Perencanaan Pertumbuhan Gereja

Bagian E6

PERENCANAAN PERTUMBUHAN GEREJA

Oleh Ralph Mahoney

Isi Dari Bagian Ini:

E6.1 - Perlunya Keseimbangan

E6.2 - Visi : Kunci Untuk Suatu Pencapaian

E6.3 - Menetapkan Sasaran Dan Prioritas

E6.4 - Karunia Administrasi

E6.5 - Bagaimana Merencanakan

E6.6 - Strategi - Pelaksanaan - Evaluasi

KATA PENGANTAR

Kembali ke masa remaja saya, dimana saya berbakti di Gereja "North Hollywood
Assembly of God". Pemimpin kami, Arne Vick seringkali mengajarkan bahwa
hanya ada dua kunci yang merupakan prinsip untuk pelayanan yang berhasil, yaitu
berdoa dan belajar, belajar dan berdoa, lagi sekali yaitu berdoa dan belajar.
Kami anak-anak muda percaya kepadanya dan telah mencoba prinsip tersebut tetapi
ternyata hal itu tidak berguna sama sekali buat kami.

Ternyata ada hal-hal yang tidak kami sadari bahwa dibalik penjelasan Sdr. Vick
tentang keberhasilan pelayanannya, tergantung pula kepada talenta dan karunia
rohani yang ada padanya, yang mana justru sangat besar pengaruhnya.

Setelah beberapa tahun tersendat-sendat, saya mulai mengerti bahwa berdoa
dan belajar, tidak perduli berapa seringnya, kesetiaan dan kesungguhan yang
benar, ternyata masih belum cukup.

Hal itu terjadi setelah saya mulai mengumpulkan dari berbagai sumber dan menyusun
Prinsip-Prinsip untuk Pencapaian dari rencana saya, akhirnya saya mulai
menghasilkan buah-buah dan menjadi produktif dalam pekerjaan Tuhan. Saya ingin
membagikan prinsip-prinsip tersebut kepada saudara.

Prinsip-prinsip ini merupakan suatu sumber tambahan, bukan sebagai pengganti
dari dasar-dasar pelayanan yang rohani. Saya menganggap bahwa saudara sudah
meletakkan batu-batu fondasi atau dasar rohani seperti : dedikasi, kekudusan,
komitmen, syafaat dan pengertian dasar dari Firman Tuhan. Motivasi-motivasi
saudara harus sudah dibersihkan dan dikuduskan. Hidup saudara sudah terjual
untuk Tuhan.

Jika hal ini belum terjadi dalam hidup saudara, prinsip-prinsip yang akan
saya bagikan ini tidak akan membuat saudara berhasil. Kehidupan yang rohani
harus yang lebih dahulu. Namun jika semuanya sudah benar dan sesuai, tetap masih
diperlukan prinsip-prinsip yang praktis untuk kita bekerja, bagian-bagian pengetahuan
yang praktis.

Bagian dari pelajaran ini saya tujukan bagi para pemimpin gereja yang bersedia
membayar harga dan mau menyerahkan hidupnya sehingga kehidupannya diperhitungkan
untuk Allah hingga kekekalan.

Bab 1

Perlunya Keseimbangan

Pendahuluan

Kita melihat ketidakseimbangan di dalam kelompok karismatik sehubungan dengan
sisi subyektif dari kekristenan. Di kalangan kelompok Injili, ketidakseimbangannya nampak
dalam sisi yang obyektif.

Subyektif secara harafiah berarti saudara mewujudkan kehidupan saudara "dari subyek
itu", atau "dari apa yang berasal dari dalam diri
saudara". Intuisi saudara yang menuntun
saudara. Apa yang saudara "rasakan di dalam"
merupakan sumber utama pimpinan saudara untuk
kehidupan dan pelayanan saudara.

Obyektif artinya "berasal dari obyek"
atau "apa yang muncul dari luar saudara". Akal,
intelek dan logika saudara secara hati-hati
menilai setiap detail dan saudara mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang "obyektif".

Saya sudah mendengar perkataan yang mengatakan bahwa di dalam pengalaman
Kristen yang terlalu subyektif menyebabkan saudara "meledak/meletup-letup"; terlalu obyektif
menyebabkan saudara "kering", dan
keseimbangan yang benar dari masing-masing sisi itu, akan
menyebabkan saudara "bertumbuh".
Keseimbangan jenis inilah yang saya usahakan untuk
terus berkembang di antara orang-orang yang saya layani.

Ijinkan saya memberikan ilustrasi tentang apa yang saya maksudkan dengan
ketidakseimbangan yang subyektif.

Beberapa tahun yang lewat seorang sahabat saya dan tua-tua di gerejanya menerima
apa yang mereka anggap sebagai "Firman dari Tuhan" untuk pergi ke sebuah pulau tertentu
di Caribea dan menginjili orang-orang di situ.

Sesudah menanyakan hal itu dan menerima dukungan dari anggota-anggota gereja,
mereka siap untuk pergi, membeli tiket dari travel
biro dan berangkat dengan rencana-rencana besar untuk mengadakan kampanye penginjilan.

Mereka membuat rencana yang luar biasa tanpa mengadakan penyelidikan terhadap
sejarah penginjilan terdahulu di kepulauan itu,
tanpa menyelidiki apakah kebutuhan yang mendesak sekarang ini, atau melihat
kesempatan-kesempatan apa saja untuk mengadakan
penginjilan di kepulauan tersebut.

Pesawat mereka mendarat pada landasan pesawat terbang darurat sekitar 3 mil jauhnya
dari tempat yang akan dituju. Dari situ, mereka menurunkan semua persediaan mereka dan
langsung mempergunakan perahu yang dimiliki oleh penduduk setempat yang mau menunjukkan
di mana letak pulau itu.

Dengan penuh sukacita mereka berperahu mengarungi lautan Caribea menuju arah
tujuan mereka. Ketika mereka tiba ditengah-tengah
laut di antara kedua pulau tersebut, penduduk asli yang menyertai mereka itupun bertanya,
"Apa yang akan saudara lakukan sesudah
mendarat di pulau itu?"

Dengan penuh semangat mereka berkata, "Kami diutus oleh Tuhan untuk menginjili
penduduk pulau tersebut!"

"Oh, ketahuilah tuan-tuan, demikian kata penduduk asli tersebut. Di pulau itu tidak
ada penghuninya. Bahkan selama-lamanya tidak pernah ada yang menghuninya. Panjangnya
pun hanya beberapa mil saja dan saudara hanya akan menjumpai pohon-pohon kelapa melulu."

"Apakah benar demikian?" Mereka
bertanya dengan sangat terkejut.

"Segera saudara akan membuktikannya sendiri," jawab penduduk asli yang menemani
mereka ke pulau itu.

Ketika mereka mendarat, diperlukan hanya beberapa menit saja untuk menelusuri
seluruh pulau itu untuk memastikan bahwa apa yang
dikatakan oleh pemandu mereka itu benar atau tidak. Ternyata mereka sendiri sajalah
orang-orang yang berada di pulau itu.

Inilah yang saya maksudkan dengan "subyektivitas" di dalam pengalaman Kristen.
Terlalu subyektif dapat menyesatkan kita. Suatu
penelitian yang obyektif akan menolong orang-orang ini dari kegagalan mereka.

Mereka sudah membuang banyak uang dan memboroskan waktu, karena mengikuti
"pimpinan Tuhan." Kalau saja mereka mau
mencari konfirmasi obyektif sehubungan dengan
"pimpinan" yang subyektif - mereka dan gereja
mereka dapat terluput dari persoalan ini.

Mereka harus kembali ke gereja dan melaporkan kegagalan mereka di depan jemaat.
Mereka harus menjelaskan mengapa kampanye penginjilan besar-besaran tidak akan pernah
terjadi di tempat itu. Jemaat mengampuni mereka -
tetapi tidak akan pernah melupakan perbuatan bodoh yang sembrono itu. Kendati pun disertai
rasa malu dan permintaan maaf, diperlukan beberapa tahun untuk memulihkan kembali
kepercayaan di dalam kepemimpinan mereka.

Itulah keseimbangan yang selalu saya usahakan, baik dalam pelayanan saya sendiri
maupun terhadap yang lain. Prinsip pengelolaan yang baik adalah
"roh yang mendatangkan kekuatan, kasih dan
ketertiban"
(2 Tim 1:7); hal ini harus diimbangi dengan "pimpinan Roh
Kudus". Artikel ini menunjukkan kepada
saudara bagaimana mewujudkan pengelolaan yang obyektif untuk gereja dan pelayanan saudara.

A. DARI MANA KITA MEMULAINYA?

Kita semua memerlukan titik tolak di mana kita dapat memperkirakan sumber daya yang
kita miliki untuk setiap kita di dalam pekerjaan kita untuk Tuhan. Saudara harus selalu
mulai dari mana saudara berada, dengan apa yang saudara punyai sekarang
ini
(lihat diagram dibawah).

Apa yang saya punyai ? Ajukan pertanyaan ini pada diri saudara sendiri. Saudara
memiliki keberadaan saudara melalui KELAHIRAN, melalui LATIHAN, melalui ANUGERAH
ALLAH, dan melalui PENGALAMAN. Semua ini adalah sumberdaya saudara, dan
termasuk segala sesuatu yang menunjukkan
keberadaan saudara sampai sekarang ini.

Iman selalu melihat masa depan, selalu bekerja untuk mengklaim masa depan dan
senantiasa melaksanakan apa yang dikehendaki
Allah. Tetapi kita perlu memulai dari masa lalu.
Masa lalu saudara menunjukkan dan menempatkan sumber daya yang saudara perlukan, untuk
melaksanakan hal-hal di dalam kerajaan Allah.

Di dalam Roma 12:3-6, Paulus memberitahu kita,
"Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada
setiap orang di antara kamu; Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada
yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu
berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai
diri menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing."

Himbauan Paulus untuk saudara adalah mengadakan evaluasi yang tegas dan
sungguh-sungguh mengenai keberadaan saudara dan
apa yang saudara punyai. Kemudian
pergunakan evaluasi tersebut di dalam menjadikan masa
depan saudara berbuah-buah bagi Tuhan. Dia mendorong saudara untuk memiliki pengertian
yang seimbang mengenai diri saudara. Jangan berpikir terlalu tinggi atau terlalu rendah
mengenai diri saudara, daripada yang patut saudara
pikirkan.

1. Saudara Mewarisi Sumber Daya

Pokok pertama dalam lembar inventarisasi kita adalah "Karunia-karunia dari orang tua
kita". Apa yang bapak dan ibu saudara
berikan kepada saudara? Bapak dan ibu saudara mewariskan kepada saudara BAKAT,
TEMPERAMEN dan INTELIGENSI (kecerdasan).

Kita perlu menyadari keberadaan kita melalui kelahiran karena hal itu akan
berpengaruh juga atas wujud dari apa yang kita lakukan
untuk meluaskan kerajaan Kristus.

Di dalam 2 Timotius 1:5 Paulus menunjukkan kepada Timotius kwalitas penting yang
dia peroleh melalui orang tuanya. Dia mengatakan,
"Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup
di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam
dirimu."

Iman ditumbuhkan melalui neneknya kepada ibunya dan akhirnya kepada Timotius.
Paulus berbicara mengenai hal itu, sebagai "iman
yang tulus ikhlas" yang ada di dalam Timotius.

a. Bakatmu. Jika saudara melihat pada bakat, ajukan pertanyaan ini: "Dalam hal apa
saya mampu dengan baik?" Jawaban-jawaban yang saudara yakini, itulah yang menunjukkan
bakat atau keahlian saudara, hal-hal yang untuk
itu saudara memiliki karunia-karunia secara alami.

Misalnya, seorang pemain piano yang berbakat dapat memainkan instrumen dengan
baik, dapat menjadikan instrumen itu
"bernyanyi". Ini merupakan hasil dari bakat yang dimiliki
sejak lahir. Walaupun banyak latihan dan praktek, kita yang tidak mempunyai bakat alami
sebagai pemusik tidak dapat menampilkan permainan pada tingkatan mereka yang berbakat.

Sementara Allah kadang-kadang akan mengesampingkan karunia-karunia alami kita,
pada umumnya Dia tidak akan mengesampingkannya begitu saja. Biasanya Dia bekerja melalui
dan dengan ini. Oleh karena itu, berhentilah dan
adakan waktu barang lima belas menit untuk menuliskan bakat saudara pada secarik kertas.
Daftar ini akan sangat berguna bagi saudara di
kemudian hari. Karena itu berhentilah sejenak dan lakukanlah sekarang juga!

b. Temperamenmu. Hal kedua yang saudara perlu perhatikan adalah temperamen
saudara. Pertanyaan di sini adalah, "Apakah yang
saya senang sekali untuk melakukannya?"
Beberapa orang Kristen berpendapat bahwa adalah
dosa untuk menikmati apa yang mereka suka lakukan. Memang ada hal-hal yang saudara
senang untuk melakukannya, yang menjurus kepada dosa! Tetapi kenyataan bahwa saudara senang
melakukan sesuatu, tidaklah dosa.

Apa yang saudara paling senangi sering dapat merupakan bukti sehubungan dengan
apa yang seharusnya saudara lakukan. Hal ini
karena kesenangan dan ketidak senangan kita
seringkali menunjukkan apakah kita secara
temperamen cocok atau tidak untuk menangani tugas
tertentu. Daftarkanlah pekerjaan apa yang saudara suka untuk melakukannya dalam secarik kertas.

c. Inteligensi. Hal ketiga yang kita
punyai melalui kelahiran adalah inteligensi atau
kecerdasan. "Sampai sejauh mana saya dapat
memikirkan untuk dapat mengerjakan sesuatu?"

Setiap orang di dalam menggambarkan sesuatu adalah baik. Tetapi menggambarkan
mengenai sampai sejauh mana kemampuan atau kebaikan kita merupakan kesulitan kita yang
terbesar.

Inteligensi atau kecerdasan adalah kemampuan untuk membuat kontribusi yang
berguna bagi orang lain dan kemampuan untuk memelihara diri saudara sendiri.

Kemampuan saudara untuk berpikir dengan jernih, jelas dan logis adalah penting sekali
untuk kepemimpinan saudara. Kesimpulan saudara dari proses pemikiran saudara senantiasa
setuju dengan pengajaran Alkitab. Ini akan
merupakan ujian puncak dari inteligensi.

2. Pengaruh Dari Latihan

Hal kedua yang perlu kita evaluasi adalah pengaruh latihan dari lingkungan di mana
kita dilahirkan. Ada tiga daerah pengaruh utama yang menimbulkan dampak di dalam
kehidupan kita sebagai orang Kristen.

a. Keluarga. Pertama, pengaruh utama
atas kehidupan seseorang adalah keluarga. Situasi orang tua sangat membentuk gaya hidup
seorang anak dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.

Jika saudara dilahirkan di tengah-tengah lingkungan keluarga yang baik, di mana ibu
dan ayah saudara senantiasa hidup berdampingan dengan baik, hal ini akan sangat menolong
saudara. Jika mereka memberikan banyak pengaruh positif kepada anak-anak mereka dari waktu
ke waktu sejak mereka dilahirkan, maka saudara akan memiliki kepercayaan diri yang kuat
dan bersedia untuk menghadapi resiko sehubungan dengan hal-hal yang mungkin
menakutkan orang lain.

Jika orang tua saudara menunjukkan lebih banyak tindakan kasih, banyak belaian dan
tepukan kasih, sudah dapat dipastikan bahwa saudara akan lebih banyak memiliki
kesempatan untuk bertumbuh sebagai seorang yang
mudah bergaul, yang dapat berhubungan dengan orang lain dengan baik dan mendatangkan
keberhasilan dalam kehidupan ini.

Tetapi mungkin juga saudara berasal dari lingkungan keluarga yang kurang ideal.
Kira-kira sembilan puluh persen dari kita berasal
dari lingkungan demikian. Kita mempunyai latar belakang yang penuh dengan hal-hal negatif.
Untuk itu, kita perlu menyadarinya.

Pola negatif bukan sebagai alasan untuk melawan kehendak Allah. Tetapi menyadari
serta berhati-hati sehubungan dengan pola latihan
dalam keluarga akan menolong saudara (dengan pertolongan Allah) untuk mengatasi
beberapa aspek negatif dari pola tersebut.

Dengan menyadari hal ini, saudara dapat belajar untuk menjadi seorang pekerja yang
bersikap positif dan mantap bagi Tuhan. Jika
saudara tidak pernah menyadari adanya dampak-dampak yang diakibatkan oleh pengaruh
keluarga saudara, saudara akan menjalani kehidupan
ini dengan melakukan hal-hal yang dapat menyakiti banyak orang dan menghambat diri saudara
sendiri untuk melakukan banyak hal, karena sikap saudara mengakibatkan
orang lain tidak senang bekerja sama dengan saudara.

b. Gereja. Pengaruh besar kedua di dalam kehidupan saudara (jika saudara dibesarkan
di tengah-tengah keluarga Kristen) adalah gereja. Gereja pun dapat menanamkan
pengaruh-pengaruh yang negatif dalam kehidupan
saudara, tergantung pada jenis gereja yang di
dalamnya saudara dibesarkan. Pada tahun-tahun awal
saya, saya dibesarkan di lingkungan gereja yang
sasaran utamanya adalah emosional yang berlebih-lebihan.

Jika saudara dibesarkan di tengah-tengah suasana gereja yang sedemikian, saudara
akan berpikir bahwa "emosional adalah
kerohanian, dan seperti itulah gereja."

Latar belakang gereja kita dapat membawa kita untuk menyimpulkan bahwa semua
kekristenan berarti berputar-putar karena
nada-nada tertentu, melompat-lompat karena irama
tertentu, dan memberikan tanggapan yang seragam sehubungan khotbah-khotbah tertentu yang
sudah digariskan oleh si pengkhotbah di dalam pemberitaannya. Kata-kata kunci dan
urutan-urutan tertentu di dalam penekanannya membangkitkan tanggapan emosional tertentu.
Semua itu merupakan bagian dari budaya atau kultur gereja kita.

Jika saudara berasal dari sebuah gereja yang sangat konservatif, dan segala sesuatunya
didasarkan atas liturgi dan keteraturan, maka
jelas bahwa hal yang sama juga akan mempengaruhi pandangan saudara mengenai Allah,
kekristenan dan Alkitab.

Tulislah dalam kertas inventarisasi saudara pengaruh-pengaruh positif dan negatif apa
saja yang diberikan oleh gereja saudara dalam kehidupan saudara.

c. Sekolah. Pendidikan formal merupakan faktor kritis di dalam proses ini secara
menyeluruh. Latihan oleh keluarga, gereja dan
sekolah memberi pengaruh dalam kehidupan kita,
bersama-sama dengan kwalitas-kwalitas yang kita
bawa sejak kita dilahirkan, menjadikan kita sebagaimana keadaan kita sekarang ini.

Latihan atau pendidikan sangat penting. Lukas 12:47 mengatakan,
"Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang
tidak mengadakan persiapan atau tidak
melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan
menerima banyak pukulan."
Persiapan dan
latihan adalah perlu sekali untuk menggenapi
kehendak Tuhan.

Saudara yang menduduki jabatan sebagai komisi personalia dan menilai para calon,
harus memperhatikan secara khusus apa yang saya katakan di sini. Saudara harus
menginventarisasi satu demi satu calon-calon pelayan
ataupun utusan Injil untuk melihat apa dan
bagaimana mereka itu berdasarkan kelahiran dan
pendidikan mereka.

3. Anugerah Allah

Bagian ketiga yang perlu kita pertimbangkan dalam inventarisasi pribadi kita adalah
anugerah Allah. Bagi beberapa kita, anugerah
merupakan satu-satunya faktor imbangan yang kita
peroleh. Saya maksudkan hal ini dengan
sungguh-sungguh.

Jika seseorang mengadakan inventarisasi sehubungan dengan kehidupan saya atas dasar
kelahiran dan latihan saya, maka mereka akan memberikan nilai kosong sehubungan
dengan kemungkinan-kemungkinan saya. Saya sangat berterima kasih untuk penyediaan yang
melimpah dari ANUGERAH Allah di dalam kehidupan saya. Kenyataan ini, bagi orang-orang
percaya sungguh merupakan imbangan yang besar!

Apa yang saya maksudkan dengan anugerah Allah? Pertama-tama, di dalam konteks studi
ini, tidak saya maksudkan "perkenan yang tidak
seharusnya atau pada tempatnya", walaupun
itu merupakan salah satu arti dari anugerah. Saya tidak maksudkan anugerah sebagai
"kebalikan dari apa yang seharusnya kita peroleh atau
dapatkan", kendatipun hal itu juga merupakan
arti dari anugerah.

Tetapi "anugerah" yang saya maksudkan
di sini adalah sebagaimana yang Paulus pergunakan berulang-ulang dalam bagian-bagian
Perjanjian Baru, kata anugerah di sini berarti
"dimampukan oleh Allah".

a. Kemampuan yang dari Allah. Paulus, di dalam 2 Korintus 12:9 menuliskan apa
yang Tuhan sampaikan kepadanya, "Cukuplah
KASIH KARUNIAKU bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna".

Apakah yang Allah sampaikan kepada Paulus di sini? Dia
tidak mengatakan : "PerkenanKu yang sebenarnya tidak layak bagimu"
adalah cukup bagimu. Dia tidak mengatakan
kepada Paulus: "Pemberianku yang sebenarnya
bertentangan dengan apa yang seharusnya kamu terima" adalah cukup bagimu. Dia
mengatakan "PertolonganKu yang memampukanmu"
adalah cukup bagimu untuk menikmati kehidupan yang berkemenangan dibalik gocohan-gocohan
yang merupakan utusan setan itu.

Jika kita meneliti kelahiran dan latihan kita, maka kita tidak akan dapat memenuhi
persyaratan. Kita harus bersandar pada anugerah
Allah, kemampuan Ilahi yang Allah dapat berikan untuk kehidupan kita. Itu, bagi orang percaya
adalah dimensi imbangan yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak percaya.
Anugerah Allah, kemampuan dari Allah, dapat
menjadi imbangan yang besar.

Saudara lihat hal ini di dalam kehidupan Daud, ketika sebagai anak muda ke luar
untuk berperang melawan Goliat. Apa yang menyebabkannya berhasil di dalam mengalahkan
Goliat? Adalah kemampuan dari Allah, anugerah Allah dalam kehidupannya.

Apa yang menjadikan Yusuf berhasil di Mesir? Dia mempunyai latar belakang yang
baik dalam kelahirannya, tetapi dia baru berusia
tujuh belas tahun ketika dimasukkan ke dalam penjara, karena itu dia tidak banyak
mendapatkan pendidikan formal. Dia dibesarkan di
dalam kehidupan keluarga yang selalu berpindah-pindah
tempat, di bukit-bukit Yudea. Dia mendapatkan campur tangan Ilahi, kemampuan Ilahi di
dalam kehidupannya, yang menyebabkan dia diangkat sebagai perdana menteri di Mesir.

Orang-orang ini mengetahui kecukupan dari anugerah Allah. Karena itu kuatkanlah
hatimu! Yesus berkata kepada saudara, "Kasih
karuniaKu adalah cukup bagimu."

Sekali lagi, adalah kasih karunia (anugerah) inilah yang Paulus maksudkan di dalam 1
Korintus 15:10
, "Tetapi karena kasih karunia
(anugerah) Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia
(kemampuan Ilahi) yang dianugerahkanNya kepadaku tidaklah
sia-sia. Sebaliknya aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya
aku, melainkan kasih karunia Allah
(kemampuan
Ilahi) yang menyertai aku".

Paulus mengatakan bahwa anugerah atau kasih karunia yang diberikan kepadanya
tidaklah sia-sia : "Sebaliknya, aku telah bekerja
lebih keras daripada mereka semua; tetapi
bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang
menyertai aku."
Paulus menyadari bahwa kasih
karunia Allah (anugerah Allah) adalah imbangan yang besar untuk kelemahan dan
kekurangan manusia.

Dari pandangan Yahudi, Paulus berasal dari rumah tangga yang baik. Dia keturunan
Benyamin. Di dalam hal pendidikan, tidak
diragukan lagi kebolehannya. Dia belajar pada
Gamaliel dan dididik untuk menjadi anggota
Sanhedrin. Untuk dapat diterima, dia harus mampu
menghafal lima kitab pertama dari Alkitab dengan lancar. Pengetahuannya mengenai
Perjanjian Lama cukup kuat dan mendasar.

Dia mengatakan, "aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, karena kasih karunia
(anugerah) Allah"
- imbangan yang besar! Apa
yang diperolehnya dari kelahiran dan pendidikan, menjadikannya pembunuh, merajam
orang-orang Kristen, menjebloskan mereka ke dalam penjara, berdiri menjadi saksi pada waktu
Stefanus dirajam, sambil menjaga pakaian orang-orang yang merajam Stefanus.

Melalui kelahiran dan pendidikannya dia sudah menjadi seorang pembunuh. Tetapi
melalui anugerah Allah, dia membawa ribuan orang
kepada keselamatan dan kehidupan, dan mendirikan banyak gereja. Dia menjadi orang yang
menyelamatkan kehidupan orang-orang lain dan membawa mereka pada anugerah Allah.

4. Pengalaman

Pada akhirnya, kita perlu mengevaluasi "PENGALAMAN" kita. Di dalam dunia ini
keadaan yang lebih membahayakan adalah lulusan
yang baru saja tamat dari Sekolah Alkitab atau
Seminari. Tidak ada yang lebih membahayakan
selain pengkhotbah yang baru saja tamat dari
Sekolah Teologia.

Mengapa dia sangat membahayakan? Barangkali dia mempunyai
kemampuan-kemampuan dan latihan alami yang kuat. Dia
barangkali sudah menerima atau mendapatkan kemampuan-kemampuan Ilahi (anugerah, kasih
karunia). Lalu apa yang masih kurang? Pengalaman!

Dengan sombong mengangkat diri sebagai pemimpin di dalam sebuah gereja, sebuah
proyek ataupun pelayanan yang saudara belum pernah mendapatkan pengalaman dalam hal itu,
biasanya dapat membawa bencana.

Saudara mungkin punya bakat, latihan dan bahkan anugerah yang menguatkan; tetapi
tanpa pengalaman, saudara dapat menimbulkan tragedi untuk diri saudara sendiri dan barangkali
juga untuk ribuan orang yang lain.

a. Menguji ide-ide baru. Bilamana ada orang-orang yang muncul dengan
pengajaran baru, konsep-konsep baru, ide-ide baru
yang mereka klaim akan mengubah gereja secara revolusioner ataupun dunia ini, saya berkata
kepada mereka, "Saudaraku, ujilah ide-ide
saudara itu selama dua atau tiga tahun dengan sekitar
tiga puluh orang dan kemudian datang kembali ke sini, beritahukan kepada kami apakah
berhasil atau tidak."

Saya tidak mau menjadi bagian dari "eksperimen/percobaan" besar-besaran secara
sosiologis ataupun religius - karena itulah yang
akan terjadi untuk dua atau lima tahun pertama.

Alkitab memperingatkan kita di dalam 1 Raja-raja 20:11,
"Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri
seperti orang yang sudah menanggalkannya."
Apa bedanya? Seorang yang baru menyandang pedang, tidak mempunyai pengalaman. Yang
lain yang sudah menanggalkan pedang, kembali dari peperangan dengan pengalaman yang
sangat berharga.

"Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang
yang sudah menanggalkannya."
Ini mengajarkan
kepada kita, bahwa ide/pendapat harus diuji dulu dalam sekolah pengalaman; bila tidak,
saudara dapat menyebabkan diri saudara sendiri
karam/celaka, demikian juga dengan banyak orang lain.

Tidak ada sesuatu hal yang karena begitu pentingnya tidak dapat diuji melalui
berbagai jenis pengalaman ataupun situasi, untuk
membuktikan kebenaran dari pandangan/ide
tersebut. Dan ijinkan saya memberitahu, kalau
saudara mempunyai prinsip-prinsip yang dapat
diterapkan dengan berhasil, seluruh dunia akan
bergairah untuk mempelajarinya, karena setiap
orang ingin mengalami keberhasilan.

Tetapi sebagai pemimpin kita harus menolak konsep-konsep yang tidak teruji ataupun
yang tidak terbukti, bahkan seandainya
konsep-konsep itu populer sekalipun dan disertai dengan
berbagai macam jenis promosi ataupun berbagai macam gembar-gembor.

Jangan sombong, jangan memegahkan diri kalau saudara baru menyandang pedang.
Tunggulah sampai saudara mencobanya, mengujinya. Jika saudara ke luar dan mencobanya dalam
berbagai peperangan dan ternyata saudara masih hidup, datanglah kembali dan
beritahukanlah kami mengenai hal itu. Tehnik-tehnik
saudara mungkin berhasil. Tetapi jika saudara kalah
dalam peperangan, maka saya perlu berhati-hati dengan prinsip-prinsip saudara.

b. Miliki Pengalaman Daud. Pertimbangkanlah kisah Daud dan Goliat. Kisah ini
seringkali ditafsirkan oleh guru-guru Sekolah
Minggu sebagai salah satu contoh bagaimana seorang muda yang tidak berdosa, tidak
berpengalaman, mampu mengalahkan raksasa hanya karena
keberanian dan kemampuan yang dimilikinya.

Tetapi ada sesuatu yang sangat menarik yang saya mau tunjukkan sehubungan dengan
kisah ini.

Daud maju ke depan secara sukarela untuk melawan Goliat. Dia merupakan
satu-satunya orang di Israel yang bersedia menangani
tugas tersebut secara sukarela.

Daud dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang benar. Dia mendapatkan
latihan-latihan yang benar. Minyak urapan sudah
dicurahkan atasnya oleh nabi (1 Sam 16:12). Dia
memiliki di dalam dirinya anugerah Allah; namun,
tanpa adanya hal-hal itu yang bekerja di dalam
dirinya, Daud tidak akan berani coba-coba memasuki peperangan yang melampaui pengalamannya.

Bacalah 1 Samuel 17:34-40 dengan teliti. Saudara akan melihat bagaimana Daud
mempergunakan pengalamannya untuk meyakinkan Saul agar mengijinkan dia maju
menghadapi Goliat. Apakah pengalaman itu?

Dia berkata kepada Saul, "Hambamu ini
biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang
menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan
melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian
apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku
menangkap janggutnya, lalu menghajarnya dan
membunuhnya."

"Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang
tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu
dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."

Dan dia selanjutnya mengatakan, "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa
dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu"
Komitmennya itu didasarkan atas apa? Pengalaman!

c. Kehilangan Pikiran yang Waras. Ada mentalitas yang dewasa ini nampak
menguasai gereja yang mengatakan bahwa seseorang
dapat menjadi utusan Injil dengan berjalan seratus langkah ke arah altar dan "menyerahkan
hidupnya pada panggilan untuk melayani."

Ini di luar jangkauan akal/pikiran. Saya tidak dapat memahami jenis pemikiran seperti itu.
Dan nampaknya itulah persyaratan yang harus dipenuhi oleh banyak utusan Injil.

Kapan mereka mengadakan inventarisasi mengenai sumber daya mereka? Kapankah
mereka (atau orang lain) mengadakan evaluasi terhadap apa yang mereka punyai melalui
kelahiran, latihan, anugerah Allah, atau
pengalaman? Kita harus menyadari bahwa pengalaman
merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah paket untuk pelayanan.

Perhatikan lebih jauh dalam 1 Samuel 17: 38-39,
"Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga
di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya. Lalu Daud mengikatkan pedangnya
di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya."

Mengapa Daud gagal dalam hal ini? "Maka berkatalah Daud kepada Saul, aku tidak
dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya. Kemudian ia
menanggalkannya."
Daud tidak mau berperang
dengan perlengkapan dan senjata yang dia belum berpengalaman dalam mempergunakannya.

Paulus mengetengahkan syarat-syarat untuk kepemimpinan. Dia mengatakan,
"Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan
ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Mereka juga harus DIUJI dahulu!"
(1 Tim 3:6,10). Dengan perkataan lain, perlu ada
beberapa skreening/ujian, dimana latarbelakang dan
pengalamannya harus dibuktikan lebih dulu sebelum masuk ke dalam kepemimpinan.

d. Pentingnya Pengalaman Iman Masa Lalu.
Jika saudara membuat sebuah tantangan iman, maka hal tersebut harus didasarkan
atas sejarah keberhasilan iman masa lalu. Kembali pada contoh Daud sekali lagi: pertemuannya
dengan Goliat tidaklah hanya keberadaannya sebagai seorang anak gembala, dengan iman
sebagai satu-satunya senjata, maju berperang menghadapi raksasa yang kuat.

Daud mempunyai latar belakang pengalaman sebelum dengan iman melakukan
penaklukan. Sebagaimana yang dikemukakan pada
Saul, "Singa dan beruang datang menerkam
domba-domba saya dan saya mengusir mereka, saya lawan mereka dan saya menang - hal yang
sama akan saya lakukan, sehubungan dengan si mulut besar dari Filistin ini"
(terjemahan bebas).

Singkatnya adalah, tindakan-tindakan saudara sekarang ini harus searah dengan
sejarah pencapaian iman saudara.

Kadang-kadang saya melihat pendeta-pendeta dengan jemaatnya yang terdiri dari
sekitar tiga ratus orang, mengadakan program untuk membangun sebuah balai pertemuan yang
dapat memuat sebanyak tiga ribu orang. Mereka menyombongkan diri, "Saudara, Allah memberi
visi kepada saya!"

Jika saudara merencanakan untuk membuat lompatan dari 300 ke 3000, saudara dapat
saja mempunyai visi, tetapi dapat dipastikan bahwa saudara tidak mempunyai cukup hikmat.
Alkitab mengatakan bahwa kita bergerak, "dari iman
kepada iman, dari kemuliaan kepada
kemuliaan." Hal itu berarti bahwa kita harus melangkah
mulai dari langkah-langkah yang kecil yang dapat kita lakukan dan laksanakan, dan atasi.

Pada akhirnya saudara mungkin dapat mencapai jumlah anggota sebanyak 3000 orang
tetapi saudara akan lebih berhasil dalam sasaran
itu jika saudara bergerak berdasarkan perencanaan yang tertib dan teratur,
"langkah demi langkah, baris demi baris."

Jika saudara mempunyai tiga puluh anggota, pertama-tama dirikanlah bangunan yang
cukup untuk menampung enam puluh orang. Pada titik di mana saudara sudah dapat mencapai
sekitar 80% dari sasaran saudara, mulailah membuat rencana berikutnya. Misalnya, jika saudara
sudah mencapai 48 dari sasaran saudara yang 60, mulailah membangun untuk 300, dan
demikian seterusnya sampai jumlah 3000. Jika
saudara mengijinkan waktu yang cukup, maka saudara akan memiliki sasaran 3000 yang saudara
capai di dalam langkah iman yang progresif.

Kita tidak mulai dari tanpa pencapaian sesuatu lalu mencapai secara total dalam satu
kali peperangan. Kita melakukannya dalam urutan langkah-langkah iman. Jika saudara baru
mulai melangkah dalam urutan langkah-langkah iman, tidak akan selalu tersedia uang untuk
langkah-langkah berikutnya. Tetapi, jika saudara
sudah pernah mengalami kemenangan iman sebelumnya dan sudah pernah beriman kepada Allah
untuk mencukupi semua kebutuhan dan melihat sendiri bagaimana Dia bekerja untuk
menggenapi janji-janjiNya, maka saudara mempunyai "iman yang sebenarnya" dan sumber daya
itu pun akan datang.

Jika Allah sudah memberikan kepada saudara kepemimpinan dan kredibilitas yang
teruji di dalam perencanaan saudara, maka jemaat akan memberikan dukungan keuangan
untuk mendukung visi saudara. Iman penaklukan yang baru, bertumbuh atas dasar apa yang sudah
pernah dilakukan sebelumnya. Jika saudara memiliki pengalaman, saudara tahu bahwa Allah
akan campur-tangan dan saudara akan melihat
lebih banyak mujizat daripada yang pernah saudara lihat sebelumnya di dalam kehidupan saudara.

5. Penutup

Keempat hal inilah: kelahiran, latihan,
anugerah
(kasih-karunia) dan pengalaman yang membentuk dasar yang diatasnya masa
depan saudara didirikan. Jika saudara sudah mengadakan inventarisasi sehubungan dengan
hal itu, maka saudara sudah siap untuk menghadapi masa depan dan menjalani tantangan serta
kesempatan-kesempatan. (Lihat diagram pada bagian awal dari artikel ini).

Sekarang saya menantang saudara, jika saudara belum pernah mengadakan inventarisasi
sehubungan dengan kehidupan saudara, sebagaimana sudah saya kemukakan secara garis
besarnya, berlututlah sekarang juga untuk berdoa. Adakan waktu untuk memandang Tuhan,
dan cobalah menuliskan inventarisasi dari kehidupan saudara.

Jangan menjadi introspektif, jangan menjadi patah semangat sehubungan dengan apa
yang saudara lihat dalam hal bakat, temperamen,
ataupun inteligensi (kecerdasan). Latihan saudara mungkin lemah, tetapi pandanglah pada
anugerah Allah. Itu merupakan imbangan besar sehubungan dengan kelemahan dan kekurangan
saudara.

Jika anugerah (kasih karunia) Allah belum pernah dikembangkan di dalam kehidupan
saudara, atau bilamana belum ada dasar pengalaman, maka tundalah terlebih dahulu tindakan
saudara. Tunda dulu sasaran-sasaran dan rencana-rencana saudara sampai saudara mencari
Tuhan sungguh-sungguh di dalam doa, dan menerima pemberian anugerah Allah dan beberapa
pengalaman untuk memperkuatnya. Bekerja samalah dengan pemimpin-pemimpin yang berhasil
selama dua atau tiga tahun. Dapatkanlah beberapa pengalaman.

Saudara akan mendapatkan bahwa dengan mengadakan waktu secara sabar di dalam
mengadakan inventarisasi sehubungan dengan iman saudara, maka saudara akan dipimpin
ke arah mana saudara siap untuk melangkah ke luar dengan tantangan yang segar, baru dan
menyeluruh bagi Tuhan. Dan saudara akan dapat
melakukan hal-hal dengan baik, yang tidak pernah saudara pikirkan sebelumnya bahwa
saudara dapat melakukannya.

Bersamalah dengan saya di dalam doa, dengan menyatukan hati kita bersama.

Tuhan Yesus, saya percaya bahwa sesudah setiap orang dengan tegas dan mantap
mengadakan inventarisasi di dalam kehidupannya,
dia akan dapat berkata bersama-sama dengan rasul Paulus, "aku adalah sebagaimana aku ada
sekarang, karena anugerah (kasih karunia) Allah."

Tuhan, saya berdoa agar kami diilhami untuk pergi dan bekerja lebih giat lagi dan
secara sepenuh mencurahkan kehidupan kami agar kerajaanMu datang, kehendakMu yang jadi di
bumi maupun di Sorga.

Tuhan lepaskanlah kami dari berpikir terlalu tinggi dan dari ambisi manusia, serta
inisiatif yang tidak searah dengan keTuhananMu.
Kiranya pengertian atas maksud dan tujuanMu terhadap kehidupan kami dinyatakan kepada
kami oleh RohMu.

Bapa tolonglah kami, itulah doa kami, agar kami lebih sepenuh dan efektif di dalam
melayaniMu dalam hari-hari yang penuh dengan kesempatan yang mulia ini. Kami naikkan
pujian dan syukur, karena semuanya ini kami minta dalam nama Yesus yang tiada taranya. Amin !

Bab 2

Visi : Kunci Untuk Suatu Pencapaian

Pendahuluan

Sekarang kita diperhadapkan dengan suatu persimpangan jalan yang cukup kritis di
dalam studi kita mengenai prinsip-prinsip
pencapaian. Kita sudah menguraikan dan menguji
faktor-faktor penting dari masa lalu kita dan
sekarang kita siap untuk mulai meraih masa depan
dan menjadikannya milik kita.

A. Mulai Dengan Visi

Perhatikan sejenak diagram dalam artikel ini. Diagram itu berbentuk ketajaman anak
panah yang mengarah ke depan. Diagram itu menunjuk pada masa depan.

Saya menyebutnya sebagai "anak panah untuk mencapai sasaran" karena ada
langkah-langkah yang melaluinya pencapaian itu sampai
ke dalam kehidupan seorang pemimpin Kristen. Semua pencapaian, semua sasaran, semua
program - segala sesuatu yang saudara mau kerjakan - harus mulai dengan anak-anak panah
penunjuk yang saudara dapat lihat dalam diagram. Segala sesuatunya harus mulai dengan VISI.

1. Tanpa Visi

Agar dapat sungguh-sungguh mengerti apa yang saya kemukakan pada waktu saya
berbicara mengenai visi, adalah sangat berguna
untuk mendikusikan apa yang terjadi bila tidak ada visi. Amsal 29:18 sangat dikenal di
kalangan para utusan Injil: "Dimana tidak ada visi
binasalah rakyat"
(dalam terjemahan bahasa
Indonesia: "bila tidak ada wahyu menjadi liarlah
rakyat"
).

Ayat tersebut secara umum tidak dapat dimengerti dengan begitu saja.
Visi yang dimaksudkan oleh penulis Amsal adalah berbicara
bukan hanya mengenai visi untuk memenangkan dunia bagi Tuhan Yesus, meskipun saya
tidak menyalahkan pendapat seperti itu. Penulis Amsal berbicara mengenai
visi nubuat. Dimana tidak ada visi
nubuat
, binasalah rakyat.

a. Orang-orang Tinggal dengan
Seenaknya.
Terjemahan lain mengatakan, "Bila
tidak ada visi menjadi liarlah rakyat,"
artinya,
tidak terkendali, tidak dapat diatur oleh hukum;
mereka menerapkan suatu gaya hidup yang tidak punya arah/ tujuan. Itulah yang akan terjadi
bilamana tidak ada visi nubuat."

Sebagai contoh : selama bertahun-tahun negara saya sendiri (USA) sudah kehilangan
visi dan tujuan. Bangsa ini sudah bagaikan kapal
tanpa kemudi. Dan sebagai akibatnya, kami hidup liar. Kami terombang-ambing tak
menentu menghadapi pantai yang penuh bahaya.

Ketika saya masih anak-anak, ada pengertian mengenai visi yang dibagikan kepada kami
di dalam sekolah kami, pengertian mengenai arah tujuan baik untuk pribadi maupun bangsa.

Dewasa ini, kalau kami berbicara mengenai menularkan visi tersebut kepada generasi
muda, banyak di kalangan pendidik yang menuduh bahwa kami terlalu fanatik.

Dan ketika kami sudah jadi pemuda, kami mengajarkan pengertian tentang tujuan dan
arah kepada adik-adik kami. Kami memberi hormat kepada bendera dengan penuh kebanggaan
setiap hari, kami menghormati dan menghargai pendiri bangsa kami, dan kami menyadari
bahwa kami adalah satu bangsa yang dilahirkan untuk menjadi terang bagi bangsa lain.

Sebuah tulisan di patung kemerdekaan kami berbunyi, "Berikanlah kepada kami
masyarakatmu yang letih, miskin dan terhimpit yang
rindu untuk menghirup kebebasan...."

Rasanya belum terlalu lama sejak kami bertindak seakan negara kami sebagai
pelabuhan kemerdekaan. Sekarang kami hidup dengan
mengabaikan norma-norma hukum.

2. Perlunya Visi yang Jelas

Berasal dari latar belakang di mana kita berpikir dalam pandangan-pandangan
teologia yang abstrak, kita kaum pengkhotbah sering
memiliki banyak konsep yang tidak logis. Kita menyatakan diri kita dengan mempergunakan
istilah-istilah yang kabur, yang mempunyai definisi, arti dan penafsiran yang luas.

Bilamana seseorang bertanya apakah sasaran kita dalam kehidupan, maka jawabnya
adalah, "Sasaran saya adalah untuk
memuliakan Allah." Tidakkah hal ini kedengarannya
rohani? Bukankah hal itu kedengarannya indah?
Berapa banyak dari saudara yang menyadari bahwa
hal itu sebenarnya merupakan pernyataan yang kabur, terutama bagi orang kebanyakan?

Respon dari orang kebanyakan terhadap jawaban seperti itu adalah, "Apa yang sedang
dibicarakan oleh badut itu?"

Jika saya mengajukan pertanyaan kepada saudara sebagai pembaca, apa artinya
"memuliakan Allah," barangkali saya akan
mendapatkan banyak jawaban yang sama seperti itu.
Tidak ada hal yang pasti dalam pernyataan seperti itu.

a. Dapatkah hal tersebut dihubungkan ? Ijinkan saya menanyakan hal ini : Menurut
saudara, apakah visi yang tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain dapat mencapai sesuatu?

Dengan komputer saya, saya diberitahu bahwa saya perlu membersihkan gudang
intelektual dari pikiran saya. Karena mengabaikannya,
maka gudang pikiran saya sudah dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba --
pernyataan-pernyataan rohani yang seperti klise/terus
diulang-ulang yang sudah sangat biasa diucapkan
oleh kalangan umat beragama tetapi tanpa
dimengerti sama sekali maksudnya.

Apapun panggilan Tuhan kepada saudara, pertama-tama saudara harus menentukan
visi saudara dalam kata-kata yang jelas dan dimengerti, dan bukannya dalam
ungkapan-ungkapan keagamaan yang asal saja diucapkan dan
yang itu-itu juga. Saudara harus mulai dengan definisi visi yang jelas.

b. Mengetahui Kehendak Allah. Hal yang sama berlaku juga untuk pelayanan dan
kehidupan saudara. Titik tolak pertama dalam diagram saya adalah visi. Jika saudara tidak
mempunyai definisi yang jelas tentang visi,
saudara akan mengalami apa yang sering diucapkan
oleh kiasan, "Berbahagialah dia yang
sehari-harinya berputar-putar dalam lingkaran yang
sama, karena dia akan disebut sebagai Roda Besar."

Saudara akan mudah diombang-ambingkan oleh angin, karena saudara tidak punya
kompas, tidak punya peta untuk petunjuk jalan
saudara. Saudara akan menjadi sama seperti ajaran
fatalisme yang melihat dirinya bagaikan daun di
musim gugur yang dilemparkan ke dalam sungai kehidupan, terombang-ambing tanpa
tujuan/arah, ke mana saja aliran sungai membawa
pergi. Terlalu banyak orang Kristen yang
menjalani kehidupan seperti itu.

Tetapi Allah tidak merencanakan demikian. Dia menentukan, sesuai dengan
maksudNya, agar kita menjalani kehidupan ini dengan
arah, dengan visi, tahu ke mana kita pergi atau
menuju, memenangkan perlombaan, berketetapan untuk mendapatkan pahala. Kita mempunyai
sasaran, tujuan, visi, dan kearah itulah kita senan
tiasa bergerak. Tetapi bukanlah cara Allah untuk
memaksakan visi itu kepada siapapun.
"Pintalah, maka akan diberikan kepadamu," demikian
kata Yesus.

B. TOKOH TOKOH ALKITAB YANG MEMPUNYAI VISI

Marilah kita meneliti bersama beberapa contoh dalam Alkitab mengenai orang-orang
yang memiliki visi.

1. Yusuf

Kejadian 37:5-11 mengisahkan tentang visi Yusuf. Pada usia tujuh belas tahun, Yusuf
menerima visi mengenai kehidupannya melalui dua mimpi yang Tuhan berikan kepadanya.
Dinyatakan dengan jelas: bahwa dia akan menjadi
penguasa di antara manusia. Saudara-saudaranya, ayahnya, ibunya, pada suatu hari akan
tunduk kepadanya dan melayani dia. Itulah visi
Allah untuk Yusuf.

Ketika dia memberitahukan visinya itu, saudara semua tahu dengan sikap bagaimana
orang tua dan saudara-saudaranya menanggapinya.

Kejadian 37:10 mengatakan, "Maka ia
ditegur oleh ayahnya, `Mimpi apa mimpimu itu'?"

Sebelum di dalam Kejadian 37:8, tanggapan saudara-saudaranya terhadap visi Yusuf
adalah jelas dinyatakan : "makin bencilah mereka
kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu."

Kenyataannya mereka kemudian merencanakan untuk membunuh dia tetapi pada
akhirnya menjual dia menjadi budak dalam usaha
mereka untuk menyingkirkan saudara mereka yang dianggapnya aneh dengan visinya itu.

Berapa banyak dari saudara yang percaya bahwa sebuah visi akan membawa saudara
dihormati dan mendapatkan respek/peng hargaan seketika itu juga? Percayalah pada saya, hal
itu tidak akan terjadi.

Sebagaimana kisah Yusuf menunjukkannya, sebuah visi justru dapat membawa saudara
ke dalam kesulitan yang dalam. Memang kisah Yusuf berakhir dengan menyenangkan, tetapi
ada sesuatu yang layak untuk dipelajari, satu pola yang perlu mendapat perhatian kita. Visi
dari Tuhan, selalu diuji dengan ujian-ujian dan
penderitaan.

2. Musa

Musa sebagaimana halnya dengan Yusuf, mempunyai sebuah visi. Ada sebuah
bagian yang menarik dalam Kisah Para Rasul 7:22-25 yang saya mau bagikan kepada saudara:

"Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam
perkataan dan perbuatannya. Pada waktu itu dia
berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan
dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya yaitu orang-orang Israel."

"Ketika itu ia melihat seorang dianiaya
oleh orang Mesir, lalu ia menolong dan membela orang itu dengan membunuh orang Mesir
itu. Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk
menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti."

Allah sudah memberikan visi kepada Musa, sebuah visi bahwa dia akan membebaskan
bangsanya. Musa mengira, menduga, dan menganggap, saudara-saudaranya akan memahami.
Tetapi apakah mereka mengerti? Apakah mereka dapat mengerti lebih baik dari pada
saudara-saudara Yusuf? Tidak, mereka tidak mengerti!
bahkan dengan jelas Alkitab mengatakan,
"tetapi mereka tidak mengerti."

"Pada keesokan harinya ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang berkelahi, lalu
ia berusaha mendamaikan mereka, katanya, `Saudara-saudara! Bukankah kamu ini
bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya?"
Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya
itu menolak Musa dan berkata: `Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan
hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau
membunuh orang Mesir itu?"
(Kis 7:26-29 niv).

Fakta bahwa saudara-saudaranya gagal untuk memahami bukan berarti bahwa visi itu
tidak berasal dari Allah, demikian pula halnya
dalam kasus Yusuf. Visi mereka itu berasal dari
Allah. Tetapi kedua-duanya harus bertumbuh melalui masa-masa pengujian.

3. Abraham

Contoh pengujian yang paling sulit dalam Perjanjian Lama adalah yang berkaitan
dengan visi Abraham. Allah menyuruh dia untuk mengorbankan anak tunggalnya yaitu Ishak,
suatu perintah yang nampaknya berlawanan dengan visi yang Allah sudah pernah berikan
kepadanya. Dalam saat-saat tak berpengharapan itu,
dengan Ishak di atas mezbah, Allah melangkah masuk dan membangkitkan kembali visi
Abraham. Dia mengembalikan Ishak, dan Allah menggenapi perjanjianNya dengan Abraham.

4. Paulus

Paulus memperoleh visi. Dia memberitahu Raja Agripa,
"Sebab itu ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak
pernah aku tidak taat"
(Kis 26:19).

Visi Paulus dikomunikasikan kepadanya pada waktu dia bertobat, dan kehidupannya
sebagian besar diarahkan oleh visi tersebut. Saya
katakan "sebagian besar" diarahkan oleh visi
itu, karena ada perkecualian-perkecualian, dan
yang terpenting hal itu telah memberikan pelajaran yang sangat penting.

Sekarang, kita masuk ke dalam satu pokok yang nampaknya berlawanan. Kendatipun
kita cenderung untuk mengistimewakan tokoh-tokoh dalam Alkitab, Paulus itu sama halnya
seperti kita, manusia yang dihadapkan dengan masalah seperti yang menimpa saudara maupun
saya. Dia bukanlah manusia super atau orang kudus super. Dia mempunyai segi
kemanusiaan juga sebagaimana halnya dengan kita.

Karena dia mempunyai kerinduan besar untuk menyaksikan orang-orang Yahudi
bertobat, dia gagal untuk senantiasa berada di dalam
lingkaran visi Allah untuknya. Kegagalannya untuk secara jelas membatasi visi Allah di dalam
kehidupan dan pelayanannya telah membawanya ke dalam berbagai macam kesulitan.

Saudara mengatakan Paulus tidak pernah menghadapi kesulitan? Menurut saya, dia
banyak menghadapi kesulitan.

Kisah Para Rasul 9:15 merupakan satu deklarasi dari sebuah visi. Sesudah Paulus
bertobat, Tuhan berfirman, "Orang ini adalah
alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain."

Di dalam Galatia 2:7, Paulus menulis bahwa Injil untuk orang-orang yang tidak
bersunat (bangsa-bangsa bukan Yahudi) dipercayakan kepadanya. Dia ditetapkan untuk menjadi
rasul bagi orang-orang bukan Yahudi, dan ia tahu
dengan jelas hal itu. Paulus tahu jelas apa visi
Allah untuk kehidupannya.

Paulus dipanggil untuk melayani bangsa-bangsa lain, tetapi dia dikuasai oleh konsep
pemikiran yang lain. Berapa banyak dari saudara mengetahui hal apa yang menguasai dirinya
selain visi Allah tersebut ? Yang menjadi kendala bagi Paulus adalah orang-orang
sebangsanya sendiri, yaitu orang-orang Yahudi. Di dalam
Roma 9:3, 4 dia menulis, "Saya rela diri saya
terlaknat bagi Kristus, agar saya dapat menyebabkan sebanyak-banyaknya bangsaku
sendiri (orang-orang Yahudi) diselamatkan"
(Terjemahan bebas).

a. Penyimpangan dari Visi. Terbukti bahwa Paulus tidak merasa puas untuk terus
berjalan dengan visi yang Allah sudah berikan
kepadanya untuk memenangkan bangsa-bangsa lain bagi Yesus. Karena itu di dalam hidup Paulus
kita jumpai adanya sikap ataupun penampilan yang tidak biasanya.

Paulus berkata, "Tetapi sekarang
sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem"
(Kis 20:22). Dalam hal ini dia sedang berada di
Miletus, berbicara pada tua-tua dari Efesus,
menyampaikan nasehat-nasehat terakhir sebelum dia pergi meninggalkan mereka.

Mengapa Paulus pergi ke Yerusalem? Dia pergi karena dia ingin memenangkan
orang-orang Yahudi bagi Kristus Yesus. Dia ingin
bersaksi di hadapan orang-orang Yahudi, dan karena itu dia berkata,
"Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi .... dan tidak tahu
apa yang akan terjadi atas diriku di situ, selain
daripada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan
sengsara menunggu aku."

Mengapa Roh Kudus memberikan berita yang sama kepadanya di setiap kota ?
Apakah hal itu berarti bahwa Roh Kudus ingin
menyiksa dia dengan belenggu dan aniaya, penjara
dan rantai? Tidak ! Kalau Roh Kudus mulai beraksi sedemikian di dalam kehidupan saudara,
maka saudara akan mempertimbangkan lagi arah dan tindakan saudara. Saudara akan
mempertimbangkan lagi tindakan, tujuan, dan arah
saudara, agar saudara terhindar dari penderitaan yang
sebenarnya tidak perlu terjadi.

Ke mana saja Paulus pergi, Roh Kudus memberikan kesaksianNya, mengatakan
bahwa penjara dan sengsara menantikan dia. Tetapi, Paulus yang sudah tua namun baik hati itu,
tetap tak tergoncangkan oleh hal itu. Dia tidak
mau merubah pendiriannya. Dia tetap pergi ke Yerusalem.

Paulus sudah menempatkan dirinya dalam suatu perjalanan yang tidak segaris dengan
kehendak Allah yang sempurna dan visiNya untuk kehidupannya,
"Ketika tiba di Tirus, Paulus tinggal di situ selama tujuh hari dan
bertemu dengan murid-murid, yang menasihati dia melalui ilham Roh Kudus, bahwa tidak
seharusnya dia pergi ke Yerusalem"
(Kis 21:4). Roh
Kudus berbicara kepada Paulus melalui saudara-saudara ini. "JANGAN PERGI ke
Yerusalem." Dan, apa yang dia lakukan? Paulus tetap
saja pergi ke Yerusalem!

Paulus selanjutnya pergi ke Kaisaria, dan seorang nabi yang bernama Agabus datang
menjumpai dia. Sekarang, Tuhan mengutus Agabus untuk membawa Paulus kembali pada jalur
kehendak Allah. Agabus mengambil ikat pinggang Paulus dan mengikat kaki serta
tangannya, memperagakan nubuatnya mengenai Paulus
dan berkata, "Demikianlah kata Roh Kudus :
beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini
akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan
bangsa-bangsa lain"
(Kis 21:11). Diserahkan kepada
siapa? Bangsa-bangsa lain!

Paulus ingin memenangkan orang-orang Yahudi bagi Yesus, tetapi visi yang telah
Allah tetapkan untuk kehidupan Paulus akan
digenapi, entah dia menyukainya atau tidak. Jika dia
terus pergi ke Yerusalem, mereka akan mengikat
kaki dan tangannya dan menyerahkannya kepada bangsa-bangsa lain. (Prioritas utama dari
panggilan dan visinya).

b. Pilihan Paulus. Paulus dapat
menentukan pilihannya. Dia dapat pergi kepada
bangsa-bangsa lain sebagai seorang yang bebas.
Atau, dia dapat mengesampingkan peringatan-peringatan Tuhan yang disampaikan melalui nabi,
melalui saudara-saudaranya seiman di Tirus dan Kaisaria, dan dia dapat pergi kepada
bangsa-bangsa lain tetapi dengan tangan dan kaki
yang terikat.

Saudara tahu mana yang dia pilih ? Paulus memilih pergi ke Yerusalem!

Dia sedang berdoa di Bait Allah dan masuk ke dalam penyembahan yang dalam,
diliputi oleh suasana hadirat Allah. Dia melihat
dan mendengar Yesus berbicara kepadanya:
"Lekaslah, segeralah tinggalkan Yerusalem, sebab
mereka tidak akan menerima kesaksianmu tentang Aku"
(Kis 22:18).

Lalu apa yang Paulus kerjakan? Dia mulai berdebat dengan Allah. Dia malah
berkata, "Tuhan, mereka tahu bahwa akulah yang
pergi dari rumah ibadat yang satu ke rumah ibadat yang lain dan yang memasukkan mereka
yang percaya kepadaMu ke dalam penjara dan menyesah mereka."

"Dan ketika darah Stefanus saksiMu itu, ditumpahkan, aku ada disitu dan menyetujui
perbuatan itu dan aku menjaga pakaian mereka yang membunuhnya. Tetapi kata Tuhan
(Yesus) kepadaku : "Pergilah, sebab Aku akan
mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain."

Adakah Tuhan memberitahu Paulus bahwa Dia akan mengutusnya kepada orang-orang
Yahudi ? Apakah misi Paulus untuk mengorganisir orang-orang Yahudi, dan mengesampingkan
semua peringatan yang Tuhan sendiri sudah sampaikan kepada Paulus?

Saudara dapat merasakan seolah-olah Tuhan menyerukan di telinga Paulus:
"Bangsa-bangsa lain untuk Yesus, Paulus ! Bangsa-bangsa
lain untuk Yesus !"

Tahukah saudara, bagaimana Paulus meninggalkan Yerusalem ? Dalam keadaan terikat!

Dibawa kepada siapa dia pada akhirnya ?

Kepada bangsa-bangsa lain !

Saya percaya Paulus akan dapat menikmati kebebasan dan menikmati kehidupan lebih
banyak dan leluasa jika saja dia berada dalam
visi Allah terhadap dirinya, jika dia
berkonsentrasi untuk melayani bangsa-bangsa lain. Dia
sangat mengasihi orang-orang Yahudi, orang-orang
sebangsanya, dan rindu sekali untuk melihat mereka diselamatkan. Saya bisa saja salah, tetapi
saya kira Paulus memaksakan Allah untuk pada akhirnya membiarkan dia pergi ke Yerusalem
daripada mentaati kehendakNya yang sempurna.

5. Memelihara Visi

Visi itu sungguh sangat penting, dan saudara harus berpegang erat pada visi yang Allah
sudah berikan kepada saudara.

Kita perlu belajar dari contoh-contoh Alkitab, mengenai orang-orang yang memiliki
visi, seperti Abraham, Yusuf, Musa dan Paulus.

Jika satu organisasi, institusi atau pribadi melangkah jauh dari visi yang Allah berikan
kepada mereka, maka mereka akan mengalami segala jenis persoalan seperti yang dialami
Paulus. Tuhan bukanlah manusia yang harus
bertobat. Dia juga bukan anak manusia yang dapat
berdusta. Jika Dia mengatakan sesuatu, Dia berkehendak untuk diikuti, baik sampai pada titik
komanya ! Dapatkah saudara berkata "Amin"
terhadap hal itu?

VisiNya dapat saja digenapi, sebagaimana halnya dalam kasus Paulus, tidak peduli
penyimpangannya dari visi itu. Pilihannya bisa
terjadi, entahkah kita mentaati dalam ketaatan dan
tetap berada dalam keleluasaan, atau mengambil
yang terbaik kedua (yang kurang baik) dan berakhir dengan terikat dan tertindas. Pilihan ada
pada kita. Apakah saudara akan memilih apapun konsekuensinya dengan memaksa Allah untuk
mengijinkan saudara melangkah menurut saran saudara? Atau menikmati sukacita dari
kehendakNya yang sempurna? Peliharalah visi yang telah diberikan kepada saudara dan
hindarilah kesulitan (akibat kesalahan sendiri). Setialah
dan bersungguh-sungguhlah pada visi Allah untuk kehidupan saudara, maka saudara akan
sedikit mengalami hajaran.

C. VISI YANG BENAR

Kita akan berhenti sejenak di sini dan akan mengupas beberapa pokok tertentu
sehubungan dengan visi yang benar. Sekali lagi, saya
bermaksud menekankan bahwa visi itu sungguh sangat penting. Tanpa adanya visi,
kepemimpinan tidak akan mencapai sesuatu. Tanpa
visi, liar dan binasalah rakyat, orang-orang
kesana-kemari tanpa arah/tujuan, orang-orang hidup
semau-maunya.

1. Visi itu Inisiatifnya dari Allah

PERTAMA, visi yang benar berasal dari Allah, dengan satu tujuan yang Dia
nyatakan kepada saudara ke dalam hati saudara,
disampaikan pada roh saudara. Visi itu tidak
selalu datang melalui mimpi, sebagaimana yang dialami Yusuf. Tidak juga datang dalam
wujud cahaya yang membutakan di jalan menuju Damsyik sebagaimana yang dialami oleh Paulus.

Tidak juga datang kepada saudara sebagaimana yang dialami Musa. (Alkitab tidak
memberitahu bagaimana Musa mengetahui sejak permulaan bahwa dia ditetapkan sebagai
pelepas bangsanya, tetapi entah bagaimana dia memahami hal itu !) Visinya dibaharui di semak
duri yang menyala. Empat puluh tahun sebelumnya dia mencoba untuk menggenapi visi tersebut
di dalam kekuatannya sendiri dan dia gagal.

Visi itu bisa juga datang seperti dalam kehidupan saya dan di dalam kehidupan
banyak orang lain. Selama bertahun-tahun, Allah
secara bertahap menanamkan visi itu secara
mendalam ke dalam roh saya, memberikan kepada saya
keyakinan yang tidak dapat dihindari lagi, mengenai beberapa hal yang akan dilaksanakan
melalui kehidupan saya. Saya tahu kehidupan saya harus diabdikan pada pelayan-pelayan
tertentu dan pelayan-pelayan ini harus dilahirkan
dari visi tersebut.

Entah dengan cara apapun visi saudara itu datang, visi itu harus berasal dari Allah.

2. Visi Itu Akan Diuji

KEDUA, visi akan diuji melalui banyak masalah/persoalan, melalui banyak tantangan
dan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya. Pada umumnya visi itu akan membawa saudara
ke dalam konflik dengan orang-orang lain yang berusaha agar saudara ke luar dari visi
tersebut dan mengatakan bahwa visi saudara itu
bukan dari Allah. Bahkan beberapa tindakan
tertentu akan ditujukan kepada saudara, sementara
saudara bergerak ke dalam visi yang Allah sudah berikan kepada saudara.

Itu merupakan bagian dari proses ujian Allah sehubungan dengan visi yang telah
diberikan kepada saudara. Firman Tuhan selalu diuji.
Selalu diuji, dan bagian dari proses pengujian
adalah dengan diijinkannya oleh Tuhan timbulnya
oposisi untuk melawan saudara, ketika saudara bergerak ke luar untuk mewujudkan visi tersebut.

3. Visi Itu Mempunyai Batas-batas

KETIGA, kita dapat berada dalam batas atau melangkah melampaui batas dari visi
tersebut. Allah dapat memberikan kepada kita visi,
tetapi kemudian kita dapat berjalan berlawanan dengan visi tersebut. Itulah "kebebasan
kehendak". Jika kita melihat seseorang yang
sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada Kristus
seperti Paulus sedang berjalan melampaui
batas-batas dari visi Allah, kita perlu mengawasinya.
Mengasihi Tuhan tidak menutup kemungkinan dari kesalahan-kesalahan kita sebagai akibat dari
semangat kedagingan kita sendiri.

4. Mengerami Visi

KEEMPAT, jika seseorang telah menerima visi dari Tuhan - dan mengetahui hal itu
dengan jelas - nampaknya ada dorongan kuat yang menggebu-gebu yang tidak dapat ditahan
untuk segera melaksanakan visi tersebut, untuk
melakukan segala sesuatunya dengan terburu-buru. Ketahuilah, kadang-kadang ada garis tipis
yang memisahkan antara semangat untuk Tuhan dan ketidaksabaran, dan saya percaya kita perlu
berjalan melalui garis tipis tersebut dengan
hati- hati.

Yonggi Cho dari Korea mengatakan bahwa penyampaian visi itu bagaikan mengerami
sebutir telur. Induk ayam harus mengerami dan memanasi telur itu sampai pada akhirnya
menetas, ke luar menyatakan kehidupan.

Di dalam pengertian secara praktis, kata Yonggi Cho, cara yang kita pergunakan
untuk mengerami visi tersebut adalah dengan
melalui puasa, doa dan merenungkan, di mana kita
dipanggil untuk membulatkan pikiran kita sehubungan dengan visi yang Allah sudah
berikan kepada kita dan merefleksi pada
penggenapan dan penyataannya sampai Allah menjelaskan
perinciannya.

"Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh
Allah melayang-layang di atas permukaan air"
(Kej 1:2). Kata "melayang-layang" di dalam
bahasa Ibrani, arti harfiahnya adalah
"mengerami". Allah mengeram di atas permukaan air.

Allah mempunyai visi untuk duniaNya, dan visi itu dinyatakan melalui Roh Allah yang
mengerami kegelapan yang menutupi samudera raya. Dari kegelapan yang menutupi samudera
raya itu, memancar ke luar sabda yang mengadakan penciptaan kembali yang memulihkan
bumi, sehingga dapat dihuni oleh manusia.

Apakah saudara memiliki visi yang jelas ? Jika tidak, nantikanlah Tuhan, sampai Dia
memberikan visi tersebut kepada saudara.
Ijinkanlah Dia mengkomunikasikan. Visi itu akan
menjadi anak panah, yang menunjuk pada tujuan
Allah untuk kehidupan saudara. Kemudian, bilamana visi itu datang, "eramilah, pikir-pikirkanlah,
pertimbangkanlah", izinkanlah visi itu muncul
dalam kehidupan melalui pengeraman.

5. Tuliskanlah Visi Tersebut

"Tuliskanlah penglihatan itu dan
ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu
dapat membacanya"
(Hab 2:2).

Tuhan berkata, "Tuliskanlah visi
(penglihatan) itu."

Tuliskanlah visi itu. Bagikanlah kepada orang lain. Orang ingin mengetahui apa visi
saudara itu, dan sementara visi itu
dikomunikasikan kepada orang lain, beberapa akan merasa
terpanggil untuk bekerjasama dengan saudara. Saudara akan membentuk satu team, tentu
saja saudara akan dapat mengerjakan banyak hal lebih dari pada yang dapat saudara kerjakan
sendiri.

"Seorang yang mengatasi segala sesuatunya sendiri" tidak akan dapat melakukan banyak
di dunia ini. Tetapi, seorang yang dapat mengorganisir orang lain untuk bekerjasama
sehubungan dengan visi yang sama, seorang yang
dapat membangun suatu team, dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat untuk
kerajaan Tuhan.

Alkitab berbicara mengenai seorang yang dapat memenangkan seribu dan dua orang
yang dapat memenangkan sepuluh ribu. Sungguh suatu lonjakan yang luar biasa ! Bagaimana
kalau tiga atau empat atau lima puluh semua
bekerja bersama-sama dalam visi yang sama? Barangkali mereka dapat menerangkan jutaan dan
memenangkan kemenangan yang besar di dalam nama Tuhan.

Sebuah visi yang dapat dikomunikasikan dengan jelas adalah hal yang sangat kritis,
istimewa yang berkaitan dengan menggerakkan orang-orang dan uang untuk dapat
mewujudkan tugas yang Tuhan ingin untuk dikerjakan.

Jika saudara dapat mengkomunikasikan dengan baik ke arah mana saudara menuju,
banyak yang akan siap dan bersedia untuk menolong saudara mencapai sasaran itu.
Sumber-sumber akan berdatangan. Masalahnya bukanlah
uang, masalahnya adalah kepemimpinan yang tidak mengkomunikasikan visi dan sasaran.

Mengatasi masalah sehubungan dengan dukungan keuangan yang memadai mungkin
merupakan persoalan yang lebih mudah di dalam kepemimpinan. Ada tersedia cukup
banyak uang di dunia ini, daripada orang-orang
yang mengetahui bagaimana mempergunakan uang tersebut. Jika saudara mulai
mengkomunikasikan visi dan sasaran-sasaran, orang-orang
akan berbaris, berbondong-bondong ingin menolong saudara dengan masalah keuangan dan
hal-hal lainnya.

Masalah keuangan yang paling banyak dialami oleh para pendeta dan pemimpin
Kristen lainnya muncul karena mereka tidak
mengetahui ke arah mana mereka menuju.

Bukankah sesuatu yang sangat menarik, betapa banyak masalah timbul sebagai
akibat dari tidak adanya visi ? Jika seorang
pemimpin mulai kehilangan visi, orang-orang akan
hidup semau-maunya.

Jika saudara kehilangan visi, atau tidak punya visi sama sekali, orang-orang tidak akan
pernah peduli untuk memberikan dukungan kepada gereja ataupun kepada organisasi saudara.
Saudara perlu untuk mengkomunikasikan sasaran dan arah saudara; juga sebuah rencana yang
jelas, mengenai cara bagaimana saudara akan mencapai sasaran tersebut. Barulah
saudara akan mendapatkan dukungan.

Saya terlalu sering mendengar omelan dari pemimpin-pemimpin yang tidak
mengkomunikasikan visi. Mereka mengatakan bahwa
jemaat mereka mengirimkan uang kepada orang atau organisasi-organisasi yang mempunyai
pelayanan radio atau televisi, "gereja elektronik"
sebagaimana yang mereka sebut. Dapatkah saudara terka mengapa? Sudah tentu saudara dapat.

"Pelayan-pelayan media" ini
mengkomunikasikan visi, sasaran dan rencana-rencana
mereka melalui "gereja elektronik". Mereka
mempunyai visi, dan orang-orang menanggapi.

Saya beritahu kepada saudara, pemimpin-pemimpin gereja. "Orang-orang di dalam
gereja saudara tidak akan mengirimkan uang mereka ke tempat lain, jika saudara
mengkomunikasikan visi saudara kepada mereka. Mereka
akan mendukung saudara. Jika saudara tidak tahu ke mana saudara pergi, dan anggota-anggota
saudara tidak tahu arah tujuan saudara, mereka
akan mengirimkan uang mereka kepada orang lain yang mereka tahu memiliki arah tujuan dan
sasaran."

Namun demikian ada syarat-syarat untuk dapat membuka kelimpahan Allah guna
pelayanan saudara, khususnya di dalam bidang
dukungan keuangan. Kita dapat mengatakan bahwa hal
itu "adalah terletak pada baris-baris terakhir"
dari kalimat-kalimat di dalam kontrak yang akan
kita tanda tangani. Jika kita kehilangan hal itu,
saudara bisa saja mengkomunikasikan visi dan masih kehilangan dukungan keuangan.

Apakah persyaratan yang dimaksudkan dalam baris-baris terakhir pengkalimatan
kontrak itu? Allah menuntut agar kita
mempergunakan uang yang Dia sediakan dengan hikmat
(bijaksana) dan kejujuran (ketulusan). Dia tidak
akan menghargai penipuan. Dia tidak akan meneruskan untuk memberikan dukungan kepada
pendeta atau pemimpin yang mempergunakan uang tanpa perhitungan atau hidup terlalu mewah.

Jika saudara adalah pria atau wanita yang jujur, jika saudara mempergunakan dana
untuk sesuatu yang saudara katakan dibutuhkan dan tidak memboroskannya, Allah akan
memperhatikan kebutuhan keuangan saudara. Allah
memperhatikan seseorang yang jujur, yang memperhatikan etika dan benar di dalam
menangani urusan-urusannya. Dia akan mencurahkan
dengan berlimpah-limpah, sumber-sumber yang memadai untuk melaksanakan apa yang
Dia panggil untuk saudara lakukan. Tetapi saudara harus mengkomunikasikan visi yang Allah
telah berikan kepada saudara, dan hidup tidak mementingkan diri.

Mari Kita Berdoa

Tuhan Yesus, perjelaslah kepada kami hari ini visi yang Kau berikan untuk kami dan
biarlah tidak satupun dari kami menyimpang dari
apa yang telah Engkau Sendiri tetapkan. Kiranya kami merangkul visi itu dengan sukacita,
dan hati yang sedia.

Berikan kami anugerahMu untuk menggenapinya, dan kami akan memberikan
kepadaMu ucapan syukur di dalam nama Kristus. Amin !

Bab 3

Menetapkan Sasaran Dan Prioritas

A. Milikilah Visi Yang Lebih Luas

Saya kira hampir setiap kita di dalam pekerjaan Kristiani dapat mempergunakan visi
yang diperluas. Kami pernah mengadakan pelayanan bersama dengan saudara-saudara dari suatu
organisasi penginjilan. Beberapa dari staf mereka berkata kepada saya, "Bapak Ralph, salah
satu dari masalah-masalah kami adalah bahwa pendiri kami selalu tampil dengan visi-visi yang
luas dari Tuhan. Kemudian kami harus melaksanakannya!"

1. Tujuan Membantu untuk Memenuhi Visi

Allah menghendaki agar kita semua memiliki visi yang luas dan menyatakan visi itu
di dalam cara-cara yang praktis dan dapat dilaksanakan. Kita melakukan hal ini dengan
menetapkan sasaran-sasaran yang jelas dan
tujuan-tujuan yang dapat kita laksanakan dan
mengabdikan diri kita untuk itu, serta memobilisir
orang-orang lain untuk menolong kita mencapai hal itu.

Apakah sasaran dari organisasi gereja saudara untuk jangka waktu lima tahun? Apa
yang saudara harapkan akan terjadi dalam pekerjaan saudara di dalam enam bulan mendatang?

2. Tujuan Menentukan Iman

Apakah jangkauan iman saudara? Itulah yang dimaksudkan dengan sasaran-sasaran
jangkauan atau pandangan iman yang melangkah jauh ke depan. Jangan batasi rencana
saudara pada apa yang dapat dilakukan oleh orang-orang, tetapi pada apa yang Allah dapat
kerjakan, dan ingin kerjakan. "Tidak ada yang
mustahil bagi orang yang percaya!"
(Mrk 9:23).

3. Tujuan Menentukan Tindakkan

Tujuan dari sasaran-sasaran adalah menentukan tindakan yang dapat mendatangkan
hasil dalam wujud pencapaian-pencapaian tertentu. Sebuah visi dikatakan berhasil, bilamana
dapat diwujudkan dalam tindakan. Untuk mewujudkan visi dalam tindakan, tindakan yang
berhasil, menuntut adanya sasaran-sasaran yang
diarahkan kepada Tuhan.

B. Kualitas Dari Tujuan

Untuk dapat memahami apakah "sasaran" itu, pertama-tama kita harus meninggalkan
kata-kata/istilah agamawi dan memakai istilah
bisnis saja. Banyak dari kita mempergunakan
istilah-istilah agamawi sehingga seorang sahabat
saya menyebutnya sebagai "sampah kata-kata
rohani". Kita para pengkhotbah seringkali
memakai istilah-istilah agamawi yang muluk-muluk
untuk menutupi kekurangan kita dalam hal berpikir yang jelas, nyata dan konkrit.

"Apakah sasaran saudara ?"

"Oh, sasaran saya adalah memuliakan Allah."

"Bukan main !" Bagaimana saudara tahu
kalau saudara sudah memuliakan Allah ? Tindakan-tindakan apa yang membuktikan bahwa
saudara sungguh sudah memuliakan Allah ?"

"Oh, Dia akan mendatangkan damai sejahtera khusus di dalam hati saya."

Biasa kita dengar begitu, bukan ?

Tentu saja suatu hal yang indah untuk memuliakan Allah. Tetapi pada waktu saya
berbicara mengenai sasaran-sasaran, saya tidak
berbicara mengenai konsep-konsep yang kabur, subyektif, tidak dapat didefinisikan, tidak
dapat dinilai.

Sasaran saudara barangkali mendirikan tiga gereja di tengah-tengah masyarakat dekat
gereja induk saudara. Hal itu memenuhi kriteria
untuk suatu sasaran. Bukan sesuatu yang abstrak
sebab hal itu jelas. Saudara tahu bila hal itu telah
terlaksana.

Marilah langsung saja pada pokok persoalannya.

Sasaran adalah :


  1. Dapat dilihat/dimengerti/dipahami
  2. (tidak abstrak)

  3. Dapat dikomunikasikan
  4. (bukan ide
    yang tidak tepat/tidak jelas arah tujuannya)

  5. Dapat dicapai
  6. (bukan impian kosong,
    atau lamunan melulu)

  7. Dapat diukur/dinilai
  8. (bukan ideal yang
    tidak dapat diukur/dihitung).

  9. Definitif/pasti
  10. (ada tindakan-tindakan
    yang akan saudara ambil).

Salah satu sasaran yang sangat berguna bagi saudara mengingat-ingat dengan baik lima
kwalitas yang sangat diperlukan ini sekarang juga.

C. Sasaran Harus Didefinisikan

Definisi dari sasaran dengan lima kwalitas ini sangat penting untuk penggenapan visi
saudara. Saudara harus menggenggam erat-erat hal ini.

Saya tidak dapat memberitahu saudara sasaran tindakan apa yang dapat menolong
untuk menggenapi visi yang Allah sudah berikan
kepada saudara.

Sekali Dia sudah memberikan visi kepada saudara, saudara harus datang kepada Tuhan
dan berkata, "Tuhan, langkah-langkah praktis
apa yang harus saya ambil untuk menjadikan visi ini dapat diwujudkan?"

Saya masih ingat beberapa tahun lalu, sekelompok kami duduk bersama dalam sebuah
konperensi, untuk merencanakan sesuatu. Kami ingin memulai apa yang kami rasa Allah
kehendaki untuk kami lakukan selama jangka waktu
lima tahun.

Kami duduk bersama untuk melakukan "jangkauan-jangkauan iman," untuk datang
kepada Allah dalam doa dan puasa, merencanakan hal-hal yang menurut pemikiran kami adalah
tidak mungkin.

Di dalam jangka waktu lima tahun berikutnya, Allah menyebabkan hal-hal terjadi,
yang jauh melampaui apa yang telah kami rencanakan. Dia selalu melebihi apa yang kita
tetapkan untuk dilakukan di bawah pimpinanNya.

Lima tahun kemudian, kami sungguh terkesima ketika melihat kembali pada rencana
kami lima tahun yang lalu, karena Allah sudah menyelesaikan
"jauh lebih banyak daripada yang kita doakan dan pikirkan"
(Ef 3:20).

Saya tahu Allah sangat menghargai "jangkauan iman", karena kami sudah melihat
sendiri bahwa hal itu dapat terjadi. Kami sudah
menyaksikan sendiri, apa yang terjadi manakala
orang-orang duduk bersama dalam iman, dalam doa, dalam puasa, dan menghadapi masa depan
tanpa rasa takut/kuatir, mengetahui bahwa Allah sedang mempersiapkan jalan bagi mereka.

Kita akan menguasai masa depan dengan "menjangkau melalui iman" apa yang Allah
kehendaki untuk kita menjadi dan apa yang Allah kehendaki untuk kita kerjakan. Jika saudara
masuk ke dalam latihan mengadakan jangkauan iman, Allah selalu mendatangkan hasil yang
jauh lebih besar dari apa yang saudara
rencanakan, jika rencana saudara itu sesuai dengan
kehendak dan visi Allah.

D. HARUS MENETAPKAN PRIORITAS

Sampai di sini saudara perlu berhenti sejenak dan membuat daftar prioritas.

Di dalam salah satu dari perencanaan kami yang pertama, pertemuan-pertemuan untuk
menentukan prioritas, kami mendapatkan bahwa kami terlibat dalam tidak kurang dari dua
puluh tujuh pelayanan yang berbeda. Diperlukan orang-orang yang genius untuk mengatur
sebanyak dua puluh tujuh waktu yang berbeda dan sasaran yang menghabiskan tenaga itu. Itu
terlampau banyak. Tidak seorang pun yang sanggup melayani dalam terlalu banyak bidang
seperti itu.

Persoalan dengan banyak organisasi adalah bahwa mereka berusaha melakukan terlalu
banyak hal dengan hasil sedang-sedang saja, daripada beberapa hal tetapi dengan hasil yang
istimewa di dalam mengerjakannya. Organisasi akan mengerjakan dengan lebih baik
bilamana mengadakan spesialisasi dan memberikan
waktu mereka pada beberapa sasaran yang direncanakan dan ditetapkan dengan baik.

1. Tiga Kategori

Di dalam kasus pelayanan kami yang banyak itu, kami menyeleksi dua puluh tujuh
proyek itu ke dalam tiga kategori :


  1. Prioritas yang tertinggi

  2. Yang masih diteruskan

  3. Sasaran-sasaran yang dibatalkan

Inilah cara yang kami pakai. Kami mengajukan pertanyaan ini, "Jika kami harus
membatalkan semuanya kecuali satu, apa yang tetap akan kami teruskan?" Pada waktu kami
menjawab pertanyaan tersebut, maka yang terutama adalah yang mendapatkan prioritas tertinggi
di dalam daftar urutan pelayanan kami. Kami mengulangi pertanyaan itu kembali dan
bertanya, "Jika kami harus membatalkan semua yang
ada dalam daftar ini, kecuali satu - apa yang
harus tetap kami lakukan? Jawaban tersebut menjadi nomor dua dalam prioritas pelayanan kami.

Kami melanjutkan proses tersebut sampai keduapuluh tujuh pelayanan tersebut kami
kelompokkan dalam kelompok sasaran tertinggi, terus dilanjutkan, atau dibatalkan.

Saya beritahu kepada saudara rahasianya: Sasaran-sasaran yang dibatalkan biasanya
tidak lagi berfungsi atau tidak pernah diperhatikan
sama sekali, karenanya jangan pikirkan lagi hal itu. Karena hal-hal itu dapat saja
merupakan lembu kudus seseorang, sehingga saudara
tidak ingin untuk membunuhnya. Saudara biarkan saja mereka mati pelan-pelan dengan cara
tidak memberikan perhatian.

2. Proses Pemisahan

a. Menajamkan Anak Panah. Banyak organisasi mempunyai sejumlah besar
lembu-lembu kudus yang seharusnya dikumpulkan ke
dalam "kandang sasaran-sasaran yang
dibatalkan/dihapuskan saja." Hal itu akan memberikan
kepada mereka "status yang dikuduskan" dan
tidak ada lagi yang akan menguatirkan mengenai mereka. Tetapi jika saudara menembak lembu
tersebut, setiap orang akan merasa kecewa.

Dari dua puluh tujuh pokok, kami mempertahankan sebanyak enam yang kami
masukkan dalam kategori tertinggi di dalam daftar
kami. Kami berketetapan untuk mencapai yang paling atas dari enam prioritas tadi. Kami
mempertimbangkan bahwa enam sasaran utama ini
sebagai yang terbaik untuk dapat memenuhi atau
menggenapi visi kami.

Kami menempatkan sekitar enam pokok lain ke dalam daftar urutan "terus dilanjutkan".
Kami tidak membiarkan ke enam pokok tersebut mati, tetapi kami juga tidak mengadakan usaha
atau waktu untuk peluasan dari keenam pokok berikutnya itu. Kami biarkan saja terus
berjalan, kendatipun tersendat-sendat, dan kami
mendorong untuk pertumbuhannya ataupun memberikan suntikan-suntikan kepada mereka.

Sisanya kami tempatkan pada status "dibatalkan", dan kebanyakan dari hal-hal itu
pada akhirnya mati karena dibiarkan saja.

Jika kita berhasil memusatkan perhatian kita pada beberapa prioritas tertinggi dan
sungguh-sungguh mengutamakan hal itu, kita dapat
memberikan kepada prioritas-prioritas itu apa
yang kita punyai. Saya sebutkan ini sebagai
"menajamkan anak panah." Kemudian, perhatikan
apa yang terjadi manakala saudara melepaskan anak panah tersebut. Anak panah itu akan melesat
ke arah sasaran, dan menancap dalam-dalam.

Paulus mengatakan, "Satu hal ini yang
kulakukan"
(Flp 3:13). Kita dapat mengatakan,
"Ketiga hal ini..... " atau "Keenam hal ini yang
kita utamakan". Jika lebih dari itu, maka kita
tidak akan mampu untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Mencoba untuk mencapai terlalu
banyak prioritas pada waktu yang bersamaan, akan membawa pada keadaan sedang-sedang
saja, bahkan hanya mencapai sedikit saja atau
tidak mencapai apa-apa sama sekali.

Memprioritaskan adalah disiplin yang sangat penting. Kita harus mengerjakan hanya satu
hal saja jika kita harus membatalkan yang
lain-lain. Apakah satu hal yang akan terus kita
pegang itu? Apakah pusat atau titik sentral dari visi
yang Allah sudah berikan kepada kita itu? Tentukan apakah prioritas utamanya dan jadikan
sebagai yang nomor satu di dalam daftar urutan saudara.

Kemudian tentukan prioritas kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Jika saudara
memprioritaskan waktu saudara, jemaat dan uang
saudara ke dalam sasaran-sasaran yang terbatas,
saudara akan melihat kembali dalam beberapa tahun mendatang pencapaian/hasil yang sangat
bermanfaat baik di dalam gereja maupun organisasi saudara.

3. Menentukan Iman

Sampai sekarang ini, kami berada di dalam proses jangkauan iman untuk lima tahun
mendatang. Allah sudah membuka pintu-pintu kesempatan bagi kami secara luar biasa.

Di satu bangsa saja, kami menerima undangan untuk masuk dan melayani ribuan
pemimpin gereja. Hasilnya sungguh mengejutkan!
Ribuan pemimpin gereja yang sedikit sekali
mengetahui atau bahkan tidak tahu sama sekali
mengenai kuasa dan pekerjaan Roh Kudus, akan mengetahuinya segera sesudah mereka menghadiri
Seminar Pembaharuan Rohani yang kami adakan.

Kesempatan di dalam satu bangsa tersebut akan menuntut lebih dari ratusan juta
rupiah, waktu dan usaha bertahun-tahun dari suatu
team pelayanan yang kuat.

Kami berharap kepada Tuhan dan mohon kepadaNya untuk memberikan kepada
kami iman untuk memenuhi kesempatan- kesempatan yang sekarang ini berdatangan pada kami
dari seluruh dunia dan dari banyak bangsa. Allah
sedang bergerak, mencari orang-orang yang akan memberikan tanggapan pada
kesempatan-kesempatan penuaian yang dihadapi oleh
generasi sekarang ini.

Percayalah pada saya, duapuluh tahun mendatang akan merupakan waktu-waktu
yang sangat berarti di dalam sejarah gereja. Allah
sedang mencari orang-orang yang kepada mereka Dia dapat mengkomunikasikan visi dan
tujuanNya. Dia mencari orang-orang yang dapat menterjemahkan visi dan tujuan itu ke dalam
tindakan. Orang-orang yang dapat memprioritaskan tindakan-tindakan tersebut ke dalam
rangkaian langkah-langkah yang masuk akal, logis
dan berusaha untuk mewujudkannya.

Mereka yang mengambil langkah untuk menentukan jangkauan iman dewasa ini akan
mampu melihat ke belakang dalam beberapa tahun kemudian dan melihat hasil yang lebih besar
daripada yang dapat mereka bayangkan.

Saya menantang saudara untuk bangkit ke tingkat keterlibatan yang baru di dalam
pekerjaan Tuhan. Barangkali saudara sudah merasa
putus asa, atau barangkali tidak tahu bagaimana memulainya. Ambillah prinsip-prinsip
Alkitab untuk pencapaian keberhasilan, dan
melangkahlah maju dalam iman. Harapkanlah hal-hal
yang besar dan sesuai dengan iman saudara, hal itu akan terjadi.

E. Pelaksanaan SASARAN

Ada beberapa hal yang perlu kita pahami sehubungan dengan sasaran-sasaran yang
diarahkan oleh Tuhan. Satu bagian dalam Kitab Wahyu akan menggambarkan hal ini dengan baik.

"Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan
meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku
: `Ambillah dan makanlah dia, ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam
mulutmu ia akan terasa manis seperti madu."

"Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya : di dalam
mulutku terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya perutku menjadi pahit
rasanya"
(Why 10:9,10).

Beberapa tahun yang lalu saya mendengar seorang teman berkata : "Seperti itulah
halnya dengan visi. Pada waktu Allah berbicara
kepada saudara tentang apa yang Dia kehendaki
untuk saudara lakukan, saudara sangat menyukainya, dan betapa indah, luar biasa, manis dan
menyenangkan! Tetapi, pada saat saudara mulai memunculkan visi itu, pada waktu saudara
mulai bekerja keras untuk mewujudkannya, apa yang Allah bicarakan itu, akan berubah menjadi
pahit dalam perut saudara."

1. Kerja Keras itu Penting

Seorang konsultan usahawan yang sangat terkenal, bernama Peter Drucker, sudah
menunjukkan bahwa persoalan dengan visi dan
sasaran adalah bahwa kedua-duanya itu mungkin saja merosot menjadi suatu PEKERJAAN
belaka. Itulah yang dimaksudkan dengan "lemak
bertemu dengan api" atau "karet bertemu dengan
jalan", seperti yang biasa dikatakan oleh
orang-orang Amerika.

Saya ingat seorang pendeta , yang beberapa tahun lalu jemaatnya terdiri dari lima
ratus orang. Dia berada di lapangan golf tiga hari
dalam seminggu, menikmati gaya kehidupan yang santai, menyenangkan. Gerejanya memberi
dia honor yang cukup baik. Dia berada dalam keadaan yang tidak berkekurangan. Selama
beberapa tahun dia menjalani hidupnya bersama anggota jemaatnya yang lima ratus orang itu.

Pada suatu hari di lapangan golf itu, Tuhan berbicara kepadanya. "Apakah kau
bermaksud untuk menjadi pendeta yang sedang-sedang
saja sepanjang hidupmu, dengan jemaat yang sedang-sedang saja, dengan tanggung jawab
dan jadwal pelayanan yang sedang-sedang saja? Atau, kamu bersedia pergi dan bekerja?"

Pendeta itu harus memutuskan di antara kehidupan yang enak, mudah, serba
kecukupan atau bekerja dengan sungguh-sungguh. Dan
itulah keputusan yang biasanya melibatkan diri saudara dengan visi dan sasaran, dan bukan
sekedar mengikuti arus kehidupan. Dia menjawab, "Tuhan, saya mau bekerja."

Selama kurang lebih tiga tahun sejak dia membuat keputusan untuk mengadakan
waktu, bekerja dan bertanggung jawab sehubungan dengan apa yang Tuhan sudah berikan
kepadanya, gerejanya bertumbuh dan jumlah
anggotanya meningkat sampai sekitar 2000 anggota.
Tetapi itu terserah kepadanya, apakah bersedia
mewujudkan visi itu menjadi suatu tindakan.

Ada banyak pendeta yang tidak pernah belajar untuk bekerja. Saya tahu karena
banyak kali saya bertemu dengan mereka. Di seluruh dunia, saya bertemu dengan
pendeta-pendeta yang hidup dalam keadaan setengah
pensiun, bahkan ada yang hidup dalam keadaan
pensiun sama sekali.

Mereka heran, mengapa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dalam pelayanan
mereka. Mereka tidak bersedia untuk bekerja:
mereka malas, mereka tidak dapat bangun pagi
karena hampir sepanjang malam mereka melihat TV. Mereka tidak dapat menerapkan tanggung
jawab, perencanaan, visi dan pertumbuhan.

Bangsa-bangsa yang berada dalam kondisi yang tidak baik, seringkali miskin, karena
kebanyakan dari orang-orang tidak mau bekerja.
Hal itu seperti wabah penyakit. Kita dapat menyebutnya sebagai "gejala penyakit
menunda-nunda."

Saudara tahu bagaimana bekerjanya hal itu: "Matahari bersinar dengan cerah. Mengapa
susah-susah membetulkan atap yang bocor?" Kemudian waktu hujan datang, orang tersebut
akan berkata, "Sekarang hujan. Saya akan
membetulkan genteng nanti saja kalau hujan sudah
berhenti."

Keadaan seperti itu menguasai dunia bagaikan satu kutukan. Tidak ada inisiatif, tidak
ada tanggung jawab, tidak ada kesediaan untuk bekerja.

2. Waktu : Milik Kita atau Milik Tuhan?

Pada waktu visi itu diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran seseorang harus pergi untuk
melaksanakannya. Siapakah "seseorang" itu
menurut saudara ? Benar, seseorang itu adalah
saudara! Saudara yang harus mulai memimpin persiapan-persiapan untuk mewujudkannya.
Dan hal itu tidak berupa pekerjaan yang dimulai
pada jam delapan pagi, kemudian berhenti pada
pukul lima sore. Orang-orang yang memiliki visi,
tidak hanya bekerja dari jam delapan pagi sampai
jam lima sore.

Mereka tidak menunggu-nunggu cuti empat minggu setiap tahun dengan
tunjangan-tunjangan pensiun. Mereka mencari kesempatan
untuk melayani Raja segala Raja dan Tuan segala Tuan.

Manusia-manusia yang mempunyai visi akan memberikan segala sesuatu yang
mereka peroleh dan miliki. Saudara tidak dapat
mengerjakan pekerjaan tersebut dengan berhasil
karena ada jaminan gaji untuk saudara,
peraturan-peraturan kerja perusahaan dan jumlah
pekerjaan yang ditentukan sebanyak empat puluh jam
kerja selama seminggu. Alkitab mengatakan,
"Selama enam hari kamu bekerja." Itu paling
tidak harus merupakan minimum. Dari matahari
terbit sampai tenggelamnya ada sebelas jam kerja,
menurut perhitungan waktu Alkitab. Jadi ada sebanyak enam puluh enam jam untuk
memulainya. Barangkali sebesar itulah limitasi jam kerja
dalam Alkitab.

Kendatipun kita hidup pada zaman di mana banyak orang hidup dalam keadaan
santai-santai saja, setiap visi, setiap sasaran, jika itu
hendak dicapai, menuntut kerja keras dalam
beberapa hal. Siapakah yang akan mengerjakan
pekerjaan Tuhan? Dari sinilah kita dapat membedakan
antara pekerja upahan dan pekerja yang sebenarnya.

Tentu saja sepanjang hari saudara dapat membicarakan mengenai visi - bicara itu
gampang - tetapi jika sampai pada melakukan pekerjaan sebagai hal yang penting untuk dapat
mewujudkan visi itu, pada saat itulah dapat diketahui dan terjadilah pemisahan antara
orang-orang yang sungguh sudah dewasa dan yang masih kanak-kanak.

Pada waktu saya mulai mengerjakan pekerjaan World MAP di California pada tahun
1963, saya tidak punya cukup uang.

Tuhan menyediakan untuk kami sebuah kandang ayam untuk memulainya. Kami
membersihkannya, menempatkan sebuah mesin cetak kecil dan mulai bekerja. Kami berada di
kandang ayam itu, mengerjakan tugas kami. Itulah
"kantor pusat dari penerbitan" kami, bekas
kandang ayam yang kami bersihkan.

Tahukah saudara bagaimana mereka membuat kandang ayam? Kandang ayam itu
dibuat dengan ukuran kira-kira 2,10 meter
tingginya di bagian muka, dan 1,20 meter tingginya
dibagian belakang, dengan atap yang menjorok ke belakang.

Hal itu membawa kami untuk terus berada di dalam "sikap doa" karena atapnya tidak
cukup tinggi. Kami tidak dapat berdiri dengan
tegak lurus. Banyak kali saya bekerja semalam-malaman dalam keadaan membungkuk pada
mesin cetak di dalam kandang ayam tersebut. Kerja itu harus terus berlangsung, dan kami tidak
punya cukup uang untuk mengupah pekerja. Karena itu saya menanganinya sendiri, seringkali
menangani dua mesin cetak dengan kecepatan yang tinggi.

Sekarang Tuhan sudah memberkati kami dengan fasilitas yang indah, yang nilainya
mencapai ratusan juta rupiah.

Kantor pusat kami yang indah di Burbank, California diberikan kepada kami oleh
Tuhan melalui mujizat yang indah dan luar biasa.
Pekerjaan yang kami mulai di bekas kandang ayam itu bertumbuh karena kerja keras dan
Allah memberkati kami fasilitas yang bernilai
ratusan juta rupiah.

Demikianlah caranya visi itu diwujudkan. Jika saudara tidak bersedia untuk bekerja
keras, lupakan saja. Bergabung saja pada
perusahaan atau serikat pekerja lokal dan bekerja secara
rutin dari pukul delapan pagi sampai lima sore
setiap hari. Hiduplah sebagai semi pensiun dan
nikmatilah hidup santai.

Tetapi bila saudara mau bekerja, Allah mempunyai kesempatan kerja yang luar biasa
untuk saudara. Dia akan menjadikan jam-jam kerja yang cukup panjang itu dengan
konsekwensi yang mentakjubkan, hasil yang tidak
pernah saudara pikirkan sebelumnya, dan yang tidak pernah saudara pikirkan bahwa itu mungkin
terjadi. Dia akan melipatgandakan buah dari
kerja enampuluh atau tujuhpuluh jam per minggunya ke dalam pencapaian-pencapaian untuk
Injil. Allah memberikan pahala terhadap pengabdian dan komitmen.

3. Contoh Komitmen Dari Paulus

Jika saudara membaca mengenai pelayanan Paulus, saudara akan melihat komitmen
(tekad untuk menyelesaikan tugas) yang dinyatakan dalam pekerjaannya. Dia memberitakan
Injil sampai mempertaruhkan nyawanya.

Berbicara mengenai kesukaran-kesukaran yang dihadapinya, Paulus berkata,
"Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat
puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga
kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam
perjalanan aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang
Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun,
bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak
saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah
dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku puasa,
kedinginan dan tanpa pakaian"
(2 Kor. 11:24-27).
Mengapa dia kepayahan, kelelahan? Mengapa dia kesakitan?

Kalau saudara memperhatikan pekerjaan Paulus, pada siang hari dia mengerjakan
tenda, mencari penghasilan untuk hidupnya dan
tujuh orang rekan sekerjanya yang lain. Dia adalah seorang pengajar, pengkhotbah dan rasul
pada malam hari. Dia melaksanakan kedua tugas pelayan tersebut bersama-sama. Dalam
hubungannya dengan pekerja-pekerja yang lain, dia
mengatakan bahwa dia bekerja lebih keras dari mereka yang lain.

Karunia Allah, Paulus mengatakan, tidaklah dikecewakan atau disia-siakan karena dia
bekerja lebih keras daripada rasul-rasul yang lain.
Catatan sejarah membuktikan hal itu.

Sehubungan dengan hal ini ada peristiwa yang menarik terjadi di Efesus,
"Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang
luar biasa."

"Bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan
meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh
jahat"
(Kis 19:11,12).

"Saputangan-saputangan" yang
dimaksud adalah "kain-kain sobekan" yang
dipergunakan Paulus untuk menyeka peluh yang keluar
dari seluruh tubuhnya, sebagai akibat dari kerja
keras. Ada lebih banyak kuasa di dalam peluh Paulus daripada khotbah-khotbah
pengkhotbah. Urapan menyertai peluh-peluh yang
membasahi sobekan-sobekan kain tersebut kepada
banyak pribadi yang Paulus tidak dapat menemuinya
- karena dia melakukan pekerjaan dengan jam-jam yang cukup panjang.

Akan merupakan latihan-latihan yang sangat berharga bagi banyak pengkhotbah yang
malas untuk mencoba metode-metode Paulus
sesekali. Mereka akan memperoleh hasil yang lebih baik.

Ketika Paulus menulis kepada orang-orang Tesalonika, sehubungan dengan mentalitas
"tidak mau bekerja" yang sungguh
memprihatinkan, dia mempergunakan kata-kata keras
untuk menegur kemalasan mereka. "Jika seorang
tidak mau bekerja, janganlah ia makan"
(2
Tes 3:10
). Dia berbicara kepada mereka perlunya dikuasai oleh pekerjaan yang
menghasilkan buah, untuk menyingkirkan kemalasan
dan memberikan diri mereka setiap hari pada
disiplin kerja keras (2 Tes 3:6-12).

Sepanjang surat-suratnya secara terus-menerus dia menyinggung mengenai
komitmennya untuk kerja keras. berpeluh, air mata,
senantiasa berjerih lelah, demi untuk kemajuan
pekerjaan Kristus. Dia tidak mencari-cari waktu yang
singkat, tidak juga mengijinkan sejumlah tawaran keuangan untuk menentukan bagaimana dan
di mana dia bekerja bagi Tuhan. Dia menyerahkan hidupnya secara sepenuh tanpa syarat. Dia
rindu untuk melihat kehendak Allah dan maksudNya digenapi di dalam kehidupannya.

4. Orang-orang akan Membantu untuk Mencapai Sasaran

Saudara akan mendapatkan bahwa orang-orang sedia bekerja sama dengan saudara.
Mereka akan memberikan korban-korban persembahan untuk menolong, memberikan
sumber dana dan daya mereka untuk menolong saudara mencapai sasaran saudara jika saudara tahu
ke arah mana saudara menuju. Jika tidak, uang, orang-orang, dan keberhasilan akan
mengikuti pemimpin-pemimpin dan organisasi yang mengetahui ke arah mana mereka menuju.

Jika saudara berhadapan dengan visi Allah dan sasaran-sasarannya dan mulai untuk
mengkomunikasikan, menyatakan hal-hal itu, ijinkanlah orang lain mengetahui ke arah mana
sasaran saudara ditujukan, maka mereka akan mengikuti di belakang saudara dan
mendukung saudara, dan bekerjasama dengan saudara
untuk mencapai sasaran tersebut. Demikianlah, saudara akan memimpin/menunjukkan jalan,
membayar harganya dan bekerja berjam-jam untuk menjadikannya terwujud.

Pada saat saudara mengetahui ke arah mana Allah menghendaki saudara pergi dan
bagaimana dapat menuju sasaran itu, saudara akan mendapatkan orang banyak yang
berlomba-lomba untuk mendekati dan bekerjasama dengan saudara. Sekali saudara menjelaskan
visi saudara, sekali saudara sudah menetapkan sasaran yang jelas, dan menterjemahkannya ke
dalam pertanyaan-pertanyaan yang jelas, mengkomunikasikan apa yang saudara percayai
Allah kehendaki untuk saudara mencapainya, saudara akan mendapatkan hasilnya yang melebihi
kemampuan saudara untuk menguasainya.

Marilah Berdoa

Tuhan, tolonglah kami untuk membuat komitmen baru untuk mengerjakan
pekerjaanMu. Tolonglah kami untuk mengambil tindakan
yang berani sementara kami melangkah maju dan menyatakan visi yang Kau punyai untuk
kami. Jadikanlah kehidupan kami, pelayanan kami, organisasi yang kami bekerja di dalamnya
untuk memajukan kerajaanMu.

Ajarlah kami untuk bersandar, bukan pada prinsip-prinsip ini, tetapi pada Pemula
dari prinsip-prinsip ini, untuk siapa
prinsip-prinsip itu kami pergunakan. Ajarkanlah kami
untuk memprioritaskan sasaran-sasaran kami sesuai dengan kehendakMu, agar kami dapat
dengan berhasil menyatakan visi yang Engkau sudah berikan kepada kami. Kami berikan semua
kemuliaan kepadaMu sementara kami pohonkan semuanya ini dalam nama Yesus.


Amin !

Bab 4

Karunia Administrasi

Pendahuluan

Di dalam pasal-pasal terdahulu, kita mendiskusikan perlunya mengambil
langkah-langkah yang menentukan dari visi kepada aksi
(tindakan). Kita berbicara mengenai perlunya
sasaran dan untuk memprioritaskan sasaran-sasaran yang langsung diarahkan dan difokuskan
pada langkah tindakan yang tepat. Kita mendefinisikan sasaran-sasaran sebagai tindakan yang
nyata, dapat dikomunikasikan, dapat dilaksanakan, dan diukur (dinilai) dan tindakan yang
secara pasti akan kita lakukan yang mengarah
kepada perwujudan dari visi kita ke dalam
program-program yang dijalankan.

Sekarang kita perlu bertanya pada diri kita sendiri, "Siapakah yang akan mengatur dan
merangkum semuanya ini? Siapakah yang akan menyediakan penilaian praktis mengenai
cara-cara yang terbaik untuk mempergunakan personil, uang, dan waktu agar dapat
mewujudkan pekerjaan tersebut?"

Saudara mungkin adalah pemimpin dari sebuah jemaat, persekutuan atau organisasi.
Tetapi apakah saudara mempunyai waktu, keahlian,
latihan, pengalaman dan bakat untuk merencanakan, mengkoordinir dan melaksanakan
semua hal yang diperlukan yang sudah kita
diskusikan itu?

A. Administrator Adalah Penting

Ada keperluan di antara para pemimpin Kristen untuk mencari penasihat yang bijaksana
dan berhikmat di dalam hal-hal tersebut di atas
yang mereka sendiri tidak mempunyai bakat, latihan dan pengalaman. Hal ini membawa kita
pada peranan para administrator dan administrasi.

1. Sebuah Proyek Yang Gagal

Pemimpin-pemimpin Kristen kebanyakan terlalu menghindari nasehat-nasehat praktis,
pengetahuan dan pengertian yang sebenarnya tersedia dari jemaat mereka. Barangkali tanpa
sengaja, mereka sudah mendirikan tembok yang tidak nampak di sekeliling mereka.
Bagaimana mereka melakukan hal ini? Dengan membuat pengumuman-pengumuman yang tinggi.

"Tuhan memberitahu saya ini," atau
"Tuhan menunjukkan pada saya bahwa, "itu yang
mereka katakan.

Dan tentu saja tidak seorangpun mempertanyakan Tuhan. Jika seseorang berani untuk
menyampaikan sanggahannya terhadap rencana "Pemimpin Besar", maka pemimpin jenis ini
biasanya akan menulikan telinganya terhadap hal-hal itu.

Pada musim gugur tahun 1935, seorang pemimpin dari sebuah denominasi Pantekosta
menerima apa yang dia katakan sebagai wahyu dari Tuhan. Di sebuah bukit yang indah di
California Selatan, dia membangun sebuah
tabernakel yang besar untuk penyelenggaraan
konperensi-konperensi dan pertemuan-pertemuan
musim panas bagi denominasinya.

Sesudah membeli sebidang tanah di dekat Danau Beruang Besar, dia menyewa krew
kontruksi bangunan untuk memulai mendirikan tabernakel.

Tabernakel ini sungguh sangat besar, berbentuk segi empat, dengan atap yang luas
dan rata.

Beberapa anggota dari persekutuannya yang memiliki pengalaman dalam hal kontruksi
bangunan di daerah perbukitan, mendekati dia dan mengatakan, "Tuan, saya percaya bahwa
tuan sudah melakukan kesalahan besar dalam hal membuat kontruksi bangunan ini."

"Saudaraku yang baik," demikian dia
menanggapi nasehat itu. "Jangan
bertanya-tanya mengenai rencana saya. Tuhan yang
sudah memberikan perencanaan itu kepadaku!"

Kemudian sesudah itu, seorang insinyur setempat secara kebetulan mengendarai
kendaraannya melalui daerah perbukitan itu dan
melihat bagaimana pemimpin ini memberikan
instruksi pada para pekerja konstruksi. Dia berhenti,
mendekati yang diberi tugas untuk mengerjakan bangunan itu dan mencoba untuk
menasihatinya bahwa ada kesalahan di dalam merancang
bangunan tersebut. Tanggapan yang diberikan sehubungan dengan nasehat dan saran yang
baik itu, adalah sikap yang dingin dan tidak mau
mendengar.

Program pendirian bangunan ini dilaksanakan sebelum ada aturan-aturan yang
mengatur mengenai konstruksi bangunan, sehingga
setiap orang dapat membangun apapun yang di masa itu juga merupakan masa depresi, dimana
uang berada dalam posisi yang menyulitkan dan setiap dolar sungguh sangat diperhitungkan.

Orang-orang yang tinggal di daerah bersalju tahu jelas apa yang salah dengan rancangan
bangunan tabernakel itu. Salju-salju banyak terdapat di daerah tinggi, kendatipun di daerah
California yang benderang karena sinar matahari!

Di sini, didirikan tabernakel besar, luasnya sekitar 60 meter memanjang, dengan atap
yang rata dan sangat panjang, tanpa adanya tiang-tiang penyangga. Pada ketinggian sekitar
1800 meter di daratan yang agak tinggi, bukan hal yang aneh lagi kalau terdapat
gundukan-gundukan salju setinggi satu sampai satu
seperempat meter pada musim salju yang berat. Saudara
dapat memperkirakan, apa yang terjadi ?

Musim salju pun tiba, sebelum satu pertemuan pun diadakan di tabernakel besar itu.
Angin kencang bertiup, dan salju pun mencair dengan derasnya ke bawah, dan bangunan
itupun porak-poranda - begitu parah kerusakan
bangunan tabernakel tersebut. Salju yang berat
yang memenuhi atap tabernakel yang luas dan panjang itu, menyebabkan semua bangunan
ambruk, rata dengan tanah.

Sekarang, ijinkan saya untuk mengingatkan pemimpin-pemimpin yang dikuasai oleh
sikap "memuja-muja visinya" di dalam karya
pelayanan Kristiani. Setiap kali kalau ada
orang-orang yang menulikan telinganya terhadap nasehat,
saran dan koreksi, pada dasarnya mereka mempersiapkan bagi diri mereka sendiri (dan
biasanya juga bagi orang lain) tragedi dan
kesulitan-kesulitan.

2. Kesulitan Keuangan

Sebagai anggota dewan penasehat untuk beberapa organisasi Kristen di Amerika Serikat
sebelah Barat, saya sudah menghadiri pertemuan-pertemuan di mana pada
pertemuan-pertemuan seperti itu para usahawan menyatakan
keprihatinannya sehubungan dengan tidak adanya perencanaan secara finansial dari
proyek-proyek dan proposal pemimpin-pemimpin gereja
tertentu.

Berulang kali saya mendengar pendeta dan pemimpin-pemimpin gereja menyuruh
usahawan-usahawan ini untuk tidak berbicara lebih lanjut, dengan komentar sinis seperti,
"Saudaraku, kalian ini tidak tahu apa-apa. Kami
tidak mengatur organisasi ini seperti pedagang,
kami melaksanakannya dengan iman."

Di dalam siklus semantik keagamaan, "berjalan dengan iman" kadang-kadang diartikan
juga meminjam lebih daripada kemampuan untuk mengembalikan bunganya, dalam jangka
waktu yang tidak realistis penentuannya. Hal itu
mereka sebut sebagai "iman".

Sehingga para usahawan ini, karena nasihat mereka tidak digubris, melepaskan diri dari
situasi itu dan membiarkan saja pemimpin-pemimpin gereja berjalan dalam kebodohan
mereka. Beberapa tahun kemudian, sesudah berjalan
beberapa langkah, proyek-proyek "iman"
sedemikian itu pada akhirnya mengalami
kebangkrutan dan malapetaka.

Banyak pelayanan Kristen yang baik mengalami kegagalan karena seorang pemimpin
gereja menolak karunia administrasi dari seorang saudara yang lebih berpengalaman.

Jika saudara bukan seorang administrator, demi kemuliaan sorgawi, akuilah hal itu,
dan ijinkanlah mereka yang memiliki karunia-karunia dalam bidang ini mendatangkan
ketertiban dan keberhasilan di dalam bidang yang
saudara sudah lakukan untuk Tuhan.

Tanpa adanya karunia administrasi, gereja atau pelayanan manapun akan berakhir
dengan kesulitan yang serius, entah dengan jemaat
atau pun dengan diri mereka sendiri.

B. Administrasi Di Dalam Gereja Mula-mula

Di dalam gereja mula-mula, sebagaimana diketengahkan dalam Kisah Para Rasul, kita
jumpai urutan peristiwa yang menarik. Ini sudah
terbukti sangat menolong saya memahami perkembangan dan kemajuan organisasi.


  • Di dalam Pasal 1 Allah sudah
    memilih orang-orang tertentu.

  • Di dalam Pasal 2 Dia memberikan
    kepada orang-orang tersebut suatu pelayanan.

  • Di dalam Pasal 3 kita melihat adanya
    pelipat gandaan yang besar.

  • Di dalam Pasal 4 kita melihat
    kelahiran dari suatu gerakan yang besar.

  • Di dalam Pasal 5 timbul persungutan

  • Di dalam Pasal 6 para rasul
    mengangkat para administrator.

Bila terjadi persungutan, maka hal itu merupakan sesuatu yang kritis yang terjadi di
dalam suatu gerakan. Pemimpin bisa mengambil dua atau tiga langkah pilihan sehubungan
dengan hal ini.

PERTAMA, mereka dapat membungkam yang merasa tidak puas dan
bersungut-sungut tersebut dengan mengatakan, "Jika kalian
benar-benar rohani, maka kalian tidak akan
bersungut-sungut."

KEDUA, mereka dapat mengatakan, "Jangan menentang kepemimpinan yang sudah
ditetapkan Allah. Tunduk ! atau memisahkan diri saja !" Hampir semua kita biasa
mendengar tanggapan seperti itu.

KETIGA, mereka bisa berkata, "Saudara, kami mendengar saudara menghadapi
masalah. Silahkan jelaskan dan mungkin kami dapat
menolong mengatasinya."

1. Memecahkan Masalah

Pendekatan ketiga inilah yang diambil oleh gereja mula-mula. Mereka mengambil
langkah pendekatan yang baik di dalam menanggapi persungutan yang timbul di kalangan
tertentu dari gerakan rohani itu. Mereka tidak
mencoba untuk menutup mulut atau membungkam para pesungut; mereka mengatasi
permasalahannya. Mereka mengatasinya dengan karunia
administrasi.

Para rasul mengarahkan orang-orang tersebut untuk memilih tujuh orang yang
dikenal baik, penuh Roh Kudus dan hikmat, untuk menangani tugas pelayanan meja.

Banyak orang menganggap bahwa tujuh orang ini dipilih hanya untuk menangani
pembagian makanan. Tetapi yang ditangani ini
bukanlah sekedar pembagian makanan di meja.

Mereka ini menangani urusan pengelolaan keuangan. Kata Gerika yang dipergunakan
di sini adalah trapeza, menunjuk pada meja
untuk makanan dan untuk pengurusan keuangan.

Janda-janda keturunan Ibrani yang berbahasa Gerika merasa diabaikan. Barangkali
mereka tidak diberi jatah uang yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Ada unsur rasial nampaknya bilamana masalah itu tidak segera diatasi, suatu
situasi membahayakan yang dapat menimbulkan sikap membenci dari orang-orang Gerika
terhadap orang-orang Yahudi.

Para rasul menghadapi masalah rasial, keuangan dan sosial yang menyulitkan itu dengan
memberitahukan kepada orang-orang untuk memilih tujuh orang di antara mereka sendiri
yang mempunyai karunia administrasi untuk mengawasi pengurusan dan pembagian keuangan,
sehingga rasul-rasul dapat terus memusatkan perhatian dalam pelayanan Firman Tuhan dan doa.

2. Siklus yang Berkesinambungan

Karunia administrasi, sebagaimana yang dipergunakan di sini berasal dari enam
langkah dari kebangunan rohani yang terjadi.


  1. Orang-orang yang digerakkan oleh Allah diberi suatu

  2. pelayanan yang melaluinya terjadi

  3. pelipat gandaan, dan dari pelipat
    gandaan itu melahirkan

  4. gerakan, yang darinya muncul

  5. persungutan, dari persungutan itu
    muncul

  6. administrasi.

Dan keenam hal itu berjalan dalam siklus yang berkesinambungan. Dari adanya
pengelolaan secara administrasi yang pada
tempatnya, maka sejumlah orang dihasilkan untuk
pelayanan selanjutnya untuk mendatangkan pelipat
gandaan yang lebih banyak, kemudian mendatangkan gerakan yang lebih besar dan dari
kegerakan itu sekali lagi timbul beberapa persungutan
yang lebih besar. Sejauh tingkat persungutan itu
dapat diatasi, maka gerakan itu akan terus
berkembang dan bertumbuh.

Tetapi jika saudara sampai pada suatu tingkatan di mana administrasi diperlukan dan
saudara mengabaikan hal itu, saudara berada di dalam kesulitan yang besar. Saudara dapat
memblokade atau melewati taraf persungutan. Jika saudara tidak mau tahu hal itu dan mencoba
untuk melewatinya saja, saya menasihati saudara, dalam jangka waktu beberapa bulan
pekerjaan saudara akan ambruk dan menderita
kerusakan. Entahkan itu kerusakan dalam hal
keuangan ataupun dalam hal organisasi.

C. Administrasi diperlukan untuk pertumbuhan

Jika saudara ingin bertumbuh, saudara harus memperhadapkan diri saudara pada
tanggung jawab keuangan ataupun organisasi. Dan hal
itu berarti bahwa saudara memerlukan administrasi.

Delapan puluh lima persen dari keseluruhan jemaat yang ada di gereja-gereja Amerika
Serikat sebagian besar anggotanya kurang dari
dua ratus orang. Mengapa jemaat-jemaat tersebut tidak dapat berkembang melampaui jumlah
dua ratus? Karena pemimpin-pemimpinnya tidak menyadari perlunya administrasi.

Seorang saja tidak akan dapat secara berhasil menangani lebih dari seratus tujuh puluh
lima orang, oleh karena itu hanya beberapa gereja saja yang mencapai jumlah di atas yang ada
itu. Saya tidak mengatakan bahwa hal itu salah,
dan saya juga tidak mengkritik jemaat-jemaat yang kecil.

Saya merintis gereja yang saya gembalakan, dan gereja-gereja yang saya rintis itu
dimulai dengan jemaat-jemaat kecil. Selama sebelas
tahun mengadakan pekerjaan perintisan dan penggembalaan sungguh merupakan berkat
dari Tuhan, karena selama waktu itulah saya
belajar menimba pengalaman, yang kemudian menolong saya untuk bekerja di dalam tingkat
tanggung jawab yang lebih besar.

Menurut penilaian saya, seorang gembala baru harus belajar untuk mendapat keahlian
di dalam bidang administrasi, bila tidak dia hanya akan dapat berhasil secara terbatas di dalam
pekerjaannya. Jika saudara menggembalakan gereja yang saudara rintis sendiri dan saudara
baru saja memulainya, saudara tidak dapat hanya "menunjuk, menodong" seseorang di dalam
jemaat saudara dan mengatakan, "Saya mau memusatkan perhatian saya pada khotbah dan
bimbingan, karena itu saya mau saudara mengatasi semua permasalahan yang timbul dan
membuat perencanaan untuk pertumbuhan gereja."
Saudara tidak dapat berbuat demikian, dan itu
bukan suatu langkah permulaan.

Jika seorang gembala baru tidak mampu mengenali setiap persungutan dan tidak
belajar untuk mengatasinya, maka dia akan
mengalami keadaan tidak maju-maju di dalam
pertumbuhan secara jumlah. Jika dia berusaha untuk
melakukan pekerjaannya tanpa memikirkan hal administrasi, dia akan menciptakan entah
kekacauan organisasi ataupun keuangan.
Pekerjaannya akan runtuh, karena peristiwa-peristiwa akan
semakin bertumbuh diluar jangkauan gembala untuk mengatasinya satu demi satu sementara
permasalahan terus saja bermunculan.

Nasihat saya kepada para pendeta baru adalah untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar
administrasi di dalam bagian ini dan mulai mempraktekkannya dengan segera.

Bab 5

Bagaimana Merencanakan

Pendahuluan

Kita sudah berbicara mengenai sasaran-sasaran dan perlunya sasaran yang dapat
diukur, dijangkau, dikomunikasikan, dapat dilihat
dan didefinisikan. Sasaran-sasaran menyediakan langkah-langkah spesifik sehubungan
dengan apa yang akan kita lakukan untuk mewujudkan visi yang Tuhan sudah berikan kepada kita.
Kita sudah menyebutkan sebelumnya perlunya memprioritaskan sasaran-sasaran tersebut.

Selanjutnya, kita sampai pada satu langkah yang menentukan pekerjaan saudara sebagai
seorang administrator atau pendeta atau pemimpin
organisasi. Saudara harus tampil dengan sebuah rencana untuk setiap sasaran.

A. Kita Harus Mempunyai Rencana

Untuk setiap sasaran di dalam daftar urutan prioritas tertinggi, saudara harus
mempunyai sebuah rencana. Sekali lagi, saya ingin
menekankan bahwa saudara jangan sekali-kali mengerjakan lebih dari tiga sampai enam
sasaran yang saudara prioritaskan dalam waktu yang sekaligus.

1. Allah Mempunyai Sebuah Rencana

Allah mempunyai "sebuah rencana keselamatan". Dan kapan Allah membuat rencana
ini? Dia membuat rencana itu sebelum dunia
dijadikan!

Jika kita berhenti dan memikirkannya, maka dengan mudah kita akan sampai pada
kesimpulan bahwa Allah sudah memberikan satu
teladan bagi kita untuk diikuti. Dia mempunyai
sebuah rencana yang sudah disusun dengan
sistematis sebelum dunia dijadikan. Alkitab tidak
mengatakan bahwa Dia merencanakan bersamaan dengan mengerjakannya bukan? Jika
demikian, maka kita juga perlu membuat garis besar
perencanaan kita sebelum kita meletakkan dasar,
dan memulai untuk membangun.

Namun demikian, dalam pengalaman saya, tidak seperti itu kebanyakan organisasi
Kristen berfungsi. Banyak dari mereka yang mencoba untuk memulai suatu proyek sebelum
memikirkan perencanaan terlebih dahulu.

Allah tidak menetapkan cara seperti itu. Allah tidak memulai, sebelum Dia
mempunyai satu rencana. Dia membuat perencanaan
sebelum Dia meletakkan dasar, sebagaimana dilakukan oleh seorang arsitek. Setiap ahli
bangunan yang bijaksana selalu mempunyai sebuah
rencana sebelum memulai konstruksi.

Terlalu sering, menurut penilaian saya, orang-orang Kristen bukanlah seorang ahli
bangunan yang bijaksana. Paulus membuat satu pernyataan sehubungan dengan hal ini.
Paulus menulis di dalam 2Timotius 2:5 bahwa kita
tidak akan dapat memenangkan pertandingan kalau tidak bermain dengan memperhatikan aturan
- kita harus bertanding dengan memperhatikan peraturan-peraturan tertentu, prinsip-prinsip
dan perencanaan.

Di dalam 1 Korintus 3:10, dia memberitahu kita untuk memperhatikan bagaimana kita
meletakkan dasar bangunan kita. Hal ini mencakup doktrin, dan juga perencanaan. Jika saudara
tidak mempunyai rencana, jangan sekali-kali mencoba untuk membangun.

Di sepanjang kehidupan saya, saya sudah menyaksikan kemampuan banyak
pemimpin gereja untuk menggerakkan orang-orang,
mengilhami mereka dan menangani beberapa proyek yang luar biasa, dan memulainya secepat
kilat. Tetapi, karena mereka tidak mempunyai rencana, saya perhatikan selama lima atau enam
tahun dari mulai berjalannya proyek itu, visi itu
pada akhirnya hancur, jatuh menjadi kesulitan ekonomi dan kekacauan organisasi.

Saya percaya bahwa kecuali orang-orang bersedia untuk bekerja sebagaimana Allah
bekerja, mereka akan menghadapi kehancuran ditengah jalan, dan paling tidak mencapai
sedikit hasil saja. Kita harus ingat bahwa Allah
mempunyai sebuah rencana sebelum Dia memulai sesuatu.

2. Perencanaan dengan Pertolongan Tuhan

Penting sekali bahwa di dalam perencanaan itu, melakukannya dengan senantiasa
mengadakan hubungan dengan Tuhan melalui
saat-saat doa dan menyendiri dengan Tuhan. Saudara
tidak dapat menyingkirkan Allah dari perencanaan saudara lalu mengharapkannya untuk
dapat berhasil. Saudara harus berdoa "Tuhan,
tunjukkanlah pada saya rencana itu. Engkau tahu
arah yang Kau kehendaki. Engkau tahu apa yang Kau kehendaki untuk dicapai dan bagaimana
mewujudkannya. Tolonglah saya untuk mengerjakannya sesuai dengan caraMu, Tuhan."

Jika kita bekerja sama dengan Allah, kita mengikuti teladanNya dan mengembangkan
sebuah rencana untuk melaksanakan setiap sasaran kita. Jadi, kita bekerja dengan visi Allah,
dengan sasaran-sasaran Allah, dengan rencana Allah.

Komponen ini biasanya muncul sebagai hasil kerjasama dari kelompok
saudara-saudara yang berhikmat, yang berdoa
bersama-sama, mencari Allah dan bekerja sama. Visi akan
muncul dari hati dan pikiran seseorang, tetapi
rincian dari pelaksanaan itu biasanya muncul dari
sekelompok saudara-saudara.

B. Lima Langkah Untuk Membuat Sebuah Rencana

Lima pertanyaan harus secara cermat dan menyeluruh dijawab sebelum saudara
membuat sebuah rencana. Kelima pertanyaan itu adalah:


  1. Apa yang akan kita kerjakan?
    (sasaran ditetapkan)

  2. Bagaimana kita akan
    mengerjakannya? (Langkah-langkah yang akan
    diambil/ditetapkan)

  3. Kapan kita akan mengerjakannya?
    (Jadwal dari langkah-langkah itu)

  4. Dengan siapa kita akan
    mengerjakannya? (Syarat-syarat personil)

  5. Berapa banyak biaya yang
    dibutuhkan? (Membuat anggaran belanja).

1. Sasaran Ditetapkan

Jika saudara sudah mendefinisikan dengan jelas dan memprioritaskan sasaran-sasaran,
saudara sudah menyelesaikan langkah Nomor Satu. Sasaran-sasaran adalah pernyataan
mengenai tindakan-tindakan yang saudara harapkan
akan saudara ambil untuk melaksanakan dan menggenapi visi Allah untuk kehidupan dan
pelayanan saudara.

2. Langkah-langkah yang akan Diambil

Bagaimana kita melakukannya? Menetapkan "bagaimana" adalah salah satu dari
aspek-aspek pencapaian yang paling menantang. Menetapkan/mendefinisikan bagaimana
saudara akan melaksanakan dan mencapai
sasaran-sasaran adalah pekerjaan yang berat, dan
memerlukan banyak waktu.

Seorang sahabat saya disewa oleh Korps Marinir Amerika Serikat. Tugasnya adalah
untuk menentukan bagaimana caranya me manggil ke dalam tugas aktif Korps Marinir
Cadangan. Ribuan cadangan Marinir harus
dipersiapkan untuk siap berperang di antara tiga puluh
hari untuk berjaga-jaga seandainya terjadi keadaan darurat secara nasional.

Frank kemudian menyewa sepuluh ahli perencana lainnya yang top untuk
menolongnya. Diperlukan waktu selama tiga tahun oleh
11 orang ini untuk mendefinisikan "bagaimana"
sasaran itu dapat dilaksanakan. Sedangkan untuk mendefinisikan "bagaimana" mencapai
sasaran itu diperlukan waktu selama tiga puluh tiga
tahun.

Sasaran saudara mungkin tidak sekompleks seperti ini. Untuk mendefinisikan
"bagaimana" sasaran saudara dilaksanakan tidak akan
memakan waktu sampai tiga puluh tiga tahun.
Tetapi jangan menipu diri sendiri. Potensi yang
saudara miliki untuk keberhasilan adalah dalam
hubungan yang langsung dengan waktu yang saudara ambil untuk menentukan cara bagaimana
saudara akan mencapai sasaran-sasaran saudara.

3. Jadwal dari Langkah-langkah itu

KAPAN kita akan melaksanakan? Sekali langkah-langkah untuk mendefinisikan
"BAGAIMANA" sudah diselesaikan, saudara
harus mengambil sebuah kalender dan kemudian menentukan KAPAN setiap tindakan itu akan
diambil.

Untuk melakukan hal ini, buatlah perkiraan berapa banyak waktu dibutuhkan untuk
langkah pertama itu. Kemudian tentukan berapa
banyak waktu yang dibutuhkan untuk langkah kedua. Buatlah perkiraan waktu untuk setiap
tindakan di dalam rencana saudara dan tuliskanlah
dengan jangka waktu yang berdekatan dengan langkah tindakan sebagaimana yang sudah
didefinisikan di dalam Langkah Nomor Dua.

Kemudian tentukan batas waktu terakhir untuk mana setiap langkah itu harus
diselesaikan. Jika saudara sudah melakukan hal ini, maka
saudara punya jadwal waktu untuk pelaksanaan. Hal ini akan sangat berguna bagi saudara di
kemudian hari. Saudara akan mampu untuk menentukan dan menilai, apakah proyek itu
berjalan sebagaimana yang direncanakan. Jika ternyata tidak sesuai dengan waktu yang
ditentukan (katakanlah lambat sekali jalannya),
tindakan harus segera diambil atau waktu-waktu
krisis tertentu harus dilewati, karena jika tidak
demikian tidak mungkin mencapai sasaran.

Misalnya : jika saudara merencanakan untuk mengadakan konperensi kaum muda
untuk menjangkau pemuda-pemudi bagi Kristus, saudara harus mengumumkan tanggal
pelaksanaan. Jika langkah-langkah tindakan sudah
ditentukan dan perkiraan waktu sudah ditetapkan,
saudara dapat melihat bahwa paling tidak
dibutuhkan waktu enam bulan untuk mempersiapkan
konperensi tersebut.

Jika pengumuman tidak dibuat, dicetak ataupun dibagikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, bisa saja tidak ada seorangpun
yang akan muncul di dalam konperensi tersebut.

Saya pernah mengetahui ada satu konperensi yang pengumumannya baru selesai dari
percetakan sesudah konperensi itu selesai. Apa
akibatnya? Nampaknya tidak ada yang datang hadir dalam konperensi tersebut karena tidak
pernah ada pengumumannya yang ke luar. Memboroskan uang dan waktu, dan rencana yang baik
itu pada akhirnya berakhir demikian sebab waktu-waktu yang seharusnya dipergunakan
dengan sebaik-baiknya untuk mengambil langkah tindakan yang penting dibiarkan berlalu
begitu saja.

4. Mendelegasikan Pekerjaan

Dengan SIAPA kita akan melaksanakan hal itu? Hampir semua rencana melihat
orang-orang lain untuk menolong. Jika saudara mencoba
untuk melakukannya sendiri, maka saudara bukanlah seorang pemimpin. Seorang pemimpin
adalah orang yang dapat melaksanakan tugas dengan bantuan orang-orang lain. Sesudah
dengan jelas mendefinisikan langkah-langkah
tindakan pelaksanaan (Nomor Dua di atas) - dengan
perkiraan waktu untuk penyelesaiannya - sederhanakanlah tugas untuk mendelegasikan
pekerjaan, tuliskanlah nama seseorang atau
beberapa orang yang mungkin mampu untuk melaksanakan setiap langkah tindakan.

Hubungilah calon-calon penolong saudara. Jika mereka bersedia, bekali mereka dengan
latihan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, kemudian jelaskan kepada mereka
batas waktu terakhir yang harus diperhatikan, kemudian saudara monitor terus kemajuan yang
mereka alami untuk meyakinkan bahwa semuanya berjalan menurut waktu yang sudah ditentukan.

(CATATAN : Adalah PENTING SEKALI untuk diingat bahwa orang tidaklah
melakukan seperti apa yang saudara HARAPKAN -
mereka akan melakukan apa yang saudara AWASI. Tindak lanjut sesudah memberikan
pendelegasian adalah perlu atau pekerjaan itu tidak akan
dapat dikerjakan).

5. Menetapkan Anggaran Belanja

Berapa besar biayanya nanti? Yesus berkata, "Sebab siapakah di antara kamu yang
kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya,
kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan
pekerjaan itu?"

Untuk menentukan biaya yang dibutuhkan, saudara harus melihat pada setiap langkah
(Nomor Dua di atas) dan buatlah perkiraan biaya untuk melaksanakan langkah itu. Jika
saudara sudah melakukan hal ini - tambahkanlah
biaya yang dibutuhkan untuk setiap langkah dan saudara akan mengetahui "biaya total" untuk
mencapai sasaran saudara.

Jika biaya itu ternyata lebih besar dari sumber dana dan iman, maka saudara harus
merevisi kembali sasaran atau rencana untuk
mencapainya. Rencana yang direvisi itu harus terus
dilakukan sampai langkah kelima (anggaran) itu sesuai dengan sumber dana dan iman saudara.

Saya peringatkan saudara agar jangan membuat perhitungan dengan menduga-duga.
Alkitab mengajarkan kepada kita untuk mengambil langkah iman. Ada perbedaan besar antara
menduga-duga dan langkah-langkah iman.

Langkah-langkah iman mencakup kemajuan yang terus berlangsung sehubungan dengan
pertumbuhan rohani dan perkembangannya. Seorang anak kecil mengambil
langkah-langkah pendek dan berulang-ulang untuk dapat
berjalan satu mil. Seorang atlit dewasa yang terlatih
baik akan mengambil langkah-langkah panjang. Jika seorang anak kecil mencoba-coba untuk
melompati lubang yang dalam yang garis tengahnya selebar 4,5 m, maka dia akan jatuh dan
mati. Sedangkan atlit yang dewasa tadi akan dapat
melompatinya dengan selamat.

Jadi jika sasaran saudara jauh melampaui iman dan keuangan saudara, turunkanlah
dan telitilah kembali. Bantai dulu singa dan
beruang sebelum saudara mengambil tindakan untuk membantai Goliat (lihat bagian
Pengalaman pada halaman 1092).

Jika saudara sudah mengambil langkah-langkah di atas dengan cermat,
pergunakanlah akal sehat yang sudah Allah berikan (2 Tim
1:7
), maka kesempatan saudara untuk berhasil akan menjadi sepuluh kali lipat.

C. Penutup

Hampir sekitar sembilan puluh delapan dari seratus usaha-usaha baru yang ada
mengalami kegagalan. Mengapa ? Karena pemimpin-pemimpin mencoba mengambil jalan pintas
dari prinsip-prinsip Alkitab ini. Dan hasilnya
biasanya adalah kegagalan.

Jangan biarkan waktu, tenaga dan uang saudara diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang
tidak ada kaitannya dengan visi Allah untuk kehidupan dan pelayanan saudara. Musuh akan
mendatangi saudara dengan segala macam godaan dan tekanan untuk mengurus sumber daya
saudara dengan hal-hal yang tidak ada kaitannya sama sekali atau dengan perkara-perkara
yang sebenarnya tidak ada manfaat atau kegunaannya.

Beberapa ide yang fantastik bisa saja tiba-tiba muncul di hadapan saudara, yang
nampaknya lebih bermanfaat dan hebat dari apa
yang saudara sedang kerjakan. Berdirilah teguh,
peliharalah iman dan yakinkanlah bahwa sasaran-sasaran saudara terus berhubungan dengan
visi Allah. Jika prioritas-prioritas saudara sudah
ditentukan, tetap pusatkan perhatian saudara pada prioritas-prioritas itu.

Bab 6

Strategi - Pelaksanaan - Evaluasi

A. Mengembangkan Strategi

Kita berperang dengan kuasa-kuasa dan penguasa-penguasa rohani yang menguasai
bangsa-bangsa selama berabad-abad. Kita menantang penguasa-penguasa kegelapan
tersebut. Allah akan menolong kita di dalam
menentukan strategi dan rencana untuk pergi
mendatangi bangsa-bangsa ini dan
memporak-porandakan penguasa-penguasa dan kuasa-kuasa
kegelapan ini, untuk melepaskan negara-negara yang
belum terjangkau oleh Injil dengan permasyuran Injil.

1. Strategi dan Pelaksanaan Yang
Dipimpin oleh Roh

Tetapi setan adalah oknum yang licin, dan sudah berpengalaman selama ribuan tahun
di dalam menghadapi rencana-rencana orang-orang Kristen. Oleh karena itu, kita
memerlukan strategi dan perencanaan yang diilhami oleh
Roh Kudus untuk menggoncangkan musuh dan menghadapi, secara langsung
serangan-serangannya.

Di dalam ruangan ini kami akan mengetengahkan gambaran-gambaran mengenai
kejeniusan Roh Kudus yang luar biasa di dalam memberikan berbagai macam strategi yang
sudah Dia berikan untuk usaha-usaha pengutusan Injil.

a. Strategi di Mexico. Saya bermaksud untuk menyampaikan kepada anda sebuah
kisah mengenai seorang saudara di Mexico. Saudara perlu memahami terlebih dahulu, bahwa
sulit sekali untuk menginjili di Mexico, demikian juga halnya dengan beberapa negara di
Amerika Latin karena adanya berbagai macam
larangan dan karena adanya kebiasaan-kebiasaan
tertentu dan perbedaan budaya. Tetapi Allah, melalui
kejeniusan Roh Kudus, menanamkan rencana di dalam hati sahabat saya ini, dan dengan
sangat berhasil dilaksanakan di seluruh Mexico
sekarang ini.

Dia memobilisasi ratusan orang-orang awam Mexico dari gereja-gereja di Mexico,
mengajarkan kepada mereka cara-cara bersaksi yang
sederhana sesuai dengan budaya dan pengertian orang-orang Amerika Latin. Hal itu
sungguh luar biasa!

Di Mexico, jika anda memberikan sebuah hadiah kepada seseorang, maka hal itu harus
dilakukan dalam suatu upacara kecil di hadapan umum. Etika kesopanan mereka
mengharuskan bahwa tidak seorangpun diperbolehkan
meninggalkan upacara tersebut sampai selesai.
Meninggalkan tempat sementara upacara berlangsung dianggap tidak sopan menurut adat-istiadat
mereka.

Oleh karena itu, sahabat saya dan rekan-rekan sekerjanya mengatur untuk
mengadakan pertemuan di sebuah rumah, yang dihadiri
oleh sekitar tiga puluh orang, untuk mengadakan upacara pemberian Alkitab dalam bahasa
Spanyol kepada kepala rumah tangga.

Ketika upacara pemberian itu diadakan, mereka mulai dengan mengajukan
pertanyaan "Mengapa kami memberikan Alkitab
kepada para kepala keluarga?" Kemudian mereka
menjelaskan bahwa bilamana Kristus masuk ke dalam hati dan kehidupan dari seorang kepala
keluarga, maka hal itu akan menjadikan mereka sebagai orangtua yang baik, yang lebih
mengasihi.

Hal itu akan mendatangkan pertumbuhan yang stabil, dari kehidupan anak-anak yang
mengasihi Allah, yang akan menjadikan mereka tumbuh sebagai warga negara Mexico yang
lebih baik.

Kemudian mereka menjelaskan rencana keselamatan yang sangat sederhana. Mereka
menyajikan dengan sangat sederhana (sehingga dapat dipelajari oleh setiap orang awam di
Mexico untuk menarik perhatian setiap orang yang
hadir). Selama satu jam, tidak akan ada seorang pun yang meninggalkan tempat.

Pada akhir dari penyajian yang sederhana mengenai Injil, mereka mengundang
setiap orang untuk "menghormati keluarga" untuk
menerima Kristus sebagaimana yang diketengahkan di dalam Alkitab, dan yang baru saja
"disampaikan kepada mereka". Mereka semua
berlutut dan menaikkan doa pertobatan dan
penerimaan terhadap Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka yang sudah bangkit. Banyak
dari mereka yang mengalami kelahiran baru.

Kemudian diberi penjelasan mengenai suatu program pemahaman Alkitab. Sesudah itu
mereka ditanya, "Berapa banyak dari saudara
yang ingin mengadakan acara seperti ini di dalam
rumah masing-masing?" Tentu saja hampir semuanya mengatakan, "Ya, saya mau, saya mau!"

Di antara bangsa Mexico, di mana sulit sekali untuk menginjili, kegeniusan Roh Kudus
menyediakan strategi yang sederhana ini. Injil
diberitakan oleh orang-orang awam, melalui sebuah rencana yang sederhana namun indah.

Allah berkenan memberikan strategi-strategi kepada anda jika anda dapat menyatunada
dengan Dia, dan mengijinkan Dia mengkomunikasikan pikiranNya, kehendakNya dan
pengertianNya kepada anda.

B. PELAKSANAAN - Tetap Fleksibel

Sekarang kita sudah siap untuk bergerak maju ke langkah pelaksanaan. Pelaksanaan
dapat didefinisikan sebagai "langkah-langkah
tindakan yang direncanakan dan diwujudkan kearah pencapaian sasaran."

Jika saudara mempunyai sebuah rencana, saudara dapat mengatasi masalah-masalah
yang tidak diharapkan dan tetap mengerjakan semuanya itu, dengan mempergunakan
pendekatan yang berbeda. Saudara dapat menyingkirkan
dan membetulkan hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya kekacauan, sebelum
keadaannya memburuk. Jika saudara tidak punya
perencanaan, saudara akan terombang-ambing
kesana-kemari. Saudara mengkin tidak akan
mengetahui apa yang keliru, apa sebabnya atau apa
yang harus dikerjakan selanjutnya.

Rencana saudara adalah blueprint untuk pelaksanaan. Jika saudara membandingkan
dengan sebuah bangunan yang sedang didirikan
dengan blueprint yang spesifik, dan kemudian
melihat ada sesuatu yang tidak cocok, jelaslah bahwa
si pelaksana bangunan tidak mengikuti rencana yang sudah ditetapkan. Mungkin ada
alasan-alasan yang masuk akal. Barangkali rencana
itu perlu dimodifikasi, ditata kembali.

1. Umpan Balik sangat Penting

(Lihat kembali Diagram pada halaman 1097 khususnya bagian Umpan Balik).

Sebagaimana sudah kami tunjukkan sebelumnya, sekalipun saudara sudah membuat
perencanaan - tidak ada yang secara mulus akan berjalan sesuai dengan perencanaan. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan kita perlu memiliki umpan balik. Kita perlu belajar dari
kesalahan-kesalahan kita dan belajar menyingkirkan
rintangan-rintangan yang tidak pernah diharapkan sebelumnya.

Apa yang kita pelajari dari pelaksanaan seringkali menjadikan kita menata kembali
rencana kita, entah menopang yang lemah atau mengambil manfaat dari yang kuat. Itulah
hikmat dari menggunakan umpan balik.

Sebagai contoh sederhana, jika saudara sedang mendirikan sebuah bangunan gereja,
dan merencanakan untuk melapisi pegangan pintu depan gereja dengan emas, ketika harga
emas masih sekitar Rp. 50.000,- per ons, tetapi
karena pemerintah kemudian mengadakan ketetapan baru, sehingga harga emas melonjak
menjadi Rp. 750.000,- per ons, maka saudara perlu
meninjau/menata kembali rencana anda yang semula itu.

Berita mengenai perubahan harga emas yang melonjak itu merupakan umpan balik.
Umpan balik itu menyebabkan adanya peninjauan terhadap rencana semula, karena harga emas
yang melonjak itu mempengaruhi anggaran belanja saudara juga. Sehingga akhirnya saudara
memutuskan untuk memakai pegangan pintu dari tembaga saja.

Selama proses pelaksanaan, saudara akan menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan
sebelumnya; informasi mengenai hal-hal itu merupakan umpan balik (masukan) bagi
rencana yang sudah anda tetapkan, yang kemudian dimodifikasi/ditata kembali; pelaksanaan
terus berjalan berdasarkan rencana yang sudah
diperbaiki/ditata kembali itu.

Di dalam lingkungan Kristiani adalah hal yang biasa untuk menghadapi orang-orang
yang alergi terhadap masukan ataupun evaluasi.

Pemimpin-pemimpin yang menyatakan bahwa mereka dituntun oleh "wahyu,
pernyataan" barangkali akan dengan tegas menolak
untuk menata kembali rencana mereka. "Kalau
Allah mengatakannya demikian, maka itulah yang akan saya lakukan, saudara. Jadi saya tidak
akan dipengaruhi oleh apapun."

Masalahnya adalah, mereka seringkali tidak berjalan dengan rencana Allah tetapi dengan
kesan-kesan mereka sendiri yang dianggap benar; barangkali juga karena perencanaan itu
menuntut banyak pikiran dan pekerjaan. Bagi
beberapa orang adalah lebih mudah untuk mengklaim
penyataan-penyataan dan visi-visi daripada melakukan sesuatu untuk mengembangkan
sebuah rencana. Lebih mudah untuk mengatakan, "Tuhan menunjukkan kepadaku," atau
"Tuhan berkata....."

Umpan balik atau masukan, nasihat dan evaluasi, dalam hal ini akan dianggap oleh
mereka sebagai kritikan terhadap apa yang Allah
kehendaki untuk dilakukan. Dan siapa yang berani mengritik Allah?

Saya tidak mengatakan bahwa Allah tidak dapat menunjukkan kepada saudara sebuah
rencana, karena Dia dapat. Bukan juga karena Dia tidak dapat berbicara, karena sesungguhnya
Dia dapat berbicara. Tetapi orang-orang yang menggantikan rencana Allah dengan kesan-kesan
mereka sendiri yang mereka anggap dari Allah sebagai alasan untuk tidak menyediakan diri
bekerja keras membuat perencanaan yang aktual, sama halnya dengan menipu diri mereka sendiri.

Mereka mengelabui diri mereka sendiri dan orang-orang yang dipimpinnya, karena
dapat menutupi kemalasan mereka dengan kata-kata, "Tuhan berkata". Orang-orang yang
mereka pimpin, mau tidak mau akan mempercayainya dan tidak lama kemudian
pemimpin-pemimpin juga akan mempercayainya, padahal
semuanya itu hanya tipuan belaka.

2. Umpan Balik Mengatasi Tipu Muslihat

Kita perlu mempergunakan umpan balik untuk mengatasi kemungkinan adanya
pengelabuan atau kurangnya hikmat sehubungan dengan apa yang sedang kita lakukan, atau
kekurangan-kekurangan dalam hal pelaksanaan rencana kita.

Saya berbicara bertolak dari sejumlah pengalaman dan pemahaman sehubungan dengan
hal ini, selama berada di dalam pekerjaan Tuhan sejak tahun 1947.

Sebagai contoh, saya mengenal seorang pendeta yang mengklaim bahwa dia menerima
sebuah wahyu (pernyataan) yang memimpin dia untuk pergi ke sebuah tempat yang jauh
dan mendirikan sebuah Sekolah Alkitab. Tidak ada rencana mengenai hal itu sama sekali.

Dia bersama temannya mengadakan perjalanan ribuan mil jauhnya ke negara lain, di
mana Tuhan memaksudkan mereka untuk membeli sebidang tanah. Mereka dipimpin oleh
malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan,
bergerak setuju dengan pengarahan subyektif itu.

Pendeta yang memimpin proyek tadi, bersiap-siap untuk meninggalkan jemaat besar
yang dilayaninya, secara menyeluruh dia tunduk
pada visi yang baru diperolehnya itu. Seseorang
bertanya, "Mana perencanaan anda sehubungan
dengan proyek baru itu?"

"Tuhan memimpin saya untuk melakukan hal ini," demikian katanya.

"Barangkali Dia benar memimpin, tetapi Dia tetap menghendaki agar anda punya
perencanaan. Dia mempunyai rencana juga sebelum
meletakkan dasar bumi ini, dan Dia menghendaki andapun punya perencanaan juga. Anda
belum mendefinisikan proyek tersebut. Tuhan tidak
bekerja secara gegabah seperti itu."

Mereka yang menyatakan perhatian dan keprihatinan mereka, ternyata tidak digubris
sama sekali, dan pemimpin-pemimpin itu nampaknya menulikan telinga terhadap nasihat-nasihat
yang bijaksana tadi. Mereka tidak mau menerima masukan-masukan.

Kendatipun saya tidak sampai menghadapi situasi seperti itu, namun saya tahu
mereka mempergunakan ribuan dolar untuk proyek
itu, dan setelah beberapa tahun, Sekolah Alkitab
itu masih belum ada. Ada ketidakberesan dalam cara kerja dari organisasi tersebut. Ada
jurang kredibilitas, yang memerlukan waktu
bertahun- tahun lamanya untuk menjembataninya.
Orang-orang banyak yang merasa dikecewakan, bahkan bertanya-tanya, jangan-jangan mereka
sudah menjadi korban penipuan.

3. Umpan Balik Menjaga Keseimbangan

Mengapa hal-hal sedemikian dapat terjadi? Kerena tidak mencari konfirmasi yang
obyektif, sehubungan dengan apa yang mereka alami
secara subyektif. Tidak ada sasaran. Tidak ada
prioritas. Tidak ada rencana.

Percayalah pada saya, saya tidak menolak adanya komunikasi subyektif dari Allah.
Allah mempergunakan karunia-karunia intuisi yang kita punyai, tetapi hal itu perlu diperkuat
dengan fakta-fakta. Masukan-masukan menunjukkan apakah rencana itu - sejalan atau tidak sejalan
- dengan langkah-langkah sasaran yang dituju.

Jika subyektif dan obyektif itu ternyata seimbang, maka saudara berada dalam
pijakan yang kuat dan aman. Saudara berada didalam rel yang meluruskan arah tujuan dan sasaran
saudara. Tetapi saudara tidak akan dapat menjalankan kereta api hanya dengan satu rel saja;
saudara memerlukan dua rel. Tuntunan yang subyektif dan fakta-fakta yang obyektif perlu
sejajar, dan kedua-duanya membutuhkan konfirmasi timbal-balik. Bilamana hal itu
diperhatikan dengan seksama, maka hasilnya pun pasti baik.

Pencapaian yang berhasil, memerlukan perencanaan yang cermat. Hal itu memerlukan
kerja keras, pemikiran dan perencanaan yang praktis. Jika saudara tidak memiliki karunia
administrasi untuk mengendalikannya, ambillah
seseorang yang memilikinya untuk menolong saudara.

Tidak peduli apa yang Tuhan berikan kepada saudara baik dalam hal visi dan sasaran,
seseorang harus merencanakan untuk pelaksanaan dalam cara yang teratur, logis, langkah
demi langkah, sehingga visi dan sasaran itu dapat
diwujudkan.

Jika saudara tidak mengikuti prinsip-prinsip ini, saya dapat memastikan pada saudara
bahwa kegagalan dan kekecewaan akan saudara alami sehubungan dengan apa saja yang saudara
coba untuk melakukannya.

Di dalam taraf pelaksanaan, jangan melihat rencana saudara dalam bentuknya yang
konkrit. Sesudah saudara membuat rencana,
ijinkanlah fakta-fakta dan pengetahuan yang saudara
temukan selama proses pelaksanaan itu memodifikasi rencana saudara.

Jangan praktekkan teologi konkrit (semua tercampur dan ditetapkan, sehingga kaku
dan harga mati). Buatlah rencana saudara itu fleksibel (lentur), sehingga dapat dimodifikasi,
sementara proses pelaksanaan menunjukkan mana yang perlu diubah, ditambah, disesuaikan
dan lain sebagainya.

C. EVALUASI - SANGAT PENTING

1. Menunjukkan Kepada Kita Apakah Tujuan Tersebut Tercapai

Sesudah saudara melaksanakan dan menyelesaikan rencana saudara, saudara perlu
untuk selalu mengadakan evaluasi. Apakah sasaran
itu telah dicapai? Apakah kita telah menyelesaikan tujuan-tujuan kita? Sudahkah visi itu pada
akhirnya direalisasikan? Ataukah mungkin kita menghadapi hambatan-hambatan dari
musuh, atau hambatan-hambatan akibat kesombongan dan kebandelan kita?

Salah satu hal yang paling tidak menyenangkan dalam 20 tahun terakhir ini adalah
evaluasi dari pelayanan seorang utusan Injil. Pada
umumnya para utusan Injil (misionari), tidak mau
dievaluasi. "Beri saja saya ijin untuk pergi ke
Afrika dan memuliakan Allah, Saudara, dan jangan ganggu saya dengan segala macam
pertanyaan." Nampaknya itulah sikap yang seringkali
ditampilkan.

Jika saudara mulai menilai para utusan Injil dengan kriteria yang obyektif, saudara
dapat membuat evaluasi secara kasar. "Apa yang
sudah saudara capai di Afrika, selama dua puluh tahun memuliakan Allah? Apa yang sudah
terjadi selama tahun-tahun tersebut? Mana buah-buahnya? Dapatkah saudara memberikan
ringkasan sehubungan dengan hasil-hasil yang
dapat diukur?"

Saya tidak maksudkan bahwa team yang mengadakan evaluasi harus terdiri dari
orang-orang yang keras dan kritis, bagaikan
jendral-jendral dalam kemiliteran. Team evaluasi kita
tidak akan masuk ke dalam bidang pelayanan misi yang dinilai, tanpa memahami
permasalahan, ataupun penderitaan yang dialami di dalam
kehidupan utusan Injil dan karirnya, dengan maksud untuk mencabik-cabiknya. Tidak dengan
cara demikian.

Team evaluasi itu jelas peka terhadap situasi di berbagai negara. Jika mereka menjumpai
seorang utusan Injil yang hanya memenangkan beberapa jiwa untuk Tuhan di tengah-tengah
situasi yang sangat sulit dan menekan, mereka akan menyatakan penghargaan mereka
untuk apa yang telah dicapainya. Kami sebagai team evaluasi, senang dan memuji Tuhan, untuk
utusan Injil yang produktif.

2. Menunjukkan Kepada Kita Apakah Usaha Tersebut Memuaskan

Tetapi banyak usaha-usaha misi yang tidak dapat dibenarkan berdasarkan atas apa yang
sudah dicapai, bilamana mempertimbangkan tenaga, sumber daya, waktu, orang yang
dipekerjakan, dan pembiayaan. Itulah sebabnya,
mengapa evaluasi sangat diperlukan. Bilamana
tidak ada evaluasi, ada kecenderungan untuk menyalah gunakan dan ketidak mampuan
cenderung berkembang.

a. Menghabiskan Waktu dan Uang. Di salah satu bagian dunia, seorang utusan Injil
sudah berada di situ selama lima tahun dan
menggunakan dana sebesar Rp. 400. 000.000,-
sebelum team evaluasi dikirim untuk melihat apa
yang dilakukannya. Tempatnya di pedalaman, sekitar satu jam perjalanan dengan perahu motor.
Untuk mempercepat waktu, pada akhirnya team
penilai memutuskan untuk naik pesawat dan mendarat di suatu bangunan yang luas dari beton.

Di tengah-tengah rimba itu, utusan Injil ini merencanakan untuk "mendirikan sekolah
Alkitab, untuk melatih orang-orang menginjili penduduk asli." Masalahnya adalah, desa yang
terdekat dari tempatnya itu sekitar satu jam
perjalanan dengan perahu motor.

Bahkan desa yang terdekat ini hanya berpenduduk sekitar 2.700 orang, miskin dan
buta huruf. Mereka adalah orang-orang Indian. Jika saja letaknya di tengah-tengah desa itu,
masih agak dapat dimengerti. Tetapi letak dari
Sekolah Alkitab yang direncanakan oleh utusan Injil
ini terpencil dari daerah-daerah terdekat yang dihuni manusia, dan bermil-mil jauhnya untuk
dapat berkomunikasi dengan dunia luar.

Seluruh daerah masih lenggang dan tidak ada penduduknya sama sekali, sehingga
bilamana saudara mempergunakan pesawat dan melayang-layang di atasnya, saudara akan dapat
menentukan tempat-tempat mana yang dihuni oleh orang-orang untuk dapat diinjili. Dan
ternyata tidak banyak.

Untuk mendirikan bangunan beton, utusan Injil ini sudah menghabiskan sebanyak
Rp. 400.000.000,- selama lima tahun. Mahalnya ongkos membawa bahan-bahan bangunan
melalui sungai ke lokasi itu, dan pekerja-pekerja
yang didatangkan dari Amerika, menyebabkan meningkatnya jumlah anggaran melampaui
yang sudah ditentukan sebelumnya.

Apa yang sudah ditunjukkan oleh utusan Injil ini untuk uang sejumlah Rp.
400.000.000,- dan selama lima tahun berada di sana? Dia
belum memulai satu kelaspun, dia juga belum mempunyai satu murid pun yang mendaftar,
dan dia berada di sana dengan sebuah bangunan kecil.

Ada banyak pencari dana yang mondar-mandir di Amerika Serikat menunjukkan
film mengenai utusan Injil yang hebat dan luar
biasa ini, yang mengadakan petualangan di rimba belantara. Mereka mengatakan, "Puji Tuhan,
kami akan menginjili yang terhilang dan memenangkan mereka bagi Yesus! Kami sedang
mendirikan Sekolah Alkitab! Bukankah ini sesuatu
yang indah? Perhatikan saja betapa indah dan
mentakjubkan pemandangan di sekitar hutan rimba
itu! Lihatlah kera-kera, burung-burung parkit dan betet itu - LUAR BIASA!

Saudara perlu mempertimbangkan gambaran itu secara menyeluruh. Orang-orang
Indian lokal tersebut tidak dapat membaca, jadi
kalau bermaksud melatih mereka ke Sekolah Alkitab, dari mana saudara akan mulai melatih
mereka? Dengan pertama-tama mengadakan waktu sekitar lima sampai sepuluh tahun untuk
mengajar mereka membaca? Lalu kapan saudara akan
mulai mengajar mereka membaca? Lalu kapan saudara akan mulai mengajar kepada mereka
Alkitab ? Orang-orang tersebut belum dapat
menghitung dua tambah dua.

Apakah tidak lebih masuk akal untuk mendapatkan orang-orang yang sudah tahu
membaca dan menulis, dan melatih mereka untuk
pergi dan bersaksi kepada orang-orang di desa-desa tersebut? Ini adalah hal-hal yang perlu
sekali untuk saudara pertimbangkan di dalam
pekerjaan pengutusan Injil dan di dalam
mengevaluasi usaha-usaha pelayanan Injil.

Ada masalah-masalah khusus dengan bertempat tinggal di daerah-daerah yang masih
primitif, di tengah-tengah hutan rimba itu, tidak ada listrik, tidak ada sumber mata air yang
bersih. Pasangan utusan Injil ini harus merebus
terlebih dahulu air untuk persediaan minum mereka. Mereka harus pergi ke sungai untuk
mandi. Mereka senantiasa waspada terhadap
lintah-lintah hutan dari berbagai jenis. Dan mereka
juga mencoba untuk membesarkan dan mendidik anak-anak mereka di tengah-tengah
keadaan yang sedemikian itu.

Lalu kapan mereka punya waktu untuk mengelola sebuah Sekolah Alkitab? Jika mau
jujur dan apa adanya, mereka tidak punya cukup waktu. Untuk mengurusi diri mereka sendiri,
diperlukan waktu sekitar delapan sampai sembilan jam setiap harinya. Lebih dari itu, ini bukan
hal yang semestinya terjadi di ladang pelayanan misi.

Biar bagaimanapun, utusan Injil ini orang yang baik, dan seandainya dia adalah
anggota gereja saudara, saudara akan menyukai
mereka juga. Tetapi selama proses evaluasi melalui
wawancara, ketika dia diperhadapkan pada kenyataan-kenyataan yang tidak logis, sehubungan
dengan situasi di mana dia berada, pada akhirnya dia mengaku, "Saudara, tanah ini satu hari
kelak akan ada gunanya. Saya punya sekitar dua
ratus hektar dan sedang membangun semua ini demi masa depan anak-anak saya, dan mereka
yang akan memilikinya nanti."

Team evaluasi itu sangat terkejut, hampir-hampir tidak percaya dengan apa yang
mereka dengar. Untuk tempat tinggal anak-anak mereka? Dia menghimbau semua orang di
seluruh Amerika Utara, mencari dana dari mereka
untuk mendirikan sebuah Sekolah Alkitab di tengah-tengah hutan rimba, yang barangkali tidak
akan sampai bernilai dua dolar atau Rp.4.000,- per hektar pada waktu Tuhan datang.

Karena motivasinya salah, keliru, dia dikuasai oleh khayalan bahwa tanah hutan rimba
itu nantinya akan bernilai ratusan ribu rupiah perhektarnya. Dengan demikian dia dapat
meninggalkan warisan dan tempat tinggal bagi anak-anaknya.

Dia sudah menyia-nyiakan waktu banyak selama bertahun-tahun dan nampaknya dia
berketetapan untuk terus melangkah dalam pemborosan dan kesia-siaan lebih lanjut.
Orang-orang di Amerika Utara sungguh sangat tertipu
dalam hal memberi sumbangan dana terus menerus kepadanya, sampai pada jumlah sekitar
Rp. 80.000.000,- per tahunnya.

Sangat diperlukan perencanaan yang sehat. Adanya visi yang hebat yang dikatakan oleh
seorang sebagai yang diperolehnya dari Allah, perlu dievaluasi oleh team evaluasi secara obyektif.

Bila tidak, apa yang kita punyai? Kita punya sebuah Tabernakel (kemah pertemuan)
dengan 2000 tempat duduk, dengan atap yang rata
yang dibangun di daerah yang bersalju dan akhirnya runtuh berantakan pada waktu musim salju.
Kita sudah mengadakan perjalanan sejauh ribuan mil untuk menginjili kepulauan Caribea yang
ternyata tidak berpenduduk. Kita punya sekolah Alkitab yang bernilai ratusan juta rupiah di
tengah-tengah hutan belantara, namun tanpa ada
satu murid pun.

D. Bagaimana Kita Dapat Memantapkan Proyek-Proyek
Yang Layak

Untuk menjaga dan menghindarkan proyek-proyek yang menipu, sungguh sangat sulit.

Di dalam 1 Tesalonika 5:12, Paulus berkata, "Kami minta kepadamu, saudara-saudara,
supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu."
Itulah yang merupakan satu-satunya perlindungan nyata yang
saudara miliki. Hal itu akan menolong di lingkungan
persekutuan yang dikenal, di mana setiap pribadi secara teratur dievaluasi oleh yang lain-lain,
dan di mana setiap orang mengetahui apa yang sedang terjadi.

Salah satu contoh yang baik sehubungan dengan hal ini adalah di dalam Keluaran Pasal
25, ketika Allah memberikan kepada Musa, visi mengenai Tabernakel, Proyek ini memerlukan
penyerahan sejumlah ratusan milyard rupiah dalam bentuk emas, perak, batu-batuan permata
dan bahan-bahan lainnya.

Bagi rakyat Israel, tidak ada masalah untuk komitmen mereka dengan memberikan
persembahan kasih yang besar nilainya itu, karena
ada bukti yang nyata dan jelas bahwa Musa mendengar dari Tuhan, berdasarkan pada iman
yang dimilikinya yang telah terbukti dan
hasil-hasil yang telah dicapainya.

Tetapi jika Musa mencoba melakukan hal itu ketika dia masih bersama dengan
bangsanya di Mesir, dia tidak akan berhasil. Atau, jika
dia bergabung dengan mereka sebagai orang asing di padang gurun, mereka tidak akan
mendengarkan usul itu. Dia sudah bersama dengan mereka selama bertahun-tahun dan dia
mempunyai sejarah kredibilitas.

Kedua, Musa mengajukan sebuah rencana yang komplit. Rencana yang dapat diukur,
dijangkau, dan dikomunikasikan, bisa dilihat dan didefinisikan dalam wujud sasaran atau
langkah-langkah tindakan. Bilamana seseorang
meminta kepada saudara untuk terlibat dalam suatu
proyek atau menyumbangkan sejumlah uang untuk proyek itu, jangan takut untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Jika mereka tidak dapat memberikan jawaban-jawaban yang jelas
sehubungan dengan sasaran dan rencana-rencana mereka, saudara punya alasan yang baik
untuk tidak memberikan dukungan saudara.

E. Penutup

Ada prinsip-prinsip Alkitab untuk suatu pencapaian. Seseorang mengatakan, "Bila
sebagai tambahan saja, Allah akan berkati, tetapi
bila sebagai pengganti, Allah akan kutuki."
Maksudnya, jika saudara mencoba prinsip-prinsip
ini sebagai ganti untuk dedikasi, doa, pengudusan, ketulusan dan prinsip-prinsip rohani
lainnya, maka hal-hal itu justru akan menjadi kutuk
bagi saudara.

Tetapi jika semuanya itu untuk suatu tambahan, alat/sarana yang saudara pergunakan
untuk memajukan kerajaan Allah, saya merasa positif bahwa hal-hal itu akan menjadi berkat.

Kiranya saudara mempunyai lebih banyak tuaian untuk dipersembahkan di bawah
kaki Yesus pada waktu Dia datang kembali.

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
pertumbuhan_gereja.htm152.15 KB

Komentar