Tidak ada Jalan Lain

BAB X

TIDAK ADA JALAN LAIN

Ada beberapa orang yang menerima pendapat bahwa seseorang memerlukan Tuhan Yesus untuk mendapatkan keselamatan seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, tetapi ada beberapa orang yang termasuk dalam perkecualian. Kita seharusnya mempertimbangkan perkecualian yang dimaksud ini.

PENCARI YANG SUNGGUH-SUNGGUH

Perkecualian pertama yang dianggap benar adalah kasus "Pencari yang sungguh-sungguh". Adakah orang yang sungguh-sungguh mencari akan Tuhan yang pencariannya di terima Tuhan dan adakah orang yang diselamatkan tanpa mendengarkan berita Injil?

Pandangan mengenai hal ini menempatkan Kornelius sebagai salah satu contohnya. Mereka menunjuk pada pernyataan Petrus bahwa Tuhan "menerima manusia dari berbagai bangsa yang takut akan Dia dan yang melakukan perbuatan yang baik" (Kisah Para Rasul 10:35). Mereka mengatakan bahwa bila seseorang takut akan Tuhan, dan melakukan segala sesuatu yang baik seperti yang telah dilakukan oleh Kornelius, maka dia akan diterima Tuhan dan akan mendapat anugerah keselamatan. Tetapi riwayat pertobatan Kornelius menunjukkan bahwa dia belum diselamatkan sebelum Petrus berkotbah padanya. Malaikat yang menemui Kornelius mengatakan padanya bahwa Petrus "akan menyampaikan kabar baik kepadanya, yang akan mendatangkan keselamatan baginya dan bagi seluruh isi rumahnya" (Kisah Para Rasul 11:14). Kabar yang harus didengarkan mengenai keselamatan yang dianugerahkan. Sehingga Kisah Para Rasul 10:35 tidak dapat dinyatakan secara tidak langsung bahwa orang seperti Kornelius dapat diselamatkan tanpa mendengarkan berita Injil. Menurut ayat ini Petrus menunjukkan rasa herannya karena ternyata semua orang yang bukan Yahudi juga dapat diselamatkan. Kita menyimpulkan pendapat ini dengan pendapat Everett F. Harrison bahwa ketika Petrus mengatakan bahwa Tuhan menerima semua orang dari berbagai bangsa yang takut kepadanya dan melakukan yang benar, hal itu berarti bahwa semua orang termasuk yang bukan Yahudi juga "memiliki kesempatan untuk diselamatkan". {1}

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Kornelius sesungguhnya adalah bagi orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, Tuhan akan menyatakan ajaran-Nya, bahkan juga Tuhan dapat melakukan mujizat yang luar biasa. Satu-satunya jalan agar pernyataan Tuhan dapat kita ketahui adalah dengan memberitakan Injil Kristus. J. Oswald Sanders memberikan dua contoh yang bermanfaat dari orang seperti ini. {2}

Kisah pertama berhubungan dengan Dr. N. L. Niswander dalam "The Alliance Weekly" edisi 2 Juli 1958. Pada misi penginjilan, saat dia berkotbah, dia merasa terkesan dengan seorang pendengar yang wajahnya memancarkan keterbukaan dan ketertarikan.

Subyek mengenai Kritus sebagai Juru selamat telah membawa kesukaan dan kegirangan baginya. Selanjutnya, saat orang ini bertemu dengan misionaris, dia menceritakan tiga kejadian dalam hidupnya. Pertama, dia sadar betapa sempurna dan ajaibnya dunia ini. Alam telah menunjukkan padanya bahwa ada satu Pribadi yang luar biasa. Kedua, adanya penghukuman dan penghakiman dosa yang berat. Pengetahuannya mengenai keagungan alam membawa terang betapa tidak sempurnanya dia. Dia kemudian menyatakan adanya kedekatan hubungan antara hukum fisik dan hukum moral dan kekudusan Tuhan. Ketiga, dia menjadi seorang yang sungguh-sungguh mencari jawaban Allah atas kebingungan yang ada dalam hati dan pikirannya. Dia bersaksi saat dia mencari pengampunan dari Allah, dia benar-benar merasakan kehadiran Allah. Dan selanjutnya dia mengatakan, "Sejak saya mendengarkan kotbahmu, saya mendapati bahwa hanya Yesus Kristus-lah yang dapat menebus dosa saya."

Orang ini benar-benar merupakan contoh seorang Kornelius modern. Kami mencatat bahwa orang ini memberikan respon terbaik terhadap terang yang dia terima sampai akhirnya membawa dia datang pada Kristus.

Selanjutnya Sanders menghubungkan hal ini dengan kisah seorang perawat yang juga penginjil di Thailand:

Sepasang suami istri datang ke rumah kami di Thailand sekitar pukul tiga sore... Sang Istri mulai berbicara, "Ada suatu hal yang membuat saya bingung, dan saya pikir Andalah orang yang dapat membantu saya. ...Saya bermimpi tentang seseorang yang bernama Yesus. Dapatkah Anda memberitahu saya siapakah Dia?..." Orang ini menghubungkan mimpinya dan kemudian bertanya apakah maksud dari mimpinya itu. Dia tidak tahu apa-apa tentang Tuhan Yesus, sampai dia mendengar namanya dalam mimpi. Selama lima tahun dia dan suaminya mencari kedamaian, dan bersama-sama mereka mencoba untuk hidup suci setelah memeluk agama Budha, tetapi kedamaian tidak juga mereka rasakan. Tetangga-tetangga mereka menganggap mereka gila karena pencariannya yang sungguh-sungguh. Saat itu juga saya meminta Tuhan untuk memimpin kami dan akhirnya selama kurang lebih tiga jam kami mempelajari Alkitab dari perikop ke perikop yang lain, dan Roh Kudus memimpin dan memberikan pengertian kepada kami. Rasanya ada sensasi yang luar biasa saat menerangkan dan melihat pasangan ini menerima Firman Allah secara mendalam.... Hari Minggu sore berikutnya mereka datang lagi. Mereka serentak berbicara, "Kami menemukan damai sejahtera dan sukacita yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya."

Pada kedua kisah ini, pencari yang sungguh-sungguh mendengar Injil Kristus. Oswald Sanders mengutip Dr. H. W. Frost, yang menceritakan seseorang yang "mendapat penglihatan 'sosok dalam jubah putih' yang mengatakan padanya untuk pergi ke kota-kota atau kapel- kapel tertentu, dan percaya pada apa yang akan didengar di sana." Dan kemudian Dr. Frost menekankan, "Harus pergi, memberitakan, mendengar dan percaya untuk membuat mereka mengerti arti sebenarnya penglihatan yang mereka terima".

Dr. Frost menyimpulkan, kemungkinan Tuhan telah merencanakan untuk memberitakan Injil secara langsung pada manusia, melalui mimpi, penglihatan, dan pernyataan. Tetapi Tuhan tidak melakukan hal ini, melainkan Dia memberi perintah kepada manusia agar pergi mengabarkan Injil dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. {3}

Namun, harus kita tambahkan bahwa mayoritas orang-orang tidak mencari Tuhan dengan cara-cara ini. Kenyataannya, pada saat Injil diberitakan pada mereka, beberapa orang menolak Injil. Kebanyakan dari mereka yang telah menerima Injil bersaksi bahwa mereka tidak sungguh- sungguh mencari Injil. Pengalaman saya dan beberapa orang yang bekerja di antara orang yang non-Kristen adalah pencari seperti Kornelius sangat sulit ditemukan dimana-mana.

KESELAMATAN PADA MASA PERJANJIAN LAMA

Ada pertumbuhan jumlah orang yang berpendidikan yang menggambarkan prinsip mengenai keselamatan berdasarkan fakta bahwa ada orang Yahudi yang diselamatkan tanpa berita Injil pada masa sebelum Kristus datang ke dunia. Mereka mengatakan bahwa dengan cara yang sama orang mungkin diselamatkan pada saat ini juga, sebelum Injil diberitakan kepada mereka bila mereka takut pada Tuhan seperti yang diajarkan para nabi pada masa Perjanjian Lama.

Namun, kita melihat bahwa pada masa Perjanjian Lama terdapat dua kunci yang dibutuhkan untuk memperoleh keselamatan. Kedua gambaran ini juga merupakan kunci keselamatan dalam Injil Kristus. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa dalam setiap bagian yang mendasar, keselamatan dalam Perjanjian Lama merupakan bayang-bayang keselamatan yang terdapat dalam Injil Kristus.

Gambaran pertama mengenai keselamatan dalam masa Perjanjian Lama adalah bahwa mereka yang diselamatkan menerima pernyataan khusus dari Allah dan jalan-Nya. Pernyataan Allah ini sekarang terekam dalam Perjanjian Lama. Pernyataan Allah ini seringkali disalah artikan oleh Bangsa Yahudi. Tetapi meskipun demikian, pada intinya adalah sama dengan pernyataan Allah yang terdapat dalam Injil Kristus. Ini menunjukkan perjanjian antara Allah dengan manusia, yang dianugerahkan oleh Tuhan dan diterima manusia melalui iman kepercayaanya.

Kedua, pada masa Perjanjian Lama, pada waktu itu dibutuhkan apa yang oleh Carl F. H. Henry sebut sebagai "suatu pengorbanan rohani yang diakui... dimana difokuskan pada Sang mediator yaitu Mesias... jika hanya di dalam suatu rasa yang mendalam dan membutuhkan persiapan." Henry mengingatkan pada kita bahwa "Allah dalam Perjanjian Lama marah dengan segala macam bentuk dosa; dan hanya kepuasan dari kebenaran dan perasaan berdosa dengan pengorbanan yang sempurna dari Mesias yang dijanjikan membuat Dia diperdamaikan." Pengorbanan pada masa Perjanjian Lama merupakan bayang-bayang dan nubuat dari pengorbanan Kristus. Mereka mencari perdamaian dengan Allah. Untuk itu mereka menarik kemarahannya melawan dosa. Henry menyimpulkan, "Suatu agama yang mengajarkan mengenai pengampunan tanpa doktrin pengganti penyelesaian masalah dan pertobatan pada umumnya tidak memiliki apa- apa begitu pula dengan agama pada Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru." {4}

Keselamatan dalam Perjanjian Lama meliputi suatu hubungan perjanjian dengan Tuhan, yang memerlukan penerimaan pernyataan khusus Allah dan jalan-Nya pada dirinya sendiri dan juga memerlukan pemberian korban dan pertobatan pada Tuhan Allah. Kedua persyaratan ini merupakan syarat yang tidak dapat dipenuhi oleh "orang non Kristen sebelum masehi" pada saat ini yang belum mendengar Injil.

Adakah perkecualian yang terdapat dalam Perjanjian Lama tentang metode Keselamatan yang telah dibahas di atas? Apakah orang dapat diselamatkan tanpa bantuan dari bangsa perjanjian, pernyataannya, dan pengorbanannya? Lima orang pada masa Perjanjian Lama dipilih sebagai contoh perkecualian ini.

Yang pertama adalah Abraham. Tetapi dia menjadi satu perkecualian sebab dia adalah pendiri dari bangsa perjanjian. Selain itu, dia juga telah memenuhi dua syarat yang telah ditentukan di atas. Dia menerima pernyataan khusus dari Tuhan dan dia memberikan korban penebusan. Tentu saja, dia tidak menerima pernyataan dari sumber manusia. Tuhan berbicara secara langsung dengan dia. Tetapi karena dia termasuk contoh yang khusus, kita dapat melakukan dengan baik dengan berhati- hati menyimpulkan dari contoh ini bahwa Tuhan juga berbicara secara langsung pada orang lain, dalam membawa mereka pada keselamatan.

Perkecualian kedua adalah Ayub. Tetapi kita mengenal sedikit sekali mengenai Ayub sehingga sebaiknya kita tidak segera menyimpulkan mengenai latar belakang kerohaniannya dan bagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya pada Ayub. Tentu saja, kita tahu bahwa Ayub memberikan korban persembahan pada Tuhan (Ayub 1:5).

Kita mengetahui lebih banyak mengenai latar belakang kerohanian Bileam, sebagai perkecualian ketiga. Dia bukanlah seorang "nabi" Yahudi dari Mesopotamia. Kita tahu bahwa Tuhan berfirman melalui dia. Tetapi seperti pendapat Gordon Wenham, Alkitab tidak menggambarkan dia sebagai "orang yang baik atau orang yang benar-benar percaya". Wenham mengingatkan kita bahwa "melalui Alkitab, ramalan dan pemberian hadiah khusus yang luar biasa lainnya diberikan sebagai tanda dari inspirasi, tetapi tidak memerlukan kekudusan atau berdiri dengan benar di samping Allah." {5} Dia termasuk salah satu orang yang terbunuh ketika Tuhan meminta bangsa Israel untuk melakukan pembalasan kepada bangsa Midian (Bilangan 31:1-8). Dalam Perjanjian Baru namanya merupakan simbol dari orang yang serakah (2Petrus 2:15; Yudas 11) dan dari keikutsertaan dalam penyembahan berhala dan tindakan yang tak bermoral (Wahyu 2:14). Hampir dipastikan, Bileam tidak digambarkan sebagai orang yang diselamatkan di dalam Alkitab.

Perkecualian keempat adalah Yitro, mertua Musa, yang memberikan nasehat pada Musa untuk membentuk pemimpin-pemimpin dibawahnya yang membantu sistem peradilan bangsa Israel (Keluaran 18). Kita tahu bahwa Yetro memberikan korban persembahan kepada Tuhan Allah (Kel 18:12). Meskipun dia bukan orang Yahudi, dia memiliki hubungan yang dekat dengan bangsa Yahudi dan hubungan mereka melalui anak menantunya, yaitu Musa. Sehingga dia bukanlah contoh yang tepat untuk digunakan sebagai bukti bagi pandangan yang menyatakan bahwa orang yang belum menerima penginjilan dapat diselamatkan. Orang yang belum menerima penginjilan kita anggap sebagai orang yang tidak memiliki hubungan dengan Alkitab. Tetapi Yitro memiliki hubungan yang dekat dengan Alkitab Perjanjian Lama.

Perkecualian kelima adalah Melkisedek, Imam Raja Salem, yang memberkati Abraham dan menerima sepersepuluh barang rampasan yang didapatkan oleh Abraham setelah berperang melawan raja-raja di sekitarnya. Dia terlihat telah dekat dengan Tuhan meskipun dia tidak termasuk dalam bangsa perjanjian. Bila dia diselamatkan, apakah dia diselamatkan tanpa berhubungan dengan Alkitab Perjanjian Lama? Dalam Kejadian 14 menerangkan bahwa dia adalah sahabat Abraham. Orang yang berpengaruh seperti Abraham hampir dapat dipastikan mengenal raja-raja disekitar Salem (kemungkinan Jerusalem). Dapatkah dia mendengar tentang Allah dari Abraham? Ini mungkin juga, tapi kita tidak dapat meyakini hal ini.

Melkisedek datang tiba-tiba dan pergi dengan cepat, sehingga penulis Ibrani menggunakan kedatangan dan kepergiaannya yang tiba-tiba sebagai simbol kekekalan (Ibrani 7:1-3). Dia menggunakan kenyataan ini sebagai simbol dari yang tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir. Penekanan saya adalah bahwa kita mengetahui terlalu sedikit mengenai Melkisedek untuk mengembangkan suatu teologi mengenai keselamatan pada orang-orang yang belum pernah mendengarkan Injil.

Kita menyimpulkan bahwa Alkitab tidak menjelaskan mengenai orang-orang yang diperkecualikan, dimana Tuhan berbicara secara langsung padanya dan memberikan keselamatan kepada mereka tanpa harus mendengar Injil terlebih dahulu. Prinsip ini hanya bisa diperoleh dari gambaran dan contoh-contoh yang dapat dipertanyakan dalam Alkitab. Alkitab tidak memberikan pada kita contoh yang cukup untuk menunjukkan suatu harapan bagi keselamatan seseorang yang terpisah dari Alkitab. Kita tahu bahwa kebanyakan orang di dunia tidak mencari Tuhan seperti yang dilakukan oleh Kornelius. Kita tidak memiliki bukti yang meyakinkan untuk berharap bahwa sedikit tipe pencari seperti Kornelius di dunia ini yang dapat diselamatkan tanpa harus mendengarkan Injil. Sehingga kita percaya bahwa Tuhan akan meminta kita untuk menghormati semua orang di mana pun mereka berada sebagai yang tersesat dan sungguh- sungguh memerlukan Injil.

ADAKAH KESEMPATAN SETELAH ITU?

Suatu gagasan yang sering didiskusikan adalah kemungkinan bagi orang- orang untuk mendengarkan Injil setelah mereka mati. Dikatakan bahwa khususnya bagi mereka yang belum mendengar Injil akan mendapatkan kesempatan ini.

Namun seluruh tujuan Alkitab ada dalam petunjuk yang lain. Kita baca dari Ibrani 9:27, "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi." Dalam perumpamaan-Nya mengenai Lazarus dan orang yang kaya, Yesus berbicara mengenai perbedaan yang besar mengenai surga dan neraka. Abraham berkata pada si orang kaya, "Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang" (Lukas 16:26). Leon Morris menggaris bawahi bahwa orang Yunani di sini menggambarkan bahwa jurang pemisah merupakan "tujuan dan bukan hal yang sederhana akibat adanya perbedaan yang sangat besar." Itulah sebabnya terdapat kata "supaya" dalam ayat tersebut. Sehingga Morris mengatakan bahwa "setelah kematian tidak ada jembatan yang dapat dilalui dari satu tempat ke tempat yang lain." {6}

Kitab Ibrani selalu menekankan pada kita bahwa, "Hari ini jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu" (Ibrani 3:7, 13, 15 ;4:7) Yesaya menulis: "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; Berserulah kepada-Nya selagi ia dekat" (Yesaya 55:6), menunjukkan bahwa kesempatan yang diberikan kepada manusia akan berakhir.

Namun dua teks dalam 1 Petrus telah digunakan untuk menghadirkan ide mengenai adanya kesempatan untuk mendengarkan Injil setelah mati. Banyak hal telah ditulis dalam teks ini, termasuk buku-buku karya seorang sarjana Roma Katolik, William J. Dalton, yang memberikan kesimpulan sangat dekat dengan kita. {7} Di sini kita akan menampilkan perbandingan singkat yang berisi penjelasan secara rinci mengenai kedua teks ini.

Memberitakan Injil Pada Roh-roh yang di Penjara
(1Petrus 3:19-20)

Petrus menulis bahwa Kristus "pergi dan mengabarkan Injil pada roh-roh yang ada dalam penjara yang tidak taat pada waktu yang lalu ketika Allah menanti dengan sabar pada hari Nuh membuat bahtera" (3:19,20). Hal ini membawa pada suatu pandangan mengenai adanya kesempatan untuk mendapatkan keselamatan setelah mati yang diumpamakan ayat ini bahwa Kristus memberitakan Injil kepada orang mati yang terikat dalam kematian kekal. Mereka mengatakan bahwa kita dapat menyampaikan prinsip yang timbul dari perikop ini untuk membangun doktrin mengenai kesempatan untuk bertobat setelah mati.

Kunci untuk dapat memahami teks ini bersumber pada frasa "roh-roh dalam penjara" dimana Kristus memberitakan injil. Penerjemahan kata "roh" (pneuma) di sini berdiri sendiri tanpa kata bantu sebelum dan sesudahnya. J.N.D. Kelly menunjukkan bahwa dalam Perjanjian Baru dan literatur Yahudi lainnya pada masa itu kata ini biasa digunakan untuk menunjukkan hal baik dan buruk yang bersifat supranatural (misalnya Matius 12:45; Lukas 10:20; Ibrani 1:14). {8} Kata ini tidak digunakan untuk menunjukkan roh manusia yang hidup. Oleh karena hal itu dan alasan lainnya maka banyak sarjana pada masa kini mendefinisikan "roh dalam penjara" dengan malaikat yang tidak taat yang menikahi anak perempuan manusia dan menyebabkan kehancuran ras manusia seperti yang terdapat dalam Kejadian 6:1-4. {9}

Kejadian 6:1-4 memiliki bagian yang sama dengan Kisah Nabi Nuh (6:5-9:29). Kitab tersebut menjelaskan hubungan roh dengan masa Nuh. Malaikat pada Kejadian 6:1-4 merupakan topik favorit dalam literatur tambahan yang Alkitabiah pada masa itu. Karena kita tidak terbiasa dengan bentuk teratur ini, bagi sebagian besar dari kita hal ini merupakan sesuatu yang menakutkan. Tetapi topik ini sudah menjadi hal yang biasa bagi Petrus dan pembacanya. Kenyataannya, malaikat ini disebutkan juga dalam 2Petrus 2:4 dan Yudas 6.

Malaikat yang disebutkan dalam 2Petrus 2:4 dan Yudas 6 ini, berhubungan dengan penghakiman mereka. Perikop kita juga memiliki gagasan seperti ini. Pemberitaan yang dilakukan Kristus kepada roh-roh dalam penjara bukan seperti yang kita sebut sebagai pemberitaan Injil. Kata yang digunakan Petrus tidak menuntut bahwa kita mengerti hal ini seperti apa adanya. Petrus tidak menggunakan kata "euangelizo" yang berarti "memberitakan kabar baik". Sebaliknya, dia menggunakan kata 'kerusso' yang berarti "mengabarkan". Kata ini sering digunakan dengan arti pemberitaan Injil. Tetapi kata ini juga bisa dipakai walaupun tidak menunjuk pada penginjilan (Lukas 13:3; Roma 2:21, Wahyu 5:2). Kita percaya bahwa kata ini dipakai untuk memberitakan sesuatu yang lebih daripada Injil.

Pemberitaan seperti apakah yang Kristus gunakan untuk para malaikat? Menurut Edwin Blum, kata ini merupakan "pemberitaan mengenai kemenangan Kristus dan hari kematian mereka datang melalui kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya". {10} Hal ini dapat juga terjadi pada hari kematian sampai kebangkitan atau setelah kenaikan Yesus ke surga.

Peninjauan 1Petrus 3 menunjukkan bahwa tujuan dari perikop ini adalah untuk memberikan dorongan untuk menganiaya orang Kristen. Hal ini untuk mengingatkan mereka bahwa Kristus adalah pemenang atas semua kekuatan roh jahat melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kekuatan roh jahat ini mungkin sangat kuat. Mereka mungkin menyebabkan banyak malapetaka, seperti yang dilakukan malaikat pada masa Nabi Nuh. Tetapi Kristus telah memberitakan kemenangannya sehingga segala penguasa harus bertekuk lutut di hadapan Kristus. Maka para pembaca Petrus tidak perlu merasa takut. Mereka dapat yakin bahwa Kristus akan mengalahkan kekuatan roh jahat yang menyebabkan mereka mengalami banyak penderitaan pada masa itu. Pada awal paragrap, Petrus telah menasehatkan para pembacanya mengenai bagaimana menghadapi perlakuan yang menyakitkan. Paragrap yang kita pelajari mengambarkan kepercayaan diri yang dimiliki orang Kristen di tengah-tengah perjuangannya sebab Kristus-lah pemenangnya. Sehingga kita mengetahui bagaimana mengenali roh dalam penjara dengan malaikat yang terdapat dalam Kejadian 6 adalah yang paling alami pada konteks yang terdapat dalam ayat-ayat ini.

Injil Diberitakan Pada Orang Yang Sudah Mati
(1Petrus 4:6)

Petrus menulis, "Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah" (1Petrus 4:6). Ayat ini sering dihubungkan dengan ayat mengenai roh dalam penjara (1Petrus 3:19). Tetapi kata-kata dan konteks kedua ayat ini berbeda jauh. {11} Kedua ayat ini membawa pandangan pada kemungkinan adanya penawaran keselamatan setelah mati, sehingga ayat ini mengajarkan bahwa Injil diberitakan kepada orang non Kristen setelah mereka mati. Sebaliknya kita menegaskan, dengan sekelompok orang terpelajar, bahwa orang mati yang dibicarakan di sini adalah orang Kristen yang sekarang ini mati dan bahwa pemberitaan yang disebutkan dilakukan sewaktu mereka masih hidup. {12)

Interpretasi ini menjadi lebih jelas jika kita melihat pada konteks ayat ini. Pertama, pembahasan berawal dengan tantangan bagi orang percaya untuk dipersiapkan menerima penganiayaan dengan tidak adil sama seperti Kristus yang juga menderita menurut kehendak Allah (1Petrus 4:1). Sehingga disamping penderitaan yang menyertai kita, kita harus hidup kudus (4:1), meskipun banyak orang di sekitar kita hidup dengan cara yang tidak kudus (4:3). Kenyataannya, orang yang hidupnya tidak kudus tidak memahami penolakan kita untuk menuruti kesenangan yang tidak kudus. Mereka berpikir kita aneh dan menumpuk fitnahan kepada kita (4:4). "Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati (4:5). Selanjutnya kita sampai pada ayat yang sedang kita pelajari, yang membahas perbedaan pengadilan yang dilakukan di bumi secara badani atau lebih harfiah lagi, secara daging. Ini merupakan penghakiman dunia kepada orang-orang Kristen, dan penghakiman ini bisa berupa martir. Apa yang dikatakan Petrus adalah meskipun orang Kristen dihakimi dan dipersalahkan di bumi (secara badani), mereka benar-benar hidup dan diterima Allah di dalam surga (secara roh).

Sekarang mari lihat frasa yang berbeda dalam ayat 4:6. Petrus berkata: "Itulah sebabnya Injil telah diberitakan juga kepada orang- orang mati." Hal ini bukan berarti bahwa Alkitab diberitakan kepada mereka setelah mereka mati. Kita memutuskan apakah hal itu terjadi sebelum atau sesudah berdasar pada konteksnya. Konteksnya akan terasa jika kita menerimanya sebelum kita mati. Sehingga orang-orang ini, yang menerima Injil dan yang memberikan hidupnya pada Kristus, mati dipermalukan karena imannya pada Kristus. Dalam kata-kata Petrus, mereka "dihakimi secara badani". Namun penghakiman ini berbeda dengan penghakiman surgawi, sebab mereka "hidup oleh kehendak Allah".

Ayat 6 seperti ayat-ayat lainnya dalam paragrap ini (4:1-6) merupakan dorongan bagi orang-orang percaya untuk bertekun sepanjang dalam iman kepercayaannya pada Kristus di tengah-tengah penderitaan. Secara duniawi mungkin mereka terlihat kalah, tetapi secara surgawi hidup mereka sempurna dan penuh kemenangan, sebab pengadilan duniawi akan berbeda dengan pengadilan surgawi.

Sehingga kita menyimpulkan bahwa baik 1Petrus 3:19,20 maupun 4:6 tidak ada hubungannya dengan topik mengenai keselamatan setelah kematian.

PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG TAK TERJAWAB MENGENAI KEADILAN ALLAH

Setelah membaca apa yang telah tertulis dalam bab ini dan bab sebelumnya, mungkin masih ada dalam pikiran kita beberapa pertanyaan yang tak terjawab mengenai keadilan Allah. Ketika menghadapi masalah ini, kita harus berhati-hati untuk tidak mencoba menyerang Allah dalam pikiran kita dengan menolak beberapa hal yang diajarkan Alkitab. Dick Dowsett mengatakan "Firasat manusia tidak memberikan jawaban yang tepat mengenai Allah kepada kita. Begitu pula dapatkah kita mempelajari bagaimana Allah akan menunjukkan reaksi dengan melihat pada cara manusia melakukan segala sesuatu." {13} Akhirnya, Alkitab sendirilah yang mengatakan bahwa jalan dan pikiran Allah lebih tinggi daripada jalan dan pikiran kita (Yesaya 55:8,9; lihat juga Roma 11:33,34). Sehingga kita harus mendekati topik ini dengan kerendahan hati, dengan menyadari bahwa Tuhan telah menyatakan jalan-Nya pada kita dalam Alkitab dan menyatukan pikiran kita dengan pikiran Allah seperti yang dinyatakan dalam Alkitab.

Satu aspek dalam kebenaran Alkitab yang sejalan dengan pikiran manusia yang sulit untuk dijangkau adalah kemurkaan Allah. Pikiran mengenai kekudusan Allah jatuh sedemikian rendahnya dari kebenaran yang seutuhnya sehingga kita telah kehilangan perasaan akan kesungguhan Allah terhadap dosa. Kita tidak sepenuhnya menyadari betapa dosa itu merupakan penghinaan terhadap kemuliaan Allah. Kita tidak menyadari bahwa dosa merupakan suatu tindakan pemberontakan yang mengagumkan dan serius melawan Allah dan ketergantungan kita pada-Nya. Tak seorang pun pantas untuk diselamatkan. Ini merupakan kemenangan mutlak yang akhirnya menyebabkan beberapa diselamatkan.

Tetapi mengapa beberapa menerima kemenangan ini sementara yang lain tidak mendapatkannya? Tentu saja, untuk sementara hal ini merupakan suatu masalah. Beberapa orang telah memecahkan masalah ini dengan menerapkannya pada doktrin takdir. Ada bukti yang kuat dalam Alkitab bahwa barangsiapa diselamatkan ditakdirkan menerima keselamatan yang dari Tuhan (Lihat Ephesus 1). Tetapi ada suatu perbedaan pendapat mengenai makna takdir itu sendiri. Apakah orang yang tidak diselamatkan ditakdirkan untuk mendapat kutukan? Apakah mereka tidak memiliki kesempatan sama sekali? Kita tidak percaya pada kesimpulan semacam ini yang lebih berguna diterapkan pada pengajaran tentang takdir.

Sementara beberapa pertanyaan mungkin masih tetap berada dalam pemikiran kita, kita harus menegaskan bahwa Alkitab secara jelas mengajarkan keadilan dari penghakiman Allah (Kejadian 18:25; Ulangan10:17 dan 1Petrus 1:17). Suatu hari pada saat kita di surga kita akan memahami penghakiman menurut cara Allah dan bahkan menyembah dia untuk pengadilan-Nya kepada mereka dalam pengadilan secara sorgawi (Lihat Wahyu 16:5-7; 19:1-3; 6:10; 11:17, 18; 18:20). Paulus mengingatkan kepada kita bahwa: "sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna" (1Korintus 13:12). Di surga penglihatan kita tidak terhalang oleh kelemahan dan kesalahpahaman kita. Kemudian kita akan mengerti alasan kemarahan Allah dan menyetujuinya. Oswald Sanders mengatakan, "Ketika dari kekekalan tempat yang menguntungkan kita belajar apa yang telah Dia lakukan, kita akan terpesona, bukan karena kekerasan-Nya tetapi karena kemurahan hati-Nya." {14} Paulus mengatakan bahwa pada pengadilan Allah setiap mulut akan tersumbat dan seluruh dunia akan jatuh ke bawah hukuman Allah (Roma 3:19). Setiap orang akan menyadari bahwa Dia berada dalam pengadilan-Nya.

Sebelum kita menerima terang yang penuh tentang jalan Allah, kita harus bijaksana untuk menerima dengan kerendahan hati dan seutuhnya, apa yang telah Tuhan nyatakan dalam Firman-Nya. Kita seharusnya mencoba untuk memecahkan masalah yang muncul dari segala sesuatu yang sulit dijelaskan (Lihat 1Petrus 3:15), yang akan menjadi tugas seumur hidup. Karl Barth mengatakan bahwa semua teologi adalah "theodicy", usaha mempertahankan kehormatan jalan Allah.

Karena pertanyaan-pertanyaan pada beberapa topik mungkin masih tertanam dalam pikiran kita, kita tidak boleh mengabaikan apa yang Alkitab ajarkan mengenai hal tersebut, seperti yang dilakukan oleh banyak orang pada saat ini. Orang-orang telah membuang bagian-bagian yang tidak cocok dengan cara berpikir mereka, dan dari bagian lain mereka telah simpulkan yang sesuai dengan cara berpikir mereka. Tetapi kesimpulan ini tampak cukup banyak masuk dalam teks dari apa yang mereka gambarkan. Kesimpulan mereka bukanlah pengertian yang dibutuhkan dalam teks ini. Akan jauh lebih tepat bagi kita untuk menerima seluruh Alkitab dan bergumul dengan masalah yang kita hadapi dan menyelesaikannya daripada mengabil jalan pintas untuk membuang segala sesuatu yang Alkitab ajarkan sebab semua itu tidak sesuai dengan pemikiran kita akan Allah.

Catatan:
  1. Everett F. Harrison, "Acts: the Expanding Church" (Chicago: Moody Press, 1975), hal. 172.

  2. J. Oswald Sanders, "How Lost Are The Heathen?" (Chicago: Moody Press, 1972), hal. 67-70.

  3. Terdapat dalam buku yang sama, hal. 70-71.

  4. Carl F. H. Henry, "God, Revelation and Authority: God Who Stands and Stays", vol.6 (Waco: Word Books, 1983), hal. 369.

  5. Gordon J. Wenham, "Numbers, The Tyndale Old Testament Commentaries", (Leicester and Downers Grove, III : InterVarsity Press, 1981) hal. 168.

  6. Leon Morris, "The Gospel According to St. Luke, The Tyndale New Testament Commentaries" (Grand Rapids: Eerdmans, 1974) hal. 254.

  7. William J. Dalton, "Christ's Proclamation to the Spirits" (Rome: Pontifical Biblical Institute, 1965)

  8. J. N. D. Kelly, "A Commentary on the Epistles of Peter and Jude" (n.d.; reprint, Grand Rapids: Baker Book House, 1981), hal. 154. Saya sangat berhutang budi pada Kelly atas beberapa hal penting yang telah diberikan dalam diskusi ini.

  9. Misalnya, Edwin A. Blum, William J. Dalton, J.N.D. Kelly, Bo Reicke, and Edward G. Selwyn.

  10. Edwin A. Blum, "'1 Peter', The Expositor's Bible Commentary" vol.12, ed. Frank E. Gaebelein (Grand Rapids: Zondervan, 1981), hal. 242.

  11. Terdapat dalam buku yang sama, hal. 245.

  12. Misalnya, Blum, Dalton, Kelly, James Moffatt, dan Selwyn.

  13. Dick Dowsett, "God, That's Not Fair!" (Sevenoaks: OMF Books, n.d., dan Bromley: STL Books, 1982), hal. 4.

  14. Sanders, "How Lost", hal. 32.

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
atitude10.txt31 KB
atitude10.htm33 KB

Komentar