Pengorbanan Seorang Pemimpin Kristen

Pengorbanan diri adalah menyerahkan preferensi Anda yang mapan dan Anda inginkan demi preferensi Allah yang mapan. Seorang pemimpin yang memiliki ciri seperti ini secara umum memahami konsep tentang menjadi seorang hamba Allah. Roma 6:22 mengatakannya dengan demikian:

"Akan tetapi, sekarang kamu sudah dibebaskan dari dosa dan telah menjadi budak Allah, sehingga sekarang hidupmu akan menuju kepada pengudusan, dan akhirnya adalah hidup yang kekal." (AYT)

Gambar: Kerja Tim

Menjadi hamba Allah bukanlah sesuatu yang negatif, melainkan membebaskan. Saya tahu hal itu terdengar gila, tetapi ketika Anda melihat ke alternatif yang lain, hal ini adalah kebebasan yang luar biasa. Jika Anda telah mengikut Kristus cukup lama, Anda mungkin tidak ingat bagaimana rasanya menjadi seorang hamba dosa. Menjadi seorang hamba dosa merupakan penyakit mematikan yang pada akhirnya menuntun kepada kekekalan yang terpisah dari Kristus. Itulah alternatifnya. Tidak terlalu baik. Akan tetapi, berita baiknya adalah bahwa menjadi seorang hamba Allah menawarkan begitu banyak dan membutuhkan begitu banyak hal lagi. Saya senang mengibaratkan seorang hamba Allah sebagai seseorang yang menyerahkan preferensinya yang mapan dan dia inginkan demi preferensi Allah yang mapan. Kenyataannya, seorang pengikut Kristus seharusnya menjadi semakin dan semakin seperti Kristus, dan seharusnya mengorbankan apa pun untuk mengikut-Nya. Bagaimanakah hal ini diterapkan dalam kepemimpinan? Seorang pemimpin yang juga merupakan seorang pengikut Kristus seharusnya menunjukkan roh yang berkorban ketika ia memimpin. Berikut ini adalah beberapa pemikiran tentang kepemimpinan yang berkorban.

Pemimpin Mengorbankan Waktu Mereka

Pertama-tama, seorang pemimpin mengorbankan waktu mereka. Mereka menyerahkan waktu mereka dalam sehari untuk berinvestasi dalam tim mereka. Tidak ada kekuatan seorang pemimpin yang lebih kuat daripada timnya. Ketika seorang pemimpin gagal berinvestasi dengan cara ini, tim mereka akan gagal mendapatkan identitas tunggal. Dengan kata lain, semakin sedikit waktu yang dihabiskan seorang pemimpin bersama dengan timnya, semakin kecil kemungkinan tim tersebut untuk memiliki identitas yang diharapkan dari pemimpin tersebut. Meskipun terdapat banyak tugas penting yang harus dikerjakan oleh seorang pemimpin, salah satu tugas yang paling berharga dan paling bertahan lama adalah untuk menghabiskan waktu mengenal dan menumbuhkan tim kepemimpinan mereka. Kepemimpinan semacam ini dapat memberikan dampak secara langsung. Tidak ada kekuatan seorang pemimpin yang lebih besar daripada tim mereka.

Akan tetapi, pengorbanan semacam ini bisa menjadi salah ketika seorang pemimpin menggantikan waktu mereka bersama dengan keluarga demi sesuatu yang mereka kira memiliki nilai yang lebih berharga ... pekerjaan mereka. Ini merupakan cara yang salah untuk berkorban. Pete Wilson, dalam bukunya yang berjudul Empty Promises (Janji-Janji Kosong - Red.), mengatakan bahwa nilai yang salah ditempatkan ini sering kali merupakan hasil dari rayuan prestasi. Dia melanjutkan dengan berkata, "Allah menciptakan 'umat manusia', bukan 'perbuatan manusia'" (Wilson, 2012, h. 30). Ketika saya membacanya, kalimat itu benar-benar menyentuh saya dengan cara yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Seorang pemimpin tidak seharusnya mendapati identitas mereka dalam apa yang mereka kerjakan atau apa yang mampu mereka kerjakan, tetapi seharusnya mereka mengerti identitas mereka karena siapa diri mereka dalam Kristus. Seorang pemimpin tidak seharusnya mengorbankan waktu yang berharga bersama keluarga mereka demi organisasi. Ketika mereka melakukannya, mereka menjadi termakan oleh pekerjaan dan terpisah dari beberapa relasi yang paling penting ... pasangan mereka, anak-anak, anjing peliharaan, kucing peliharaan, dan para anggota keluarga mereka yang lain. Saya tidak bercanda! Setiap orang memerlukan beberapa waktu khusus bersama-sama dengan anjing keluarga!

Seorang Pemimpin Mengorbankan Preferensi Mereka

Kedua, seorang pemimpin mengorbankan preferensi mereka. Pemimpin yang kuat tidak melulu adalah pemimpin yang baik. Pemimpin yang kuat sering kali gagal mendengarkan tim-tim bawahan mereka karena mereka merasa tidak akan dapat berbuat salah. Anda pernah berada di posisi itu. Terkadang, Anda bekerja dengan seorang pemimpin yang mengerti segala sesuatu dan tidak pernah memberikan Anda kesempatan untuk memberikan masukan dalam suatu perbincangan. Terkadang, Anda bekerja dengan seorang pemimpin yang mengizinkan Anda memberikan masukan, tetapi mereka tidak pernah terlihat berubah pikiran. Inilah yang ingin saya sampaikan. Seorang pemimpin perlu mengorbankan preferensi mereka karena mereka tidak mungkin akan selalu benar. Woodrow Wilson, Presiden Amerika Serikat yang ke-28, berkata, "Saya tidak hanya menggunakan seluruh kemampuan otak yang saya miliki, tetapi juga semua yang dapat saya pinjam." Pemimpin pada masa sekarang ini akan sangat baik jika mereka mengikuti teladan yang telah diberikannya dan memakai tim-tim yang mereka bentuk di sekitar mereka. Pinjamlah dari kemampuan dan pengetahuan mereka. Izinkan tim Anda berinvestasi dalam kepemimpinan Anda sendiri dengan memberikan mereka kesempatan untuk benar-benar berkontribusi kepada organisasi.

Bagaimana hal ini dapat menjadi salah? Seorang pemimpin harus mau mengorbankan preferensi mereka akan kedaulatan dan mendengarkan timnya. Akan tetapi, jika seorang pemimpin melepaskan keyakinan pribadinya hanya untuk mengizinkan timnya turut merasakan bagian dari proses, hal itu bisa menjadi sangat salah. Sesungguhnya, kebanyakan pemimpin meraih banyak hal baik karena mereka cerdas dan memiliki tim yang baik di sekitar mereka. Mendapatkan suatu keseimbangan di area ini sangatlah penting. Pendekatan terhadap pengambilan keputusan yang tidak seimbang dapat menghasilkan kesalahan-kesalahan yang fatal.

"Seorang pemimpin harus mau mengorbankan preferensi mereka akan kedaulatan dan mendengarkan timnya."

Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Apa kesimpulannya?

Seorang pemimpin seharusnya tidak pernah mengorbankan keluarga mereka demi organisasi. Jika hal ini terjadi, pergumulan pribadi terhadap kehidupan rumah tangga pada akhirnya akan merambah kepada kehidupan bisnis. Seorang pemimpin juga perlu mengorbankan preferensi pribadi dan mencari bimbingan Allah dan hikmat sesama dalam tim mereka ketika mereka mengambil keputusan. Apakah Anda berada di posisi untuk mengorbankan preferensi Anda? Jika tidak, barangkali Anda memikirkan tentang diri Anda lebih tinggi daripada yang seharusnya. (t/Odysius)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Tommy Spotts
URL : http://tommyspotts.com/you-cannot-lead-others-until-you-first-learn-to-sacrifice/
Judul asli artikel : You Cannot Lead Others Until You First Learn to Sacrifice
Penulis artikel : Dr. Tommy Spotts
Jenis Bahan Indo Lead: 
Kolom e-publikasi: 
Situs: 

Komentar