Jenis-Jenis Konflik (II)
Konflik Dapat Membuahkan Hasil yang Baik
"Konflik adalah teman kita," kelakar seorang pendeta di suatu forum yang baru-baru ini saya pimpin. Para pemimpin di lingkungan itu menertawakan lelucon orang dalam itu. Orang-orang yang berkedudukan sebagai pemimpin, tetapi kurang menikmati pekerjaannya tersenyum dengan sopan, tidak dapat merasakan ironinya. Seberapa nyamankah perasaan Anda terhadap ide untuk menggunakan konflik di antara orang-orang yang Anda kasihi, dan yang kepadanya Anda terpanggil menjadi gembala? Jika pekerjaan seorang pemimpin adalah memotivasi, menggerakkan, memberdayakan, dan mengarahkan orang-orang yang dipimpin untuk memenuhi visi Tuhan bersama-sama, bagaimana mungkin konflik dapat mempercepat pencapaian tujuan tersebut?
Konfrontasi Langsung
Ketika Anda berusaha memotivasi orang-orang, beberapa di antara mereka sangat dibingungkan oleh kegiatan dan peluang-peluang lain, sehingga Anda perlu membuat strategi intervensi yang radikal untuk menawan perhatian mereka. Paling sering, intervensi ini dilakukan dengan konfrontasi langsung. Mungkin Anda akan bertanya kepada mereka dengan tulus, apa yang sebenarnya menjadi masalah bagi mereka dan mengapa tidak ada bukti bahwa hal-hal yang berasal dari Tuhan memerintah hati mereka. Atau, barangkali Anda akan mengusulkan suatu ide buruk untuk melepaskan mereka dari kelesuan.
Realokasi Sumber Daya
Beberapa orang yang Anda pimpin mungkin akan mengecewakan Anda karena mereka tetap tidak tertarik pada visi tersebut atau tidak memedulikannya. Terlepas dari upaya-upaya terbaik Anda untuk menyadarkan mereka atas potensinya dan kebutuhan yang Anda hadapi, agaknya tidak ada yang menggerakkan hati mereka untuk berpartisipasi dengan serius. Untuk memaksa mereka memberi perhatian, Anda mungkin perlu mengancam untuk merelokasi sumber-sumber yang sekarang telah mereka terima: perhatian Anda, pendanaan, ruang kerja, sumber daya manusia, atau perlakuan-perlakuan khusus lainnya -- dengan harapan bahwa ancaman semacam itu akan memusatkan perhatian mereka pada visi dan upaya untuk memenuhinya.
Menunjukkan Ketidakkonsistenan
Kadang-kadang, pokok permasalahannya adalah individu-individu yang tidak sejalan dengan program tersebut karena mereka memandang segala sesuatu dengan cara yang berbeda dan tidak mau berkompromi. Taktik yang sering berhasil di dalam kasus-kasus tersebut, antara lain menyindir posisi mereka secara halus, sehingga mereka dapat melihat mengapa cara mereka itu tidak berharga atau betapa tidak berartinya perbedaan-perbedaan, yang menghalangi mereka untuk menjadi bagian dari tim mereka. Menentukan batas waktu kepada mereka untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan mereka dengan orang-orang yang telah mereka tolak, terkadang akan memaksa mereka menyelesaikan permasalahan.
Bila para pemimpin memberikan pengarahan kepada orang-orang yang mereka pimpin, penolakan bisa terjadi atas dasar ego atau upaya untuk memperoleh porsi kekuasaan yang lebih besar. Inilah salah satu dari lebih banyak kelemahan umum yang dimiliki para pengikut, yang berasal dari rasa tidak aman atau keinginan untuk mementingkan diri sendiri. Jika konseling yang lebih tradisional dan praktik-praktik negosiasi yang Anda lakukan kepada mereka tidak berhasil, maka konfrontasi langsung menyangkut motivasi mereka, dan ketidakkonsistenan perilaku mereka dengan nilai-nilai dan standar kelompok Anda, serta hasil-hasil yang negatif dari perilaku mereka, mungkin akan menghasilkan suatu terobosan.
Tekanan Rekan Sejawat
Tentu saja, tanggapan yang paling umum terhadap visi adalah menerima konsepnya, tetapi secara pribadi menolak untuk berubah. Sasaran Anda adalah memenangkan kepemilikan universal visi tersebut. Terhadap orang-orang yang menentang perubahan, tekanan dari rekan-rekan sejawat mereka bisa menyebabkan ketegangan, tetapi juga bisa mempertegas peran masing-masing, dan ini sering mendesak mereka untuk membuat suatu pilihan.
Pemimpin kadang-kadang bahkan harus berjalan selangkah lebih maju, terus mengarahkan orang-orang kepada visi, sambil berusaha menyurutkan para penentang secara efektif -- namun tetap dengan setia menawarkan sarana penunjang untuk melibatkan diri dan janji, untuk segera menyertakan mereka ke dalam aliran kegiatan dan kehidupan kelompok.
Siaplah Menghadapi Konsekuensi
Konflik dapat menjadi alat kepemimpinan yang penuh kuasa, tetapi selalu mengandung risiko. Anda harus menghitung harga atas pendekatan ini dan yakinlah bahwa ini adalah taktik yang bijaksana untuk mempekerjakan orang. Menggunakan konflik tidak selalu tepat untuk segala situasi, dan ada beberapa pemimpin yang belum cukup matang untuk menerapkannya secara bijaksana. Dalam hampir setiap situasi yang saya saksikan, konflik yang strategis harus merupakan tindakan terakhir.
Beberapa pengikut akan menentang keputusan Anda untuk menggunakan konflik karena mereka memandangnya sebagai prinsip yang bertentangan dengan prinsip alkitabiah, yang mengajarkan tentang mengasihi setiap orang, teman, dan sebagainya. Tolonglah mereka agar mengerti bahwa tujuan Anda bukan menentang perintah Tuhan maupun menyakiti atau merendahkan umat-Nya. Setelah lelah atas pilihan-pilihan lain yang kurang radikal, Anda didorong untuk melakukan apa yang diperlukan untuk menunjukkan kasih Tuhan kepada mereka, yaitu dengan mengguncang pancaindra mereka. Menggunakan konflik yang strategis berarti mempraktikkan kasih yang tegas.
Realitas kepemimpinan yang sulit adalah bahwa kadang-kadang Anda harus tegas dan mengenakan ukuran-ukuran yang drastis, untuk mempermudah perubahan yang dramatis di dalam kehidupan. Visi Tuhan memanggil kita untuk merintis perubahan yang dramatis; tetapi yakinlah bahwa itu tidak selamanya bisa dicapai melalui percakapan yang persuasif, mengembangkan rencana strategis yang hebat, dan menyediakan susunan organisasi yang dapat membuka jalan. Sering kali, perlawanan yang sedang kita hadapi bersifat spiritual -- yang adikodrati dan harus dihadapi dengan sikap yang berani dan tegas.
Ingatlah untuk Berdoa
Faktor adikodrati penting untuk diingat. Berdoalah terus-menerus ketika Anda memimpin, terutama ketika Anda akan menghadapi risiko besar, dan juga ketika Anda sedang menghidupkan konflik untuk kepentingan visi. Pastikan bahwa doa Anda adalah percakapan dua arah, yaitu mempersilakan Tuhan berbicara pada pikiran Anda dan hati Anda berkenaan dengan taktik ini. Karena kekuatan pendekatan ini berpotensi untuk "menyerang balik", maka hendaklah Anda menggunakannya hanya jika perlu dan hanya ketika Anda merasa bahwa Tuhan menyertai Anda di dalam peperangan. Namun, jika pengalaman saya merupakan suatu indikator, taktik ini adalah cara penyelesaian masalah yang paling dan lebih sering digunakan daripada yang kita bayangkan.
Memulai Peperangan Anda
Pemimpin-pemimpin yang menggunakan taktik ini dengan sukses, berhasil memanfaatkannya karena mereka telah mengidentifikasi unsur-unsur yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, dan mereka hanya berjuang untuk unsur-unsur tersebut. Para pemimpin besar tahu kapan memulai pertikaian yang bermanfaat dan kapan berjuang atau mundur. Anda tidak dapat memerangi setiap pergumulan yang timbul di perjalanan Anda untuk memenuhi visi; Anda harus memilih dengan teliti dan bijaksana. Kebanyakan rintangan yang Anda temukan dapat diatasi dengan metode di luar konflik dan konfrontasi. Hanya orang-orang yang cukup beralasan untuk membenarkan risiko dan pengorbanan, yang bisa membangkitkan konflik yang strategis.
Ada kunci-kunci lain yang terbukti bermanfaat untuk mengelola konflik strategis. Kunci-kunci tersebut antara lain meliputi pengendalian standar situasi (dengan kata lain, peraturan dan pedoman), dan meluncurkan prosesnya dari suatu posisi kekuatan organisasi (memunyai mandat yang cukup untuk memimpin dan memunyai dukungan yang luas dari masyarakat dan para pemimpin lainnya). Juga memiliki pendirian yang teguh (penolakan untuk menyerah kalah yang dinyatakan dan didemonstrasikan serta kesediaan untuk mengalami kegagalan, yang tidak dinyatakan tetapi dipegang teguh) dan berketetapan untuk mempertahankan orang-orang yang merupakan sumber kesulitan.
Tiga Tahapan Konflik
Dalam hal yang terakhir ini, bersiaplah untuk membiasakan diri menghadapi perseteruan -- jika diperlukan -- karena umumnya ada tiga tahapan dalam setiap konflik. Tahap yang pertama adalah pertunjukan (pameran kekuatan yang agresif untuk kepentingan orang lain), diikuti dengan satu periode tawar-menawar yang sulit (mencoba untuk mendapatkan kesempatan untuk menang), dan akhirnya adalah keputusan. Riset atas konflik telah menunjukkan bahwa orang-orang yang kalah total dalam konflik membuat kesepakatan pertama dan terbesar.
Mungkin konflik tidak harus Anda lakukan -- paling tidak, belum perlu Anda lakukan. Selalu berpikir dua kali sebelum Anda menggunakan konflik yang strategis -- dan bahkan berpikirlah lebih berhati-hati mengenai hal itu jika Anda kurang berpengaruh di dalam organisasi, atau memunyai kecenderungan untuk jatuh di bawah tekanan, atau Anda bukan seorang pemikir dan perancang strategi yang kompeten, atau sangat kurang toleran terhadap orang-orang yang berhati mendua dan tidak memunyai kepastian. Kebanyakan orang dapat meningkatkan keterampilan dan kapasitas untuk menggunakan konflik strategis demi keuntungan tim mereka, tetapi diperlukan keinginan dan upaya untuk bertumbuh dalam kompetensi ini.
Jangan Mengabaikan Konflik
Para pemimpin yang menggunakan konflik sebagai alat pertumbuhan mendapatkan reputasi karena sikapnya yang kontroversial dan selalu ada di depan. Jika karakterisasi itu memudahkan Anda untuk memenuhi visi Tuhan, lakukan itu! Tom Peters telah menolong banyak organisasi dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang ekstrem, dan membiarkan para pengikut organisasi-organisasi tersebut mundur sampai mereka tiba pada posisi yang optimal. Peter Drucker telah dengan hebat menghabiskan enam dekade untuk menyoroti mitos-mitos yang berkembang di kalangan masyarakat Amerika. Lyle Schaller telah berkarier untuk menolong gereja-gereja supaya dapat memandang diri mereka sendiri dengan lebih akurat, dengan cara menyodorkan kebenaran yang belum diolah dan menuntun mereka begitu mereka mempertimbangkan apa yang ada di sana. Pat Riley tidak mungkin menjadi salah satu pelatih yang paling sering menang di dalam sejarah bola basket jika ia hanya tersenyum dan menepuk-nepuk punggung setiap pemainnya; ia telah menghadapi banyak isu yang akhirnya menjadikan timnya lebih kuat dan lebih produktif.
Anda tidak harus menggunakan alat ini secara berlebih-lebihan. Namun bila Anda sampai menemukan jalan buntu, dan teknik serta strategi lainnya tidak membawa hasil, coba pertimbangkan untuk membangkitkan konflik. Setelah Anda mengidentifikasi hambatan untuk maju, coba pertimbangkan bagaimana konflik dapat menghentikan kemacetan itu. Sediakan waktu sejenak untuk membuka masalah Anda, melihatnya dengan saksama, membentuk pengembangannya, dan bertindaklah untuk menyelesaikan ketegangannya pada saat yang tepat. Anda tentu tidak ingin memperkenalkan konflik yang akan menyakiti orang-orang; melainkan hanya yang akan menolong mereka dan kelompok yang sedang Anda pimpin.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | A Fish Out of Water |
Judul bab | : | Konflik: Senjata Rahasia Pemimpin |
Penulis | : | George Barna |
Penerjemah | : | Sri Wandaningsih |
Penerbit | : | Immanuel, Jakarta 2006 |
Halaman | : | 153 -- 159 |