Bahan Bakar Pemimpin
BUKU KERJA
Bahan Bakar Pemimpin:
sikap, skil, sensitivitas,
system thinking dan spiritualitas
PRASYARAT PEMIMPIN YANG MELAYANI
Peka pada apa yang bernilai bagi diri sendiri
Memahami nilai-nilai
Nilai-nilai adalah hal-hal yang teramat penting dan berharga untuk seseorang pemimpin yang ingin dicapainya dalam hidup. Hal yang paling bernilai bagi seorang pemimpin tertentu mungkin adalah memiliki kekayaan karena kekayaan membuatnya merasa aman dan terjamin dalam hidupnya. Yang lain mungkin berpendapat bahwa hal yang paling bernilai adalah menaklukkan saingan-saingannya, menjadi nomor satu. Ada pula orang yang mengejar popularitas, karena dapat membuatnya merasa unggul dibandingkan dengan orang lain dan keunggulan tadi merupakan hal yang paling bernilai baginya.
Meskipun nilai berbeda-beda, semua orang memiliki kesamaan, yaitu mereka berani mempertaruhkan tenaga, waktu, pikiran atau harta demi mengejar apa yang dianggapnya bernilai itu. Nilai mempengaruhi sikap dan perilaku seorang pemimpin. Nilai-nilainya mempengaruhi secara langsung sensitivitasnya sebagai pemimpin karena nilai-nilai dapat membuatnya peka pada keragaman nilai dan perilaku yang ada serta interaksinya, namun nilai-nilainya dapat pula membuatnya tidak peka bahkan berprasangka pada perilaku, sikap dan nilai yang berbeda dengan apa yang ia miliki.
Pernahkah Anda mendengar bagaimana seorang menemukan sebuah intan di ladang sewaan yang digarapnya? Ia menjual seluruh harta bendanya untuk membeli ladang itu. Baginya intan tersebut sangat bernilai, bahkan ia rela mengorbankan apa saja untuk mendapatkannya.
Berbagai peneliti telah menghabiskan waktu untuk mempelajari hal-hal apa saja yang dianggap bernilai oleh manusia. Ada yang memberikan ratusan jenis nilai sebagai nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat manusia. Ada pula yang hanya membatasi sampai beberapa puluh. Muncullah berbagai teori nilai.
Penelitian yang cukup dikenal menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat empat nilai pokok yang menjadi pengarah hidup manusia. Selanjutnya berawal dari keempat pokok nilai tersebut, muncullah sepuluh nilai yang dianut manusia. Bersama dengan gambaran tentang dunia, nilai-nilai menjadi akar dari perilaku seorang pemimpin.
Perilaku
Nilai-nilai seseorang
Definisi dari Kluckhohn menggambarkan bahwa nilai, selain mewakili keunikan individu, juga dapat mewakili keunikan suatu kelompok tertentu. Misalnya, orang Jawa disebutkan sebagai kelompok yang sangat menekankan harmoni dan kesantunan sebagi nilai utama mereka. Selain itu disebutkan bahwa ada nilai-nilai universal, artinya di mana pun serta kapan pun sesuatu hal dapat dianggap bernilai.
Seorang ahli bernama Rokeach pada tahun 1973 berhasil menentukan pondasi dari pemahaman modern tentang nilai. Dengan tegas ia menyatakan bahwa asumsi dasar dari konsep nilai adalah bahwa setiap orang, di mana saja, memiliki nilai-nilai yang sama, tapi dengan derajat yang berbeda (menunjukan penegasan terhadap konsep universalitas nilai). Penelitian yang paling komprehensif tentang nilai-nilai yang universal (dalam arti terdapat di mana saja di semua budaya) dimulai oleh Schwartz dan Bilsky pada tahun1987. Mereka mulai mencari nilai apa yang universal dari 44 negara, dengan sample di masing-masing negara berkisar antara 154 sampai 542 orang.
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli.
Nilai adalah keyakinan yang langgeng dari seseorang bahwa suatu jenis keberadaan atau keadaan yang diharapkan secara pribadi maupun sosial dianggap lebih diinginkan daripada jenis keberadaan yang bertentangan dengannya. (Value is an enduring belief that a spesific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence) (Rokeach, 1973: halaman 5)
Nilai adalah keyakinan umum tentang cara-cara dan tujuan-tujuan yang diinginkan (Value is a general beliefs about desireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-state) (Feather, 1994: halaman 1884)
Nilai adalah tujuan transisionil yang diinginkan meskipun tingkat kepentingannya berbeda-beda. Nilai menjadi pedoman dalam hidup seseorang atau sosial. (Value as desireable transsituational goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity) (Schwartz,1994: halaman 21)
Lebih lanjut Schwartz pada tahun 1994 juga menjelaskan bahwa nilai adalah: suatu keyakinan, berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, melampaui atau tidak dibatasi oleh situasi tertentu, mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai yaitu: suatu keyakinan yang berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi, disimpulkan bahwa hal-hal yang dianggap bernilai ini adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan oleh seorang pemimpin. Tatanan nilai tadi, baik pribadi maupun kelompok, digariskan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Dari hasil penelitiannya di 44 negara, Schwartz pada tahun 1994 berhasil menggali 10 tipe nilai yang dianut oleh manusia, termasuk para pemimpin yaitu:
Kuasa (Power)
Pemimpin yang memegang nilai ini menganggap bahwa apa yang paling bernilai bagi mereka adalah memiliki pengaruh pribadi. Dasar dari nilai ini adalah kebutuhan untuk memiliki dominasi dan kontrol. Tujuan utama pemimpin yang mementingkan nilai ini adalah pencapaian status sosial dan prestise, serta memiliki kontrol atau dominasi terhadap orang lain atau sumber daya tertentu. Nilai spesifik yang mendapat urutan tinggi bagi mereka adalah kuasa sosial, wewenang, kekayaan, pandangan sosial, dan penghargaan masyarakat.
Pencapaian (Achievement)
Pemimpin yang memegang nilai ini mengganggap bahwa mencapai sesuatu hal secara sengaja merupakan keutamaan. Dengan kata lain, bagi mereka hal yang penting adalah pencapaian dengan menunjukkan kompetensi sesuai standar sosial. Unjuk kerja yang kompeten nilai tertinggi bagai mereka. Secara khusus, orang yang menganut nilai ini mengejar sukses, dan kapabilitas.
Kenyamanan-kenikmatan (Hedonism)
Pemimpin yang menekankan nilai ini sangat memperhatikan kebutuhan dan kenikmatan fisik. Mereka yang sangat mementingkan nilai ini mengutamakan kesenangan, kenyamanan, dan kepuasan untuk diri sendiri.
Rangsangan (Stimulation)
Pemimpin yang menekankan tipe nilai ini memiliki kebutuhan akan variasi dan rangsangan untuk menjaga agar aktivitasnya tetap pada tingkat yang optimal. Rangsangan biologis dianggapnya perlu untuk mempengaruhi variasi kebutuhan, ditambah pengaruh pengalaman sosial. Tujuan pencapaian hidup bagi mereka adalah kegairahan dan mencari tantangan dalam hidup. Pemimpin yang memiliki nilai ini sering muncul sebagai orang yang ingin memiliki variasi, hidup yang menarik dan keberanian bertualang.
Pengarahan diri sendiri (Self-direction)
Bagi pemimpin yang memiliki nilai ini, tujuan utama yang dikejarnya adalah memiliki pikiran dan tindakan yang tidak terikat (independen), seperti memilih, mencipta, menyelidiki secara kreatif. Self-direction bersumber dari kebutuhan akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta kebebasan berinteraksi dan ketidakterikatan. Wujud dari hal-hal yang mungkin dikejar pemilik nilai ini adalah kreativitas, keingintahuan, kebebasan, pemilihan tujuan sendiri serta keleluasaan.
Universalisme
Pemimpin yang memiliki tipe nilai ini menekankan kematangan dan tindakan prososial, artinya hal-hal yang membuat umat manusia menjadi semakin berkualitas. Mereka mengutamakan pentingnya saling menghargai, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap kesejahteraan umat manusia. Pemimpin yang memiliki tipe nilai ini menganggap amat bernilai untuk berpikiran luas, serta mencipta keadilan, kesamaan, kebijaksanaan, dan keseimbangan diri.
Ambisi Sehat dan Tak Sehat
Peka pada Keserasian Kebutuhan dengan Gamba
Pakhom, seorang petani di Rusia merasa jengkel karena orang lain lebih berhasil daripadanya. Ia merasa dirinya sangat miskin. Rumahpun tidak dimilikinya. Seringkali ia mengeluh, "Kalau saja ia memiliki sepetak tanah dan bukan hanya bekerja sebagai penggarap ladang orang ..." Aku ingin punya rumah.
Pada suatu hari, tuan tanah setempat mendengar mengenai keluhan Pakhom. Dipanggilnyalah petani itu. Diajaknya ia berkuda sampai di sebuah bukit.
"Pakhom, maukah engkau kuberi sebidang tanah sehingga kau mencapai apa yang menjadi keinginanmu?"
Pakhom terkejut meskipun semula memang sudah mencoba menduga mengapa sang tuan tanah mengajaknya. Cepat-cepat ia menjawab, "Tentu saja saya mau, tapi apakah yang harus kulakukan untuk tuan sebagai bayarannya?"
Tuan tanah tadi tertawa dan berkata, "Tidak perlu bayar. Semuanya gratis. Asalkan kau berhenti mengeluh, hatiku sudah senang."
Pakhom tersenyum lebar dan ebrlutut sertra mengucap syukur. , "Tuan, terima kasih, saya memang orang yang miskin, namun kini tuan akan membuat saya hidup wajar. Terima kasih, sekali lagi. Bolehkah ku tahu berapa besar tanah yang akan kudapat?"
Tuan tanah itu menunjuk ke bawah bukit. "Buatlah lingkaran dengan berlari mengitarinya. Tanah yang kau kitari akan menjadi milikmu. Kau boleh mulai dari mana saja dan membuat lingkaran sebesar apa pun, sekuat kau berlari. Tapi bila matahari tenggelam, kau harus sudah tiba kembali di titik mulaimu."
Pakhom mengangguk. Ia menyadari bahwa hari ini kemiskinannya berakhir. Ia akan meiliki sebuah rumah. Mulailah ia berlari sambil bersyukur... Makin lama semakin jauh. Lambat laun terpikir olehnya untuk berlari sejauh mungkin sehingga ia akan mendapatkan tanah sebesar lima belas hektar. Semakin jauh ia berlari semakin ia menyadari bahwa kesempatan serupa ini tidak akan muncul dua kali dalam hidupnya. Ia pun berlari semakin jauh. Akhirnya, ia sadar bahwa matahari mulai turun sehingga ia mulai memutar dan kembali ke arah semua. Namun, kini ia sadar bahwa jarak yang harus di tempuh ke titik awalnya masih jauh dan belum tentu ia akan mampu mencapainya sebelum matahari terbenam. Pakhom mulai mempercepat larinya dan terus semakin cepat karena ternyata benar-benar jarak yang masih harus ditempuhnya lebih jauh dari perkiraannya.
Semakin turun matahari, semakin terengah-engah larinya. Matanya berkunang-kunang padahal jarak yang harus ditempuh masih ada sekitar tiga kilometer lagi. Ketika matahari nyaris turun sepenuhnya, ia berada seratus meter dari titik berangkatnya, tersungkur, dan meninggal. Ia mengejar lima belas hektar dan mendapat hanya 2 x 1 meter persegi sebagai kubu
Sukses tidak diperoleh dengan jalan pintas. Pohon jati tidak akan menjadi jati yang baik dengan waktu yang pendek, berbeda dengan pohon pisang yang hanya perlu tiga bulan dan kemudian mati. Arus listrik juga mencari jalur yang paling tidak memberikan tahanan atau rintangan. Namun, berpijarnya bola lampu justru terjadi karena arus listrik itu dialirkan dengan sengaja ke kawat tungsram yang memberikan hambatan yang paling tinggi bagi si arus. Gambar diri yang kokoh harus disertai dengan ambisi dan perilaku yang selaras dengannya dan terus menerus diteliti.
Daftarkan hal-hal yang Anda rasa tidak selaras dalam diri Anda, yaitu antara gambar hidup, gambar diri, nilai, dan ambi
Ketika Og Mandino, seorang penceramah terkenal berlibur di antara sungai Euphrat dan Tigris, penunjuk jalannya menyampaikan sebuah cerita. "Mohon Anda dengarkan baik-baik, tuan. Kenapa? Karena cerita ini sudah berumur ribuan tahun dan hanya saya sampaikan pada teman-teman dan orang yang khusus".
Konon ada seorang Persia yang bernama Ali Hafed. Ia memiliki sebuah rumah yang indah dan taman yang amat luas. Uangnya ada di mana-mana dan ladang-ladangnya memberinya panen yang luar biasa. Ia berbahagia dalam hidup dengan kekayaannya.
Pada suatu hari seorang pendeta yang bijak dari Timur mengunjungi Ali dan bercakap-cakap. Sang pendeta juga menjelaskan bagaimana dunia dijadikan dan makna hidup. Percakapan di ruang tamu Ali Hafed berlangsung serius. Ketika menjelaskan asal mula dunia, sang pendeta juga menjelaskan bahwa intan adalah sejenis batu mulia yang berasal dari sinar matahari yang membeku. Sang pendeta melanjutkan bahwa sebutir intan sebesar telur puyuh dapat membeli sebuah kota; dan bila seseorang memiliki tambang intan, ia akan dapat meletakkan anak-anaknya di singgasana kerajaan.
Mendengar cerita itu, Ali tidur dengan tidak nyenyak. Pertama kalinya ia merasa tidak berbahagia dan betapa miskin dirinya. Ia menginginkan tambang intan dalam khazanah miliknya.
Pagi-pagi benar, didatanginya sang pendeta dan bertanya "Dimanakah saya dapat menemukan tambang intan yang Bapak ceritakan?"
"Wah, sulit. Anda harus mencarinya," jawab sang pendeta.
Ali pun menjual harta miliknya dan berangkat dengan kafilah yang besar. Ia mulai perjalanannya ke arah Gunung Bulan yang mestinya mengandung intan. Setelah gagal di sana,
ia berangkat ke Palestina, kemudian ia mengembara ke daerah yang kini dikenal dengan nama Eropa. Sepuluh tahun berlalu, hampir semua uangnya habis, ia tiba di Barcelona, Spanyol. Di antara pilar-pilar Herkules, petani ini mati dengan menerjunkan diri ke air pasang.
Og Mandino mendengar cerita itu lalu bertanya, "Mengapa cerita ini hanya Anda sampaikan kepada teman-teman khusus Anda?" Tanpa melihat wajah Og, sang penunjuk jalan melanjutkan ceritanya.
"Ketika pembeli taman milik Ali Hafed membawa untanya yang ingin minum ke sebuah sungai kecil di tanah Ali, ia melihat sesuatu yang gemerlap di dasar sungai: sebuah intan sebesar telur burung puyuh. Keesokan harinya ia memeriksa kembali sungai itu dengan seksama bersama dengan sang pendeta yang dulu mampir di rumah Ali Hafed. Mereka menemukan beberapa batu-batuan yang sang pendeta pastikan sebagai intan. Itulah asal mulanya tambang intan Golconda yang menghasilkan intan-intan besar yang lebih bermutu daripada intan Kohinoor sekalipun.
Si penunjuk jalan memberi komentar, "Kalau saja Ali Hafed tidak langsung pergi namun memeriksa dulu miliknya ..."
Kini Og Mandino memahami mengapa cerita ini ditujukan hanya pada teman-teman baik si penunjuk jalan. Ia mengajak tamunya untuk mengenali diri mereka, budaya mereka, dan kekayaan hidup di negeri asal mereka sebelum pergi ke tengah bu
Demikian juga dengan ambisi, sebelum mencari contoh teladan orang yang berambisi dan berhasil, atau mencari berbagai ilmu tentangnya, terlebih dulu kita perlu memeriksa diri atas semua pemberian yang sudah dimiliki dan yang masih belum lengkap, serta arah yang Sang Pencipta ingin kita tempuh.
Renungkan cerita di atas, hubungkan dengan keseluruhan apa yang telah Anda pelajari dan catat di sini apa yang Anda akan uba
Attachment | Size |
---|---|
bahan_bakar_pemimpin.pdf | 204.8 KB |