Kumpulan Bahan Paskah Dari YLSA
Apakah Anda sedang bingung mempersiapkan acara Paskah di gereja, persekutuan, atau komunitas Anda? Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) http://www.ylsa.org > menyediakan sejumlah sumber bahan Paskah pilihan dan alkitabiah untuk membantu Anda menemukan pengetahuan Alkitab dan inspirasi untuk menyambut Paskah.
Anda bisa berkunjung ke Situs Paskah Indonesia http://paskah.sabda.org/ > yang memuat segudang bahan menarik seputar Paskah, antara lain artikel, drama, puisi, kesaksian, dan buku. Anda juga bisa menyumbangkan bahan-bahan Paskah karya Anda di situs ini dan membagikannya kepada orang lain. Jika waktu Anda terbatas dan membutuhkan referensi terpercaya seputar bahan Paskah, berbagai link dan daftar kategori di situs mini http://paskah.co/ > akan menolong Anda menyeleksi bahan-bahan yang Anda butuhkan.
Kamu Juga Bisa Meraih!
Judul buku | : | Kamu Juga Bisa Meraih! |
Penulis | : | Robby I. Chandra |
Penerbit | : | Young Leaders Indonesia |
Ukuran | : | 14 x 21 cm |
Tebal | : | 172 halaman |
Jika selama ini Anda hanya beranggapan bahwa seorang pemimpin harus mampu membangun kerja sama antara anggotanya, Anda perlu membaca buku ini. Buku ketiga dari serial perjalanan kepemimpinan yang ditulis oleh Robby I. Chandra ini mengajak para pemimpin untuk selangkah lebih maju. "Kamu Juga Bisa Meraih!" adalah seruan yang seolah diteriakkan kepada mereka untuk mengarahkan pandangan ke luar dari kelompok yang mereka pimpin. Meraih artinya menjangkau mitra dan menggandeng para pemimpin lain untuk menghasilkan kerja sama dan mengembangkannya.
Pentingnya Kepemimpinan Kristen yang Visioner (II)
Red.: Dalam e-Leadership 114 telah dibahas hal pertama mengenai pentingnya visi bagi pemimpin, yaitu visi menggerakkan organisasi/gereja yang dipimpin. Berikut ini adalah pembahasan bagian berikutnya.
2. Visi Menentukan Tujuan, dan Tujuan Menyatakan Arah dan Sasaran Sebuah Organisasi
Bob Gordon mengatakan, "Ketiadaan visi akan membawa orang-orang hanyut dalam keberadaan yang tanpa arti, tanpa tujuan, dan tidak efektif". Oleh sebab itu, visi sangat penting untuk memberi petunjuk -- memungkinkan kita mengetahui ke mana kita akan melangkah dan apa yang hendak kita capai. Wafford, mengungkapkan bahwa visi seumpama "gyros" (semacam kompas) yang akan menentukan suatu arah yang benar bagi organisasi. Dengan visi yang jelas, maka ke sanalah segala usaha diberdayakan dan difokuskan.
Kepemimpinan Visioner (II)
Shalom,
Saat ini banyak bukti yang menunjukkan bahwa visi hanya merupakan pernyataan yang mati. Akibatnya, visi gagal menggerakkan motivasi dan harapan bagi organisasi menjadi lebih energik. Oleh karena itu, seorang pemimpin diharapkan memiliki visi untuk menentukan tujuan masa depan sebuah organisasi. Dalam hal ini, visi bukan sekadar cita-cita atau keinginan pribadi, tetapi visi merupakan sesuatu yang berasal dari Tuhan. Mengapa seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas? Temukan jawabannya dalam artikel yang telah kami persiapkan di bawah ini. Simak juga sebuah artikel khusus -- Paskah yang dapat membantu Anda untuk lebih mengerti akan arti pengorbanan Kristus. Kiranya sajian kami minggu ini dapat memberkati Anda semua. Selamat membaca.
Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
ryan(at)in-christ.net >
"Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong." (Amsal 19:22)
Penderitaan dan Kematian Kristus: Membatalkan Tuntutan Hukum Taurat Terhadap Kita
"Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu... telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib." (Kolose 2:13-14)
Sangatlah bodoh kita memiliki pemikiran bahwa perbuatan baik kita pada suatu hari nanti akan cukup membayar keburukan yang kita lakukan. Ada dua alasan mengapa kita mengatakan pemikiran itu sebagai kebodohan.
Pertama, pemikiran itu sama sekali tidak benar. Semua perbuatan baik kita pun tidak sempurna, karena kita tidak memuliakan Tuhan dalam cara kita melakukannya. Apakah kita melakukan kebaikan dalam ketergantungan dengan penuh sukacita pada Tuhan dengan tujuan menyatakan kemuliaan-Nya? Apakah kita telah memenuhi perintah untuk melayani "dengan kekuatan yang telah dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus" (1 Petrus 4:11)?