Wanita-wanita dalam Pelayanan

Bagian C9
WANITA-WANITA DALAM PELAYANAN

Oleh Drs. T.L. dan Daisy Osborn, dengan Ralph Mahoney

ISI DARI BAGIAN INI:
C9.1 - Wanita di dalam Kepemimpinan dan Pelayanan
C9.2 - Pelayanan Wanita dalam Perjanjian Lama
C9.3 - Pelayanan Wanita dalam Perjanjian Baru
C9.4 - Masalah-masalah Tentang Pelayanan Wanita

Bab 1
Wanita Di Dalam Kepemimpinan Dan Pelayanan

Pendahuluan

"Tuhan menyampaikan sabda; orang-orang yang membawa kabar baik itu merupakan tentara yang besar" (Mzm 68:11).

Kata ORANG-ORANG yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani yaitu tsaba. Concordance karangan Strong mengatakan orang-orang itu dalam jenis kelamin wanita yang berarti, "kerumunan banyak wanita yang diorganisir untuk suatu angkatan perang (tentara)."

Ayat ini kemudian dengan jelas memberikan suatu janji nubuatan yaitu akan tiba saatnya wanita-wanita itu mempunyai kebebasan untuk membawa sabda atau berkhotbah tentang Injil dan melakukan pekerjaan dari Tuhan bersama dengan laki-laki.

Ayat itu kemudian diterjemahkan dengan tepat seperti ini, "Tuhan bersabda; ada banyak kerumunan dari orang-orang wanita yang diorganisasikan dan merupakan tentara yang besar".

Apa yang ditulis kemudian ini adalah suatu pembelaan terhadap angkatan perang wanita yang khusus ini.

Obyek dari bagian ini kemudian menjadi berganda: (1) membebaskan wanita untuk mendapatkan tempat mereka yang tepat dalam pekerjaan Allah, hingga mereka dapat memenuhi panggilan pelayanan mereka untuk kemulian Tuhan dan (2) untuk mengubah sikap dari pemimpin-pemimpin gereja laki-laki sehingga mereka memberi kesempatan pada wanita untuk memenuhi panggilan dari Allah.

"Akan terjadi pada hari-hari terakhir, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia. Maka anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat... juga keatas hambaKu laki-laki dan perempuan, akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu" (Kis 2:17-18 niv).

Tiga hal yang diminta untuk melaksanakan pekerjaan di atas dunia ini. Ketiga-tiganya itu adalah waktu, orang dan uang.

Iblis telah memakai strategi yang begitu berhasil untuk menghentikan gereja dalam memenuhi tugas yang besar yaitu untuk memberitakan Injil pada dunia ini. Separuh dari orang-orang tersebut (wanita) seringkali ditolak untuk berpartisipasi di dalam beberapa gereja.

Dapatkah anda membayangkan sebuah angkatan bersenjata dapat berhasil apabila separuh dari tentaranya itu dicegah untuk berperang?

A. Tujuan Allah Untuk Pria dan Wanita

Marilah kita kembali pada Kitab Kejadian dan melihat tentang penciptaan seorang wanita: "Maka Allah menciptakan manusia menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakan dia laki-laki dan perempuan".

"Dan Tuhan Allah berfirman, tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja; Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia" (Kej 1:27; 2:18).

"Dan Allah memberkati mereka dan Allah berfirman kepada mereka, beranak cuculah dan bertambah banyak dan penuhilah bumi dan taklukanlah itu; dan berkuasalah..." (Kej 1:28).

1. Bersama-sama memerintah

Ayat-ayat ini jelas menyatakan maksud Allah yang mula pertama untuk manusia laki-laki dan perempuan ialah sebagai sesama pemerintah (bersama-sama memerintah) di atas karya yang diperbaharui itu. Artinya ada kedudukan dan kekuasaan yang setara atau sepadan, itu adalah maksud dari Allah. Mereka harus memerintah bersama-sama.

Kesejawatan yang unik ini dikuatkan dalam Perjanjian Baru. "Tetapi Aku mau supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah" (1 Kor 11:3).

"... kepala dari setiap laki-laki adalah Kristus". Ini mengajar kita bahwa persekutuan yang ada di antara Kristus Sang Putera dan manusia (Adam), adalah sama dengan persekutuan yang dimaksud Allah antara pria (Adam) dan wanita (Hawa).

"... dan kepala dari wanita (Hawa) adalah pria (Adam)".

Ayat ini juga menguatkan bahwa peranan dan persekutuan yang ada di antara Allah Bapa dengan PuteraNya Kristus, adalah contoh yang dipakai di dalam Alkitab untuk menggambarkan apa yang dimaksud Allah tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan itu. Sama seperti "Kepala dari Kristus adalah Allah" - begitu pula "Kepala dari wanita adalah laki-laki".

Apabila kita ingin mengerti peran pria dan wanita secara Alkitabiah, kita harus menyelidiki hubungan antara Allah dengan Kristus PutraNya.

2. Partisipasi yang Penuh

"Maka jawab Yesus kepada mereka kataNya,'Aku berkata kepadamu sesungguhnya, Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa itu juga yang dikerjakan Anak'" (Yoh 5:19).

Sama seperti Anak yang bergantung pada BapaNya untuk persetujuan dan otoritas dalam bertindak, seorang wanita bertindak dengan persetujuan seorang pria. Putera, yaitu Yesus melakukan segala sesuatu dengan cara yang sama seperti Ia melihat apa yang dilakukan BapaNya. Begitu pula Allah menginginkan seorang wanita dengan partisipasi yang penuh melakukan apa yang dilakukan seorang pria.

"Sebab Bapa mengasihi Anak, dan Dia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya pekerjaan-pekerjaan itu sehingga kamu menjadi heran" (Yoh 5:20).

"Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendakiNya" (Yoh 5:21 niv).

3. Tanggung jawab untuk Menghakimi

"Bapa...telah menyerahkan penghakiman seluruhnya kepada Anak" (Yoh 5:22). Kata menghakimi di dalam Bahasa Ibrani adalah krino. Yang berarti "memutuskan (secara hukum); untuk menghukum, membalas, menghakimi dan bertindak sebagai pembela (ahli hukum)."

Ini menggambarkan keinginan Allah untuk wanita sebagai rekan dalam memerintah bersama pria.

Gereja adalah mempelai Kristus. Paulus mengatakan, "Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu Ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu dengan satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus" (2 Kor 11:2). Mempelai (gereja) berhubungan dengan suami (Kristus) seperti juga bagaimana Putra Allah dengan Allah Bapa.

"Karena kita adalah anggota tubuhNya, dari dagingnya dan dari tulangNya... Rahasia ini besar: tetapi yang Aku maksudkan ialah hubungan antara Kristus dengan jemaat" (Ef 5: 30-32).

Sebagai mempelai dari Kristus, anggota-anggota dari gereja dipanggil untuk "menghakimi malaikat-malaikat dan manusia" dan "perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari" (1 Kor 6:3). Peranan kewanitaan ini diberikan pada mempelai dari Kristus, gereja adalah sesuatu yang konsisten dengan keinginan mula-mula dari Allah bagi wanita agar ia memerintah dan menggunakan dominasinya bersama-sama dengan Adam. Seorang wanita juga dikuasakan untuk menjalankan kekuasaan (dominasi) itu di dalam keharmonisan kasih dan di dalam penundukan diri pada seorang pria.

4. Penundukan dan Ketaatan

Tetapi Adam dan Hawa berdosa, dan Allah berkata kepada Hawa; "Namun engkau akan birahi pada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu" (Kej 3:16). Itulah sebabnya wanita-wanita diberi tahu untuk tunduk pada suami-suami mereka. Dan perintah itu tetap demikian hingga pada Perjanjian Baru ketika Rasul Paulus memberitahukan pada isteri-isteri orang Kristen, "... tunduklah pada suamimu sendiri, seperti kepada Tuhan" (Ef 5:22).

Tetapi walaupun seorang wanita harus menundukkan diri pada suaminya, itu tidak berarti ia lebih rendah dari suaminya. Arti penundukkan adalah bahwa ia harus dengan rela dipimpin oleh suaminya. Sesungguhnya Rasul Paulus mengajarkan bahwa penundukkan diri berlaku terhadap ke dua belah pihak (baik suami maupun istri) "dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain didalam takut akan Kristus" (Ef 5:21).

Di suratnya yang lain, dengan jelas Paulus mengatakan bahwa tidak ada perbedaan status di dalam Kristus antara seorang pria dan seorang wanita. "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang yang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu dalam Kristus Yesus" (Gal 3:28).

Ini berarti kita harus mengerti peranan yang digariskan oleh Alkitab bagi seorang wanita. Peranan itu sangat indah dan mulia.

Bab 2
Pelayanan Wanita Dalam Perjanjian Lama

Pendahuluan

Di dalam zaman Israel kuno, wanita-wanita diperlakukan (dianggap) sebagai "anggota keluarga di dalam iman." Artinya, mereka dapat memasuki daerah-daerah yang paling dalam dari penyembahan.

Hukum-hukum menentukan bahwa setiap orang laki-laki dapat berdiri di hadapan Allah, dapat menghadap Tuhan tiga kali dalam setahun. Dan jelas wanita-wanita juga bersama-sama dengan mereka pada saat-saat yang tertentu (Ul 29:10,11; Neh 8:2; Yl 2:16), tetapi mereka tidak diharuskan untuk pergi. Mungkin wanita-wanita tidak diharuskan untuk pergi karena tugas-tugas mereka yang sangat penting sebagai isteri dan ibu.

Contohnya, Hana pergi ke Silo dengan suaminya dan meminta dari Tuhan seorang putera (1 Sam 1:3-18). Kemudian, ketika anak itu lahir, ia memberitahukan suaminya, "Aku tidak akan pergi sampai anak ini cerai susu, aku akan mengantarkan ia, maka ia akan menghadap ke hadirat Tuhan dan tinggal di sana, seumur hidupnya" (ayat 22).

Sebagai kepala dari keluarga, suami atau ayah yang memberikan dan mengorbankan (binatang korban) sebagai wakil dari seluruh keluarganya (Im 1:2). Tetapi isteri boleh juga menyertainya.

Wanita-wanita menghadiri pesta Tabernakel (Ul 16:14), pesta tahunan dari Tuhan (Hak 21: 19-21), dan Pesta Bulan Baru (2 Raj 5:23).

Satu-satunya (korban) yang dipersembahkan hanya oleh wanita pada Allah adalah setelah ia melahirkan seorang anak.

"Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan, haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban penghapusan dosa, ke pintu kemah pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam" (Im 12:16).

Beberapa wanita di dalam Perjanjian Lama terkenal karena imannya. Di dalam daftar yang terdapat dalam Ibrani 11 ada 2 wanita, yaitu Sarah dan Rahab (Kej 21; Yos 2:6; 22-25).

Hana adalah contoh yang rohani dari ibu seorang Israel; Ia berdoa kepada Allah; ia percaya bahwa Allah mendengar doa-doanya; dan ia memenuhi janjinya kepada Allah. Kisahnya ada di dalam 1 Samuel 1.

A. MIRIAM

Miriam adalah kakak Musa, ia adalah seorang wanita yang sangat mengagumkan/menonjol.

1. Menyelamatkan Kehidupan Musa

Firaun telah memerintahkan bahwa semua anak laki-laki Israel harus dibunuh. Bayi Musa berada dalam bahaya, sebab itu ibunya "meletakkannya dalam sebuah peti pandan ... dan bayi itu ditaruh di dalamnya; dan peti itu diletakkan di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil" (Kel 2:3).

Saat itu adalah saat yang paling bahaya untuk Musa. Tetapi saudaranya MIRIAM, sangat berani walaupun ia masih kecil saat itu, berada selalu disampingnya "... untuk melihat apa yang terjadi padanya" (Kel 2:4).

Ketika Miriam melihat puteri Firaun menyelamatkan Musa, ia tiba-tiba muncul menawarkan sebuah gagasan, lalu bertanyalah kakaknya itu (Miriam) kepada Puteri Firaun: "akan kupanggilkan seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani, untuk menyusukan bayi itu bagi sang Puteri?" (Kel 2:7).

Miriam merencanakan ibu Musa untuk menyusuinya. Tindakan Miriam yang cepat dan berani itu menyelamatkan Musa. Kita sangat berhutang terhadap wanita Miriam ini. Apa yang terjadi dengan dunia saat ini bila tidak ada pelayanan Musa?

2. Pemimpin Penyembahan dan Nabiah

Setelah angkatan perang Firaun tenggelam di Laut Merah dan Israel dengan selamat tiba di gurun pasir, diadakan perayaan penyembahan yang sangat besar.

"Dan Miriam nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampilah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari."

"Dan menyanyilah Miriam memimpin mereka, `menyanyilah bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkannya ke dalam laut'" (Kel 15:20,21).

Pelayanan musik dan pujian yang paling baik ialah dipimpin oleh mereka yang mempunyai urapan kenabian pada kehidupan mereka. Dan ini terdapat pada Miriam. Ia memiliki karunia di dalam bidang musik dan di dalam nubuatan sehingga membuatnya menjadi seorang pemimpin pujian dan nabi yang sangat ideal.

Seperti Daud, kira-kira 500 tahun kemudian, ia menyanyikan nyanyian rohani. Nyanyiannya adalah nyanyian nubutan. Pelayanannya di dalam penyembahan adalah hasil urapan kenabian yang ada padanya.

Wanita-wanita lain juga dipakai di dalam pelayanan musik dan penyembahan dalam Perjanjian Lama. Pada zaman Raja Daud, "... Allah telah memberi kepada Heman... tiga orang anak perempuan. Mereka sekalian berada di bawah pimpinan ayah mereka pada waktu menyanyikan nyanyian di rumah Tuhan, dengan diiringi ceracap, gambus dan kecapi untuk ibadah di rumah Allah, dengan petunjuk raja..." (1 Taw 25:5,6).

Daud telah menetapkan suatu aturan Ilahi mengenai pujian dan penyembahan bagi umat Allah yang kemudian berkembang sampai pada Perjanjian Baru. (Lihat Kis 15:16). Karena itu tidak salah bagi wanita untuk berpartisipasi dalam pujian, penyembahan dan pelayanan musik seperti yang dilakukan Miriam dan puteri-puteri dari Heman.

3. Menjadi Pemimpin Bersama Dengan Musa dan Harun

"Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan, yang telah mengutus Musa dan Harun dan Miriam sebagai penganjurmu" (Mi 6:4).

Miriam disini disebut bersama-sama Musa dan Harun sebagai seorang dari trinitas yang telah menyelamatkan dan memimpin keluar dari perbudakan di Mesir. Ini menggambarkan peranan kepemimpinannya yang begitu berpengaruh tinggi dan penuh kuasa yang telah Miriam lakukan.

Beranikah kita menyangkal peranan yang sedemikian dari wanita-wanita yang serupa itu yang diberikan oleh Roh Kudus pada zaman ini?

4. Melakukan Sesuatu Yang Bukan Tugasnya

"Ingatlah apa yang dilakukan Tuhan Allahmu kepada Miriam pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir" (Ul 24:9).

Miriam, Harun dan Raja Saul menggambarkan jebakan-jebakan yang sangat berbahaya di mana para pemimpin itu dapat jatuh. Para pemimpin dapat mencoba untuk melakukan otoritas melampaui tugas dan pengurapan mereka. Baik wanita atau pria harus berhati-hati bahwa melakukan otoritas kepemimpinan dapat membawa kita pada kebanggaan dan kesombongan yang justru akan menghancurkan.

Seperti nampak pada motivasi rasis, Miriam dengan keliru telah menantang otoritas kekuasaan dari Musa. "Miriam dan Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kusy yang diambilnya sebab ia memang telah mengambil seorang perempuan Kusy..." (Bil 12:1).

Tuhan dengan segera memanggil Miriam untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. "Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miriam kena kusta, putih seperti salju..." (Bil 12:10).

"Lalu berserulah Musa kepada Tuhan, katanya, Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia. Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Musa "... biarlah dia selama tujuh hari dikucilkan keluar tempat perkemahan... Dan Miriam dikucilkanlah keluar tempat perkemahan tujuh hari lamanya, dan bangsa itu tidak berangkat sebelum Miriam diterima kembali...."" (Bil 12:13-15).

Setiap pemimpin, laki-laki atau perempuan, perlu untuk menghormati batasan-batasan dari pelayanannya. Mereka tidak seharusnya dengan gegabah memasuki daerah-daerah pelayanan yang bukan tanggung jawabnya. Miriam membuat kesalahan seperti banyak pemimpin-pemimpin besar yang lain. Seperti Musa dan Daud, ia juga telah dididik dengan keras oleh Tuhan sehingga kemudian ia mendapatkan pengampunan dan restorasi untuk dapat kembali di dalam persekutuan dengan umat Allah.

B. Debora

"Dan Debora, seorang nabiah, istri Lapidoth memerintah sebagai hakim atas Israel.

"Ia biasa duduk di bawah pohon kurma Debora antara Rama dan Bethel di pegunungan Efraim: dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya" (Hak 4:4,5).

1. Nabiah dan Hakim

Deborah, seorang wanita yang menikah, memegang dua jabatan: pertama sebagai seorang Nabiah (nabi wanita), dan sebagai seorang pemerintah atau hakim. Peranan sebagai hakim ini sesuai dengan Yohanes 5:22 yang telah dibicarakan di atas.

Di bawah kepemimpinan Debora ini, anak-anak Israel dibebaskan dari pendudukan bala tentara Kafir selama 20 tahun.

Dari sudut pandang nubuatan nabiah Debora dipanggil untuk bersama-sama dengan Jendral Barak dari Israel untuk pergi dengan 10.000 orang melawan angkatan perang yang begitu kuat dari Kanaan yang mempunyai 900 kereta besi. Barak memimpin peperangan melawan bala tentara Kanaan yang dipimpin oleh Jendral Sisera, dan mengalahkan mereka.

Ketika Jendral Sisera melarikan diri, ia mencari perlindungan di dalam tenda sebuah keluarga pengembara yang ibu rumah tangganya bernama Yael. Sisera tidak mengetahui bahwa mereka juga orang Israel. Yael menawarkan kebaikannya. Ketika Jendral itu sedang tidur nyenyak, ibu Yael mengambil pasak dari tenda itu dan palu. Dan dengan satu pukulan ia telah menembus kepala Sisera dengan pasak itu. Sisera seketika mati.

Demikianlah dua wanita telah menjadi peserta utama di dalam drama pembelaan dari Israel terhadap para penindasnya.

2. Tujuan Yang Semula Yang Dipenuhi

Kemudian, Debora akan menyanyikan nyanyian nubuatan ini: "Lalu... umat Tuhan turun bagiNya sebagai pahlawan" (Hak 5:13).

Ia telah memenuhi tujuan Allah yang mula-mula yaitu agar pria dan wanita berkuasa (Kej 1:26). Seseorang berkata: "Apabila Tuhan memakai seseorang laki-laki untuk mengerjakan sesuatu, ia harus mempunyai seorang wanita untuk melakukannya."

Jika demikian, apabila kejadian-kejadian di Alkitab yang menunjukkan bahwa wanita telah memenuhi peranan yang penting dalam melakukan tujuan Allah, mengapa kepemimpinan laki-laki di gereja mau menyombongkan diri mereka sendiri dan menentang pelayanan wanita?

C. HULDA

"Maka pergilah imam Hilkiah... kepada nabi Hulda, isteri dari Salum... yang mengurus pakaian-pakaian... dan mereka memberitakan semuanya kepadanya" (2 Raj 22:14).

1. Nabiah Untuk Suatu Pembaharuan

Selama pemerintahan Raja Yosia, kitab taurat ditemukan di dalam Rumah Allah. Ketika imam-imam mulai membacanya, mereka menyadari bahwa bangsanya telah berjalan jauh daripada jalan Allah. Mereka mengetahui bahwa bangsanya telah berada dalam malapetaka penghukuman.

Untuk menentukan apa yang harus mereka lakukan, mereka kemudian mendatangi nabiah yang terkenal ini yang kemudian memberitahukan petunjuk-petunjuk mengenai penghukuman yang akan datang.

Karena Yosia bertobat, Hulda mengatakan bahwa hukuman-hukuman yang telah ditentukan itu tidak datang selama pemerintahannya, tapi setelahnya.

Hulda membuat raja Yosia, para Imam Besar dan para pemimpin-pemimpin yang lain dari Israel mengadakan pembaharuan secara rohani dan secara moral yang terbesar yang pernah dicatat. Hasilnya kemudian adalah terjadinya suatu kebangunan Rohani dan pertobatan yang besar sekali.

Bacalah 2 Raja-raja 22 dan 2 Tawarikh 34 untuk mengetahui lebih mendetail hasil-hasil yang begitu mentakjubkan yang telah dilakukan oleh pelayanan Hulda sebagai seorang nabiah. Tak pernah ada pelayanan kenabian yang pernah dicatat seperti yang dilakukan Hulda dimana di dalam waktu yang begitu singkat telah mendatangkan perubahan pada bangsa Israel.

D. ISTERI DARI YESAYA

Nabiah yang lain yang disebutkan dalam Perjanjian Lama. "Kemudian aku menghampiri nabiah itu, ia mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki" (Yes 8:3). Ini adalah isteri dari Yesaya.

Kami tidak mempunyai komentar secara Alkitabiah tentang pelayanannya, tetapi orang meyakini bahwa ia memberikan juga sumbangannya, yaitu wahyu-wahyu penglihatan secara nabiah pada tulisan-tulisan dari Yesaya yang begitu berharga.

Tak ada seorang nabi pun dalam Perjanjian Lama dikatakan telah menikahi seorang nabiah. Dapatkah ini menerangkan mengapa Yesaya dengan begitu teliti telah menubuatkan tentang sengsara dari Kristus? Alkitab mengatakan, "Berdua lebih baik daripada satu: karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka" (Pkh 4:9).

Tidaklah sukar untuk mempercayai bahwa pernikahan Yesaya dengan seorang nabiah telah memberinya keuntungan melebihi nabi-nabi yang lain yang tidak begitu menerima berkat seperti yang diterimanya. Dan tidaklah heran bahwa tulisan-tulisan Yesaya seringkali disebut sebagai "Injil yang kelima".

E. WANITA YANG BERAKAL BUDI DALAM AMSAL 31

Bacalah Amsal 31. Ayat-ayat disana menggambarkan wanita sebagai:

1. Rajin, seorang yang terampil

Ayat-ayat 13, 19, 22 - seorang yang rajin, terampil. (Terlatih dan terdidik).

2. Seorang wanita pemilik tanah dan seorang wanita karier

Ayat 16, 23 - seorang pemilik tanah dan wanita karier yang sukses.

3. Seorang yang memperhatikan orang miskin dan yang membutuhkan

Ayat 20 - ia seorang Philantropis dermawan (seorang yang seringkali mengorbankan uangnya) dan seorang yang memperhatikan orang miskin dan yang membutuhkan. Ia pandai menggunakan uangnya untuk kegiatan-kegiatan semacam itu.

4. Hikmat dan tanggapan yang diindahkan

Ayat 26 - hikmatnya dan tanggapannya dicari dan dihargai.

F. KESIMPULAN

Karena itu, contoh Alkitabiah dari seorang wanita ini berlawanan dengan peranan yang diberikan di dalam kebanyakan bagian dari dunia ini. Alkitab mengajarkan pentingnya menaikkan peranan dari wanita.

Sebuah cerita Yahudi kuno menunjukkan bagaimana pentingnya seorang wanita di dalam kalangan Israel. Kisah itu menyatakan bahwa seorang laki-laki yang rohani menikah dengan seorang wanita yang rohani. Mereka tidak mempunyai anak karena itu mereka akhirnya setuju untuk bercerai.

Laki-laki itu kemudian menikah dengan seorang wanita fasik dan wanita itu membuatnya menjadi orang fasik.

Wanita yang rohani itu kemudian menikah dengan laki-laki yang fasik dan menjadikan laki-laki itu menjadi seorang yang benar. Moral kisah ini menunjukkan bahwa pengaruh wanita menentukan kehidupan rohani dari keluarga dan bangsa. Dalam tingkatan yang lebih luas, dikatakan bahwa ia adalah kunci dari keberhasilan keluarga atau dia adalah penyebab dari kehancuran keluarga. Dia dapat memberikan pengaruh yang tidak terhitung pada anak-anaknya, pada suaminya dan pada bangsanya.

Wanita kemudian memerlukan kebebasan, penghargaan dan perhatian agar talenta-talenta pengurapan dan karunia yang telah Tuhan berikan kepada mereka dapat dinyatakan.

Bab 3
Pelayanan Wanita Dalam Perjanjian Baru

Pendahuluan

Hingga masa Perjanjian Baru, para wanita Yahudi telah berhenti dari kegiatan di dalam penyembahan di Bait Allah atau rumah ibadah. Tradisi Talmud (kadang-kadang disebutkan sebagai hukum yang tidak tertulis) telah mengurangi hak dari wanita sehingga mereka menjadi seorang yang direndahkan, peran mereka tidak berarti; tentunya hal ini tidak Alkitabiah.

Ada daerah yang khusus dikenal di dalam Rumah Allah dengan nama "Halaman Wanita", karena wanita-wanita tidak diperkenankan masuk ke dalam halaman Bait Allah.

Dari sumber-sumber yang khusus, diceritakan pada kita bahwa wanita-wanita tidak diperkenankan untuk membaca atau berbicara di dalam Bait Allah, tetapi mereka dapat duduk dan mendengarkan di tempat yang dikhususkan untuk wanita.

Hanya dalam rumah-rumah ibadah yang menjalankan dasar-dasar Hellenistik para wanita diizinkan untuk masuk.

Bait Allah orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus, menekankan tata cara tentang laki-laki dan perempuan secara jelas di dalam kegiatan-kegiatan agama mereka. Ada enam halaman dan ruangan-ruangan yang terpisah:

  • Di paling luar adalah halaman orang asing dan orang kafir;
  • Halaman berikutnya tidak boleh dimasuki oleh orang kafir, hukuman bagi pelanggar adalah kematian. Ini terdiri dari dua bagian:
    • Halaman yang khusus dipakai oleh wanita dan
    • Halaman orang Israel yang khusus dipakai oleh orang laki-laki Yahudi;
  • Pelataran (halaman), yang menuju ke Ruangan Suci. Yang diperbolehkan masuk adalah para imam saja.
  • Ruang Suci; dan
  • Ruang Maha Suci

Namun gambaran yang berbeda dibukakan oleh pelayanan dari Yesus. Lukas 8:1-3 menunjukkan bahwa Yesus mengijinkan beberapa wanita untuk menjadi teman seperjalanannya. Ia memberi semangat pada Martha dan Maria untuk duduk pada kakiNya sebagai murid-muridNya (Luk 10:38-42). Penghargaan Yesus pada wanita adalah sesuatu yang baru dan sangat menyolok, dan sangat berbeda dari perlakuan orang-orang Farisi dan Saduki.

Di dalam pekerjaan keselamatan dari Kristus, semua dinding-dinding pemisah itu dipatahkan; dan setiap orang beriman, tidak memandang suku, jenis kelamin atau hal-hal yang lain, mempunyai akses yang sama di hadapan Tuhan. "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak (Yahudi dan bangsa Kafir), dan yang telah merobohkan tembok pemisah yaitu persekutuan" (Ef 2:14).

Zaman kemurahan Kristen yang baru telah mengantar ke era yang baru. Di dalam Kristus, semua pemisah itu telah dihapuskan antara Yahudi dan bangsa-bangsa Kafir, antara laki-laki dan wanita dan antara imam-imam dan orang biasa (Why 1:16).

"Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi dan orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Yesus Kristus" (Gal 3: 27,28).

A. WANITA-WANITA DI DALAM KEHIDUPAN KRISTUS

1. Maria: Ibu Dari Kristus

Maria, ibu dari Yesus adalah seorang wanita yang baik dan saleh. Tentunya, Maria telah mencontohi Hana, karena nyanyian pujiannya pada Allah (Luk 1:46-55) sangat mirip dengan nyanyian Hana (1 Sam 12:1-10).

"Tetapi setelah genap waktunya maka Allah mengutus anakNya, yang lahir dari seorang perempuan, dan takluk pada hukum Taurat" (Gal 4:4).

Benar bahwa seorang wanita, Hawa jatuh ke dalam pencobaan dosa untuk pertama kalinya, kemudian ia mencobai suaminya.

Tetapi marilah kita tidak melupakan bahwa seorang wanita juga yaitu Maria, yang merupakan bejana yang taat, melaluinya Kristus telah dikandungkan oleh Roh Kudus. Dan melalui wanita ini maka Penyelamat dunia dilahirkan. Karena itu, apabila kita menyalahkan seorang wanita, Hawa, yang menyebabkan jatuhnya manusia, marilah kita sekarang menghormati seorang wanita, yaitu Maria yang telah menjadi alat, yang melaluinya manusia menerima Juruselamat.

2. Hana, seorang nabiah

Perjanjian Baru dibuka dengan kisah yang begitu terkenal tentang kelahiran Yesus. Pada saat upacara pentahiran Maria (Im 12:1-6) seorang nabiah bernama Hana menyatakan pernyataan yang dramatis.

"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan... Dan ia sekarang adalah seorang janda dan berumur delapan puluh empat tahun, ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa" (Luk 2:36-37).

Hana dipakai untuk memperkuat bahwa Yesus adalah Mesias, Penyelamat yang dinanti-nantikan oleh Israel. Karena itu seorang wanita mempunyai peranan yang sangat penting didalam kelahiran Yesus dan di dalam penyerahanNya. Kemudian kita akan melihat bahwa wanita juga mempunyai peran yang sangat penting sekitar penyaliban dan kebangkitanNya.

3. Wanita yang Diampuni: Seorang Pemberita Injil

Di dalam Alkitab, baik laki-laki maupun perempuan mengikuti Kristus. Wanita diberkati, diampuni dan disembuhkan sama seperti laki-laki.

Seorang wanita yang mempunyai lima suami dan yang sedang hidup dengan laki-laki lain (yang tidak dinikahinya), telah diberkati dan diampuni dari semua dosa-dosanya.

Sebagai bukti bahwa Yesus tidak pernah lagi melihat dosa-dosa dari wanita ini, pada hari dimana ia bertobat ia menjadi salah satu dari pemberita InjilNya (Yoh 4:28,29,39). Ia kemudian membawa seluruh desa itu pada Kristus.

4. Wanita yang Mendukung Yesus

Catatan yang ada mengenai dukungan finansial yang diberikan pada Yesus, hanya tertulis dalam Injil Lukas. "Dan juga beberapa orang perempuan... melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka" (Luk 8:2,3). Jelas sekali bahwa mereka mempunyai kemampuan mengelola ekonomi untuk mendukung dalam hal keuangan (suatu kemampuan yang sangat ditentang mengenai wanita pada kebudayaan bangsa-bangsa Kafir). Jika tidak, mereka tidak dapat memberikannya pada Yesus. Dalam peradaban Kristen Barat, 80 persen dari dukungan keuangan untuk pekerjaan Tuhan itu, masih datang dari para wanita.

Gereja-gereja yang sama di negara-negara Barat yang menolak peran kepemimpinan dan pelayanan wanita, lebih suka memberikan uang mereka untuk mengirim wanita sebagai missionari ke negara-negara lain dan menyuruh mereka berdiam diri di dalam gereja-gereja serta mengajar pandangan-pandangan yang tidak Alkitabiah tentang peranan wanita.

5. Wanita-Wanita Di Dekat Salib

"Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya, dan saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena" (Yoh 19:25). Orang-orang terakhir di dekat salib adalah seorang wanita (Mrk 15:47)

a. Dimanakah para prianya?

1. Murid-murid melarikan diri. "Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri" (Mat 15:47).

2. Petrus mengikutiNya dari jauh. "Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar dan setelah itu ia masuk di dalam, duduk diantara pengawal-pengawal, untuk melihat kesudahan perkara itu" (Mat 26:58).

3. Petrus menyangkal Dia. Hal ini mengakibatkan penyangkalan dari Petrus bahwa ia mengenal Yesus (Mat 14:51,52).

4. Markus melarikan diri. Markus (penulis dari Alkitab ini) lari untuk menyelamatkan dirinya, "Ada seorang muda (Markus) yang pada waktu itu hanya mengenakan kain lenan untuk menutupi badannya mengikuti Dia; mereka hendak menangkapnya dan ia melepaskan kain dan lari dengan telanjang" (Mrk14,51,52).

Hal-hal tersebut di atas menyebabkan laki-laki menundukkan kepalanya dengan penuh malu karena kepengecutannya. Wanita-wanita pemberani mau mempertaruhkan nyawanya untuk Yesus. Para pria dengan penuh ketakutan lari untuk menyelamatkan diri mereka.

6. Para Wanita Yang Menyiarkan Kebangkitan

a. Yang pertama di kuburan. Orang yang pertama di kuburan adalah seorang wanita. (Yoh 20:1).

b. Yang pertama menyiarkan. Orang pertama yang menyatakan berita tentang kebangkitan adalah seorang wanita (Mat 28:8).

Seorang wanitalah yang pertama kali berkhotbah tentang kebangkitan. Dan ia mengkhotbahkannya pada rasul-rasul itu sendiri.

Yesus menyuruhnya untuk melakukan hal itu (Yoh 20:17,19).

Hari-hari ini, wanita sering kali dilarang untuk berkhotbah dan mengajar, namun Yesus mengirim seorang wanita dengan perintah, "Pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu (laki-laki), bahwa Aku telah bangkit."

Dimanakah para laki-laki pemberani itu pada pagi ketika Yesus bangkit dari kematian?

Seorang wanita ada di sana!

Tampaknya para pria sangat berkecil hati setelah penyaliban yang tidak diharapkan itu, dan sesuai dengan Yohanes 21:3, mereka kemudian kembali kepada jala-jala penangkap ikannya; tetapi wanita-wanita pergi kekuburan. Wanita-wanitalah yang berada di kuburan pagi ketika Kristus bangkit dari kematian.

Kristus yang bangkit itu tampak dan berbicara pertama kali pada seorang wanita.

Karena itu sangatlah janggal apabila wanita-wanita diperintahkan untuk berdiam diri pada saat ini, bahwa mereka tak boleh berkhotbah atau memberitakan Injil. Yesus mengutus seorang wanita untuk memberitakan berita pertama tentang kebangkitanNya.

KematianNya dan kebangkitanNya mengangkat wanita itu dari keberadaannya yang terjatuh dan memulihkan dia pada tempat yang benar di dalam kerajaanNya. Dia sekarang bebas untuk berdiri di samping suaminya - sama berharga dalam memberitakan berita Perjanjian Baru dari Kristus pada seluruh isi dunia ini.

B. WANITA DAN AMANAT AGUNG

Ketika Yesus memberikan perintahnya, "Pergilah ke seluruh bumi dan beritakanlah injil pada setiap umat, "Maka perintah itu untuk semua orang yang percaya, tidak melihat apakah jenis kelamin mereka, warna, suku atau peradabannya.

1. Tanda Mujizat Mengikuti Semua Jenis Kelamin

Ketika Dia menerangkan tanda-tanda mujizat yang akan menyertai pelayanan dari penginjilan, Ia mengatakan "Tanda-tanda mujizat akan mengikuti MEREKA YANG PERCAYA." Dan hal itu tentu mencakup kedua jenis kelamin itu.

Yesus berkata: "Ia yang percaya kepadaku, pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan akan dilakukannya juga."

Itu menyangkut baik wanita maupun pria, dan banyak sekali pemimpin-pemimpin wanita telah menjadi kuat dan berani untuk membuktikannya.

Yohanes 14:12-14 juga mencakup semua jenis kelamin, juga termasuk wanita-wanita, APABILA WANITA MEMPUNYAI CUKUP IMAN UNTUK MEMPERCAYAINYA DAN BERTINDAK ATASNYA.

Andaikan saya seorang wanita, saya pun juga akan berdiri dalam mengklaim Yohanes 15 secara pribadi. Jika tidak, hanya laki-laki saja yang diselamatkan.

2. Wanita-Wanita Diberi Kekuatan Untuk Menjadi Saksi-Saksi

Di antara orang-orang yang pertama dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi dari Kristus, terdapat juga para wanita (Kis 2:4; 1:8).

Setelah Yesus naik ke sorga, beberapa wanita bertemu dengan murid-murid lain yang di kamar loteng untuk berdoa.

Walaupun Alkitab tidak menjelaskan secara perinci, wanita-wanita ini tentu berdoa, dan dapat dilihat bersama-sama dengan semua orang.

Ketika Yesus berkata dalam Kisah Para Rasul 1:8, "Kamu akan menerima kuasa, apabila Roh Kudus turun atas kamu", janji itu adalah juga untuk para wanita. Semua ini berlanjut terus dengan satu hari di dalam doa dan puji-pujian, dengan para wanita.

Tidak lagi perlu dipertanyakan. Di antara mereka yang menghadiri pertemuan doa yang pertama untuk menerima kuasa yang dijanjikan terdapat juga wanita (Kis 1:14).

"Dan mereka semua dipenuhi" (Kis 2:4). Untuk apa? Untuk memenuhi kita. Kisah Para Rasul 1:8 - "Dan kamu semua akan menjadi saksiKu," dan itu mencakup dua jenis kelamin.

Apabila kita melihat pada keadaan wanita di bawah sistem Rumah Allah orang Yahudi di zaman Perjanjian Baru, dan fakta bahwa mereka dilarang mendekati tempat menyembah, hanya diperbolehkan di dalam tempat pelataran para wanita saja, bukan kebetulan jika Roh Kudus menyatakan bahwa mereka itu berada di dalam "doa dan pengucapan syukur, BERSAMA-SAMA DENGAN WANITA", dan "mereka SEMUA dipenuhi", karena itu mereka semua dapat melakukan pekerjaan penginjilan.

Baik pria maupun wanita berkumpul bersama di rumah ibu dari Yohanes, Markus berdoa untuk pembebasan Petrus (Kis 12:1-17).

Baik pria maupun wanita berdoa secara tetap di dalam gereja-gereja Perjanjian Baru. Itulah sebabnya Rasul Paulus memberikan perintah baik pada pria maupun wanita tentang bagaimana berdoa (dan bernubuat) di depan umum (I Kor 11:2-16).

C. WANITA-WANITA KAFIR DAN INJIL

Orang-orang pertama yang menerima missionari Kristen di Eropa - Paulus dan Silas - adalah kelompok doa kaum wanita. "Dan pada hari Sabat kami keluar pintu gerbang kota, kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat berdoa; dan kami duduk, dan berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ" (Kis 16:13).

Wanita-wanita ini menjadi anggota-anggota pendiri gereja Filipi. Bacalah di dalam Filipi 4:1-3 untuk lebih jelasnya. Di sini, para wanita disebutkan sebagai "... yang bekerja keras dengan Paulus di dalam penginjilan." Tidak heran, kemudian timbul ketegangan di antara mereka tentang peranan kepemimpinan dari para wanita itu.

1. Lydia

Kisah dari wanita yang terkenal ini patut untuk dipikirkan. Ia adalah orang Eropa pertama yang bertobat.

"Seorang dari perempuan-perempuan itu bernama Lydia, turut mendengarkan, ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah, Tuhan membuka hatinya, dan ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus" (Kis 16:14).

Ia adalah seorang wanita yang sangat kaya. Ia mempunyai rumah yang cukup besar untuk dia dan seluruh keluarganya, juga untuk menampung tamu-tamu seperti Paulus dan Silas. "Sesudah ia dibaptis, bersama-sama seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya, jika engkau berpendapat bahwa aku sungguh-sungguh percaya pada Tuhan, marilah menumpang di rumahku..." (Kis 6:15).

Pada pelayanan di Filipi yang selanjutnya, Paulus dan Silas di penjara, tetapi gempa bumi membebaskan mereka. Lydia kemudian menyambut para rasul yang terpukul dan terluka ini di dalam rumahnya untuk beristirahat dan untuk dipulihkan kembali.

"Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lydia, dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu" (Kis 16:40).

Eusebius seorang ahli sejarah menulis di dalam tulisannya bahwa Lydia sempat memimpin gereja di Filipi untuk beberapa waktu lamanya. Mungkin pada Lydialah yang dituliskan beberapa ayat ini: "Bahkan, kuminta kepadamu juga... tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam perkabaran Injil" (Flp 4:3). Terjemahan Inggris bebas: "Bahkan, kuminta kepadamu... Tolonglah wanita-wanita itu yang bekerja keras dengan saya dalam Injil..." (Flp 4:3).

Sebagai seorang penjual kain lenan ungu (warna kerajaan pada saat itu di negara-negara Barat), diperkirakan bahwa dia mempunyai hubungan yang luas dengan keluarga-keluarga Eropa yang sangat berpengaruh dalam kekaisaran Roma. Ia telah memakai keuntungan itu untuk memberitakan Injil pada keluarga-keluarga yang kaya yang mempunyai pengaruh politik yang besar.

Lydia sungguh-sungguh seperti wanita yang berakal budi dalam Amsal 31.

2. Priskila

Ia dikatakan telah menjelaskan pada pengkhotbah yang penuh kuasa yaitu Apolos "...jalan Allah secara lebih sempurna" (Kis 18: 24-28). Sungguh mengesankan ketika Apolos diterangkan sebagai "... seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal kitab suci..." (Kis 18:24). Dan lebih mengherankan lagi ketika beberapa gereja modern tidak membiarkan wanita untuk berbicara.

3. Empat Anak Perempuan Phillipus

"Pada keesokan harinya kami berangkat dari situ dan tiba di Kaesaria ... ke rumah Filipus pemberita Injil itu...dan tinggal di rumahnya. Filipus mempunyai empat anak dara yang beroleh karunia untuk bernubuat" (Kis 21:8-9).

Jelas Filipus tidak tahu bahwa wanita-wanita tidak diperbolehkan untuk berdoa dan bernubuat, seperti yang diajarkan oleh gereja-gereja pada zaman modern ini. Keluarganya yang begitu indah adalah teladan yang rohani dan yang sesuai dengan perintah Tuhan.

Saya yakin bahwa Filipus tentunya tahu tentang janji: "...Aku akan mencurahkan RohKu ke atas keturunanmu dan berkatKu ke atas anak cucumu" (Yes 44:3).

"Kemudian daripada itu akan terjadi bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; dan kamu... anakmu perempuan akan bernubuat..." (Yes 2:28).

"Akan terjadi pada hari-hari terakhir, demikian Firman Allah, Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; dan... anakmu perempuan akan bernubuat..." (Kis 2:17).

"Jawab Petrus kepada mereka, bertobatlah, dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu untuk dibaptis... untuk pengampunan dosamu dan kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu..." (Kis 2:38-39).

Tak heran Filipus menerima janji-janji Alkitabiah ini untuk anak-anaknya dan suatu pengurapan yang indah dari Roh nubuat turun ke atas mereka. Anak-anak perempuan Filipus itu melakukan apa yang dikatakan Alkitab - dan mereka bernubuat.

4. Febe

Di dalam gereja di Kengkrea ada seorang diaken wanita bernama Febe, yang Paulus katakan sebagai "... penolong dari banyak orang" (Rm 16:2). Ahli sejarah bernama Eusebius mengatakan Febe mengawasi dua gereja dan melakukan perjalanan di dalam pelayanannya.

5. Junias

Junias adalah nama seorang wanita dalam bahasa Yunani. Ia disebut seorang rasul. "Salam kepada Andronikus dan Junias... saudara-saudaraku sebangsa yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan telah menjadi Kristen sebelum aku" (Rm 16:17).

Perhatikan bahwa kata Yunani untuk Hos diterjemahkan sebagai WHO dalam bahasa Inggris yang artinya SIAPA, yang termasuk juga pria dan wanita. Karena itu Paulus berkata "Yang TERPANDANG diantara para Rasul" termasuk juga Andronikus dan JUNIAS.

Kata Yunani HOS digunakan dalam ayat ini: "Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh harapannya kepada Allah..." (I Ptr 3:5).

Inilah kejadian yang meyakinkan bahwa satu dari 22 rasul-rasul yang disebut dalam Perjanjian Baru adalah seorang wanita.

6. Euodia dan Sintikhe

Euodia dan Sintikhe adalah pemimpin-pemimpin rohani yang ada dalam gereja di Filipi. Paulus berkata, "... tolonglah mereka yang telah berjuang dengan aku dalam pengabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja lainnya, ..." (Flp 4:3). [ Dalam bahasa terjemahan bebas: ...tolonglah wanita-wanita itu yang telah berjuang dengan aku dalam pengabaran Injil].

Ketika Paulus mengatakan bahwa wanita-wanita ini sebagai "kawan-kawanku sekerja" hal ini menunjukkan bahwa merekapun melakukan pekerjaan yang sama yang juga dilakukan oleh Paulus.

7. Ibu Yang Terpilih

"Dari penatua kepada ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi..." (2 Yoh 1:1).

Apabila seseorang merenungkan tentang surat dari rasul Yohanes kepada IBU yang terpilih ini, tampaknya jelas bahwa ia adalah seorang pemimpin rohani yang sangat terkemuka dan berwibawa.

Kata "IBU" (bahasa Inggris "LADY") diambil dari kata Yunani KURIA, bentuk wanita dari KURIOS - yang berarti gelar yang sangat dihormati atau "kekuasaan yang tertinggi". (Dalam bab ini kemungkinan dia dianggap sebagai gembala yang senior dari gereja setempatnya).

Yohanes memberikan dia tanggungjawab untuk memberikan pengajarannya sendiri "Jikalau seorang datang kepadamu, dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu, dan janganlah memberi salam kepadanya" (2 Yoh 1:10).

Ini sebenarnya adalah peranan yang biasa diberikan pada TUA-TUA di dalam Gereja (Kis 20:17,18; 28-31). Semua orang dapat menyimpulkan bahwa dia diberikan peranan sebagai seorang tua-tua penatua atau gembala senior.

8. Isebel Nabiah Yang Palsu

Gereja di Tiatira menerima peringatan yang keras dari Kristus yang bangkit: "Tetapi Aku mencela engkau karena engkau membiarkan wanita Isebel yang menyebutkan dirinya nabiah yang mengajarkan dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah, dan makan persembahan-persembahan berhala" (Why 2:20).

Kita dapat mempelajari beberapa pelajaran dari kejadian ini.

a. Ditegur Karena Imoralitas. Apabila Yesus dan Rasul-rasul tidak memperbolehkan wanita untuk menjadi "nabiah-nabiah" di dalam gereja, mengapa gereja ini mempunyai nabiah? Peringatan pada dia adalah karena tidak bermoralnya dia dan hubungannya dengan penyembahan berhala, jadi bukan karena dia adalah seorang nabiah.

b. Ditegur karena Pelajarannya Yang Palsu. Apabila Yesus dan para rasul tidak memperbolehkan wanita untuk "mengajar" di dalam Gereja, mengapa Isebel mengajar? Teguran untuk dia adalah karena pelajaran yang salah, bukan fakta bahwa dia mengajar jemaat.

D. KESIMPULAN

Dari semua kenyataan ini, kita dapat mengambil kesimpulan di bawah ini. Memang yang di utamakan untuk menjadi seorang pemimpin di Gereja dalam Alkitab adalah seorang laki-laki. Namun, wanita yang diurapi, yang menyerahkan diri, dan yang terpilih oleh Allah juga tidak pernah ditolak untuk memerankan kepemimpinan atau menjalankan karunia yang telah diberikan Allah yang merupakan panggilanNya.

Beranikah kita menyombongkan tradisi dari gereja kita melawan gunung kenyataan yang Alkitabiah dan menolak wanita untuk menempati kedudukannya yang benar secara Alkitabiah dan benar?

Beberapa "masalah" yang ada di dalam surat Rasul Paulus akan dibicarakan dalam bab berikut ini.

Bab 4
Masalah-masalah Tentang Pelayanan Wanita

A. RANCANGAN ALLAH BAGI PRIA DAN WANITA

1. Wanita Adalah Penolong

Allah berkata pada pria, "Tidaklah baik bagimu, untuk hidup seorang diri saja."

Jelas di sini Dia tidak pernah merencanakan manusia untuk hidup sendiri. Dari awal sejarah manusia, rancangan Allah bagi seorang pria termasuk juga seorang wanita sebagai penolong di sampingnya; sehingga mereka dapat saling membagi, saling bekerja sama dan hidup bersama, berdampingan sebagai satu kesatuan di bawah Allah.

Itulah kesejawatan, yang menunjukkan suatu kerjasama, bekerja secara berdampingan, menyembah dan berdoa bersama, melayani bersama, memenangkan jiwa bersama.

"Aku akan membuat baginya seorang penolong..."

Biarlah para pria Kristen belajar bahwa isteri-isteri mereka adalah "penolong" dalam kehidupan ini - bukannya budak-budak atau pembantu-pembantu rumah tangga mereka, tetapi pasangan, sejawat mereka.

"Lalu Tuhan membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk daripadanya, lalu menutup tempat itu dengan daging, dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan lalu dibawaNya kepada manusia itu. Dan bersatulah manusia itu: Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku" (Kej 2:21-23). Begitulah seharusnya yang dirasakan seorang pria terhadap istrinya. Dia harus mengasihinya sebagai dagingnya sendiri (Ef 5:28,29).

"Lalu berkatalah manusia itu: "... ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki". Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kej 2:23,24).

Itulah kehendak Allah bagi orang laki-laki dan perempuan! Suatu persekutuan yang penuh cintah kasih. Pernikahan adalah keadaan yang berbahagia dari seorang pria dan seorang wanita, berbagi hidup bersama-sama di dalam kasih. Itulah yang dimaksudkan Tuhan.

2. Wanita Sebagai Pasangan Seksual

"Sebab itu seorang laki-laki... bersatu dengan isterinya; sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kej 2:24).

Sangatlah bertentangan dengan hukum Alkitab untuk seorang wanita yang tidak menikah atau seorang pria yang tidak menikah mengadakan hubungan sex. Wanita itu harus tetap tinggal perawan sampai upacara pernikahan. Dalam zaman perjanjian lama, apabila seseorang dapat membuktikan bahwa wanita itu tidak perawan lagi, ia harus dibawa pada pintu rumah ayahnya dan semua pria di kota itu melempari wanita tersebut dengan batu sampai ia mati (Ul 22:20, 21).

Di dalam zaman perjanjian baru, Yesus menunjukkan kemurahanNya pada yang melanggar hukum-hukum moral ini. Ia mengampuni dan memulihkan mereka dengan berkata: "... Akupun tidak akan menyalahkan engkau; pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi" (Yoh 8: 11).

Tetapi sex adalah bagian yang sangat penting dari kehidupan pernikahan. Allah telah menentukan bahwa hubungan sex itu harus dinikmati pada tempatnya dan di antara orang-orang yang benar - yaitu pasangan nikah.

Perasaan orang-orang Yahudi terhadap hal ini sangat kuat sehingga seorang pria yang baru menikah dibebaskan dari tugas kemiliterannya atau tugas-tugas pekerjaannya untuk sepanjang tahun sehingga ia dapat "... menyukakan hati perempuan yang telah diambilnya menjadi isterinya" (Ul 24:5).

Larangan bahwa seorang suami dan isteri tidak seharusnya mengadakan hubungan sex adalah selama wanita itu sedang haid (Im 18:19).

Sex seharusnya dinikmati baik oleh isteri maupun oleh suami. Allah mengatakan kepada Hawa, "... engkau akan birahi kepada suamimu" (Kej 3:16).

Di dalam Kidung Agung, wanita itu sangat agresif, mencium suaminya dan membawanya ke kamarnya. Ia menyatakan cinta pada suaminya berulang-ulang dan mendorongnya untuk menikmati hubungan badan dengannya (Kid 1:2, 2:3-6, 8:10, 8:14).

Pada zaman perjanjian baru ada pertentangan di antara sidang di Korintus tentang peranan dari sex. Tampaknya beberapa orang memegang nilai hedonistik yaitu, apapun yang dikehendaki seseorang tentang sex itu boleh saja dilakukan, termasuk juga persundalan, perzinahan, pelacuran dan tindakan homosex.

Orang-orang yang lain mengatakan bahwa sex adalah sesuatu yang jahat, sehingga tidak usah mengadakan hubungan itu sama sekali; walaupun dengan suaminya ataupun isterinya sendiri (lihat 1 Kor 7).

Paulus mengingatkan di dalam Korintus bahwa perzinahan dan homo seksualitas adalah dosa yang harus dihindari (1 Kor 6:9-11).

Namun ia berkata bahwa suami dan isteri harus menikmati pemberian dari Allah, bersama-sama yaitu sex. Paulus memberikan peraturan "... hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya..."

"Janganlah kamu saling menjauhi kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan berdoa; sesudah itu kamu hendaklah kembali hidup bersama-sama, supaya iblis jangan menggodai kamu karena kamu tidak tahan bertarak" (1 Kor 7:3,5 rsv).

3. Pernikahan Yang Ideal Telah Dirusakkan

Dulunya Adam dan Hawa sangat bahagia, mereka saling mengasihi. Mereka satu tubuh. Namun kemudian, laki-laki dan perempuan pertama itu tidak taat pada Allah, dan dosa mereka mendatangkan hukumanNya: "Orang yang berbuat dosa itu, itu yang harus mati..." (Yeh 8:20).

Mereka diusir dari taman Eden, karena mereka tidak hidup di dalam hadirat Allah setelah mereka berdosa.

Mereka menjadi budak dari setan yang telah mereka turuti. "Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu pada seseorang, sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati; baik dalam dosa yang memimpin kamu ke dalam kematian, maupun ke dalam ketaatan yang memimpin kamu ke dalam kebenaran?" (Rm 6:16). Demikianlah, Adam dan Hawa mempunyai tuan yang baru dan disanalah masalah ini dimulai.

Di dalam hati pria dan wanita itu, nafsu mulai menggantikan tempat dari kasih. Keserakahan dan kejahatan menggantikan tempat dari kebaikan. Nafsu jahat telah lepas dari kekangnya.

Berabad-abad lewat, karena laki-laki mempunyai fisik dan otot-otot yang lebih kuat dan lebih besar, kejahatan di hatinya mengubahnya menjadi seorang yang menganggap wanita itu budaknya.

Ia tidak lagi menganggap wanita sebagai penolong dan sejawat yang harus dilindungi dan dijaga, malahan telah menurunkan derajatnya menjadi lebih rendah secara fisik untuk memuaskan nafsunya sendiri.

4. Pemulihan Sudah Disediakan

Tetapi untuk akibat yang tidak baik dari dosa, kita harus bersyukur kepada Allah, karena Ia telah menyediakan pemulihan dari kejatuhan dari (laki-laki dan perempuan) - sehingga perempuan dapat dipulihkan dan dapat kembali menempati kedudukannya di samping laki-laki.

B. TRADISI GEREJA

Di dalam Matius 19:3-9 Yesus mengemukakan suatu ukuran bagi hubungan pria dan wanita. Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus mempunyai ukuran yang telah direndahkan oleh Musa dan kemudian oleh interpretasi dan pengajaran Talmud.

Yesus menerangkan dengan jelas bahwa semua tradisi itu bukannya untuk meniadakan maksud Allah yang semula terhadap pria dan wanita. Ia datang untuk menetapkan tujuan dan maksud Allah yang mula-mula (yang asli). "Ia berkata kepada mereka, `Musa, sebab kekerasan hatimu telah menderita hingga memperkenankan engkau menceraikan isterimu; tetapi permulaannya bukanlah demikian.'"

1. Wanita Dilarang Untuk Berbicara

Ahli teologi tidak menjelaskan atau menekankan fakta bahwa pekerjaan penebusan Kristus adalah untuk memulihkan kehendak Allah yang mula-mula dan untuk mengembalikan wanita pada tempatnya yang semula di samping pria. Karena itu mereka sering kali melarang wanita untuk berbicara di dalam gereja.

Hal itu telah terjadi selama hampir 2000 tahun sejak Yesus meninggikan wanita-wanita, namun hari ini tradisi gereja sering kali melarang wanita untuk berkhotbah atau mengajar.

Ahli teologi mendukung larangan itu karena dalam peraturan-peraturan dari Rasul Paulus yang diberikannya untuk memecahkan masalah tertentu yang jelek dari orang-orang yang baru bertobat (yang sering kali terjadi dari banyak wanita-wanita yang tak terdidik - terpelajar). Paulus hanya bermaksud mengingatkan pada peraturan-peraturan etika dan peradaban.

Kebebasan dari wanita untuk berdoa dan bernubuat di dalam kumpulan keagamaan masih begitu baru sehingga sering kali menimbulkan masalah di dalam gereja-gereja di mana orang-orang Yahudi dan orang-orang kafir berbaur.

Tidak mudah bagi orang-orang Yahudi Kristen yang baru untuk menerima kenyataan mengenai persamaan rohani dengan wanita ini. Gagasan bahwa wanita turut mengambil bagian dalam upacara-upacara keagamaan begitu asing bagi mereka dan bagi mereka terasa kurang kudus. Wanita-wanita bahkan tidak diperbolehkan memasuki tempat-tempat penyembahan Bait Suci Yahudi.

Orang-orang Yahudi yang sudah bertobat dan menjadi pengikut Kristus masih memegang tradisi yang lama. Orang-orang Yahudi yang beriman masih memegang hukum-hukum atau peraturan makan yang terdapat di Perjanjian Lama (baca bagian 500 Tahun Diantara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).

Mereka masih meneruskan kebiasaan sunat, dan bahkan guru-guru Yahudi pergi keluar kepada orang-orang kafir dan memaksa orang-orang kafir itu untuk juga disunat. Juga tentang wanita-wanita yang diperkenankan untuk mengemukakan pendapat di dalam gereja sangat tidak mereka sukai.

Tradisi Yahudi melarang wanita untuk berbicara di rumah-rumah ibadah. Walaupun tak ada kekuatan di Alkitab yang menyatakan peraturan semacam itu, namun orang-orang Yahudi tetap masih berpegang teguh pada tradisi keagamaan mereka.

2. Peraturan Duduk Yang Khusus

Peraturan duduk mereka di dalam tempat pertemuan juga masih menurut tradisi di Bait Suci Yahudi. Wanita-wanita tetap harus menempati tempat mereka sendiri, karena itu wanita-wanita duduk dibatasi pada bagian belakang dari rumah-rumah ibadah, di mana gosip dan percakapan mereka tidak mengganggu ibadah yang kudus itu.

Pria, yang telah menjadi alat Allah yang suci, menempati tempat yang utama di mana mereka dapat melakukan penyembahan dan ibadahnya, berdiskusi tentang kejadian-kejadian yang baru terjadi, tentang urusan-urusan dagang mereka, tentang masalah dan pelaksanaan tugas upacara-upacara mereka.

(Gereja-gereja di beberapa negara, salah satu contohnya ialah Mesir, masih menempatkan wanita-wanitanya secara terpisah).

Selama masih berhubungan dengan wanita, pada zaman Rasul Paulus, wanita hanya dianggap sebagai alat dari manusia saja; biasanya tidak terpelajar, tidak bermoral dan juga tidak canggih.

Di dalam revolusi Kristen yang baru, pria-pria Yahudi yang bertobat tidak begitu mengakui fakta bahwa wanita dapat diselamatkan.

Tetapi berdasarkan prasangka mereka tentang wanita-wanita yang dianggap rendah itu, merupakan keangkuhan mental untuk melarang wanita masuk ke dalam tempat yang suci itu, apalagi membiarkan "mahluk-mahluk yang rendah" itu untuk berbicara dan mengajar. Perasaan lebih atau superior dari pria tidak mau mengakui ketidak adilan perlakuan terhadap wanita ini.

Kebebasan wanita yang baru ditemukan di dalam Kristus ada konflik langsung terhadap system Yahudi yang lama, dan akibatnya adalah batasan yang jelas antara pria dan wanita Kristen pada zaman itu.

3. Perlunya ada Peraturan dan Wibawa

Untuk membuat situasi yang lebih buruk lagi, karena biasanya wanita-wanita tidak terdidik, tidak terpelajar dan mereka cenderung memamerkan kebebasannya seperti seseorang yang dulu hidup tertekan dan tiba-tiba saja diemansipasi.

Mereka selalu ditempatkan di pelataran wanita. Sekarang mereka dapat memasuki bagian dalam dari bangunan dan mereka dapat mendengarkan dan melihat segala sesuatu.

Bagi para wanita hal ini adalah sesuatu yang baru dan membakar jiwa mereka. Beberapa wanita jadi banyak bicara; yang lainnya menjadi kasar; ada yang menjadi cerewet; ada lagi yang tidak puas; selalu ingin tahu dan mengurusi urusan orang lain. Sungguh-sungguh suatu dimensi yang baru. Tetapi kehadiran mereka dan keikutsertaan mereka berbicara dalam perkumpulan itu telah membuat para pria Yahudi sampai pada batas kesabaran mereka adalah mengenai kebebasan baru yang memperbolehkan wanita-wanita untuk memasuki perkumpulan ibadah ini.

Apalagi para wanita itu ikut mendengarkan diskusi di gereja, beberapa tidak tahan dan akan berteriak pada suami-suami mereka, minta penjelasan; atau seseorang mungkin langsung menentang suatu pokok bahasan, atau ikut berbicara dalam diskusi tersebut, atau mengajukan pertanyaan, dan kadang-kadang bahkan memberikan nubuatan, atau suatu interpretasi - dan biasanya mereka melakukannya dengan cara yang tidak teratur (tertib), berteriak-teriak memanggil dari tempat duduk wanita dengan ramai sehingga didengar oleh para pria yang lainnya.

Ingatlah, bahwa kegoncangan ini adalah ekspresi dari emansipasi wanita yang pertama di dunia. Mereka belum dilatih atau dimuridkan dalam peran baru yang penuh kebebasan di dalam Kristus. Untuk duduk dibagian dalam gereja, mendengar dan melihat segala sesuatu untuk pertama kalinya adalah suatu pengalaman yang mengejutkan mereka. Mereka belum belajar untuk menahan diri sendiri, maka biasanya mereka langsung saja mengeluarkan pikiran dan perasaan mereka.

Paulus mencoba untuk membuat beberapa peraturan dan wibawa dalam kebebasan Kristen yang baru ini. Rasanya tidak baik untuk melihat seorang wanita memamerkan kebebasannya dan berteriak dari "tempat duduk wanita" di bagian belakang itu. Dan ini merupakan sikap yang tidak baik untuk menyatakan pertanyaan, atau menunjukkan kebebasan mereka dengan memberikan nubuatan-nubuatan atau bantahan-bantahan mengenai pengajaran yang didapatnya. Sungguh diluar kebiasaan bagi wanita untuk mengajarkan gagasan-gagasan kepada pria dan kini mereka merasa telah mendapat kesempatan untuk melakukannya.

Dengan anak-anak yang menangis dan wanita-wanita yang berteriak-teriak untuk menarik perhatian laki-laki itu, merupakan gambaran yang sangat memalukan bagi orang-orang Yahudi yang baru saja bertobat. Paulus tahu bahwa sesuatu harus dilakukan. Wanita telah salah menggunakan kebebasan baru mereka, dan mereka harus belajar untuk memakai peran emansipasi itu dengan benar dalam Kristus.

Situasi semacam inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia memberikan peraturan mengenai sikap wanita di dalam perkumpulan jemaat.

Tidak cocok dan tidak baik bagi wanita yang begitu bersemangat namun tidak terlatih untuk berdiri dan mengganggu jalannya suatu perkumpulan, beberapa dari mereka begitu meledak-ledak langsung memberikan tanggapannya, berbantah dengan laki-laki di muka umum, mempengaruhi pendapat umum dengan mengajarkan pandangan-pandangannya.

Bayangkanlah situasi kerusuh

Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
wanita_dalam_pelayanan.htm97 KB

Komentar