Keunikan dan Keangkuhan

BAB XII

KEUNIKAN DAN KEANGKUHAN

Kita telah menegaskan berulang-ulang bahwa salah satu harapan manusia untuk selamat adalah percaya pada Kristus. Tetapi saat ini penegasan ini sudah tidak populer lagi. Dalam bab ini dan bab berikutnya, kita akan membahas dua tujuan dari pemberitaan kita mengenai keunikan Kekristenan. Pertama, semacam tuntutan untuk merenungkan sikap keangkuhan. Kedua, tuntutan ini dihubungkan dengan penaklukan kekuasaan Imperialis yang digunakan untuk memaksa orang dan memenangkan orang ke suatu agama tertentu yang dalam prosesnya nanti dinamakan proselitisme.

Banyak orang saat ini mengatakan bahwa Kekristenan menuntut keunikan yang bertentangan dengan sikap kerendahan hati yang ditunjukan orang Kristen. Mereka berkata keangkuhanlah yang menyebabkan kita berpegangan bahwa jalan kita merupakan satu-satunya jalan dan bahwa orang lain harus meninggalkan jalannya untuk bergabung dengan kita. Apakah demikian? Di bawah ini kita akan memberikan empat alasan yang menunjukkan bahwa penginjilan Alkitabiah adalah bertentangan dengan keangkuhan ini, meskipun hal ini menegakkan tuntutan kekuasaan dan kemutlakan mengenai Injil.

TELADAN KRISTUS

Kita mulai dengan teladan Kristus, karena dialah yang kita beritakan. Yesus Kristus merupakan contoh pelayanan kita. Dia merupakan satu- satunya orang yang menyuruh kita pergi dan memberitakan Injil. Pelayanan-Nya penuh kekuatan dan kekuasaan (Matius 7:29). Dia memanggil orang untuk mengabaikan segala sesuatu yang menghalangi mereka dan mengikut Dia (Lukas 18:22). Murid-murid-Nya yang tadinya adalah nelayan juga melakukan hal yang sama, mereka meninggalkan jalannya dan mengikut Dia (Markus 1:16-20).

Namun hidup Kristus juga ditunjukkan melalui kerendahan hati-Nya. Dia berkata bahwa Dia "datang bukan untuk dilayani tapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Matius 20:28; Markus 10:45). Pada jamuan makan malam terakhir, terjadi pertengkaran di antara murid-murid Yesus, mengenai siapakah yang dianggap terbesar diantara mereka. Yesus berkata pada mereka, "Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan" (Matius 22:34; 27). Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubahnya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkan pada pinggangnya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggangnya itu (Yohanes 13:3-12)

Petrus menolak menerima pelayanan semacam itu dari Sang Mesias. Petrus menggambarkan sikapnya terhadap Kristus sama seperti sikapnya pada orang-orang seumur Kristus. Mereka tidak boleh menyatukan kerendahan hati-Nya dengan kekuasaan-Nya. Jika Dia Mesias, Dia seharusnya menjadi seorang raja. Dan seorang raja tidak bisa menjadi pelayan.

Kritik yang sama tentang penginjilan adalah membuat kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh orang-orang pada jaman Kristus. Kritikan dari Yesus menyebutkan karena Dia datang sebagai hamba, maka Dia tidak memiliki kekuasaan. Kritik penginjilan mengatakan bahwa para penginjil berbicara dengan penuh kekuasaan sehingga mereka tidak bisa direndahkan. Kristus menunjukkan bahwa kekuasaan dan kerendahan hati dapat ditunjukkan dengan harmonis.

Yesus menegaskan bahwa, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" (Matius 28:18), ini merupakan suatu pernyataan mengenai kekuasaan yang mutlak. Kemudian Dia berkata kepada murid- murid-Nya, "Karena itu pergilah, dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku (Matius 28:19). Dari kedudukan Kristus yang penuh kuasa, Dia menugaskan murid-murid-Nya untuk bergerak dalam bidang penginjilan. Kemudian Dia berkata, "Ketahuilah, Aku selalu menyertai kamu senantiasa" (28:20). Dia senantiasa menyertai kita sebagai kekuatan, pemberi rasa aman, dan guru. Ketika kita melakukan karya penginjilan kita tidak hanya pergi di bawah tugas-Nya, tetapi kita juga mengikuti Dia. Akhirnya Dia adalah seorang hamba yang berkata, "Belajarlah pada- Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati" (Matius 11:29). Sehingga jika kita mengikuti Kristus, kita juga harus rendah hati. Tetapi kita juga harus memberitakan Injil dengan berani, dengan kuasa Dia sebagai Tuhan di atas segala bangsa.

Paulus menunjukkan kombinasi antara kekuasaan dan kerendahan hati dengan baik. "Sebab bukan dari kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Korintus 4:5). Paulus cukup rendah hati untuk memberitakan pada orang-orang Korintus, yang beberapa orang diantaranya memberontak melawan dia, bahwa dia adalah pelayan atau budak mereka. Dia membuat pernyataan yang hampir sama di Efesus: "Kepadaku yang paling hina diantara segala orang Kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus yang tidak terduga itu" (Efesus 3:5).

SIFAT PESAN YANG DISAMPAIKAN

Sebagaimana teladan Kristus yang membuat kesombongan bertentangan dengan penginjilan Alkitabiah, maka begitu juga Injil yang kita beritakan. Injil memiliki dasar kebesaran dan kekudusan Allah. Hal ini mengatakan betapa Tuhan berada jauh di atas kita. Melalui Alkitab kita menyatakan bahwa karena dosa kita telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Sampai akhirnya kita putus asa pada kemampuan kita untuk menyelamatkan diri, Injil akan tidak berdampak atas kita. Itulah sebabnya mengapa Yesus berkata, "sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan Sorga" (Matius 18:3). Injil menunjukkan pada kita mengenai kebenaran Tuhan dan diri kita yang harus membuat kita menjadi rendah hati. Namun seirig dengan kerendahan hati ini, orang Kristen juga memiliki jaminan kuat akan keselamatan dirinya, tetapi bukan karena kebaikan lain dalam dirinya. Ini disebabkan karena dia memiliki keputusasaan atas usahanya untuk menyelamatkan dirinya dan mempercayakannya pada karya penyelamatan Kristus.

Ketika seseorang bertanya pada Mahatma Gandhi mengenai pendapatnya tentang E. Stanley Jones, Gandi menjawab, "dia seorang yang baik, tetapi ia terlalu membanggakan agamanya." Ketika Stanley Jones mendengar hal ini, dia berkata bahwa Gandi benar, menurut pendiriannya. Menurut Gandi, keselamatan adalah akibat dari kerja keras. Memperoleh keselamatan adalah sesulit mengosongkan air dari laut dengan tangan seseorang. Jones berkata bahwa seseorang yang memiliki jaminan keselamatan dapat berbangga karena hal itu. Tetapi orang Kristen tidak boleh berbangga karena dirinya sendiri, tahu bahwa keselamatannya merupakan anugerah Tuhan dan bukan usahanya sendiri. Gandi tidak pernah bisa menerima doktrin orang Kristen mengenai keselamatan karena anugerah, sehingga dia hanya bisa menghormati kepercayaan orang Kristen mengenai keselamatannya sebagai suatu kesombongan.

Alkitab tidak hanya memimpin kita untuk merasa tidak layak dengan kemampuan kita tetapi juga memberikan rasa syukur yang sangat besar dalam diri kita. Ketika kita menyadari semua yang telah Kristus lakukan dalam diri kita, disamping ketidakpantasan kita, hati kita dipenuhi luapan terima kasih pada Tuhan. Rasa syukur dan kesombongan tidak mungkin terjadi bersamaan. Rasa syukur menunjukkan pada kita bahwa kita adalah penerima. Ini menunjukkan ketidaklayakan kita. Kesombongan akan membuat seseorang mengira bahwa dia pantas memperoleh keselamatan.

Rasa syukur juga mendorong kita memberitakan Injil dengan berani. Kita ingin orang lain juga merasakan hal besar yang telah Tuhan lakukan pada kita. Kebenaran ini diilustrasikan dengan indahnya melalui suatu kisah yang diceritakan guru saya, Dr. J.T. Seamands, dimana rasa kasih diberikan pada anak laki-laki yang berkaki bengkok. Dia tinggal di sebuah kota kecil dengan ibunya yang sudah janda. Karena kecacatannya dia tidak dapat berjalan secara normal. Pada suatu hari seorang pengusaha yang merupakan sahabat dari keluarga ini, menjenguk mereka dan mengatakan bahwa ada dokter di London yang selalu berhasil mengoperasi anak-anak muda yang kakinya bengkok. "Jika engkau memberikan ijin," kata sahabatnya, "saya akan membawa anak laki-lakimu ke London dan melihat apa yang dokter bisa lakukan baginya. Saya akan menanggung semua biayanya." Ibunya dengan rasa terima kasih menerima permintaan tersebut.

Anak laki-laki itupun akhirnya dibawa ke London. Operasi berjalan dengan sukses. Pengusaha itu menyimpan informasi pada ibunya mengenai kemajuan anak laki-lakinya. Akhirnya Ibu tersebut mendapat telegram yang mengatakan bahwa anak laki-lakinya dan pengusaha akan kembali ke kotanya dengan kereta.

Ibu tersebut tidak mempercayai matanya ketika dia melihat anaknya berjalan menghampirinya. Dia memegang tangan ibunya, "Ibu, saya akan..." dan dia hanya mampu mengatakan hal itu. Ibunya menghentikan kata-katanya dan berkata, "anakku, jangan mengatakan apa pun. Hanya larilah naik dan turun dari peron biar ibu tahu bagaimana kamu dapat melakukannya."

Dia berlari naik dan turun dari peron satu atau dua kali, lalu menghampiri ibunya lagi dan mulai untuk berkata-kata. Tetapi lagi-lagi ibunya memotong kata-katanya dan meminta dia berlari naik dan turun peron lagi. Akhirnya, ibunya merasa puas dan anak tersebut dapat berkata apa yang ingin dia katakan, " Ibu.., saya tidak akan pernah puas sampai ibu bertemu sendiri dengan dokter di London. Dia seorang laki-laki yang luar biasa di dunia."{1}

Penginjilan adalah sama seperti kejadian di atas. Penginjilan merupakan ungkapan syukur seseorang yang dibagikan pada orang lain mengenai apa yang telah Kristus lakukan bagi dirinya dan Kristus bisa melakukan pada orang lain juga. Seperti yang dikatakan D.T. Niles, "Penginjilan seperti seorang pengemis yang memberi tahu pengemis lain di mana mereka dapat menemukan roti."

Kita tahu tanpa ragu sedikit pun bahwa orang perlu bertobat lebih dari apa pun di dunia ini. Seorang wanita muda di Amerika Latin mendatangi Stanley Jones pada suatu pertemuan yang tertutup dan berkata, "Anda hidup penuh bahagia dengan Kristus; sekarang tunjukkan padaku bagaimana berbahagia tanpa Kristus." Jones menjawab, "Maafkan saya, tapi saya tidak tahu bagaimana berbahagia tanpa Kristus. Dapatkah kereta api berbahagia tanpa relnya, mata tanpa sinar, paru- paru tanpa udara, hati tanpa cinta?"

Jones berkata, "manusia diciptakan untuk bertobat. Seperti bebek diciptakan untuk air, burung diciptakan untuk mengisi udara, hati diciptakan untuk kasih, alam diciptakan untuk keindahan. Ketika Anda bertobat Anda menemukan Kristus, Anda menemukan diri Anda sendiri, Anda menemukan Tanah Air Anda."{2} Ini merupakan tuntutan yang berani mengenai Injil. Tetapi sifat dasar Injil menuntut keberanian semacam ini. Melalui Injil, diberitakan bahwa harapan manusia pada keselamatan hanya dari Tuhan Yesus.

SIFAT PELAYANAN KEKRISTENAN

Alasan ketiga yang membuat penginjilan diberitakan dengan berani adalah menentang adanya kesombongan dalam pelayanan sebagai penginjil. Pelayanan kita adalah hadiah bagi kita dari Allah. Seperti halnya keselamatan kita ini merupakan sesuatu yang tidak layak kita terima. Paulus berkata, "Oleh karena kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini" (2 Korintus 4:1). Kata kemurahan menunjukkan ketidakmampuan kita. Apa pun keberhasilan kita ini dikarenakan anugerah Allah, dan bukan kemampuan kita sendiri. Sehingga kita tidak memiliki tempat bagi bertumbuhnya kesombongan dalam pelayanan penginjilan kita.

Karena penginjilan adalah pelayanan Kristus maka kita berani memberitakannya. Paulus berkata bahwa dia memiliki keyakinan yang besar mengenai pelayanannya pada Allah karena Kristus (2 Korintus 3:4). Tetapi dia segera menambahkan, "Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah" (2 Korintus 3:5). Ada keberanian tapi bukan kebanggaan.

Apakah yang terjadi kemudian jika banyak penginjil yang kurang rendah hati? Kita seringkali menemukan penginjil yang individualis, mudah sakit hati dan sedih karena cara orang lain memperlakukan mereka. Mereka mendorong namanya ke depan, kadang-kadang tidak sepenuhnya dengan jujur. Kotbah yang disampaikannya untuk menaikkan harga dirinya sendiri dan reputasinya. Mereka bekerja keras bagi pujian manusia.

Beberapa dari penginjil ini kurang rendah hati, tetapi tampaknya menghasilkan pelayanan yang berbuah. Bagaimana itu bisa terjadi? Kemungkinan disebabkan ada talenta khusus dari Tuhan yang mereka gunakan, meskipun caranya tidak dapat dibenarkan. Tetapi yang lebih mungkin lagi, mereka dipakai sebab Injil yang mereka kabarkan sungguh berkuasa sehingga meskipun orang yang memberitakan tidak layak, tapi pesannya sendiri memiliki kuasa. Seorang dokter Kristen pernah berkata kepada saya, "Saya bertobat melalui penipuan yang berkedok pelayanan." Tujuan yang ingin disampaikannya adalah adanya kuasa Injil yang seringkali mengesampingkan kebiasaan buruk dari penginjilnya.

Namun, contoh buruk mengenai penginjil yang sombong ini dapat merusakkan penyebab orang datang pada Kristus. Mereka memberikan amunisi bagi kritik penginjilan. Hal ini mempersulit orang yang sungguh-sungguh mengharapkan Kristus. Kehidupan dari orang sombong yang memberitakan Injil, pada dasarnya mereka tidak memiliki Injil sama sekali dalam hidupnya.

Apakah kelegaan dan sukacita, ini adalah mengatakan bahwa penginjil besar yang benar merupakan orang yang rendah hati. Saya berpikir mengenai Leighton Ford, Robert Coleman, J.T. Seamands, John Stott, Victor Manogarom, dan Samuel Mendis yang dari Sri Langka. Kesan yang mereka tinggalkan bagi saya bukanlah pemberian mereka yang nyata tetapi kerendahan hati mereka. Pengakuan semacam ini juga telah dicatat oleh penginjil terbesar, Billy Graham.

Sesungguhnya, Paulus memberikan contoh mengenai roh kerendahan hati ini. Kita mengetahui kepribadiannya yang kuat, bagaimana dia dengan berani melawan ajaran sesat yang sudah sangat parah. Penasehat modern mengenai toleransi dipermalukan oleh cara dia mendesak pada kesetiaan pada Injil yang diberitakan. Mereka berharap ayat-ayat seperti Galatia 1:8 tidak ditemukan di Alkitab. Di sana Paulus berkata, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari Sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan yang telah kamu terima, terkutuklah dia."

Tetapi perhatikan bagaimana Paulus menanggapi ketika beberapa penginjil kurang dapat dihormati "karena kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara" (Filipi 1:17). Dia tidak berapi-api seperti yang dia lakukan ketika Injil direndahkan. Dia berkata, "Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimana pun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersuka cita" (Filipi 1:18). Paulus bersukacita ketika namanya difitnah sebab yang membuat dia terlibat dalam pelayanan bukanlah perlindungan namanya tetapi anugerah Allah. Dan Tuhan Allah dipermuliakan ketika Injil diberitakan, suatu kenyataan yang mengalahkan ketidakpuasannya akan fitnahan terhadap namanya.

SIFAT PERNYATAAN ORANG KRISTEN

Alasan keempat mengapa kuasa dalam penginjilan dan kerendahan hati secara terus menerus terletak dalam sifat pernyataan orang Kristen. Alkitab mengatakan bahwa Allah telah berfirman dengan penuh kekuasaan dan lengkap di dalam Kristus (Ibrani 1:1-4). Kristus menyatakan bahwa Dia adalah jalan dan kebenaran dan hidup, dan tidak seorangpun datang pada Allah bila tidak melalui Dia (Yohanes 14:6). Stephen Neils menunjukkan bahwa ini "tidak berarti bahwa Yesus mengatakan ide yang baik dan benar". Neils berkata, "Ini berarti bahwa dalam Yesus keseluruhan struktur, dalam banyak kenyataan, dari dunia adalah untuk pertama dan selamanya diperlihatkan." {3}

Salah satu dampak dari pengakuan orang Kristen mengenai pernyataan yang mutlak dan lengkap adalah bahwa hal ini mengadili kitab suci agama lain. Hal ini berarti menyingkirkan kitab-kitab suci tersebut dari posisi keunikan yang diberikan Alkitab mengenai Yesus Kristus. Kitab-kitab suci tersebt mungkin berisi kebenaran. Tetapi Kristus adalah kebenaran. Ada beberapa orang yang berpandangan "lebih luas" mengenai pernyataan yang menempatkan Kitab Suci non-Kristen pada tingkat yang sama dengan Alkitab Kristen. Mereka berkata bahwa merupakan kesombongan bila mengatakan Alkitab orang Kristen mutlak dan unik. Dengan hormat, saya ingin menempatkan pandangan yang berbeda, bahwa kesombongan yang sesungguhnya adalah untuk menciptakan manusia agar menolak untuk menerima dengan rendah hati apa yang yang telah difirmankan Allah Pencipta mengenai kemutlakan dan keunikan Injil dari Kristus.

Penginjil memberitakan pesan-Nya dengan penuh kekuasaan sebab karena keyakinannya dalam hikmat Allah yang dinyatakan di Alkitab. Tetapi dia melakukan dengan penuh rendah hati, sebab dia tahu bahwa pesan yang disampaikannya bukan dari hikmat manusia tetapi dari hikmat Allah.

Inilah empat alasan mengapa penginjilan yang Alkitabiah dipertentangkan dengan kesombongan. Kristus yang menjadi teladan kita, Injil yang kita beritakan, sifat pelayanan kita, pelayanan yang kita lakukan, dan pernyataan Allah yang dinyatakan pada kita, semua mendorong kita pada sesuatu yang disebut Hendrik Kraemer sebagai "kombinasi yang tepat dari keberanian dan kerendahan hati dalam sikap kita pada orang-orang yang berbeda iman".

CATATAN:

1. J.T. Seamands, "The Supreme Task of the Church" (Grand Rapids: Eerdmans, 1964), hal. 78ff.

2. E. Stanley Jones, "A Song of Ascents" (Nashville: Abingdon Press, 1968), hal. 32.

3. Stephen Neill, "Crises of Belief" (London: Hodder & Stoughton, 1984), hal. 32.

4. Hendrik Kraemer, "The Christian Message in a Non-Christian World" (1938; reprint, Grand Rapids: Kregel Publications, 1969), hal. 128.

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 
AttachmentSize
atitude12.txt18 KB
atitude12.htm19 KB

Komentar