Bagaimana Membuat Keputusan
Membuat keputusan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan karena keputusan yang diambil akan melibatkan diri sang pemimpin, orang yang dipimpin, serta lingkungan dan organisasi tempat orang itu berada. Uraian berikut merupakan penjelasan yang dapat membantu seorang pemimpin Kristen mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan yang baik.
a. Meyakini kehendak Tuhan
Selama Anda masih merasa ragu-ragu, belum mengetahui dengan pasti apa yang dikehendaki Tuhan, jangan mengambil keputusan. Jangan pula membuat keputusan bila emosi Anda dalam keadaan yang labil, terburu-buru, dan tidak tenang. Dalam keputusan-keputusan yang diambil, yang sangat menentukan adalah sejahtera Tuhan dalam hati kita. Bila Anda memiliki sejahtera Tuhan, Anda akan dapat mengenali kondisi diri sendiri: apakah Anda sedang berpikir jernih dan berimbang. Terkadang situasi atau rekan kerja Anda juga bisa memberikan kesejahteraan karena Tuhan dapat memakai orang lain untuk membantu Anda dalam membuat keputusan.
Mengapa penting untuk mengenal kehendak Tuhan dalam membuat keputusan? Sebab keputusan menuntut harga yang harus dibayar dengan mahal. Di balik setiap keputusan, selalu ada tantangan dan kesulitan. Dan keyakinan Anda akan kehendak Tuhan memberikan kesanggupan untuk mengatasi setiap kesulitan yang akan datang.
Anda juga harus merasa yakin bahwa Tuhan sendiri puas dengan keputusan Anda. Begitu juga, Anda sendiri harus puas dengan keputusan yang diambil. Jika keputusan itu menyangkut kepentingan orang banyak, Anda juga harus memberikan kesempatan pada mereka untuk merasa puas dengan keputusan itu.
b. Keputusan tegas dan jelas
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin, harus senantiasa tegas dan jelas, tidak membuat orang lain merasa bingung. Alkitab memberikan beberapa contoh. Abraham dengan tegas dan jelas meninggalkan tanah airnya dan menuju tanah Kanaan yang belum diketahuinya. Musa dengan tegas meninggalkan Mesir dengan segala kenyamanan dan kemewahannya. Petrus juga dengan tegas dan jelas meninggalkan hidup lamanya sebagai nelayan dan menjadi penjala manusia.
Selalu ada kemungkinan bahwa ada orang lain yang tidak dapat menerima keputusan yang jelas dan tegas itu. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan buatlah perhitungan yang matang, analisa yang tepat, dan evaluasi yang objektif. Biasanya, seorang pemimpin sudah memiliki gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi karena keputusan itu dan itulah alasan mengapa ada sasaran yang jelas yang akan dituju oleh keputusan itu.
Selanjutnya, penting untuk memberikan kesempatan pada orang lain untuk melahirkan dan mengemukakan pendapat dan pemikirannya, meskipun Anda telah membuat perhitungan tentang keputusan akhir. Menunggu dengan sabar adalah penting bagi seorang pemimpin karena Anda jugalah yang berhak membuat keputusan finalnya. Dengan menahan diri, Anda telah menghargai setiap anggota tubuh Kristus. Selain itu, orang lain akan dengan senang hati ikut melaksanakan keputusan yang Anda tetapkan karena mereka pun turut ambil bagian di dalamnya.
c. Keputusan terarah pada tujuan tunggal yang luas
Keputusan yang tunggal, namun luas selalu lebih efektif dalam menggerakkan orang-orang yang dipimpin. Sebab dengan pimpinan Roh Kudus, pemimpin dan pengikutnya akan maju bersama menuju sasaran.
Jangan membuat keputusan dengan bermacam-macam tujuan yang kecil. Banyaknya tujuan akan merepotkan orang yang dipimpin. Mereka akan merasa bingung untuk menentukan tujuan mana yang harus dicapai terlebih dahulu. Lebih buruk lagi bila tiap-tiap orang yang dipimpin memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang memilih tujuan A, ada yang ingin mencapai tujuan B, dst. Tujuan yang tunggal dan luas itu lebih terarah, lebih mempersatukan, dan lebih mendorong tiap orang untuk mencapai tujuan.
Jadilah seorang pemimpin yang memiliki tujuan dan perkara yang besar. Kebesaran, kekuatan, dan kewibawaan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh luas atau tidaknya tujuan yang hendak dicapai.
d. Keputusan sesuai dengan prioritas
Seorang pemimpin selalu dihadapkan pada berbagai tugas dan kesibukan. Semuanya dirasakan penting dan harus dikerjakan dengan baik. Namun, tidak mungkin seorang pemimpin dapat melakukan semua tugasnya sekaligus dengan hasil yang sama baiknya. Oleh karena itu, Anda perlu menyusunnya sesuai prioritas. Prioritas dapat menolong kita dalam melaksanakan tugas secara teratur dan disiplin.
Menyusun prioritas bisa menjadi hal yang sulit. Adakalanya semua tugas kelihatannya perlu diprioritaskan atau diutamakan. Namun, sebenarnya Anda masih bisa menempatkan hal lain yang lebih utama. Jika Anda tidak tahu mana yang lebih utama, Anda akan mengalami banyak kegagalan.
Dengan menyusun prioritas, Anda bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan sebaik mungkin karena tugas dikerjakan satu per satu hingga selesai. Namun, bila Anda mengerjakan beberapa tugas dalam waktu bersamaan, hasil yang diperoleh tidak akan memuaskan karena pikiran dan tenaga Anda terbagi dan fokus Anda menyebar. Hasil yang maksimal itu akan memuaskan Tuhan, sekaligus memuaskan Anda dan orang-orang yang turut ambil bagian dalam melaksanakan tugas tersebut.
e. Rela membayar harga keputusan
Untuk bisa menjadi saluran air, sebilah bambu harus mengalami proses yang panjang dan tidak mengenakkan. Pertama, ia harus dipotong lepas dari akarnya, lalu setiap cabang dan rantingnya harus dibersihkan. Tidak hanya itu, setiap ruas yang ada di dalam bambu juga harus dibersihkan agar air dapat mengalir dengan leluasa. Baru setelah itu, bambu dapat digunakan untuk mengalirkan air dan menyuburkan tanah yang kering.
Begitu juga dengan seorang pemimpin. Agar dapat menjadi pemimpin yang baik, ia harus mau mengorbankan ego dan keakuannya untuk dibentuk sesuai keinginan Tuhan. Proses pembentukan itu memang tidak mengenakkan, bahkan kadang menyakitkan bagi kita. Perlu kita ketahui bahwa untuk mencapai hal yang baik diperlukan pengorbanan. Mintalah Roh Kudus untuk mendorong Anda agar rela membayar harga sehingga Anda menjadi seorang pemimpin yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Musa mau mengalami penderitaan dan penderitaan itu menjadikannya pemimpin besar untuk bangsanya (Ibrani 11:25-26). Ia membuat keputusan, rela meninggalkan kemuliaan, kekuasaan, dan kelimpahan Mesir yang ditawarkan padanya jika ia menjadi pemimpin di Mesir, dan memilih masuk dalam penderitaan bangsa Israel. Tidak banyak pemimpin yang sebanding dengan Musa dalam pergumulan yang sehebat itu.
f. Berani bertanggung jawab atas tiap kegagalan
Setiap pemimpin harus menyadari bahwa tidak pernah ada pemimpin yang tidak gagal, betapa pun bijaksananya, luasnya pandangan, atau cakapnya dia dalam memimpin. Yang penting, setiap kegagalan itu diterima dengan rendah hati, lapang dada, dan ikhlas, terutama ikhlas kepada Tuhan. Dan juga, dalam membuat keputusan haruslah diperhitungkan bahwa kegagalan itu mungkin saja terjadi dan Anda harus berani bertanggung jawab atas tiap kegagalan itu.
Tidak banyak pimpinan yang berani seperti itu. Kecenderungan yang ada ialah melemparkan kegagalan dan mencari kesalahan pada orang lain, situasi, atau lingkungan. Perhatikanlah bahwa hanya satu jari yang kita gunakan untuk menyalahkan orang lain, sedangkan tiga jari lainnya terarah kepada diri sendiri. Ini berarti bahwa sepantasnyalah kita lebih memeriksa diri kita sendiri atas setiap kegagalan yang diterima.
Rasa tanggung jawab seorang pemimpin mendorongnya untuk berani mengambil risiko dan memikul kesalahan anggotanya. Tindakan seperti ini tidak menghancurkan wibawa seorang pemimpin, malahan akan membuat para anggota semakin menghargai Anda karena Anda terbukti sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab, rela menderita dan memikul sebagian kesalahan anggota.
g. Berani melaksanakan keputusan
Membuat keputusan memang bukan perkara mudah apalagi untuk melaksanakannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam Alkitab ada beberapa contoh pemimpin yang memikul dampak yang luar biasa akibat keputusan yang diambilnya. Ketika bertemu Yesus saat menuju Damaskus, Rasul Paulus bertanya, "Apakah yang harus kuperbuat bagi-Mu (Kisah Para Rasul 9:6 -- KJV)?" Ini menunjukkan bagaimana Paulus mencari kehendak Tuhan. Dengan menemukan kehendak Tuhan, Paulus pun mengalami perubahan total. Ia menjadi pemimpin rohani dalam Perjanjian Baru dan dalam sejarah gereja. Rahasia keberhasilannya terletak pada sikapnya yang berani menjalankan keputusan itu.
Di depan kita masih banyak hal yang harus dijalankan dan masih banyak yang harus dicapai. Semuanya itu bergantung pada pengertian kita akan kehendak Tuhan dan keputusan untuk memeluk kehendak Tuhan serta keberanian untuk menjalankan kehendak Tuhan.
Sumber diringkas dari: Judul buku: Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah Judul bab : Bagaimana Membuat Keputusan Penerbit : Gandum Mas, Malang 1986 Penulis : Dr. P. Octavianus Halaman : 117 -- 144