat indah dengan berbagai macam tanaman tropikal. Ia merasa bila setiap orang Kristen dapat mengunjungi taman tersebut pasti rohani mereka pun dapat dibangun. Tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak sanggup atau tak mampu pergi ke sana?
Oleh karena itu, ia terdorong untuk membangun taman yang serupa di tempat asalnya, Covington, di Kentucky. Dengan demikian orang-orang yang tidak mempunyai kesempatan ke Palestina, dapat pula mempunyai pengalaman yang sama bila mengunjungi taman yang akan dibangunnya itu. Ia lalu mencari dan membeli sebidang tanah. Berbagai tumbuhan dan pohon-pohonan dari 24 negara tropis didatangkan dan ditanamnya di taman tersebut. Sebuah gubuk tukang kayu dibangunnya dan dilengkapi dengan peralatan dari Nazaret. Sebuah replika dari kubur yang kosong ditempatkannya pada salah satu sudut taman tersebut untuk menciptakan suasana Paskah. Sebuah patung Yesus yang besar, yang seolah-olah sedang mengawasi seluruh taman tersebut, didirikannya di tanah yang lebih tinggi dan dapat terlihat dari kejauhan sehingga menambah semaraknya taman tersebut. Akhirnya setelah bersusah payah selama 21 tahun, diresmikan dan dibukalah taman tersebut untuk umum dengan nama "Taman Harapan" (The Garden of Hope).
Namun, sayang sekali "Taman Harapan" tersebut segera menjadi "taman yang mengecewakan". Tumbuhan dan pohon-pohon tropikal yang tidak dapat hidup di iklim yang berbeda menjadi layu dan mati. Yang lebih mengenaskan lagi ialah taman tersebut tidak sanggup menarik banyak pengunjung sehingga mengalami kesulitan finansial dan dinyatakan pailit (bankrupt). Taman tersebut akhirnya tidak terpelihara, berbagai tumbuhan liar tumbuh di sana dan patung Yesus harus dipindahkan entah ke mana (disadur dari Christianity Today, 6 April 1992, hal. 20).
Kekecewaan akibat kegagalan "Taman Harapan" tersebut adalah juga lukisan kekecewaan murid-murid Yesus yang mengikuti-Nya dengan penuh harapan. Pengharapan tersebut terlihat dengan sangat jelas apabila kita memperhatikan percakapan kedua murid Tuhan yang sedang berjalan dari Yerusalem menuju Emaus pada petang hari pada waktu kebangkitan Tuhan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh salah seorang di antara mereka, "Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah (Yesus dari Nazaret) yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari sejak semuanya itu terjadi (penyaliban Kristus). Beberapa rekan kami mengatakan bahwa mereka menemukan kubur-Nya kosong, namun mereka tidak melihat-Nya!" (Ringkasan Lukas 24:21-24). Itulah sebabnya dengan lesu mereka meninggalkan persekutuan rekan-rekan mereka di Yerusalem dan kembali ke Emaus, mungkin untuk kembali pada hidup yang lama. Hidup yang apatis, pesimis, dan terima nasib saja!
Bukankah demikian pula dengan kebanyakan kita? Tatkala pertama kali mengenal Kristus, kita mengikut Dia dengan penuh harapan. Namun, setelah sekian lama harapan itu belum juga menjadi kenyataan lalu timbullah berbagai keraguan dan pertanyaan dalam hati kita, "Kalau sungguh Ia Tuhan, mengapa nasib saya tidak berubah? Jikalau Ia sungguh bangkit dari kematian, mengapa nasibku begini-begini saja? Jika memang Ia hidup, mengapa Ia berdiam diri saja? Bila Ia Anak Allah, mengapa Ia tidak bertindak membelaku? Apa gunanya aku terus mengikut Dia? Hidup terasa hampa, tanpa harapan!"
Apakah harapan Anda terhadap Tuhan telah pudar, seperti pudarnya penglihatan kedua murid itu yang tidak melihat Tuhan yang bangkit dan berjalan di sisi mereka? Mengapa itu bisa terjadi? Seperti murid-murid Tuhan, kita merasa hidup kita hampa dan tanpa pengharapan karena kita semua seperti mereka, hanya terpaku pada kubur yang kosong. Itulah sebabnya hati kita pun kosong! Hati kita hanya tertuju pada perkara-perkara lahiriah, hal-hal yang kelihatan. Itu sebabnya kepada mereka yang terheran-heran melihat kubur yang kosong para malaikat memerintah, "... segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati ..." (Matius 28:7), "Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia ..." (Markus 16:7), "... tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku ..." (Yohanes 20:17).
Dari kutipan-kutipan di atas jelas sekali kehendak Tuhan, supaya kita pergi memberitakan kebangkitan Tuhan! Hanya dengan mengalihkan cara pandang kita, maka kita akan mengalami transformasi, pembentukan kembali harapan kita terhadap Kristus dan hidup ini. Kubur yang kosong itu masih dan tetap kosong, demikian pula "Taman Harapan" itu, yang mungkin sekarang telah menjadi hutan. Oleh karena itu, kita harus mengalihkan pandangan kita pada tempat yang jauh lebih tinggi. Tempat di mana Kristus sekarang berada, yaitu di sebelah kanan Allah Bapa di surga (Ibrani 8:1).
Dengan memandang ke surga, kita akan menemukan harapan baru sehingga terjadi transformasi dalam hati dan hidup kita. Kecemasan dan kekecewaan berubah menjadi keberanian dan kesukacitaan untuk bukan saja mengubah arah hidup kita, tetapi juga dunia di mana kita ditempatkan oleh Tuhan. Arah hidup kita bukan lagi tertuju pada diri sendiri tetapi kepada orang lain yang belum mengenal Kristus, supaya kita pergi memberitahukan bahwa Kristus sudah bangkit dan mengalahkan dosa serta maut. Semoga terjadi transformasi dalam hidup Anda di Hari Paskah ini. Selamat Paskah!
Sumber diedit dari: Judul Buletin: GKI Monrovia Newsletter, Th.IX No.4, April 1995 Penyadur : Pdt. Bob Jokiman Penerbit : GKI Monrovia Halaman : 1-2