Bagaimana Menghadapi Keputusasaan

Membangun tembok Yerusalem bukanlah hal yang mudah. Rasa putus asa menjadi-jadi. Pastilah, Iblis juga sedang bekerja. Namun, Nehemia tidak mengabaikan rasa putus asa itu. (Anda tidak dapat mengabaikan rasa putus asa. Mengabaikannya layaknya mengabaikan ban kempes. Berdoalah semau Anda; berkendaralah ke mana pun Anda mau; ban kempes itu tidak akan terisi udara. Anda harus membetulkannya. Begitu pula rasa putus asa.)

Nehemia menggulung lengan bajunya seperti seorang pemimpin yang baik dan menangani rasa putus asa itu. Saya menemukan lima teknik yang berhasil ia terapkan, yang masih relevan untuk diterapkan pada masa kini.

  1. Satukan usaha untuk satu tujuan.

    Hal pertama yang Nehemia lakukan adalah mempersatukan orang-orang untuk satu tujuan yang sama.

    "... maka aku tempatkan rakyat menurut kaum keluarganya dengan pedang, tombak dan panah di bagian-bagian yang paling rendah dari tempat itu, di belakang tembok, di tempat-tempat yang terbuka." (Nehemia 4:13)

    Hal itu penting. Para pembangun yang ada di seluruh Yerusalem bekerja bersama dengan batu, air, dan semen, namun tidak terpisah dari keluarganya. Nehemia mempersatukan mereka berdasarkan kelompok keluarga dan setiap keluarga diberikan tujuan yang sama -- melindungi diri. Ia mengalihkan perhatian mereka, dari diri sendiri kepada musuh mereka, dari rasa mengasihani diri kepada tujuan menjaga diri. Ia mempersatukan orang-orang dan hal itu membesarkan hati mereka yang sedang patah semangat.

    Rumah harus menjadi sumber dasar motivasi. Para pekerja Nehemia mengalami patah semangat. Ia berkata, "Ayo, berkumpul menurut keluarga. Kalian di sini; kamu dan keluarga di sana ...." Nehemia membentuk mereka menjadi kesatuan-kesatuan.

    Perhatikan apa yang terjadi dalam proses mempersatukan orang-orang itu: Nehemia berhenti bekerja. Terkadang, hal terbaik yang dapat Anda lakukan saat Anda putus asa adalah dengan berdiam diri. Ada sebuah ungkapan Yunani kuno yang mengatakan, "Anda akan mematahkan busur jika Anda terus memakainya." Seberapa kencang lengkungan busur Anda? Kapan terakhir kalinya Anda merenggangkan busur itu dan tidak memakainya selama beberapa hari?

    Saya rasa kita semua rajin dan tekun dalam bekerja, namun kerja yang berlebihan tidak akan menciptakan pemimpin terbaik. Ambillah waktu untuk berdiam diri sejenak!

    Nehemia berhenti bekerja dan berkata, "Mari berkumpul sebagai keluarga." Hal tersebut akan memberi banyak manfaat untuk mengatasi rasa putus asa.

  2. Arahkan perhatian Anda kepada Tuhan.

    Kemudian, ia mengalihkan perhatian mereka kepada Tuhan (ayat 14). Mereka melihat kepada sampah. Mereka harus melihat kepada Tuhan.

    "Kuamati semuanya, lalu bangun berdiri dan berkata kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat ...."

    Perhatikan, ia mengambil inisiatif. Itu adalah tugas dasar seorang pemimpin! Frasa, "Ingatlah kepada Tuhan," memang bagus, namun bagaimana Anda melakukannya? Anda dapat mulai melakukannya dengan mengingat hal-hal yang pernah Tuhan katakan. Ingat saja beberapa pernyataan yang telah Tuhan nyatakan. Misalnya,

    "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya ...." (Yesaya 26:3-4)

    Atau,

    "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6-7)

    Anda mengingat Tuhan dengan mengingat apa yang Tuhan telah katakan. Ingatlah sekarang lima atau enam janji yang Tuhan berikan. Saat setan menyerang, apakah Anda sudah siap dengan senjata yang Anda miliki -- pedang Roh, firman Tuhan? Orang Kristen harus tahu apa yang Tuhan telah katakan.

    Anda dapat mengingat Tuhan dengan mengingat siapa Dia. Kapan terakhir kalinya Anda merenungkan kehebatan Tuhan? Mungkin saat Anda tidur telentang sambil melihat bintang. Apakah Anda pernah pergi ke tempat sepi untuk bersaat teduh? Hal itu sering kali membantu menyingkirkan kabut dan memampukan pikiran untuk memperbaharui pegangannya kepada karakter Tuhan. Yang sama pentingnya adalah persekutuan orang-orang Kristen. Persekutuan adalah tempat untuk berbagi tentang Tuhan, mengungkapkan kehebatan-Nya.

    Nehemia berkata kepada pengikutnya, "Kalian memandang pada sampah, puing-puing dan proyek individu kalian sendiri. Arahkan pandangan kalian kepada Tuhan." Orang yang berputus asa memikirkan satu hal -- dirinya sendiri. Orang-orang yang membangun tembok Yerusalem itu juga demikian.

    Jadi, Nehemia menyatukan mereka untuk satu tujuan yang sama. Itu artinya ia harus menghentikan proses kerja dan mengurus mereka sendiri. Lalu ia mengarahkan perhatian mereka kepada Tuhan.

  3. Jaga Keseimbangan Pikiran dan Perbuatan

    Apa yang selanjutnya Nehemia lakukan dalam usahanya mengatasi rasa putus asa? Ia mendorong orang-orang Yehuda untuk menjaga keseimbangan. Ia mendorong mereka untuk bergerak. "Sekarang kamu harus berperang," perintahnya. "Ada pekerjaan yang harus dilakukan. Hunus pedangmu!" Nehemia 4:14 mengatakan:

    "... berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu."

    Lihat ayat 15 dan 16:

    "Ketika didengar musuh kami, bahwa rencana mereka sudah kami ketahui dan bahwa Allah telah menggagalkannya, maka dapatlah kami semua kembali ke tembok, masing-masing ke pekerjaannya. Sejak hari itu sebagian dari pada anak buahku melakukan pekerjaan, dan sebagian yang lain memegang tombak, perisai dan panah dan mengenakan baju zirah, sedang para pemimpin berdiri di belakang segenap kaum Yehuda."

    Ayat 17 menambahkan:

    "... yang membangun di tembok. Orang-orang yang memikul dan mengangkut melakukan pekerjaannya dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain mereka memegang senjata."

    Saudaraku, itu adalah fakta dasar kehidupan orang Kristen. Saya sangat khawatir dengan orang Kristen yang tidak pernah melakukan apapun selain berperang, begitu juga dengan orang Kristen yang mengatakan bahwa tidak pernah ada alasan untuk berjuang. Saya sungguh setuju dengan filosofi keseimbangan hidup yang mendorong adanya pembangunan dan peperangan.

    Sebagian besar penutur bahasa Inggris, termasuk saya, memiliki Alkitab bahasa Inggris karena seseorang yang bernama John Wycliffe. Ia dikenal bukan hanya sebagai pembangun, memproduksi Alkitab dalam bahasa Inggris pertama, namun juga seorang pejuang. Sungguh seorang pemimpin yang luar biasa! Saat ia meninggal, lawannya membakar tulangnya dan menghamburkannya di Sungai Thames, London. "Kita menyingkirkan Wycliffe selamanya!" Mungkin begitulah yang musuhnya pikir. Mereka salah. Hasil usahanya -- Alkitab berbahasa Inggris -- ada bersama-sama dengan kami sekarang karena ia lebih dari sekadar berjuang. Ia setia melakukan tugasnya.

    Ingat John Bunyan -- pejuang dan pembangun. Mereka menjebloskannya ke penjara tiga kali, berpikir bahwa hal tersebut dapat membungkamnya. Namun, ia malah menulis "The Pilgrim's Progress", buku yang paling disukai kedua di kalangan orang Kristen. Anda lihat, ia lebih dari sekadar berjuang. Dengan membuat investasi pribadi raksasa, kebenaran "The Pilgrim's Progress" diuraikan secara terperinci untuk mendapatkan keuntungan jutaan dolar selama beberapa generasi. Sungguh merupakan keseimbangan yang sangat indah!

    Berjagalah melawan pengajaran yang tidak kentara, yang menyatakan bahwa Tuhan melakukan segala sesuatu dan Anda tidak perlu ikut campur. Alkitab terus mendesak kita agar berdiri, bertahan dalam iman, kuat dalam peperangan, dan menjadi prajurit yang baik. Namun, kita harus menyeimbangkan iman dan tindakan.

  4. Menentukan Tempat Peraduan

    Hal keempat yang Nehemia lakukan adalah menyediakan tempat peraduan. Akan saya jelaskan maksudnya. Nehemia menulis di ayat 19:

    "Berkatalah aku kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Pekerjaan ini besar dan luas, dan kita terpencar pada tembok, yang satu jauh dari pada yang lain."

    Lalu di ayat 20 kita dapat melihat sebuah tempat pertemuan.

    "Dan kalau kamu mendengar bunyi sangkakala di suatu tempat, berkumpullah ke sana mendapatkan kami. Allah kita akan berperang bagi kita!"

    Apakah tempat perkumpulan itu? Pertama, itu adalah suatu tempat, namun itu juga menyatakan sebuah prinsip. Tempat di mana suara trompet berasal. Nehemia memerintahkan, "Di mana pun kalian mendengar suara trompet, berkumpullah ke tempat di mana peniup trompet itu berdiri." Prinsipnya: Jangan mencoba berjuang sendiri.

    Prinsip itu masih benar sampai sekarang; kita membutuhkan tempat peraduan. Kita membutuhkan teman dekat, seseorang yang kepadanya kita bersandar saat serangan datang menyerang. Jangan mencoba memeranginya sendiri. Kita semua tidak boleh berkata, "Saya tidak butuh orang lain." Hal itu menyimpang dari ajaran Kristen. Respons seorang anak Tuhan yang sehat adalah, "Mustahil saya melakukannya sendiri. Tapi, oh Tuhan, jika Engkau memberikanku kekuatan-Mu melalui Roh-Mu dan menghubungkan aku dengan saudara-saudari dalam sebuah keluarga yang dapat mendorongku dan kudorong, aku akan berada dekat dengan Engkau sampai ujian yang terakhir."

    Apakah ada ayat Alkitab yang mendukung hal ini? Sesungguhnya ada! Saat Elia diburu oleh Izebel, ia berlari di bawah sebuah pohon di hutan belantara dan berkata, "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." Apa yang Tuhan lakukan? Ia membawa makanan, dan Elia diberi makan dan disokong oleh makanan itu selama 40 hari 40 malam.

    Apa yang terjadi selanjutnya, Tuhan berkata, "Elia, bangunlah. Kamu tidak sendirian, Elia." Dan Ia memberi Elia seorang rekan bernama Elisa. Yang indah dari kisah itu adalah bahwa kejadian ini menandai saat di mana Elia benar-benar mulai melayani. Ia telah menemukan tempat peraduan. Tuhan memberinya seorang teman yang dapat ia percaya (hal ini sangat penting), yang dengannya ia dapat berbagi dan meringankan kesendiriannya.

    Saat Daud dicemburui Saul, Tuhan memberinya seorang teman. Yonatan dan Daud saling mengasihi karena ikatan yang luar biasa; jiwa mereka melebur menjadi satu. Rasa putus asa jarang membuat Daud menjadi lemah karena kehadiran sahabatnya itu.

    Apakah Anda memiliki orang seperti itu? Jika tidak, temukanlah. Carilah dan berdoalah agar Anda memiliki seorang teman seperti itu. Jangan menyerah sampai Anda mampu mengaitkan jiwa Anda dengan seseorang yang memiliki semangat yang sama, yang peduli terhadap jiwa dan kebutuhan Anda. Anda memerlukan seseorang sebagai tempat peraduan Anda. Nehemia mengatakan, "Dan kalau kamu mendengar bunyi sangkakala di suatu tempat, berkumpullah ke sana mendapatkan kami ...." Itulah tempat kekuatan kita.

  5. Mengembangkan sikap saling melayani.

    Hal kelima dan terakhir yang Nehemia lakukan untuk menghilangkan semua tanda putus asa di antara pengikutnya adalah dengan mengembangkan sikap saling melayani. Ayat 21 dan 22 menunjukkannya:

    "Demikianlah kami melakukan pekerjaan itu, sedang sebagian dari pada orang-orang memegang tombak dari merekahnya fajar sampai terbitnya bintang-bintang. Pada waktu itu juga aku berikan perintah kepada rakyat: "Setiap orang dengan anak buahnya harus bermalam di Yerusalem, supaya mereka mengadakan penjagaan bagi kami pada malam hari, dan melakukan pekerjaannya pada siang hari."

    Intinya, Nehemia mengatakan, "Hei, kami perlu bantuan. Saya memintamu untuk saling membantu dan melayani. Kami tidak dapat menangani hal ini sendiri." Pada hari-hari berikutnnya yang semakin penuh dengan tekanan, menurut ayat 23, mereka bahkan tidak memiliki waktu untuk berganti baju! Saat yang lain mandi, yang lainnya bertugas. Mereka saling melayani.

    Apakah Anda ingin tahu rasanya menderita? Jadilah seperti almarhum Howard Hughes; hidup hanya untuk diri sendiri. Menyimpan semua kasih untuk diri sendiri. Hanya memikirkan kebutuhan, hasrat, keinginan, dan kesenangan diri sendiri. Tidak mau mengasihi dan dikasihi.

    Sejauh manakah Anda terlibat dalam kehidupan orang lain? Minggu ini, seberapa banyak dari hidup Anda akan Anda habiskan untuk melayani orang lain? Atau Anda hanya melayani diri sendiri? Setiap kita seharusya merenungkan kehidupan kita yang singkat, mencatat investasi pribadi kita dalam kehidupan orang lain.

    Apakah Anda ingin tahu bagaimana caranya agar Anda tidak merasa tidak berguna setelah Anda pensiun? Tetap perhatikan kebutuhan orang lain.

Ada seorang wanita di kantor kami yang mengabdikan dirinya untuk melayani sesama. Ia kehilangan suaminya pada tahun 1946, dan sejak itu ia menjadi wanita paling sibuk yang pernah saya lihat. Pelayanannya bagi gereja dan komunitas luar biasa besarnya. Bahkan pada masa tuanya, ia bekerja sebagai tenaga sukarela bagi komunitas penderita kanker, bekerja di lembaga bantuan wanita, melakukan kegiatan masyarakat, membantu rumah sakit lokal, dan masih banyak lagi. Ia terlibat dalam kehidupan orang lain. Dan ia tidak pernah tua. Saya tidak pernah melihatnya patah semangat.

Masa pensiun di Amerika berarti: "Jangan ganggu aku. Aku tidak punya waktu untuk orang lain." Saya usulkan sebuah alternatif. Pikirkan pelayanan seperti apa yang Tuhan dapat berikan kepada Anda setelah Ia membebaskan (melalui pensiun) Anda dari pekerjaan rutin dunia dan menggunakan Anda sebagai pelayan.

Nehemia berkata, "Jangan duduk-duduk saja dan mementingkan diri sendiri. Kita semua butuh pertolongan. Mari saling menolong dan melayani."

Bukankah itu esensi kekristenanan? Akankah saya mengesampingkan kepentingan pribadi saya?

Keputusasaan sesungguhnya adalah suatu penyakit dalam. Penyakit ini mulai menjangkit dari bakteri keraguan diri. Melalui rasa takut dan pikiran negatif yang berlebihan, bakteri itu mulai tumbuh dan berkembang biak. Segera kita kehilangan arah, kita menjadi lemah, dan kita lari dan sembunyi. Saat hal itu berlanjut, kita menjadi benar-benar menjadi tidak berguna dan benar-benar kalah. Kita menjadi mangsa yang empuk bagi musuh jiwa kita, yang mengambil otoritas atas jiwa kita dan menghapus semua usaha kita. Hal ini dapat terjadi hanya dalam waktu semalam.

Lihat kembali lima teknik yang Nehemia pakai untuk memerangi keputusasaan di kamp Yerusalem kuno. Metodenya tidak akan pernah ketinggalan zaman.

Rasa putus asa mungkin sulit diatasi, namun bukannya tidak mungkin untuk diatasi. Ingat, keputusasaan bukanlah penyakit yang mematikan. (t/Dian)

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar