Sertifikat Kelayakan dari Allah

Bagian F1
SERTIFIKAT KELAYAKAN DARI ALLAH

Oleh Zac Poonen

ISI DARI BAGIAN INI

F1.1 - Terpanggil, Terpilih dan Setia
F1.2 - Allah Menguji Manusia

Bab 1
Terpanggil, Terpilih dan Setia

Pendahuluan

Untuk DIPERKENAN (disetujui) oleh Allah adalah lebih dari sekedar diterima oleh Allah.

Kitab Wahyu berbicara tentang kemenangan dari Anak Domba Allah. Kita tahu bahwa Anak Domba mempunyai tentara yang terdiri dari para murid lewat siapa Ia berperang dalam setiap pertempuran dan memenangkannya. Murid-murid ini adalah orang-orang yang (1) terpanggil, (2) terpilih dan (3) setia.

"Mereka akan berperang melawan Anak Domba, tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil dan terpilih dan setia" (Why 17:14).

Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih dan lebih sedikit lagi yang setia. Yang setia ada-lah para pemenang yang disebutkan sebanyak sepuluh kali di dalam kitab Wahyu. Mereka ada-lah murid-murid Yesus yang bukan hanya telah diterima oleh Allah tapi sudah diuji olehNya le-wat berbagai keadaan dan yang telah diperkenan olehNya.

Banyak yang percaya pada Yesus saat Ia ber-ada di dunia, tapi Ia sendiri tidak mempercaya-kan diriNya kepada semua dari mereka.

Kelompok yang pertama adalah orang ba-nyak "Orang banyak berbondong-bondong me-ngikuti Dia..." (Mat 19:2). Kemudian tentang orang-orang ini dikatakan: "Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia" (Yoh 6:66).

Kelompok kedua, jumlahnya lebih sedikit. Ada tujuh puluh orang dalam kelompok ini de-ngan pelayanan yang khusus kepada tujuh puluh bangsa kafir (lihat Kej 10).

"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain" (Luk 10:1).

Kelompok ketiga terdiri dari dua belas orang. "Pada saat itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah".

"Ketika hari siang, Ia memanggil murid-mu-ridNya kepadaNya lalu memilih dari antara me-reka dua belas orang, yang disebutnya rasul..." (Luk 6:12,13).

Dari kelompok ini Ia memilih kelompok ke-empat yang hanya terdiri dari tiga orang "Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja".

"Lalu Yesus berubah rupa di depan mereka; wajahNya bercahaya seperti matahari dan pa-kaianNya menjadi putih bersinar seperti te-rang" (Mat 7:1,2).

Kelompok ketiga orang ini dijadikan "... saksi mata kebesaranNya" (2 Ptr 1:16).

Ini menunjuk pada mereka yang "... berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Flp 3:14).

Mereka bertiga seperti para pemenang, orang-orang yang dianugrahi Surat Tanda Di-perkenan Allah.

A. BAGAIMANA MEMPEROLEH PERKE-NANAN ALLAH

Tidak banyak dari pengikut-pengikut Yesus yang memenuhi syarat untuk tergabung dalam kelompok kecil ini.

"Dan sementara Ia di Yerusalem selama ha-ri raya Paskah, banyak orang percaya dalam NamaNya karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka karena Ia mengenal mereka semua" (Yoh 2:23,24).

1. Mencari Kebaikan Orang Lain

Yesus mengetahui bahwa alasan pengikutan mayoritas orang-orang yang percaya padaNya adalah kepentingan diri sendiri. Mereka datang padaNya hanya untuk berkat-berkat pribadi. Do-sa-dosa mereka telah diampuni tapi mereka tidak punya keinginan untuk menjadi para pemenang.

Untuk menjadi pemenang, seseorang harus merindukan untuk dilepaskan dari keinginan menggunakan/mengorbankan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri.

2. Lulus Ujian Allah

Saat Gideon mengumpulkan tentara untuk bertempur melawan musuh-musuh Israel, Ia mendapat 32.000 orang. Tetapi Allah tahu bah-wa tidak semua dari mereka datang dengan sepe-nuh hati. Allah kemudian menggugurkan seba-gian dari mereka. Mereka takut dipulangkan ter-lebih dahulu.

Tetapi masih tertinggal 10.000 orang. Jum-lah ini kemudian dibawa ke sungai dan diuji. Hanya 300 orang yang lulus ujian dan diperke-nan Allah (Hak 7:1-8)

Cara minum ke 10.000 orang ini di sungai untuk menghilangkan dahaga mereka digunakan Allah untuk menentukan siapa yang berkualitas untuk menjadi tentara Gideon. Hanya sedikit yang mengerti bahwa mereka sedang diuji.

Sembilan ribu tujuh ratus (9700) orang dari mereka sama sekali lupa akan adanya musuh ketika berlutut dan melepaskan dahaga. Hanya 300 dari mereka yang tetap berdiri, berjaga-jaga dan minum dengan cara menghirup air dari tang-an mereka.

Lewat hal-hal yang biasa dalam kehidupan, Allah menguji kita - menyangkut sikap kita akan uang, kesenangan, kehormatan duniawi, kenya-manan dsb. Seperti tentara Gideon, saat Allah mengatur kejadian-kejadian yang menimpa kita, kita tidak menyadari bahwa Allah sedang me-nguji kita, untuk melihat bagaimana kita me-nanggapi kejadian-kejadian yang menimpa kita itu.

3. Jangan Tertarik Pada Dunia

Yesus memperingatkan kita agar tidak dibe-rati (lebih mementingkan) kepentingan-kepen-tingan dunia. Dia berkata: "Jagalah dirimu, su-paya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan du-niawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu je-rat" (Luk 21:34).

Paulus menasehati Jemaat Korintus :

"Saudara-saudaraku, inilah yang kumaksud yaitu: Waktu yang masih sisa telah singkat! Ka-rena itu dalam waktu yang masih sisa ini, orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri. Dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis dan orang-orang yang bergembira seolah-olah ti-dak bergembira;"

"Dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang ia beli, dengan kata lain orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya; sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu."

"Semua ini kukatakan supaya kamu melaku-kan apa yang benar dan baik dan melayani Tuhan tanpa gangguan" (1 Kor 7:29-35).

Janganlah mengijinkan apapun dari dunia ini untuk mengganggu (menjatuhkan) pelayanan kita yang sepenuh kepada Tuhan. Hal-hal yang umum bagi dunia adalah jerat yang lebih ber-bahaya dibanding hal-hal yang berdosa - justru karena kewajaran duniawi ini kelihatannya tidak mengandung dosa dan tidak berbahaya.

Kita dapat menghilangkan dahaga kita tapi kita harus mengambil air dengan tangan dan mi-num secukupnya serta tetap berjaga-jaga akan adanya serangan mendadak dari musuh. Pikiran kita harus dipenuhi dengan peperangan yang Tuhan berikan untuk diperjuangkan. Bukan pada rasa dahaga, kelaparan atau keinginan-keinginan kita sendiri.

Kita harus meninggalkan semua dan rela un-tuk menanggung segala kesulitan-kesulitan ka-lau kita mau menjadi murid-murid Yesus (2 Tim 2:3).

4. Arahkan Pikiran Kita Pada Hal-hal Yang Kekal

Seperti karet gelang yang ditarik, pikiran kita dapat memperhatikan hal-hal duniawi yang pen-ting. Tetapi setelah hal-hal tersebut telah kita selesaikan (telah mendapatkan perhatian kita), maka seperti karet gelang itu ia harus kembali pada posisi yang semula. Setelah terlepas dari ketegangan-ketegangan ini pikiran kita juga se-harusnya dapat memental kembali pada perkara rohani dan kekekalan.

Ini adalah arti dari "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi" (Kol 3:12).

Bagi banyak orang percaya, cara kerja karet gelang ini terbalik. Mereka tegang memikirkan hal-hal yang kekal, dan ketika dilepaskan, mere-ka kembali dalam keadaan mereka yang semula, pikiran mereka dipenuhi dengan hal-hal yang duniawi!.

5. Kita Harus Rajin

Paulus menasehati Timotius dan berkata: "Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghi-dupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya" (2 Tim 2:4). Paulus ti-dak memberitahu Timotius bagaimana cara un-tuk diselamatkan, tapi bagaimana di dapat me-nyenangkan Kristus sebagai seorang prajurit yang handal pada pasukan tentara Allah.

"Usahakan supaya engkau layak di hadap-an Allah" kata Paulus kepadanya (2 Tim 2:15) (Usahakan, dalam bahasa Inggris: jadilah rajin).

Timotius telah diterima oleh Allah. Sekarang ia harus berusaha dengan rajin untuk dapat di-perkenan olehNya.

Paulus sendiri telah ditempatkan oleh Kristus pada pelayanan Kekristenan karena ia telah me-nerima perkenanan dari Allah.

Dia berkata: "Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena ia menganggap aku setia dan mem-percayakan pelayanan ini kepadaku" (1 Tim 1:12).

Paulus berada di antara yang terpanggil, ter-pilih dan yang SETIA - dan ia merindukan agar Timotius pun berada dalam hitungan itu.

Tapi Paulus telah diuji sebelum ia diperke-nan. Kita saat inipun sedang diuji.

Allah tak pernah mempercayakan diriNya kepada seseorang sebelum Ia mengujinya.

Kita dapat melihat lewat kejadian-kejadian dalam kitab Suci tentang ujian-ujian dari berma-cam-macam orang, sebagian dari mereka telah diperkenan dan sebagian lainnya ditolak - dari kisah-kisah ini kita dapat menarik pelajaran yang sangat berharga sebagai petunjuk bagi kita.

B. DIPERKENAN ATAU TIDAK DIPER-KENAN ALLAH

Dalam perjanjian baru, kita membaca sese-orang yang diperkenan Bapa dan sekelompok orang yang tidak diperkenan Allah. Menda-lami kontras ini sangatlah menarik.

1. Allah Tidak Berkenan

Mengenai 600.000 tentara Israel yang mati di padang gurun karena ketidak percayaan mere-ka (Bil 1:46), ditulis bahwa "Allah tidak berkenan kepada bagian terbesar dari mereka" (1 Kor 10:5).

Orang-orang Israel itu telah ditebus dari Me-sir dengan darah Anak Domba (menunjuk pada penebusan kita lewat Kristus). Mereka telah di-baptis dalam awan dan dalam Laut Merah (yang melambangkan baptisan air dan Baptisan Roh Kudus) (1 Kor 10:2). Namun demikian Allah tidak berkenan pada mereka.

a. Namun Ia Tetap Memperhatikan Me-reka. Allah masih tetap sangat baik terhadap mereka; Ia menyediakan keperluan fisik dan ma-teri mereka secara supra alami "Pakaianmu ti-daklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini". Musa mengatakan hal itu pada mere-ka pada akhir dari 40 tahun pengembaraan mere-ka (Ul 8:4).

Allah menyembuhkan sakit penyakit mereka pula. Alkitab mengatakan: "Tidak ada penyakit dan orang yang lemah di antara mereka" (Mzm 105:37, niv)

Allah melakukan banyak mujizat bagi mere-ka. Fakta menyatakan, bahwa justru pada bangsa Israel yang tidak percaya itu, yang pada mereka Allah telah murka selama 40 tahun (Ibr 3:17), Allah memberikan banyak sekali mujizat yang dalam sejarah dunia dikatakan tidak ada seke-lompok manusia pun yang tercatat mendapat mujizat sebanyak mereka.

Ini mengajarkan kita bahwa Allah juga men-jawab doa orang-orang percaya yang masih ber-sifat keduniawi - dan Ia menyediakan kebutuh-an-kebutuhan mereka di dunia ini bahkan bila perlu secara supra alami.

Fakta bahwa Allah mengajarkan sebuah mu-jizat bagi kita, tidak membuktikan tingginya ke-hidupan rohani kita. Hal itu hanya untuk mem-buktikan bahwa Allah adalah Allah yang baik, yang memberikan sinar mataharinya secara me-rata baik bagi orang yang benar maupun bagi orang yang tidak mengenalNya.

b. Mujizat Bukan Jaminan. Yesus juga memperingatkan kita bahwa pada hari pengha-kiman yang terakhir nanti, banyak yang telah melakukan mujizat dalam namaNya, ditolak dan tidak masuk kualifikasi, karena mereka telah hi-dup dalam dosa.

Dia berkata, "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu; Tuhan,Tuhan bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?"

"Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak mengenal kamu! Enyalah daripadaKu kamu sekalian pem-buat kejahatan!" (Mat 7:22,23).

Jelas Ia menunjuk pada pendeta-pendeta Kristen yang berkhotbah dan melakukan pe-nyembuhan-penyembuhan serta melakukan mu-jizat-mujizat sejati dalam namaNya. Dari perka-taan Yesus sangat jelas bahwa BANYAK dari orang-orang ini (bukan sedikit dan juga bukan semuanya, tapi banyak) yang walaupun melaku-kan pelayanan mujizat tapi belum bebas dari do-sa dalam kehidupan pribadi mereka, juga dalam pemikiran dan sikap mereka. Ini akan terungkap pada Hari Penghakiman Kristus bahkan mung-kin sebelumnya.

Pekerjaan mujizat sendiri bukan merupakan tanda bahwa seseorang diperkenan Allah. Da-patkah kita mengerti hal ini sepenuhnya? Kalau tidak kita akan dikelabui.

2. Allah Berkenan

Kebalikkan dari bangsa Israel di dalam Per-janjian Lama tidak diperkenan Allah, marilah kita membaca tentang Yesus di dalam Perjanjian Baru dimana Bapa itu berkenan kepadaNya.

Saat Yesus berusia 30 tahun, Bapa berbicara tentang Dia kepada dunia dari Sorga: "Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNya-lah Aku berkenan!" (Mat 3:17). Dan ini dikatakan sebe-lum Yesus melakukan suatu mujizat atau ber-khotbah dalam suatu kebaktian!

Jadi, apakah rahasianya hingga Yesus itu di-perkenan Allah? Jelas bukan karena pelayanan-Nya, karena Ia belum memulai pelayanan men-jangkau orangnya. Tetapi karena cara hidupNya selama 30 tahun.

a. Setia Selama Pencobaan. Kita dapat memperkenan hati Allah bukan atas dasar ke-suksesan kita melayani, tapi dari kesetiaan kita dalam pencobaan-pencobaan yang kita hadapi sehari-hari.

Hanya ada dua hal yang kita ketahui selama 30 tahun masa "diam" dalam kehidupan Yesus (selain kejadian di Bait Suci Allah) yaitu "Ia telah dicobai dalam segala hal hanya tidak ber-buat dosa" (Ibr 4:15) dan "karena Kristus tidak mencari kesenanganNya sendiri" (Rm 15:13).

Ia telah dengan setia bertahan dalam setiap pencobaan dan Dia tidak pernah mencari peng-harapan, keinginan dan kehendakNya sendiri dalam segala perkara. Ini yang memperkenan hati Bapa.

b. Sifat/karakter Ilahi. Orang-orang dunia dapat terkesan melihat yang telah kita capai. Na-mun Allah lebih terkesan karakter kita. Hanya karakter (sifat) yang dapat membawa kita pada keadaan diperkenan Allah.

Jadi bila kita ingin tahu pendapat Allah ten-tang kita, kita harus rela menghapus dari dalam pikiran kita segala kebanggaan akan apa-apa yang telah kita capai dalam pelayanan. Kita ha-rus evaluasi secara murni/jujur bagaimana sikap kita terhadap dosa dalam kehidupan alam pikir-an serta ke-aku-an dalam tindak-tanduk/perilaku kita. Itu dan hanya itu ukuran yang tidak pernah salah berkenaan dengan kondisi rohani kita.

Karena itu, seorang hamba Tuhan atau se-orang pengkhotbah yang dipakai dalam kesem-buhan rohani secara internasional, ataupun se-orang ibu yang sangat sibuk hingga tidak dapat meninggalkan rumahnya, mempunyai kesempatan-kesempatan yang sama untuk diperkenan Allah.

Kita akan melihat bahwa pada Hari Pengha-kiman Kristus, banyak yang terdahulu/terkemu-ka pada kehidupan Kristen di dunia ini akan menjadi yang terkemudian di sana. Dan banyak yang dianggap terkemudian di dunia ini (karena pelayanan mereka tidak dikenal/diketahui oleh dunia ini) akan menjadi yang pertama di sana.

C. YESUS ADALAH TELADAN KITA

Yesus adalah teladan kita dalam berbagai hal. Bapa telah mengatur bahwa Yesus akan meng-habiskan 30 tahun pertama dalam kehidupanNya di dunia pada 2 tempat - rumahNya dan tempat kerjaNya (tempat tukang kayu).

Kesetian Yesus pada dua tempat inilah yang membuat Dia diperkenan oleh BapaNya.

Ini adalah dorongan semangat yang besar bagi kita karena kita pun berada pada 2 tempat semacam itu dalam hidup kita - dalam rumah dan dalam tempat kerja. Dan pada 2 tempat inilah Allah paling sering menguji kita.

1. Kesetiaan di dalam Rumah

Rumah Yesus adalah rumah yang miskin. Yusuf dan Maria sangatlah miskin sehingga me-reka tidak dapat mempersembahkan anak dom-ba sebagai korban bakaran. Tidak ada "peng-khotbah-pengkhotbah kemakmuran" dari Ame-rika yang mengajar mereka bagaimana caranya untuk menjadi kaya.

Hukum Taurat mengatakan bahwa, "jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kam-bing atau domba, maka haruslah ia mengambil 2 ekor anak tekukur atau 2 ekor anak burung merpati..." (Im 12:8). Maka Yusuf dan Maria mengambil menurut apa yang difirmankan da-lam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung teku-kur atau 2 ekor anak burung merpati (Luk 2:24).

Tentang Yesus dikatakan, "Karena kamu te-lah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa oleh karena kamu ia menjadi miskin sekalipun Ia kaya..." (2 Kor 8:9).

Yesus mempunyai paling sedikit empat adik laki-laki dan dua adik perempuan yang tinggal di rumah yang sama denganNya. Markus 6:3 mengatakan bahwa orang-orang kota dari asal-nya menilai Yesus:

"Bukankah Ia ini tukang kayu anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaraNya yang pe-rempuan ada bersama kita?".

Anda dapat membayangkan tekanan-tekan-an dan pergumulan-pergumulan yang dihadapi Yesus ketika Dia dibesarkan di rumah yang mis-kin itu.

Yang paling menyedihkan ialah bahwa adik laki-lakiNya adalah orang-orang yang tidak per-caya. Demikianlah tertulis: "Sebab saudara-saudaraNya sendiri pun tidak percaya kepada-Nya" (Yoh 7:5).

Mereka mungkin seringkali tidak cocok da-lam berbagai hal. Dia tidak mempunyai ruangan pribadi di rumahNya untuk berdiam diri serta berdoa pada saat menghadapi tekanan percoba-an di rumahNya.

Pasti terjadi juga banyak pertengkaran, cek-cok dan saling cemooh serta rasa keegoisan (yang umum terjadi di suatu keluarga) di rumah itu.

Dalam situasi yang demikian, Yesus juga di-cobai dalam segala perkara seperti halnya kita, dan Dia tidak pernah berdosa walaupun sekali, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap ataupun motifasi dalam segala hal.

Firman Tuhan berkata: "Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia HARUS DISAMA-KAN dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasih-an dan yang setia kepada Allah untuk menda-maikan dosa seluruh bangsa" (Ibr 2:17).

Dia telah melewati tekanan dari tiap penco-baan yang dapat datang bagi kita. Inilah yang memberi kita dorongan yang besar pada saat kita dicobai, sehingga kita juga mampu menghadapi-nya. Ini adalah pengharapan yang berusaha di-rampas oleh setan dari kita dengan mencoba me-nyembunyikan kebenaran yang mulia bahwa Kristus datang dalam bentuk daging serupa kita dan telah dicobai sama persis seperti kita.

2. Kesetiaan dalam Bekerja

Sebagai tukang kayu di Nazareth, Yesus ha-rus menghadapi cobaan-cobaan yang juga diha-dapi oleh siapa pun yang berkecimpung dalam hal bisnis. Tapi Ia tidak akan pernah menipu seorang pun dari para pembeliNya. Dia tidak akan pernah memberi harga yang terlalu mahal bagi barang-barang yang dijualNya dan Ia tidak akan mengadakan persetujuan-persetujuan yang tidak benar, tidak perduli apa yang terjadi (mungkin kerugian) padaNya.

Dia tidak bersaing dengan tukang kayu lain-nya di Nazareth, Ia hanya bekerja untuk meme-nuhi kebutuhan hidupNya. Jadi dengan mem-perjual belikan dan mengatur uang (sebagai se-orang tukang kayu), Yesus menghadapi semua cobaan yang kita juga hadapi dalam hal ke-uangan. Dan Ia telah menang.

Yesus hidup dalam ketaatan kepada orang tua angkatNya yang tidak sempurna selama ber-tahun-tahun. Hal ini pasti membawaNya pada beragam bentuk cobaan dalam hidupNya (dalam hal tindakan). Namun Ia tetap tidak pernah berdosa.

Maria adalah salah seorang dari mereka yang menunggu baptisan api dan Roh Kudus yang menguatkan dan menyucikan di ruang atas (Kis 1:14).

Tidak adanya kuasa itu mungkin menyebab-kan Yusuf dan Maria bertengkar seperti yang banyak dilakukan oleh pasangan suami isteri lainnya.

Di sisi lain, Yesus hidup dalam kemenangan yang sempurna. Tapi Ia tidak pernah merendah-kan/meremehkan mereka. Kalau Ia pernah maka Ia telah berdosa. Ia menghormati mereka meski-pun Ia jauh lebih sempurna dari pada mereka. Di situ kita melihat betapa indah kerendahan hatiNya.

Jadi kita melihat bahwa Yesus selama 30 ta-hun bukannya menjalani kehidupan yang tidak begitu penting di Nazareth. Yesus sedang berada di tengah-tengah konflik melawan cobaan di se-tiap waktu - suatu konflik yang tingkat kesulitan-nya meningkat tiap tahun.

Firman Allah mengatakan, "sebab memang sesuai dengan keadaan Allah yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan - yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemulia-an, juga menyempurnakan Yesus yang memim-pin mereka pada keselamatan, dengan penderi-taan" (Ibr 2:10).

Masih ada beberapa cobaan (seperti yang da-tang dari kepopuleran dunia, dan sebagainya) yang Yesus akan hadapi di dalam tiga setengah tahun terakhir dari masa hidupNya di dunia. Ta-pi percobaan biasa yang kita semua hadapi di rumah dan di tempat kerja kita telah Ia masuki dan menangkan dalam 30 tahun pertamaNya. Dan Bapa memberiNya "Sertifikat kelayakan" pada saat pembabtisanNya.

D. CARILAH KARAKTER YANG DIUBAH-KAN

Kalau saja mata kita dibuka untuk melihat dasar dari mana Allah memberi kita perkenanan-Nya. Hal itu akan menjadi suatu revolusi (gerak-an untuk perubahan) bagi kehidupan kita seutuh-nya. Kita tidak akan lagi berambisi untuk meraih pelayanan yang mencakup seluruh dunia. Na-mun kita akan lebih menginginkan kesetiaan pa-da saat percobaan dalam kehidupan sehari-hari.

Kita hendaknya lebih ingin berdoa, memo-hon baptisan api yang akan dapat menghasilkan perubahan pada karakter seperti juga saat kita memohon kuasa yang menghasilkan keajaiban-keajaiban. Sehingga pikiran kita akan diperba-harui untuk memiliki kebenaran tentang apa yang harus kita utamakan/dahulukan.

Perhatikan ini. Penghargaan Allah yang ter-besar dan perkenanan Allah hanyalah diperun-tukkan bagi mereka yang menghadapi cobaan dengan sikap yang sama seperti Yesus. Sikap Yesus adalah ini, "Aku lebih memilih mati da-ripada berdosa atau tidak mentaati BapaKu dalam hal yang terkecilpun".

Ini adalah makna dari penjelasan di Filipus 2:5-8; yang mengatakan, "Hendaklah kamu da-lam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan pe-rasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus... Ia telah merendahkan DiriNya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib".

Tanpa memandang karunia kita, pelayanan, tingkat kehidupan, jenis kelamin/umur, kita se-mua mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi seorang diantara yang terpanggil, terpi-lih, dan yang setia.

Bab 2
Allah Menguji Manusia

Pendahuluan

Riwayat hidup manusia yang hidup dengan Allah dan yang gagal di hadapan Allah, telah tertulis dalam Alkitab sebagai petunjuk dan pe-ringatan bagi kita. Ada banyak yang dapat kita pelajari di sana. Jika kita merenungkannya dan membuka telinga kita pada suara Roh Kudus.

Saat membaca kisah orang-orang di Perjan-jian Lama, suatu fakta yang harus kita ketahui adalah bahwa mereka semua hidup dalam kurun waktu penantian akan datangnya `kasih karu-nia' melalui Yesus Kristus.

"Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa tapi kasih karunia dan kebenaran datang dari Yesus Kristus" (Yoh 1:17). Dalam ayat ini, kata "kasih karunia" berarti "memampukan". Pada hukum Taurat terdapat kebenaran tetapi kebe-naran itu tidak memberi kuasa pada mereka yang berpegang pada hukum itu untuk menjaga perin-tah-perintah sucinya.

"Kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus". Ini berarti hukum Taurat tidak lagi terukir pada batu tapi tertulis dalam hati kita.

"... Aku akan menaruh TauratKu dalam ba-tin mereka dan menuliskannya dalam hati me-reka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umatKu" (Yer 31:33).

Kita diberi Roh Kudus untuk menguatkan kita dalam menjaga segala hukum Allah. "Roh... telah memerdekakan kamu dalam Kristus dalam hukum dosa... Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tidak berdaya oleh daging, ... Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri... supaya tuntutan hukum Taurat di-genapi dalam kita..." (Rm 8:2-4).

Maka dari itu kita mempunyai kuasa yang tersedia bagi kita yang memampukan kita untuk dihakimi dengan standard yang lebih tinggi. Orang-orang suci pada zaman Perjanjian Lama tidak diharapkan untuk memenuhi syarat zaman Perjanjian Baru.

Matius 19:8,9 mengilustrasikan ini. Di sana Yesus menjelaskan kepada orang Farisi mengapa Musa mengijinkan perceraian dalam Perjanjian Lama. Ia berkata, "Karena ketegaran hatimu, Musa mengijinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian".

Tapi dalam Perjanjian Baru, Allah mengam-bil hati yang keras dan memberi kita hati yang lembut sebagai ganti.

"Kamu akan Kuberikan hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat" (Yeh 36:26). Jadi perceraian tidak diijinkan sekarang.

Allah disebut "Allah yang menguji orang benar" (Yer 20:12). Ia tidak menguji orang un-tuk melakukan kejahatan. "Allah tidak dapat di-cobai dengan yang jahat dan Ia sendiri tidak dicobai siapapun" (Yak 1:13).

Tetapi Ia MENGUJI orang benar.

A. ALLAH MENGUJI AYUB

Ayub adalah salah satu hamba pilihan Allah. Allah memamerkan pada setan sebagai seorang yang takut akan Allah dalam segala hal.

"Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi ini seperti dia, yang demikian saleh dan jujur yang takut akan Allah dan menjahui kejahatan" (Ayb 1:8).

Allah tidak mengatakan apapun mengenai kepandaian Ayub atau karunia-karunianya atau kekayaannya - karena hal-hal ini tidak berharga bagi Allah. Ia hanya menunjuk kesalehan dan kejujurannya. Seperti halnya Yesus, yang me-nyenangkan hati Allah begitu jugalah karakter Ayub, bukan apa yang telah ia capai atau pela-yanannya.

Bahkan Iblis mempunyai karunia-karunia supra alami dan kepandaian. Ia juga memiliki pengetahuan Alkitabiah! Apa yang Allah cari, adalah karakter/kepribadian. Saat Allah menguji kita, Ia menguji karakter kita - bukan pengeta-huan kita akan Alkitab.

Saat Allah mencari seseorang yang dapat Ia banggakan, yang dapat Ia tunjukkan pada setan. Ia mencari seseorang yang berkarakter, berke-pribadian saleh dan jujur, seseorang yang takut akan Allah dan membenci kejahatan.

Mungkin kita mempunyai reputasi yang baik di antara orang-orang percaya karena kehidupan rohani kita. Tetapi dapatkah Allah yang menge-nal kita dengan begitu baik, menunjukkan kita kepada setan? Sebuah surat keterangan (sertifi-kat) seperti yang diberikan Allah pada Ayub jauh lebih berarti daripada kehormatan dunia apapun yang dapat/pernah kita capai. Segala ke-hormatan kekristenan yang kosong adalah se-perti sampah kotor yang tidak berguna diban-dingkan dengan itu.

Jadi pertanyaan yang paling penting bukanlah "Apa pendapat orang-orang mengenai keroha-nianku?" tapi "Dapatkah Allah menunjukku ke-pada setan sebagai kebanggaanNya?"

1. Empat Ujian Digunakan Allah

Saat Allah mengatakan pada Iblis tentang Ayub, Iblis berkata bahwa Ayub berbakti kepada Allah karena ia mendapat keuntungan.

a. Kehilangan Harta Benda. "Lalu jawab iblis kepada Tuhan: Apakah dengan tidak men-dapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukan-kah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya?"

"Apa yang dikerjakannya telah Kau berkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tanganMu dan ja-mahlah segala yang dipunyainya, ia pasti me-ngutuki Engkau di hadapanMu" (Ayb 1:9-11).

Allah menolak tuduhan itu dan mengijinkan iblis untuk menguji Ayub untuk membuktikan pada iblis bahwa tuduhannya tidak benar. Allah melakukan itu karena Ia mengetahui ketulusan hati Ayub.

Bagaimana dengan kita? Apa kita berbakti pada Allah untuk keuntungan materi saja? Ha-ruskah Allah mengakui bahwa iblis benar, ketika ia menuduh pelayanan kita pada Tuhan karena ada keuntungan pribadi?

Celaka! Dunia dipenuhi dengan pekerja-pe-kerja Kristen dan pendeta-pendeta yang berada dalam pelayanan kekristenan hanya untuk me-raup keuntungan pribadi - beberapa orang untuk gaji, beberapa orang menginginkan kehormatan dan jabatan dan beberapa orang lagi untuk men-dapat tiket gratis ke negara-negara barat. Siapa saja yang mengerjakan pekerjaan kekristenan untuk keuntungan pribadi adalah penyembah mamon, bukan Allah.

Ibadah pada Allah dengan motif yang benar selalu ditandai dengan pengorbanan.

Perhatikan perkataan Daud saat ia hendak mempersembahkan korban kepada Tuhan. Ia berkata, " Aku tidak mau mempersembahkan ke-pada Tuhan, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa" (2 Sam 24:24). Aku tak akan mempersembahkan bagi Tuhan Allah-ku, apa yang tidak berharga bagiku.

Betapa sedikitnya orang yang melakukan si-kap Daud ini. Ibadah kepada Tuhan yang benar selalu akan mendatangkan kerugian materi, bu-kannya memperoleh materi, keuntungan yang kita peroleh bersifat rohani. Di sisi lain yang mencari keuntungan materi adalah bagian dari Babel, bukan kerajaan Yerusalem Sorgawi.

Alkitab mengatakan sehubungan dengan ke-rohanian Babel, "Mereka yang memperdagang-kan barang-barang itu yang telah menjadi kaya oleh dia" (Why 18:15).

Di tengah-tangah pekerja Kristen yang men-cari keuntungan diri, Paulus dapat menunjuk Ti-motius sebagai orang yang berbeda.

Ia mengatakan: "Karena tidak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir seperti dia yang bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab semuanya mencari keuntungan sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus" (Flp 2:19-21).

Paulus tidak tertipu. Ia tahu kondisi rohani dari kawan-kawan sekerjanya. Allah juga tidak tertipu oleh kita.

Allah mempunyai kepercayaan yang begitu besar pada Ayub sehingga Ia mengijinkan setan mengujinya.

Meskipun Ayub kehilangan anak-anaknya dan kekayaannya yang berlimpah dalam sehari, namun ia tetap menyembah dan beribadah kepa-da Allah. Ia berkata, "Dengan telanjang aku ke-luar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpuji-lah Nama Tuhan" (Ayb 1:20-22).

Ia tahu segala yang Ia miliki - anak dan keka-yaan bahkan kesehatannya - adalah hadiah Allah baginya. Allah berhak mengambilnya kapan sa-ja Ia inginkan. Seseorang tak akan dapat me-nyembah Allah dengan benar sebelum ia me-ninggalkan semua - yaitu menyerahkan segala hak untuk memiliki segala sesuatu yang menjadi kepunyaannya sendiri.

b. Kehilangan Kesembuhan. Allah kemu-dian mengijinkan setan untuk melangkah lebih jauh dan memberikan kesengsaraan pada Ayub dari kepala ke kaki dengan barah.

Penyakit itu berasal dari setan. Tapi itupun digunakan Allah untuk menyucikan dan me-nyempurnakan hamba-hambaNya.

Paulus tersiksa oleh duri dalam daging yang dikatakannya berasal dari setan. Itu bukan utusan Allah melainkan utusan setan. Namun Allah me-ngijinkan duri tetap di situ dan tidak mengambil-nya (terlepas dari doa Paulus yang berulang-ulang) agar hal itu membuat Paulus tetap rendah hati.

Paulus berkata, "Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyata-an yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal ini aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan iblis itu mundur daripadaku. Tetapi jawab Tuhan ke-padaku; "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna" (2 Kor 12:7-9).

c. Isteri yang Menuduh. Langkah setan yang ketiga adalah menyiksa Ayub melalui isterinya.

"Maka berkatalah isterinya kepadanya, "Masih bertekunkah engkau dalam kesaleh-anmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayb 2:9). Adalah suatu ujian kesucian yang menge-rikan jika isterimu sendiri berbalik dan menuduh engkau.

Firman Allah mengatakan, "Hai suami-sua-mi, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia... kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya" (Kol 3:19; Ef 5:25).

Seorang suami janganlah menyimpan kepa-hitan terhadap isterinya dalam keadaan apapun juga dan ia harus mengasihinya setiap waktu, walau mungkin suatu saat ia diperalat setan dan berbalik melawanmu.

Jika anda mempunyai seorang isteri yang ke-ras/sulit, dari pada mengeluh terus dan iri pada orang lain yang mempunyai isteri yang saleh, lebih baik anda melihat keadaan itu sebagai kesem-patan untuk lebih menyucikan diri anda sendiri.

Allah menguji anda dalam keadaan semacam itu untuk melihat apakah anda dapat terkualifi-kasi untuk mendapatkan ijazah/sertifikat diper-kenan Allah. Dia menguji anda, saat isteri anda meneriaki dan membantah anda untuk melihat apakah anda terkualifikasi untuk menjadi wakil Yesus yang sejati, Yesus yang bahkan pernah disebut tidak waras oleh keluargaNya sendiri.

Injil mengatakan, "Waktu kaum keluarga-Nya menolak mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi" (Mrk 3:21).

Yesus menanggung cercaan itu dengan sabar. Kita dipanggil untuk mengikuti Dia dan untuk menjadi wakilNya.

d. Teman-teman yang menuduh. Langkah setan yang keempat adalah menuduh Ayub me-lalui para pengkhotbah yang menjadi sahabat-sahabatnya (lihat Ayb 4-25).

Ini adalah pukulan terberat bagi Ayub - ka-rena para pengkhotbah itu datang kepadanya dan berlagak seperti nabi-nabi Allah yang me-ngatakan padanya bahwa segala penyakitnya di-sebabkan karena dosa-dosa yang tersembunyi. Mereka hampir tidak menyadari bahwa tanpa sadar mereka sedang berlaku sebagai agen dari "pendakwa saudara-saudara kita" (Why 12:10).

Tetapi Allah mengijinkan mereka berbuat demikian untuk memurnikan Ayub.

B. MENANG OLEH KARENA KASIH KA-RUNIA

Hari ini Allah berjanji, "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia" (Rm 6:14). Tetapi Ayub hidup pada zaman dimana sumber-sumber kasih karu-nia tidak tersedia baginya.

Dan jadi akhirnya ia menyerah pada menga-sihi diri sendiri, membenarkan diri sendiri, terte-kan dan berduka/patah semangat. Kadang-ka-dang imannya bersinar dalam kegelapan tapi saat ini adalah pengalaman naik-turun Ayub.

Sekarang kasih karunia ini telah datang me-lalui Yesus Kristus, jika sekarang kita diuji se-perti Ayub, maka kita tidak perlu walau sesaat pun untuk merasakan tertekan atau patah se-mangat/berduka. Perintah di Perjanjian Baru adalah, "Janganlah hendaknya kamu kuatir ten-tang apapun juga, ...bersuka citalah senantiasa dalam Tuhan... bersuka citalah..." dsb (Flp 4:4,6).

Perintah semacam ini tidak diberikan pada Perjanjian Lama, karena kasih karunia belum dinyatakan. Kita harus mengakui tangan Allah dalam segala sesuatu. Kasih karunia selalu tersedia setiap saat bagi kita untuk terus menjadi pemenang.

1. Kita Dapat Menjadi Pemenang

Teriak kemenangan Paulus adalah, "Syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya" (2 Kor 2:14).

Kita dapat menjadi pemenang sekarang, wa-laupun kita kehilangan harta benda dan anak-anak kita, atau mungkin isteri kita terus menu-duh. Jika disalah mengerti oleh sahabat-sahabat seiman atau jika hal-hal lain diijinkan Allah ter-jadi untuk memperbaiki hidup kita, marilah kita "... bersuka cita senantiasa dalam Tuhan" (Flp 4:4).

2. Kesaksian Bagi Setan

Allah menunjukkan pada setan bahwa Ia ma-sih memiliki seseorang di bumi yang bukan ha-nya tunduk pada perintahNya tapi yang juga me-nerima setiap ujian/pencobaan dengan suka cita, berkeyakinan bahwa penderitaan-penderitaan ringan ini direncanakan Allah untuk menghasil-kan kemuliaan kekal bagi mereka.

Alkitab mengatakan, "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi ka-mi kemuliaan kekal yang melebihi segala-gala-nya, jauh lebih besar daripada penderitaan ka-mi. Sebab kami tidak memperhatikan yang keli-hatan, melainkan yang tak kelihatan" (2 Kor 4:17,18).

Perjanjian Baru mengatakan bahwa Allah rindu untuk memberitahukan berbagai ragam hikmatNya kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di Sorga lewat jemaat. Efe-sus 3:10 mengatakan, "Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan berbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan pe-nguasa-penguasa di Sorga".

Efesus 6:12 mengatakan bahwa pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa adalah roh-roh jahat di udara.

Kejadian-kejadian yang menimpa kita bukan kebetulan tapi direncanakan dengan teliti bagi kita dan telah diukur (sehingga tidak akan mele-bihi kekuatan kita) "menurut maksud dan ren-canaNya" (Kis 2:23).

Ujian-ujian/percobaan-percobaan mempu-nyai tujuan ganda yaitu untuk mengubah kita menjadi seperti Kristus dan menyatakan pada roh penguasa-penguasa setan di udara bahwa Allah masih memiliki umat di bumi yang akan selalu mengasihi, taat dan memuji Dia dalam iman dan dalam segala keadaan.

3. Suatu Ujian/Pencobaan Bagi Iman Kita

Tiap ujian/pencobaan yang dapat kita lalui adalah pencobaan bagi iman kita. Bahkan pada zaman Ayub, ia dapat berkata, "Allah tahu tiap detail apa yang sedang terjadi padaku" (Ayb 23:10 niv).

Saat ini kita dapat melangkah lebih jauh dan berkata (berdasarkan Rm 8:28) bahwa, "Renca-na dan pekerjaan Allah mendatangkan kebaik-kan pada tiap detail menyangkut kehidupanku".

Apa kita benar-benar percaya tentang segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, bahkan Allah telah merencanakan semua itu dalam hik-matNya yang sempurna dan dalam kasih, dan bahwa kekuatanNya cukup besar untuk mele-paskan kita dari ujian pada saat yang telah dite-tapkanNya?

Dapatkah Allah menemukan dalam diri anda dan saya sesuatu untuk ditunjukkan pada setan sebagai orang-orang yang tak akan pernah me-ngeluh atau menggerutu dalam keadaan apapun, tapi sebagai orang yang senantiasa hanya me-ngucap syukur akan segala sesuatu, pada setiap saat?

C. UJIAN PETRUS DAN YUDAS

Dari dua belas murid yang dipilih Yesus, mungkin karakter yang paling berbeda adalah antara Petrus dan Yudas. Petrus adalah seseorang yang sederhana, tidak berpendidikan dan berhati hangat. Yudas Iskariot adalah seseorang yang pandai, krisis dan ambisius.

Allah mempunyai panggilan yang besar bagi Simon Petrus. Tapi itu tidak dapat terpenuhi se-belum ia mengalami ujian dan diperkenan Allah.

Bagaimanapun juga, Petrus sama sekali tidak tahu tentang rencana Allah yang indah saat Allah memanggilnya. Allah membuka rencana-Nya bagi kita selangkah demi selangkah.

1. Sikap Petrus Terhadap Uang

Suatu hari Yesus datang pada perahu Petrus dan berkata padanya untuk mengarahkan pera-hunya ke air yang dalam dan melemparkan jala-nya guna menangkap ikan.

Petrus melakukan hal itu dan mendapatkan tangkapan yang terbesar dalam hidupnya (Luk 5:1-11).

Jika saja Petrus sama dengan beberapa pe-ngusaha Kristen hari ini, ia mungkin berkata se-perti ini pada Yesus, "Tuhan, ini sangat fantastis, mari kita - Engkau dan aku - menjadi rekan ker-ja. Engkau yang berkhotbah dan aku akan men-dukungMu dengan keuangan.

Jika usaha perikananku terus seperti ini, ma-ka aku akan segera menjadi pengusaha terkaya di Israel dan perpuluhanku bukan hanya akan mendukung Engkau tapi juga pekerja-pekerja Kristen di berbagai wilayah Israel maupun diluar negeri.

Petrus kemudian bisa saja pergi ke seluruh penjuru dunia memberikan kesaksiannya dalam berbagai seminar untuk para pengusaha dan me-ngajar tentang Kristus yang dapat memakmur-kan usaha mereka. Inilah cara berpikir orang-orang duniawi.

a. Melepaskan Usahanya. Tapi petrus tidak melakukan itu. Waktu Yesus memanggilnya un-tuk meninggalkan pekerjaannya, ia segera me-ninggalkan usaha perikanannya dan mengikuti Yesus. Ia lulus ujian.

Orang Kristen sering kali tidak menyadari bahwa saat Allah memajukan usahanya hingga mereka memperoleh uang lebih, itulah saat me-reka diuji. Banyak orang kristen jatuh dalam uji-an ini. Mereka yang sebenarnya dapat menjadi rasul-rasul malah menjadi jutawan-jutawan tak berisi.

Beberapa tahun kemudian, Petrus - dalam keadaan yang jauh dari sebagai seorang jutawan kaya - dapat berkata, "emas dan perak aku tidak punya" (Kis 3:6). Ia telah menyerahkan segala sampah kekayaan duniawi untuk mendapatkan kekayaan kerajaan Kristus yang kekal.

b. "Kaya Di hadapan Allah". Toko-toko buku kristen hari-hari ini sedang dibanjiri oleh buku-buku yang mengajar orang-orang kristen bagaimana menjadi kaya secara materiil dan ba-gaimana mencari uang dengan Yesus sebagai rekan kerja. Orang-orang Kristen didorong bu-ku-buku ini untuk meminta/mengklaim mobil-mobil, rumah-rumah, dan tanah-tanah mahal - semua dengan iman di dalam Kristus.

Seorang anak kecil pun dapat melihat pikiran keduniawian dari para penulis buku-buku ini na-mun banyak juga orang-orang percaya yang ter-tipu. Kesaksian tentang orang-orang yang mene-rima hal-hal materi bisa saja benar - tapi berapa-kah dari mereka yang menyadari bahwa Allah sedang menguji mereka saat Ia memberi mereka kekayaan?

Mereka sedang diuji saat mereka menjadi kaya, untuk melihat apakah mereka mau belajar melepaskan kekayaannya dan menjadi "kaya di-hadapan Allah" (Luk 12:21). Tetapi saya kira sebagian besar dari mereka tidak lulus ujian - tidak seperti Petrus.

Diri sendiri adalah pusat dari setiap anak Adam. Ketika kita bertobat/menjadi percaya, diri sendiri tidak mati, tapi berusaha lewat cara lain yang berbelit-belit terhadap Allah untuk me-muaskan keinginan-keinginannya sendiri.

Diri sendiri adalah sumber kekristenan du-niawi yang mementingkan perolehan materi dan berkat fisik dari Allah. Itu terjadi sekarang ini dalam buku-buku yang diselubungi dengan pa-kaian "iman".

Walaupun demikian buku-buku itu ada juga gunanya yaitu untuk menunjukkan apakah ke-inginan hati pembaca yang sebenarnya - kedu-niawian atau kerohanian. Maka sekam akan ter-buang/terayak dari gandum dalam kekristenan.

"Sebab di antara kamu harus ada perpecah-an, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji" (1 Kor 11:19).

Perpecahan menyatakan isi hati dan motifasi manusia. Perpecahan itu memisahkan antara yang diperkenan dengan yang tak diperkenan.

2. Sikap Petrus Akan Koreksi

Kita melihat bagaimana Yesus menguji Pe-trus dengan cara lain saat Ia menegur Petrus di depan umum dengan teguran yang paling keras yang pernah diucapkan Yesus pada manusia.

Saat Yesus menyatakan pada murid-murid-Nya bahwa Ia akan ditolak dan disalibkan, Petrus - dengan kasih manusia kepada Tuhan - "... me-narik Yesus ke samping dan menegur Dia, kata-nya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!'" (Mat 16:22).

Yesus berpaling dan dengan terang-terangan Ia berkata pada Petrus (yang juga didengar oleh rasul-rasul lainnya): "Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagiKu," (Mat 16:23).

a. Tidak Tersinggung. Hampir merupakan penghinaan bagi ego kita untuk tegur secara umum. Dan lebih buruk lagi jika dipanggil seba-gai "Iblis".

Namun Petrus tidak pernah tersinggung.

Saat Yesus berkhotbah tentang, "mati bagi diri sendiri", banyak murid-murid Yesus yang tersinggung dan mengundurkan diri, Yesus ber-tanya pada kedua belas rasul, apakah mereka juga mau pergi. Petruslah yang menjawab, "Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Per-kataanMu adalah perkataan hidup yang kekal" (Yoh 6:68).

Perkataan ini diucapkan Petrus segera setelah ia menerima teguran dari bibir Yesus. Itulah yang membuat perkataan Petrus semakin indah. Dia merasa bahwa segala teguran yang berasal dari bibir Yesus adalah semata-mata perkataan hidup yang kekal!

Kemampuan kita untuk menerima teguran dari saudara yang lebih tua adalah ujian keren-dahan hati. Petrus lulus ujian itu dengan gemi-lang.

3. Sikap Yudas Akan Uang

Yudas Iskariot, seorang dari kedua belas orang yang dipilih Yesus juga mempunyai ke-sempatan baik sama seperti lainnya untuk ter-kualifikasi mendapatkan sertifikat "diperkenan Allah".

Namun seperti halnya dengan yang lain, ia juga harus diuji.

Injil mengatakan bahwa "Yudas Iskariot yang kemudian menjadi penghianat" (Luk 6: 16). Ini menambahkan bahwa dahulu ia setulus seperti kesebelas rasul lainnya. Namun ia dengan mengerikan menjadi murtad karena ambisi ke-pentingan diri sendiri.

Alkitab memperingatkan kita, "Sebab dima-na ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat" (Yak 3:16).

Kehidupan Yudas merupakan suatu pernya-taan bagi kita semua, karena jika kita tidak ber-hati-hati maka siapa saja bisa menjadi seperti dia.

Ia adalah bendahara dari tim Yesus dan ia mempunyai kesempatan yang baik untuk mem-buktikan kesetiaannya/kejujurannya dalam hal keuangan. Ia dapat menjadi pengarah. Salah satu surat dari Perjanjian Baru, bila saja ia setia. Na-manya tentu dapat menjadi salah satu batu dasar tembok Yerusalem Baru.

Alkitab mengatakan bahwa "Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama Rasul Anak Domba itu" (Why 21:14).

Namun Yudas Iskariot gagal saat diuji.

a. Ia adalah Seorang Pencuri. Salah satu kegunaan kas adalah untuk memberi sumbangan kepada yang miskin dan yang membutuhkan (seperti yang dapat kita baca dalam Yohanes 13:29): "Karena Yudas memegang kas ada yang menyangkah bahwa Yesus menyuruh ia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin".

Yudas yang ditugaskan untuk mengembang-kan/menabung uang dalam kegiatan ini malah mencuri seluruh uang yang hendak disumbang-kan pada orang-orang miskin.

Tertulis bahwa "Yudas Iskariot, seorang da-ri murid-murid Yesus, ... bukan karena ia mem-perhatikan nasib orang-orang miskin, melain-kan karena ia adalah seorang pencuri, ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya" (Yoh 12:4-6).

Kita dapat bertanya, "Mengapa Yesus tidak langsung mengungkapkan korupsi Yudas?"

Untuk menjawab pertanyaan itu kita dapat menanyakan pertanyaan yang lain, "Mengapa Yesus tidak mengungkapkan kepada umum me-reka yang bekerja untuk memperoleh kekayaan bagi diri sendiri atas nama kekristenan hari-hari ini?" Ada ribuan orang yang melayani Allah un-tuk uang sampai hari ini, dan yang tidak jujur seratus persen mengenai uang yang diberikan bagi mereka dari pekerjaan Allah.

Jika saja Yudas tahu ia akan kehilangan apa yang dimiliki karena memilih uang, ia mungkin akan bersikap lain! Dan kalau saja pekerja-pe-kerja Kristen hari-hari ini tahu apa yang ia le-paskan jika memilih uang, tentu sikap mereka sehubungan dengan uang akan berbeda!

b. Ia Menginginkan Segalanya. Masalah yang dihadapi Yudas adalah karena ia sangat suka untuk menerima tapi benci untuk memberi. Yesus telah mengajarkan pada murid-muridNya tentang berkat dari memberi. "Sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berharga mem-beri daripada menerima" (Kis 20:35).

Tiap orang kristen terbagi menjadi dua kate-gori: mereka yang seperti Petrus, yang mening-galkan segalanya dan dengan senang memberi kepada Allah serta sesama yang membutuhkan; dan mereka yang seperti Yudas, yang suka untuk menerima dan mengumpulkan kekayaan bagi dirinya sendiri.

Jika kaum Yudas ini suatu saat memberi, ma-ka pemberian itu dilakukan dengan berat hati, hanya untuk melegakan hati nurani - dan juga dengan penuh perhitungan! Tapi jika tiba saat-nya untuk menerima, mereka tidak punya rasa segan.

Allah menguji kita dalam hal menerima dan memberi untuk melihat apakah kita rindu hidup menurut aturan-aturan dunia atau aturan-aturan sorgawi.

Kalau kita ingin hidup diperkenan Allah, kita harus dengan rela menyalibkan kesukaan untuk menerima hadiah-hadiah yang dapat kita temu-kan dalam daging kita. Kita harus belajar me-nyesuaikan dengan kebiasaan yang baru dan me-lupakan kebiasaan yang lama. Sebagaimana ba-nyak dari kita dahulu ahli dalam menerima ha-diah, kita sekarang dapat menjadi ahli dalam hal memberi.

Tapi kita dapat berharap untuk menjadi ahli mengenai segala sesuatu dalam semalam. Hanya latihan yang terus menerus yang dapat membuat kita ahli dalam segala hal. Kita harus mulai memberi dan tetap melanjutkan hingga karakter kita dapat diubah seluruhnya dengan benar sehingga akhirnya Allah sendiri dapat bersaksi tentang kita bahwa kita lebih cenderung memberi daripada menerima.

Murid-murid Yesus yang sejati adalah me-reka yang telah belajar bagaimana menjadi kaya di hadapan Allah dan bagaimana memberi pada sesama yang membutuhkan. Dalam kebutuhan-nya sendiri ia akan menemukan bahwa Allah memberikan kembali kepadanya jumlah yang sama seperti yang telah ia berikan.

Yesus berkata kepada murid-muridNya:

"Berilah dan kamu akan diberi, suatu takar-an yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu" (Luk 6:38).

Yesus mengajarkan bahwa jika kita tidak se-tia dalam hal uang, maka kita tidak akan dapat berharap untuk menerima kekayaan rohani dari Allah.

Ia berkata, "Jadi jikalau kamu tidak setia dalam hal mamon (uang) yang tak jujur, siapa-kah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?" (Luk 16:11).

Tuhan memberi Yudas Iskariot ujian uang kas yang dipegangnya dan ia gagal. Kerugiannya adalah kekal. Hari ini anda dan saya juga sedang diuji dengan uang kas kita.

4. Sikap Yudas Saat Dikoreksi

Kita melihat bahwa Petrus diuji dalam reak-sinya saat ditegur di muka umum. Yudas diuji seperti itu pula. Tapi tidak seperti Petrus, ia ga-gal.

Saat seorang perempuan menumpahkan mi-nyak narwastu pada kaki Yesus, sebagai ung-kapan rasa syukur akan apa yang sudah Tuhan perbuat baginya, Yudas menyatakan pendapat-nya bahwa hal itu hanya buang-buang uang saja.

Tapi Yesus berpihak pada perempuan itu dan berkata, "Biarlah dia melakukan hal ini me-ngingat hari penguburanKu, karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu" (Yoh 12:7,8).

a. Ia Tersinggung. Dibandingkan dengan cara Yesus menegur Petrus, teguran Yesus pada Yudas Iskariot tidak ada apa-apanya. Malah orang bisa saja mengatakan bahwa Yesus sama sekali tidak menegurnya.

Namum Yudas tersinggung.

Pada pasal berikutnya dalam Injil Matius kita melihat apa yang dilakukan Yudas segera sete-lah kejadian itu: "KEMUDIAN pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot kepada imam-imam kepala. Ia berkata: `Apa yang hendak kamu berikan kepadaku su-paya aku menyerahkan Dia kepada kamu?'" (Mat 26:14,15).

Perkataan "kemudian" sangat penting disini, tindak lanjut Yudas dengan segera ialah pergi ke imam-imam dan menyerahkan Yesus karena koreksi Tuhan kepadanya.

Petrus lulus ujian itu dengan penuh keme-nangan. Tetapi Yudas gagal dengan sangat me-nyedihkan.

Hari ini anda dan saya diuji setiap kali kita dikoreksi Allah lewat orang-orang yang telah ditunjuk dan ditempatkan dengan otoritasNya di atas kita.

Anak-anak diuji saat mereka dikoreksi oleh orang tuanya. Isteri-isteri diuji saat mereka diko-reksi oleh suaminya. Pekerja-pekerja diuji saat mereka dikoreksi oleh atasannya. Dan dalam ge-reja, kita semua diuji saat dikoreksi oleh tua-tua kita.

Reaksi kita pada koreksi itu adalah salah satu ujian yang paling jelas akan kerendahan hati kita. Jika kita tersinggung, kita sekelompok dengan Yudas Iskariot.

Kalau ternyata kita tersinggung saat dikorek-si, kita perlu memohon pertolongan Allah untuk mematikan ego kita, sehingga kita tidak kehi-langan upah yang kekal.

Hal-hal kekekalan itu tergantung dari reaksi Petrus dan Yudas akan koreksi. Mereka kurang menyadari bahwa mereka sedang diuji.

Banyak dari kita tidak menyadari bahwa Allah juga sedang memperhatikan reaksi kita pada koreksi-koreksiNya.

Anda tidak dapat diperkenan Allah jika anda tidak rela dikoreksi atau jika kita tersinggung saat dikoreksi.

D. KUMPULAN ORANG-ORANG YANG DIPERKENAN ALLAH

Pada Wahyu 14:1-5 kita membaca sekum-pulan murid Yesus yang selama hidup mereka di dunia selalu mengikuti Yesus dengan sepenuh hati. Mereka berdiri bersama Yesus di hari ter-akhir sebagai pemenang-pemenang. Karena Allah mampu malakukan rencanaNya dengan sempurna dalam kehidupan mereka.

Seperti yang kita lihat dalam kitab Wahyu, mereka yang dosanya diampuni adalah suatu kumpulan besar orang banyak yang tak dapat dihitung oleh manusia.

"Kemudian daripada itu aku melihat: se-sungguhnya, suatu kumpulan besar orang ba-nyak, yang tak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan de-ngan suara nyaring mereka berseru: `Kesela-matan bagi Allah kami yang duduk di atas tahta dan bagi Anak Domba!'" (Why 7:9,10).

Tapi kumpulan murid-murid yang tertulis dalam Wahyu 14 jauh lebih kecil, kumpulan yang dapat dihitung itu adalah sebanyak 144.000. Apakah angka itu harafiah (angka yang nyata) atau simbol saja (gambaran, sebagaimana kitab Wahyu), tidak termasuk dalam pokok ba-hasan ini. Yang penting di sini adalah kumpulan ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan kum-pulan orang-orang banyak tadi.

1. Benar Dan Setia

Ini adalah sisa dari manusia yang tetap benar dan setia pada Allah di bumi. Mereka telah diuji dan mendapat sertifikat diperkenan oleh Allah. Allah sendiri memberi keterangan tentang mere-ka bahwa "Mereka adalah orang-orang yang tak mencemarkan dirinya... mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi... di dalam mulut mereka ti-dak terdapat dusta... mereka tidak tercela" (ayat 4,5).

Ini adalah buah-buah sulung Allah. Mereka menjadi Mempelai Kristus. Pada hari perkawin-an Anak Domba Allah, akan menjadi jelas pada semua orang bahwa untuk bersungguh-sungguh hidup benar dan setia pada Allah dalam segala hal tidaklah sia-sia - baik perkara besar maupun kecil.

Hari ini suara himpunan besar orang banyak terjadi di Sorga, "Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantinNya telah siap sedia" (Why 19:7).

2. Mentaati PerintahNya

Mereka yang mencari keuntungan sendiri dan kehormatan di bumi, saat itu baru akan me-nyadari sepenuhnya betapa besar kerugian me-reka. Mereka yang mengasihi ayah atau ibunya, isteri atau anak-anaknya, atau saudaranya laki-laki dan perempuan atau kehidupannya sendiri atau perkara-perkara materi lebih dari Tuhan akan mengetahui kerugian kekal yang mereka alami pada hari itu.

Dan waktu itu akan terbukti bahwa orang-orang bijaksana di bumi ini adalah mereka yang mentaati perintah Yesus dengan sepenuhnya dan yang berusaha dengan segenap hati untuk hidup sebagaimana Ia hidup.

Kehormatan yang kosong dari kekristenan akan jelas terlihat sebagai sampah belaka. Kita akan melihat bahwa uang dan materi hanya di-gunakan Allah sebagai alat untuk menguji kita, untuk melihat apakah kita terkualifikasi untuk menjadi mempelai Kristus.

Oh, kiranya mata kita dapat terbuka saat ini untuk melihat dengan jelas kenyataan-kenyataan yang terjadi pada hari itu! Kehormatan tertinggi yang dapat dimiliki manusia adalah untuk mene-mukan tempat di antara para pemenang pada hari itu - sebagai seseorang yang telah diuji dan diperkenan oleh Allah sendiri!

"Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah supaya aku mem-peroleh Kristus."

"Dan berada dalam Dia bukan dengan ke-benaranku sendiri karena mentaati hukum Tau-rat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan."

" Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan Kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya dimana aku menjadi serupa de-ngan Dia dalam kematianNya, supaya aku ak-hirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati."

"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku me-ngejarnya kalau-kalau aku dapat juga menang-kapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus."

"Saudara-saudara aku sendiri tidak me-nganggap, bahwa aku telah menangkapnya, te-tapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku."

"Dan berlari-lari kepada tujuan untuk mem-peroleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."

"Karena itu marilah kita yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu" (Flp 3:8-15).

"Siapa mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar" (Luk 14:35).

Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
kelayakan.htm63 KB

Komentar