meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada
hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah." (1 Kor. 2:4,5). Ini menggemakan apa yang Tuhan
firmankan kepada Zerubabel, "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan
dengan Roh-Ku." (Zak. 4:6)
Dalam Alkitab, konflik sangat menyumbat kepercayaan. Ini merupakan ketegangan yang kreatif antara
hukum dan anugerah, dosa dan pengampunan, keadilan dan belas kasihan. Ini dimulai dan diakhiri
dengan cerita keselamatan, dari Taman Eden ke Golgota, dan pengrusakan terhadap bait Allah sampai
ke Yerusalem Baru.
Pengertian ini mengubah pandangan kita. Sekarang, konflik adalah kesempatan untuk menunjukkan
suatu realitas baru dalam Kristus. Kepemimpinan juga merupakan suatu proses, bukan suatu kedudukan;
kepemimpinan adalah belajar dan melayani, bukan mengontrol.
Konflik menawarkan pada kita kesempatan untuk bertumbuh, untuk mengubah pemikiran-pemikiran
kita, dan untuk menciptakan tanggung jawab baru berdasarkan kebenaran Tuhan yang difirmankan. Ini
membuka pintu bagi keseluruhan rangkaian asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip yang baru bagi
kepemimpinan rohani, termasuk dua asumsi yang membuat dasar bagi bab ini. Asumsi pertama, konflik-
konflik itu perlu. Yang kedua, kepemimpinan merupakan suatu panggilan dan karunia.
KONFLIK ITU PERLU
Jika kematian dan pajak-pajak merupakan dua hal pertama yang pasti dalam kehidupan, maka konflik
merupakan hal ketiga. Kehidupan memerlukan konflik. Konflik merupakan bagian pokok dari rencana
penebusan Tuhan. Melalui konflik, kita mengetahui kebutuhan kita, mengakui dosa, mengenal
kebenaran, dan menguji iman kita.
Pikirkan tentang di mana kita akan berada, sebagai contoh, jika Nuh tidak membuat bahtera dalam