Penyelesaian Konflik
Judul: Penyelesaian Konflik
Keterampilan: * Menerapkan prinsip-prinsip Alkitabiah dalam hubungan antar pribadi.
* Menyelesaikan (secara Alkitabiah) semua konflik antar-pribadi.
1. Kesempatan yang terkandung di dalam konflik:
A. Diskusikan dalam kelompok kecil (3 atau 4 orang):
(Ayat-ayat referensi boleh dibaca sepintas saja, kalau jawaban sudah jelas.)
1. Kapankah konflik mulai masuk ke dalam pengalaman manusia? (Kej 3:9-4:8)
2. Kapankah konflik dapat mutlak dihilangkan dari pengalaman manusia? (Wahyu 21:1,3,4)
3. Apakah Yesus pernah mengalami konflik? (Mat 21:12-16; Mat 23:13-36; Luk 24:25,26)
4. Apakah Paulus pernah mengalami konflik? Petrus? Abraham? Musa? Daud? Murid-murid Yesus? Gereja mula-mula? (Gal 2:11; Kis 15:36-39; Kej 13:5-12; Kel 10:24-29; 11:4-10; Mzm 3:2-9; Mat 20:20-28; Kis 6:1-7)
5. Adakah seorang hamba Tuhan yang diceritakan dalam Alkitab yang menjalankan pelayanan yang efektif tanpa mengalami konflik?
6. Apakah semua konflik dapat dihindari dalam pelayanan yang berkenan kepada Tuhan?
7. Ataukah kadang-kadang konflik timbul karena kesetiaan kepada Tuhan?
8. Mengapa Tuhan kadang-kadang mengizinkan konflik terjadi? (1 Kor 11:19)
9. Coba tuliskan sebanyak mungkin penyebab konflik, dalam hubungan antar pribadi atau dalam pelayanan.
B. Pelajaran
"Wajar kalau kita merindukan keadaan yang bebas dari konflik. Oleh karena itulah maka kita rindu untuk berada di surga nanti. Tapi selama kita berada di dunia ini, kita harus mengalami semua peperangan antara Kerajaan Allah dengan kerajaan kegelapan. Jadi kita jangan melarikan diri dari medan peperangan (termasuk semua konflik yang terjadi), tetapi hadapi semuanya dan berjalan menuju ke kemenangan bersama Yesus. Banyak orang Kristen tidak menang di medan ini, karena mereka tidak bertindak sesuai dengan perintah panglima kita, yaitu Yesus.
Prinsip-prinsip Alkitabiah untuk penyelesaian konflik dapat diterapkan dalam konteks hubungan antar pribadi atau dalam konteks pelayanan. Karena waktu kita terbatas, kita akan berfokus pada konteks pelayanan, dan saudara dapat menerapkan prinsip-prinsip ini juga dalam hubungan antar pribadi.
Konflik selalu merupakan kesempatan: kesempatan untuk bertumbuh (Kis 6:1-7); tapi juga kesempatan iblis untuk beroleh keuntungan atas kita (2 Kor 2:11). Mana yang terjadi tergantung pada ketaatan kita untuk menghadapi konflik bersama Yesus. Jadi penting sekali bahwa setiap kali kita menyadari ada konflik, kita langsung berdoa dan menyerahkan soal tersebut kepada Tuhan.
Kedagingan kita sering ingin menghindari konflik sehingga kita bertindak seolah-olah tidak ada konflik dan berusaha tetap menuju target dengan keadaan tetap Tetapi jarang sekali konflik dapat menghilang begitu saja. Kalau ada konflik, berarti kita harus naik atau turun Kalau kita tidak memilih jalan yang naik dan mengambil langkah yang sesuai, pasti kita akan turun.
2. Hasil positif yang mungkin timbul akibat konflik:
1. Membuktikan hidup dan daya hidup
2. Dapat memperbaharui motivasi
3. Memberi kesempatan untuk membicarakan dan mengatasi frustrasi-frustrasi yang mungkin tanpa disadari sudah lama mengganggu orang dan hubungan.
4. Dapat memungkinkan pertumbuhan pribadi. Dapat juga menjadi kesempatan untuk belajar, bertumbuh, dan maju dalam pelayanan.
3. Bahaya-bahaya yang timbul jika menghindari konflik:
A. Dalam kelompok kecil, diskusikan pertanyaan-pertanyaan ini:
1. Mengapa Saul dan tentara Israel menghindari konflik? (1 Sam 17:11-17, 23-25)
2. Karena Saul dan tentara Israel menghindari konflik, apakah yang terjadi?
3. Bagaimanakah sikap Daud terhadap konflik yang harus dihadapi? (1 Sam 17:26,32-37)
4. Atas dasar apa Daud mempunyai sikap demikian?
5. Sikap mana yang berkenan kepada Tuhan?
6. Sikap mana yang ingin saudara tiru?
7. Sebutkan beberapa akibat kalau orang Kristen hidup tidak sesuai dengan perintah Tuhan, khususnya dalam soal konflik. (Mat 18:21-35; Rom 2:23,24; Yoh 17:21; 13:35)
B. Pelajaran:
1. Perubahan yang diperlukan tidak terjadi.
2. Perasaan sebal terus menumpuk.
3. Ketidakpuasan, gosip, dan fitnah bertumbuh.
Diskusi Bersama |
Bacalah Mat 5:23,24 dan diskusi pertanyaan berikut: 1. Kalau ada konflik di antara dua orang Kristen, bolehkah konflik tersebut diabaikan? 2. Bagaimana kalau seseorang terlalu sibuk dengan pelayanan untuk meluangkan waktu dalam penyelesaian konflik? 3. Bagaimana kalau saya tidak merasa bermasalah terhadap seseorang, tetapi saya merasa bahwa dia bermasalah terhadap saya, atau ada sesuatu yang kurang enak dari pihak dia? Apa yang harus dilaksanakan? |
4. Dua cara untuk menghadapi konflik
Kalau sudah jelas bahwa konflik tidak dapat dihindari, kita harus menentukan pola konflik yang akan kita pakai. Hanya ada dua cara untuk mengatasi konflik : cara Yesus dan cara iblis. Semua langkah yang mungkin ada (berpikir, berbicara, dan/atau bertindak) diambil dari pola iblis atau pola Yesus. Yang satu sesuai dengan kedagingan dan pola duniawi, yang lain datang dari surga.
Baca Yak 3:13-18. Di belakang lembar ini (atau pada kertas lain), tuliskan dalam dua kolom ciri-ciri dan hasil: "hikmat" dari dunia, nafsu dan setan; serta ciri-ciri dan hasil hikmat dari atas.
5. Dua perhatian harus selalu dipikirkan dalam penyelesaian konflik.
Kita perlu mempertimbangkan dari sudut pandang Tuhan dua faktor yang penting ini:
1. Perhatian terhadap hubungan antar-pribadi.
2. Perhatian terhadap soal dan target.
6. Beberapa penyebab konflik:
[sebagian disunting dari Managing Conflict Creatively, karangan Donald Palmer, William Carey Library, 1990, hal 5-18]
1. Salah komunikasi
· Harapan yang tidak terpenuhi
a) harapan tidak realistis atau tidak dijelaskan sebelumnya
b) salah satu pihak bertindak tidak sesuai dengan harapan pihak lainnya
c) orang dan/atau sikon telah berubah
· Dua (atau lebih) orang ingin memiliki sesuatu, misalnya posisi, pelayanan, dan/atau fasilitas.
· Kekurangan kepemimpinan dan administrasi (dalam organisasi)
a) struktur organisasi kurang jelas
b) tanggung jawab masing-masing kurang jelas
c) komunikasi kurang berjalan
d) perencanaan yang kurang matang
e) kepemimpinan yang terlalu otokratis atau terlalu lemah
f) kepemimpinan bersifat politik (pilih kasih)
2. Perbedaan budaya, latar belakang, pendapat, pendekatan atau kepribadian (sifat). Kepribadian mencakup perbedaan pribadi yang diciptakan Tuhan (peka, tegas, dsb serta kelemahan yang kadang-kadang berkaitan: sensitif, keras kepala, dsb).
· Idealistis lawan pragmatis; bersifat menurut kata hati lawan lamban (phlegmatic); riang (sanguine) lawan orang yang ingin segalanya sempurna; teratur lawan tidak teratur.
Diskusi Kelompok |
Sebutkan beberapa kebiasaan atau sifat (orang lain) yang sangat mengesalkan hati saudara. |
· Prasangka (bisa karena budaya atau latar belakang, tapi juga bisa karena masalah pribadi): sakit hati atau curiga terhadap seseorang atau suatu kelompok.
· Perbedaan dalam nilai-nilai, kepercayaan, tradisi; tujuan & target; metode & strategi; fakta dan sumber fakta.
3. Kealpaan; pilihan yang kurang bijaksana, dsb. Perasaan tidak dihargai atau diperlakukan secara tidak adil.
4. Dosa (mementingkan diri sendiri; dosa lainnya) (Yak 4:1).
7. Jalan keluar dari konflik:
1. __________________ konflik. Jangan menghindari, seolah-olah tidak ada masalah. (Amsal 27:5)
2. ______________ situasi dan orang yang bersangkutan; minta __________ dari Tuhan. Masalah dan diri sendiri diserahkan kepada Tuhan. Yoh 5:30
3. Ambil _________ untuk bertindak sesuai dengan FT, kehendak Yesus; __________ semua godaan untuk bertindak sesuai dengan kedagingan, pola duniawi, atau motivasi/standar yang bertentangan dengan FT. (Rom 12:1,2)
4. ___________ dan ____________ yang terbaik. 1 Kor 13:7
5. ______________ dengan orang(-orang) yang bersangkutan dalam masalah, untuk
a) memastikan fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah. Menghilangkan informasi/kesan yang keliru, gosip, dsb. (Ams 18:13)
b) menyatakan komitmen saudara untuk mengatasi masalah sesuai dengan kasih Kristus (Ams 17:17).
c) dalam proses percakapan ini, coba tentukan penyebab(-penyebab) konflik tersebut.
d) tergantung bagaimana percakapan ini berlangsung, mungkin pemecahan yang sesuai dengan penyebab tersebut mulai dapat diterapkan.
e) kalau dari percakapan pertama rasanya sudah jelas bahwa masalah tersebut sulit untuk dibereskan di antara saudara dan orang yang sedang berbicara, coba pikirkan jika ada orang yang dihormati oleh kedua belah pihak yang dapat menjadi penengah (wasit) untuk memperlancar proses. Mat. 18:16
8. Penyebab konflik dengan pemecahan:
A. Salah komunikasi. Pemecahan:
Usulkan bahwa mungkin masalah timbul karena salah komunikasi. Jelaskan pengertian saudara tentang salah komunikasi tanpa memberi kesan bahwa saudara mempersalahkan orang lain. Hindari lingkaran setan ini:
Kurang komunikasi dapat menimbulkan rasa kurang percaya satu terhadap yang lain. Kemudian muncul kecurigaan, lalu hati yang menuduh satu terhadap yang lain dan membayangkan motivasi yang buruk. Kemudian keluar kata-kata yang kurang enak atau yang melukai.
B. Perbedaan budaya, latar belakang, atau kepribadian (sifat). Pemecahan:
1. Berusaha untuk memaklumi dengan sikap positif kepribadian dan latar belakang orang lain yang terlibat.
2. Jelaskan apa yang saudara sudah dapat tangkap dari pandangan orang lain (umpan balik).
3. Nyatakan sikap siap untuk dikoreksi.
4. Analisa (dalam pikiran saudara sendiri) perbedaan antara perspektif dia dan perspektif saudara.
5. Ungkapkan dengan jelas (kalau masalahnya rumit, mungkin sebaiknya didata bersama) prinsip, nilai, dan ayat FT yang saling disetujui.
6. (Jika masih diperlukan,) Data secara bersama soal-soal pokok yang masih belum saling disetujui. Kedua belah pihak harus menyetujui daftar ini. (Jangan diteruskan perbedaan pendapat mengenai inti perbedaan pendapat!)
7. Setujui secara bersama untuk mendoakan perbedaan tersebut, dan minta hikmat dan jalan keluar dari Tuhan.
8. Berdoa di kamar masing-masing dan minta hikmat dan jalan keluar dari Tuhan. Data semua ide yang muncul sebagai jalan keluar yang mungkin dapat diterapkan. Tentukan hal-hal dari ide saudara yang dapat ditawar/diubah dan hal-hal yang tidak dapat ditawar.
9. Bertemu lagi untuk membicarakan hasil doa dan mencari bersama, dari antara semua kemungkinan, jalan terbaik yang ditunjuk Tuhan.
10. Jika ternyata ada hal-hal pokok yang bertentangan dan tidak rela ditawar dari kedua belah pihak, "setuju untuk tidak setuju" dalam hal-hal tersebut. Dengan persetujuan ini, kerja sama mungkin harus dibatasi, tetapi hubungan kasih dapat tetap jalan. (Kis 15:37-39)
Roma 14:1-23 menjelaskan bahwa dalam banyak hal, perbedaan pendapat diperbolehkan. Yang lebih penting daripada persoalan itu sendiri adalah sikap kita satu terhadap yang lain. Dalam hal-hal yang tidak jelas-jelas dilarang/diwajibkan FT, perintah Tuhan adalah, jangan bertengkar atau saling menghakimi, melainkan "setuju untuk tidak setuju."
Khususnya untuk mengatasi faktor lintas budaya dalam penyelesaian konflik:
1. Perhatikan bukan hanya bahasa lisan, tapi juga "bahasa tubuh" orang dari budaya lain.
2. Berusaha untuk mengerti dan menghargai pola pikir, tingkah laku, nilai-nilai dan hal-hal yang dirasakan penting oleh orang dari budaya lain.
3. Berusaha untuk berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang akan dipahami dan diterima oleh orang dari budaya lain.
C. Kealpaan; pilihan yang kurang bijaksana, dsb. Pemecahan:
Kalau ada kealpaan, kekurangan, atau apa saja yang ada pada diri saudara, langsung akui hal tersebut dan berusaha untuk memperbaikinya (Mat 7:3-5). Giatlah untuk melakukan hal ini, meskipun mungkin saudara merasa bahwa kekurangan orang lain jauh lebih besar daripada kekurangan saudara sendiri. Hal ini membuktikan kerendahan hati (sikap Kristus) dan membuka pintu untuk penyelesaian masalah.
Kalau setelah kealpaan/kekurangan saudara sudah diakui dan dibereskan, tetapi masih ada kekurangan orang lain yang saudara rasakan menonjol, hal tersebut boleh disebut (Ef 4:15; Ams 27:5). Kalau orang tersebut mau mengakui dan minta maaf, bersyukur
Kalau ia tidak mau mengakui kekurangannya atau minta maaf, saudara harus menilai apakah tindakan tersebut merupakan dosa atau bukan. Kalau dosa, lihat langkah berikut. Kalau bukan dosa, serahkan soal tersebut ke dalam tangan Tuhan.
D. Dosa (mementingkan diri sendiri; dosa lainnya). Pemecahan:
Yesus mengajarkan sejelas-jelasnya cara menyelesaikan konflik antara orang Kristen yang timbul dari dosa. Banyak masalah muncul (atau diteruskan/diperbesar) karena orang Kristen tidak mengikuti ajaran Yesus dalam Mat 18:15-18. Ikutilah langkah-langkah berikut:
1. Pertama-tama membicarakan masalah "secara empat mata." (Jangan bergosip: Ams 16:28).
2. Bereskan dulu kekurangan/dosa apa saja yang ada pada saudara dalam soal tersebut. (Mat 7:1-5)
3. Pastikan dulu fakta-fakta yang berkaitan dengan kasus tersebut. (Ams 18:13)
Dasari semua teguran saudara pada Firman Tuhan. Saudara jangan hanya berbicara menurut perasaan/pikiran sendiri
5. Target dalam langkah ini adalah pemulihan: pemulihan hubungan dengan Tuhan yang dihambat oleh dosa, pemulihan kehidupan orang tersebut, yang dikacaukan oleh dosa, dan pemulihan hubungan dengan orang lain, yang juga diganggu oleh dosa tersebut.
6.Mat 18:15b. Kalau dosa sudah diakui, berdoalah bersama-sama, supaya ia minta ampun dari Tuhan. Lalu, rangkul dia sebagai saudara seiman yang terkasih, dan tekankan bahwa dari pihak saudara, tidak ada lagi uneg-uneg atau perasaan negatif yang disimpan.
7.Mat 18:16 Kalau teguran saudara ditolak, baru saudara diperbolehkan membuka masalah tersebut kepada orang lain (satu/dua).
8. Jika teguran kedua juga ditolak, para penengah yang telah dipilih dapat menolong saudara dalam mempertimbangkan penerapan langkah-langkah berikut (Mat 18:17-20).
Catatan: Kalau pihak lain dalam konflik bukan orang Kristen, kita berusaha untuk menerapkan langkah-langkah yang sama; tapi ada batas, dan kadang-kadang tidak ada penyelesaian yang baik, karena orangnya tidak baik. Prinsipnya terdapat pada Rom 12:18:
1. Target kita jelas: "hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang" (juga Ibr 12:14)
2. "Sedapat-dapatnya" - berarti tidak selalu dapat.
3. "kalau hal itu bergantung padamu" - kadang-kadang penyelesaian terbaik tergantung juga pada orang lain, yang tidak rela.
9. Akibat kalau konflik tidak diselesaikan dengan benar.
1. Orang "Kristen" mengutuki diri. Mat 18:21-35;
2. Nama Allah terus dihujat di antara orang yang belum terjangkau Rom 2:23,24
3. Dunia cenderung tidak percaya Injil, karena bukti yang paling pokok (kasih, kesatuan hati) tidak ada. Yoh 17:21; 13:35.
Diskusi Bersama |
Apa yang dimaksudkan dengan kata "satu" dalam Yoh 17:21; Fil 1:27;2:2? |
10. Sikap Kristus yang diperlukan dalam diri kita untuk menyelesaikan konflik secara Alkitabiah:
1. Kerendahan hati (rela minta maaf.) (Ef 4:2).
2. Mengasihi Kerajaan Yesus lebih daripada kepentingan diri sendiri. (Fil 2:3,4; 3:7).
3. Kesabaran untuk mendengarkan yang lain. (1 Kor 13:4; Ef 4:2).
4. Iman bahwa Tuhan akan membela yang benar; kita tidak perlu resah atau berperang. (Mat 26:51-53).
5. Iman untuk percaya bahwa Yesus berdiam di dalam setiap orang percaya; termasuk orang yang sedang berkonflik dengan kita. Kol 3:17 ;Mat 25:40
6. Mengasihi satu terhadap yang lain dengan kasih Kristus, yang rela mati bagi umat-Nya. (Yoh 13:34,35); Yoh 12:24-26
7. Kerelaan melihat segala hal dari sudut pandang yang netral daripada hanya terus memandang dari perspektif sendiri. Yoh 5:30
1 Kor 14:20 "Jadilah...orang dewasa dalam pemikiran-mu."
Kegiatan Kelompok |
1. Tuliskan sebanyak mungkin langkah, sikap, cara bertindak & berbicara, dsb yang dapat menghambat atau menggagalkan penyelesaian konflik yang Tuhan inginkan. 2. Pilih (tandai) beberapa hal dari daftar tersebut yang dapat menjadi godaan bagi saudara, yang perlu didoakan dan diwaspadai. 3. Pandang kembali daftar "Sikap Kristus yang diperlukan dalam diri kita." Pilih satu dua yang paling perlu dikembangkan dalam diri saudara, untuk menjadi lebih siap menyelesaikan konflik dengan baik. 4. Sharing dan doakan hal-hal ini, satu terhadap yang lain di dalam kelompok. |
11. Delapan Langkah untuk Menjadi Seorang Pendamai
1. Hidup dengan rendah hati (seperti Yesus, mengambil rupa seorang hamba) Lk. 2:12-14; Fil 2:7. Anggap yang lain lebih utama dari pada diri sendiri. Fil 2:3; I Kor 13
2. Laksanakan apa yang dapat saudara upayakan untuk mencari damai; jangan menunggu orang lain bertindak dulu. Ro 12: 17-21:
3. Menjadi terang; bukan hakim. Ro. 14:1,4,10,13,19. Jangan menyimpan semacam daftar masalah-masalah. Kasih "tidak menyimpan kesalahan orang lain." I Kor. 13:5.
4. Selalu berasumsi bahwa orang lain mempunyai niat yang baik. I Kor 13:7
5. Nikmatilah perbedaan yang ada pada setiap orang daripada bersungut-sungut. Pada dasarnya, perbedaan antar pribadi adalah ciptaan Tuhan. Ef 4:11
6. Pertahankan kebenaran, tapi berbicara dengan kasih. Ef 4:15
7. Selesaikan setiap masalah secepat mungkin. Ef 4:26
8. Berdoa dan sungguh-sungguh minta pengertian dan damai. Fil 4:5-7
12. Lima Gaya Penyelesaian Konflik
[sebagian disunting dari Managing Conflict Creatively, karangan Donald Palmer, William Carey Library, 1990, hal 26-33]
A. Penjelasan tentang lima gaya:
1. Menghindari (seperti Punto Dewo dalam Wayang)
a. Kesimpulan: Konflik tidak disukai, jadi selalu dihindari. Pendapat pribadi tidak diungkapkan, sehingga tidak dapat diserang.
b. Hasil: biasanya negatif dan tidak produktif. "Anda rugi, saya rugi."
c. Cocok digunakan apabila:
1) masalah tersebut tidak penting.
2) masalah tersebut bukan tanggung jawab saudara.
3) orang-orang yang bersangkutan terlalu rapuh sehingga tidak sanggup menyelesaikan konflik dengan efektif.
2. Mengalah (seperti Arjuna, Bima dalam Wayang)
a. Kesimpulan: Menyenangkan orang lain dengan mengalah. Dirasakan, "Lebih baik saya menyerah daripada terjadi konflik.
b. Hasil: "Anda beruntung, saya rugi."
c. Cocok digunakan apabila:
1) masalah tersebut tidak penting.
2) saudara kurang yakin akan ide-ide saudara sendiri, atau menyadari posisi saudara lemah.
3) hubungan antar-pribadi (jangka panjang) lebih penting daripada soal-soal yang sedang menimbulkan konflik (jangkah pendek).
4) sedang dipertimbangkan beberapa pemecahan yang kira-kira sama baiknya.
3. Bekerja Sama (seperti Sri Batara Krisna dalam Wayang- yang bijaksana)
a. Kesimpulan: Pendapat dan keinginan semua pihak dihargai, dan jalan keluar yang memenuhi keinginan semua dicari secara bersama.
b. Hasil: "Anda beruntung, saya beruntung."
c. Saat yang Cocok:
Dalam kebanyakan konflik bekerja sama ini merupakan gaya yang paling efektif; khususnya jika menyangkut hubungan dan tujuan jangka panjang, karena gaya ini ingin menguntungkan semua pihak dan memerlukan lebih banyak waktu daripada gaya-gaya lainnya.
4. Berkompromi (seperti Duryu Dono dalam Wayang)
a. Kesimpulan: Semua pihak menyerahkan sebagian dari keinginannya, supaya sebagian keinginan dari semua pihak dapat juga dipenuhi. Kadang-kadang gaya ini melibatkan proses tukar-menukar: "Kami akan menyetuji X, jika Anda menyetujui Y."
b. Hasil: "Kita berdua separuh beruntung dan separuh rugi." Dari sudut negatif, dapat menghasilkan penyelesaian yang kurang efektif dan kurang disukai oleh kedua belah pihak. Dari sudut positif, sering dapat memecahkan jalan buntu dalam soal dan hubungan.
c. Cocok digunakan apabila:
1) kedua belah pihak sama-sama kuat dan ngotot memegang tujuan/target yang berbeda.
2) tujuan/target semua pihak benar dan bermanfaat, dan perbedaannya tidak begitu penting.
3) urgen untuk menyelesaikan masalah dengan cepat; sehingga tidak memungkinkan berbincang-bincang sampai menemukan penyelesaian berbentuk kerja sama.
4) hanya dapat dijalankan kalau ada sesuatu yang dapat dipisah atau ditukar. Gaya penyelesaian ini seringkali tidak cocok untuk menyelesaikan soal yang berbentuk keyakinan berdasarkan teologia, nilai-nilai dan tradisi.
5. Berkompetisi (seperti Pandito Durna dalam Wayang)
a. Kesimpulan: Tujuan utama adalah ingin menang sendiri. Entah dengan diplomasi atau melalui pemaksaan, tujuannya selalu untuk menjalankan kehendaknya. Kadang-kadang manipulasi dan/atau intimidasi digunakan di sini; atau kadang-kadang hanya sekedar ngotot.
b. Hasil: "Saya beruntung, Anda rugi."
c. Cocok digunakan apabila:
1) keputusan harus diambil dan dijalankan dengan sangat cepat.
2) keputusan yang diperlukan tapi tidak disukai harus diambil oleh seorang pemimpin
3) soal tertentu demikian penting terhadap seseorang dan bahwa masa depannya bersama organisasi tersebut bergantung pada keberhasilan dalam soal tersebut.
4) seorang pemimpin sangat yakin bahwa penyelesaian pilihan dia sendiri adalah yang terbaik dan sangat penting untuk organisasi. Tetapi ia harus berhati-hati untuk memastikan bahwa idenya benar-benar yang terbaik. Biasanya, masukan dari orang lain memperkuat tujuan dan target.
Paling Pasif Paling Agresif
B. Kesimpulan:
Semua gaya penyelesaian konflik mempunyai pemakaian yang cocok, pada sikon tertentu. Kita sebaiknya belajar fleksibel dalam menggunakan gaya penyelesaian konflik, supaya kita dapat memakai gaya yang terbaik dalam setiap kasus.
Biasakan mengutamakan bekerja sama sebagai gaya penyelesaian. Tiga gaya, yaitu menghindari, berkompetisi, dan mengalah, kalau jarang dipakai dan hanya dipakai dalam sikon yang cocok, dapat menjadi sesuai dan efektif. Tetapi kalau sering dipakai, ketiga gaya tersebut akan merusak seluruh proses penyelesaian konflik. Di sudut lain, kalau gaya bekerja sama sering dipakai, gaya tersebut akan menghasilkan rasa saling percaya, hubungan yang lebih dekat, dan keputusan-keputusan yang positif untuk semua pihak.
C. Pertanyaan untuk dijawab mengenai Lima Gaya Penyelesaian Konflik:
(dikerjakan masing-masing, lalu didiskusikan dalam kelompok kecil):
1. Gaya mana yang paling sering saudara pakai?
2. Coba pikirkan beberapa situasi dan/atau hubungan yang pernah saudara alami. Apakah saudara cenderung memakai gaya yang sama dalam setiap situasi/hubungan? Atau adakah perbedaan, tergantung pada situasi?
3. Apakah saudara mengenal seseorang yang sering memakai setiap dari lima gaya di atas?
4. Bagaimanakah perasaan saudara terhadap hubungan saudara dengan orang tersebut?
5. Apakah saudara dapat membayangkan cara menjalin gaya kerja sama dalam beberapa situasi konflik? Atau adakah penjelasan yang masih diperlukan?
13. Permainan Peran:
1. Ibu Rayi, selama dua tahun, telah tinggal di suatu desa Cikaso dan melayani full-time orang-orang fokus yang tinggal di sekitar desa tersebut. Saat ini, ada kira-kira 15 orang dewasa (tambah anak) yang berkumpul secara rutin untuk beribadah di rumah Ibu Rayi, dan 10 orang lain yang dikunjungi secara rutin di rumah masing-masing, tapi belum masuk ke persekutuan.
2. Pak Bambang, memimpin yayasan yang menaungi pelayanan Ibu Rayi. Dia merasa senang ada pekerja yang demikian rajin dan lumayan berhasil seperti Ibu Rayi.
3. Ibu Dian tinggal di kota, 45 menit dari Cikaso, dan mengembangkan pelayan fokus di bawah naungan suatu gereja di kota. Sebulan lalu, Ibu Dian mendapat kontak dengan beberapa orang di desa Ciranjang, tiga kilometer dari Cikaso, tapi dalam kecamatan lain. Orang-orang tersebut sangat terbuka, dan senang dikunjungi oleh Ibu Dian. Dalam tiga kali kunjungan, pernah dikumpulkan 10, 20, dan 35 orang, yang senang mendengarkan cerita-cerita Ibu Dian. Dia bersemangat sekali karena keterbukaan kelompok ini, dan sudah mulai membayangkan jemaat yang dapat didirikan di Ciranjang kalau kelompok tersebut dapat dimenangkan.
4. Pak Omo, rekan sekerja Ibu Dian, bertanggung jawab atas pelayanan fokus di gereja tersebut. Walaupun ia lebih dewasa daripada Ibu Dian, ia tidak mempunyai semangat atau karisma yang sama di lapangan. Pernah ada friksi antara mereka berdua karena perbedaan pendekatan dan perasaan dalam membentuk pelayanan.
Ibu Rayi, Ibu Dian dan Pak Omo sudah lama saling berkenalan. Pak Bambang belum mengenal Ibu Dian atau Pak Omo, tapi pernah mendengar kabar mengenai Ibu Dian, bahwa ia ambisius, dan kadang-kadang mengambil jalan pintas untuk merangkul jiwa.
Ibu Rayi telah mendengar bahwa Ibu Dian membuka pelayanan di desa Ciranjang, berdekatan dengan Cikaso, desa dia. Ibu Rayi merasa terancam, karena dari pengalaman pahit ia tahu bahwa pelayanan di tempat yang dekat dengan pelayanan di bawah bendera lain, sering menarik orang, sehingga pertumbuhannya terganggu, dan hasil akhirnya hilang.
Jadi Ibu Rayi menghubungi Pak Omo, untuk meminta agar Ibu Dian berhenti pelayanan ke desa Ciranjang, supaya pelayanan di daerah tersebut dapat bertumbuh murni, tanpa persaingan. Pada waktu Pak Omo menyebut permintaan tersebut kepada Ibu Dian, ia langsung meledak.
Pertemuan akan diadakan di antara keempat orang ini, untuk berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Posisi dan sikap setiap orang adalah sebagai berikut:
Ibu Rayi: ingin membela jemaatnya, supaya tidak dirusak oleh pendatang baru; juga supaya pelayanannya dapat berkembang di daerah sekitarnya. Perkembangan pelayanannya lebih penting daripada hubungan dengan teman lama ini (Ibu Dian dan Pak Omo).
Pak Bambang: lebih tua daripada ketiga orang lainnya, jadi merasa harus lebih didengar dan lebih berperan dalam penyelesaian konflik ini. Untuk itu, ia merasa sebaiknya dia mengambil posisi yang netral, walaupun sebenarnya hatinya cenderung setuju dengan permintaan Ibu Rayi, agar pelayanannya lebih berkembang; dan juga sudah ada kesan negatif terhadap Ibu Dian, meskipun belum pernah berbicara.
Ibu Dian: sungguh yakin bahwa kelompok yang terbuka ini adalah pemberian Tuhan sebagai modal untuk membangun jemaat baru. Ia merasa kesal sekali pada Ibu Rayi, karena seolah-olah Ibu Rayi ingin mengklaim seluruh wilayah sebagai miliknya sendiri, walaupun yang dilayani di situ cuma beberapa orang dari antara ribuan orang yang belum terjangkau. Karena kelompok yang dilayani Ibu Dian berbeda dan kecamatanpun berbeda, Ibu Dian merasa tidak harus menguatirkan masalah, apalagi karena dia dan Ibu Rayi (sebelum masalah ini muncul) mempunyai hubungan yang baik. Ibu Rayi juga kesal pada Pak Omo, karena ia kurang bersemangat untuk membela hak Ibu Dian melayani di desa Cikaso, dan kurang bersemangat mencari jiwa yang tersesat.
Pak Omo: ingin berdamai dengan semua pihak. Ia merasa harus membela hak Ibu Dian melayani di Cikaso, karena sama-sama dalam pelayanan. Tapi ia tidak mau memajukan pelayanan jika harus kehilangan hubungan yang baik dengan pelayan lainnya. Ia mengerti posisi Ibu Dian, tapi mengerti juga posisi Ibu Rayi. Ia sudah berusaha untuk mencari jalan keluar dengan kedua ibu ini, tetapi kedua-duanya ngotot, jadi direncanakan pertemuan ini, dengan harapan bahwa dapat ditemukan jalan keluar.
14. Pelajaran Pribadi (PR):
A. Doa Komitmen:
Ambil waktu untuk membaca doa ini, dan merenungkan apakah ungkapan ini mencerminkan sikap hati saudara. Kalau ini merupakan komitmen saudara, tanda-tangani bagian di bawah ini sebagai tanda komitmen di hadapan Tuhan.
"Tuhan, hamba-Mu ingin dipenuhi dengan hikmat yang datang dari atas, yang murni, pendamai, peramah, penuh dengan belas kasihan dan buah roh yang baik.
Jangan biarkan aku hidup sebagai pengecut seperti Saul, tetapi menjadi pemberani seperti Daud, supaya Nama-Mu dipermuliakan di dalam segala perkara. Hamba-Mu ingin menghadapi semua konflik yang timbul bersama dengan Engkau, dalam kasih dan kebenaran Kristus. Terima kasih atas semua ajaran Firman-Mu sehingga jalan penyelesaian konflik jelas kepada kami dalam setiap kasus.
Hamba-Mu menyatakan sekarang keputusan dan kerelaan untuk mentaati Firman-Mu dalam penyelesaian semua konflik yang timbul. Hamba-Mu menolak semua cara kedagingan, semua jalan pintas duniawi, dan semua tipuan iblis yang bertentangan dengan rencana-Mu yang indah. Aku ingin menyatakan karakter Yesus, dan menerima setiap tantangan dan konflik sebagai kesempatan untuk dimurnikan. Kepribadian-ku dan pelayanan-ku diserahkan ke dalam tangan-Mu. Engkau sanggup membela dan membentuk, sampai disempurnakan; sepenuhnya disesuaikan dengan kepribadian Yesus dan jalan Firman-Mu.
Kiranya kuasa Roh-Mu yang menyaksikan komitmen ini, memberikan kekuatan dan iman untuk menjalankannya dalam setiap kasus yang Engkau izinkan, untuk memajukan kerajaan-Mu yang mulia."
Tanda Tangan_________________________ Tanggal___________________________
B. Kesimpulan pribadi.
Tuliskan dalam satu paragraf (tiga sampai sepuluh kalimat) perasaan saudara mengenai konflik.
C. Penerapan dalam kasus yang diketahui Saudara
1. Ceritakan dalam bentuk tulisan satu konflik dalam pelayanan yang pernah saudara alami atau saksikan. Coba jelaskan penyebab utama, soal pokok, keinginan setiap orang pokok, langkah-langkah yang diusahakan untuk menyelesaikan konflik tersebut, dan hasil akhirnya.
2. Bayangkan bahwa saudara telah diundang sebagai orang ketiga untuk membantu dalam penyelesaian konflik tersebut. Tuliskan tambahan dan/atau perubahan yang saudara mau usulkan sekarang, supaya konflik tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang lebih baik/Alkitabiah/memuaskan.
Attachment | Size |
---|---|
program_pelayanan_3.doc | 175 KB |
program_pelayanan_3.ppt | 105 KB |