Profil Kepemimpinan Nabi Nehemia (Bagian I)

Nehemia adalah salah seorang pemimpin yang inspirasional di dalam Alkitab. Kadang metode-metodenya tampak tidak masuk akal, namun Tuhan menggunakan metode-metode itu untuk menghasilkan reformasi kehidupan bangsa Israel dalam waktu yang singkat. Analisis terhadap kepribadian dan metode-metodenya mengungkapkan bahwa efektivitas metode-metode itu bergantung pada kualitas karakter [Nehemia] sendiri.

Setelah penulis membaca kitab Nehemia, profil Nehemia menunjukkan ia seorang yang tekun berdoa, artinya, ia seorang yang rendah hati. Nehemia juga seorang yang berani menghadapi bahaya, serta perhatian dan tanggap terhadap kesejahteraan orang lain. Ia juga seorang yang memiliki visi, dapat mengambil keputusan yang jelas, dan seorang yang realistis.

Sesungguhnya, dari beberapa profil Nehemia tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan yang dilakukan Nehemia berabad-abad yang lampau dapat dijadikan salah satu teladan untuk memajukan para calon pemimpin Kristen hebat pada masa sekarang. Semoga.

Profil Kepemimpinan Nabi Nehemia

1. Integritas

Nehemia seorang yang tekun berdoa. Bagi Nehemia, doa merupakan bagian hidup dan kerja sehari-hari. Doa adalah reaksinya yang pertama ketika ia mendengar kesulitan para emigran di Yerusalem. Nehemia juga bukan seorang yang asing di takhta kasih karunia (Nehemia 1:4, 6; 2:4, 9; 5:19; 6:14, 22, 29) [1].

Seorang pemimpin Kristen yang efektif haruslah seorang yang sudah dilahirkan baru di dalam Kristus, yang bersih dalam moral, dan menjaga standar kebenaran menurut Tuhan [2]. Kristus datang ke dunia untuk membawa manusia dari kegelapan menuju terang. Kegelapan telah melingkupi watak dan karakter manusia karena Iblis senantiasa berusaha merusak moralitas manusia. Tidak mengherankan bahwa sudah terlampau banyak pemimpin Kristen dan non-Kristen abad sekarang, yang ternyata sudah menyakiti hati rakyatnya dengan tidak memedulikan keadilan dan kesejahteraan. Salah satu sifat penting kepemimpinan Kristen yang efektif ialah kemampuan untuk menyesuaikan bentuk kepribadian seseorang dengan situasi tertentu [3]. Karakter dan moral yang sudah mulai rusak harus dipulihkan kembali melalui pendamaian oleh Tuhan Yesus, supaya bersih dan dilayakkan untuk menjadi seorang pemimpin umat manusia. Nehemia adalah seorang pendoa karena dia sudah lahir baru. Kebijaksanaan dan hikmat bersumber dari Allah. Sesungguhnya, agar seseorang dapat memimpin atau memberi pengaruh secara rohani kepada orang lain, ia harus memperdalam hubungannya dengan Tuhan [4]. Komunikasi yang dijalin terus-menerus dengan Allah merupakan hubungan yang bersifat supernatural, yang dapat menghasilkan perubahan kepada para pemimpin dalam mengambil keputusan yang bijaksana. Kalau seorang pemimpin putus hubungan dengan Allah dan orang-orangnya, ia kehilangan sifat rela-diajarnya [5].

Orang Kristen yang bijaksana adalah orang yang memiliki pandangan yang tepat mengenai anugerah Tuhan. Paulus menekankan hal ini ketika dia menulis kepada Titus: "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini." (Titus 2:11- 12)

Pemimpin yang bijaksana adalah seorang yang suka berdoa. Ia akan berlutut dalam doa penyembahan yang penuh kerendahan hati. Kemudian, ia akan naik ke tingkatan yang baru dalam hidup kudus dan benar [6]. Petrus mengatakan hal ini ketika ia menasihati pengikut-pengikutnya: "... kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7).

Salah satu tantangan besar bagi banyak pemimpin Kristen adalah penggunaan kepemimpinan yang tegas. Kebanyakan pemimpin Kristen yang berhati lembut ingin menunjukkan belas kasihan dan cinta seperti seorang hamba. Meskipun kepemimpinan itu di dalam gereja, namun gereja juga adalah satu medan perjuangan rohani dan sering memerlukan kekuatan kepemimpinan yang tidak selazim di dunia sekuler.

Konflik dalam pelayanan mungkin merupakan suatu fakta, tetapi [fakta itu] tidak seharusnya menjadi tidak tertangani [7]. Agar dapat bertahan, para pemimpin harus memandang kesulitan sebagai sesuatu yang biasa, bahwa kompleks itu normal [8]. Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus sendiri datang untuk merobohkan dinding permusuhan. Dia melakukan yang terbaik untuk mempersatukan orang-orang. Dalam Efesus 2:14, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak, dan yang telah merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan," Dia menyadari bahwa Ia tidak dapat dan memang tidak [datang] untuk memenangkan mereka semua. Sementara itu, keinginan-Nya untuk mendatangkan kedamaian bagi semua manusia membuat Dia harus mengurbankan nyawa-Nya, dan itu merupakan tujuan yang berharga dan tetap demikian sampai hari ini, untuk kita semua yang memimpin.

Karakter kepemimpinan Kristen adalah kesaksian dan pelayanan yang digerakkan oleh belas kasih Allah. Dengan demikian, dituntut kerendahan hati, kesediaan berkurban, pengosongan diri, penyangkalan diri, dan kerelaan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri [9].

Nehemia seorang yang realistis. Ia mengetahui bahwa banyak tantangan akan dihadapinya saat ia memimpin pembangunan kembali tembok Yerusalem (4:1-3). Nehemia merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah dan meminta pertolongan (4:4-5). Seorang pemimpin pasti akan berhadapan dengan para penentang, sebab ia mengusulkan pembuatan sesuatu yang berbeda. Konflik muncul ketika pemimpin harus menetapkan suatu pilihan [10].

Seorang pemimpin harus rendah hati dan realistis, bahwa ia bukanlah Tuhan yang sanggup membuat keputusan tepat. Dia harus mampu meminta saran-saran yang dapat memberi pencerahan. Salomo mengatakan, "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22) Seorang yang bijaksana menyadari bahwa ia memunyai pengertian yang terbatas. Ia mengetahui kebutuhan dirinya akan pertolongan. Melibatkan orang lain untuk membicarakan bersama pengambilan suatu keputusan memang bermanfaat [11]. Jika orang mengetahui bahwa mereka memunyai andil dalam proses pengambilan keputusan itu, mereka akan lebih bekerja sama dalam pelaksanakan keputusan itu. Banyak keterangan akan diperoleh jika lebih dari satu orang ikut memberikan pertimbangan mereka.

Tuhan memanggil kita ke sejenis kepemimpinan yang berbeda di antara umat-Nya -­ dengan satu pendekatan, bahwa para pemimpin hadir untuk melayani. "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya." (Markus 10:43b-44) Kepemimpinan yang melayani bersumber pada serangkaian nilai, asumsi, dan prinsip yang bertentangan dengan dunia sekuler [12]. Integritas berhubungan dengan nilai. Nilai adalah prinsip dasar subjektif, yang berakar pada pengalaman-pengalaman khas yang nyata, memengaruhi, dan yang diturunkan, serta kemudian dibakukan menjadi prinsip atau filsafat hidup. [Ia] berperan sebagai landasan untuk paradigma, perspektif, cara bernalar, dan memotivasi, yang dengan sendirinya mengendalikan kebiasaan, sikap, dan tindakan. Nilai-nilai itu serta-merta menentukan kadar dan bobot etika, moral, kebiasaan, sikap, serta perilaku setiap orang. Nilai turut memengaruhi visi pribadi dan visi kepemimpinan setiap orang [13].

Nehemia memiliki sesuatu yang khas di dalam dirinya [14]. Ia seorang yang peduli kepada orang lain. Tampak jelas, ia memerhatikan kesejahteraan orang lain secara tulus, dan para musuhnya pun mengetahui hal itu (2:10). Ia mengekspresikan perhatiannya dengan berpuasa, berdoa, dan menangis (1:4-6). Ia menempatkan dirinya bersama dengan bangsanya yang menderita karena dosa-dosa mereka (1:6).

Nehemia bukan hanya seorang yang berkharisma, ia juga berkarakter baik. Pada masa kini, banyak pemimpin berkharisma tetapi tidak memiliki karakter. Kharisma adalah pesona dan daya tarik pribadi yang besar, tetapi karakter adalah kekuatan moral, etika, dan integritas [15]. Karakter itu terungkap pada saat kita melakukan sesuatu tanpa kehadiran orang lain yang memperhatikan. Karakter juga tampak ketika kita melakukan sesuatu yang benar bagi orang lain walaupun kita sendiri tidak mengalami kebaikannya. Itulah yang Tuhan Yesus lakukan di dalam 1 Petrus 2:22-23, "Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil."

Karakter yang baik dan teguh akan mendukung keberhasilan seorang pemimpin. John C. Maxwell [16] mengajukan empat cara untuk membuat kita mendapatkan simpati dari orang yang kita pimpin, yakni: jika Anda terlebih dulu menggerakkan orang-orang dengan perasaan, mereka akan lebih bersedia bertindak; jika Anda terlebih dahulu memberi, orang-orang akan membalas pemberian Anda; jika Anda menarik simpati perseorangan, Anda akan segera diperhatikan orang banyak; jika Anda mengulurkan tangan kepada orang-orang Anda, mereka akan membalas uluran tangan Anda.

Panggilan tertinggi bagi para pemimpin sekarang ialah panggilan untuk saling mengasihi dengan tulus hati, sebagaimana kita telah saling mengasihi dan mengampuni. Iman membangun iman. Pesimisme berubah menjadi iman [17]. Tugas utama kepemimpinan rohani adalah pembangunan iman orang lain. Kita sering sulit mendengarkan Roh Kudus membisikkan panggilan ini ke dalam hati kita bila kita telah terlatih lebih mendukung sistem-sistem yang membenarkan dirinya sendiri alih-alih yang lain [18].

2. Pemimpin Visioner

Nehemia adalah seorang yang berpandangan jauh ke depan. Ia mengetahui bahwa pasti akan bangkit perlawanan, jadi ia meminta sang raja memberikan mandat tertulis agar perjalanannya aman dan ia mendapat dukungan untuk menyelesaikan mandat tersebut, "... memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota ..." (2:8) Ia merencanakan strateginya dengan cermat. Tuhan memakai seorang biasa yang awam, yang memiliki tujuan dan visi yang tidak biasa [19]. Nehemia mengungkapkan visinya dengan istilah yang sesederhana mungkin. Sasaran bangsa itu adalah pembangunan kembali tembok Yerusalem [20].

Setiap calon pemimpin harus memunyai visi. Tanpa visi, ia tidak mungkin bisa mencapai tujuan. Visi yang jelas akan memungkinkan seorang pemimpin percaya dan yakin. Visi berkaitan dengan penciptaan sesuatu yang baru, tidak mengabaikan yang lampau, tetapi membangun di atas fondasi sebelumnya dan yang akan muncul sebagai realitas yang lebih baik dibanding realitas sekarang. Bila diwujudkan secara penuh, visi itu akan membawa kita lebih dekat pada cita-cita kita [21]. Visi memerlukan tindakan nyata. Pemimpin yang luar biasa bangun pada pagi hari dengan sebuah rencana dan mengerjakannya. Mereka tidak selalu meminta izin sebelum bergerak. Kepemimpinan adalah memproduksi hasil [22]. Visi kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat dan memahami keinginan suci yang ditulis oleh Allah di dalam batinnya bagi organisasi serta kepemimpinannya. Di dalam visi itu, terdapat kehendak Allah yang khusus bagi kepemimpinan seorang pemimpin [23].

Nehemia memiliki sasaran kepemimpinan. Sasaran Nehemia adalah pembangunan kembali tembok Yerusalem yang telah runtuh dan terbakar (1:3; 2:17). Nehemia mengajak penduduk dan mereka mendukungnya. Mengapa pemimpin perlu memunyai sasaran? Paling sedikit terdapat tiga alasan, antara lain [24]:

  1. Pengarahan. Pemimpin memerlukan sasaran untuk mengarahkan kehidupannya. Tidak mungkin seseorang terus melangkah maju menuju tujuan jika ia tidak memunyai tujuan tertentu.

  2. Kemajuan. Sasaran itu penting untuk memastikan bahwa akan ada suatu kemajuan. Jika gereja tidak memiliki suatu sasaran utama, yang dijadikan tujuan dan diperjuangkan oleh seluruh orang percaya di dalam jemaat itu, gereja mungkin seolah-olah tampak sibuk dengan program itu, tetapi sebenarnya tidak mengalami kemajuan apa pun.

  3. Hasil yang dicapai. Pelaksanakan sasaran itu sampai selesai penting untuk memberikan suatu hasil. Jika tidak ada sasaran tertentu, tidak akan pernah diketahui keberhasilan atau ketidakberhasilan pelaksanaan program itu. Setelah penentuan sasaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan. Jika tidak ada pelaksanaan, sasaran itu hanya sekadar satu ide mistik saja. Kekristenan bukan sebuah filsafat yang sebatas ide saja, melainkan suatu cara hidup yang harus diterapkan dan dilaksanakan [25].

Daftar Pustaka:

Barna, George. 2002. "Leaders On Leadership". Malang: Gandum Mas.

Eims, Leroy. 2003. "12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif". Bandung: Kalam Hidup, 2003.

Gangel, Kenneth O. 1998. "Membina Pemimpin Pendidikan Kristen". Malang: Gandum Mas.

Gordon, Bob. 2000. "Visi Seorang Pemimpin". Jakarta: Nafiri Gabriel, 2000.

Harefa, Andrias. 2001. "Kepemimpinan Kristiani". Jakarta: UPI STT, 2001.

Maxwell, John C. 2002. "21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati". Batam Centre: Interaksara.

Meyer, Joyce. 2002. "Membangkitkan Roh Kepemimpinan". Jakarta: Trinity Publishing.

Rinehart, Stacy T. 2003. "Paradoks Kepemimpinan Pelayan". Jakarta: Immanuel.

Sanders, Oswald, J. 2002. "Kepemimpinan Rohani". Batam Centre: Gospel Press.

Sinamo, Jansen H. 2001. "Kepemimpinan Kristiani". Jakarta: UPI STT, 2001.

Tomatala, Yacob. 2005. "Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner". Jakarta: YT Leadership Foundation.

Zenger, John H., and Joseph Folkman. 2004. "The Handbook For Leaders". New York: McGrawHill.

Catatan Kaki:

  1. J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani. (Batam Centre: Gospel Press, 2002, hlm. 280.)
  2. George Barna, Leaders On Leadership. (Malang: Gandum Mas, 2002, hlm. 103.)
  3. Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen. (Malang: Gandum Mas, 1998, hlm. 104.)
  4. Stacy T. Rinehart, Paradoks Kepemimpinan Pelayan. (Jakarta: Immanuel, 2003, hlm. 114.)v
  5. John C. Maxwell, 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati. (Batam Centre: Interaksara, 2002, hlm. 123.)
  6. George Barna, Op. Cit., hlm. 108.
  7. George Barna, Ibid., hlm. 146.
  8. J. Oswald Sanders, Op. Cit. hlm. 228.
  9. Andrias Harefa, Kepemimpinan Kristiani. (Jakarta: UPI STT, 2001, hlm. 34.)
  10. George Barna, Op. Cit., hlm. 141.
  11. Leroy Eims, 12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif. (Bandung: Kalam Hidup, 2003, hlm. 149-150.)
  12. Stacey T. Rinehart, Op. Cit, hlm. 38-39.
  13. Yacob Tomatala, Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner. (Jakarta : YT Leadership Foundation, 2005, hlm. 56-57.)
  14. J. Oswald Sanders, Op. Cit., hlm. 280.
  15. Joyce Meyer, Membangkitkan Roh Kepemimpinan. (Jakarta: Trinity Publishing, 2002, hlm. 304.)
  16. John C. Maxwell, Op. Cit, hlm. 194-195.
  17. J. Oswald Sanders, Op. Cit., hlm. 282.
  18. George Barna, Op. Cit., hlm. 94-95.
  19. Joyce Meyer, Op. Cit., hlm. 353.
  20. John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 84.
  21. George Barna, Op. Cit., hlm. 56.
  22. John H. Zenger and Joseph Folkman, The Handbook For Leaders. (New York : McGrawHill, 2004, hlm. 13-14.)
  23. Yacob Tomatala, Op. Cit., hlm. 24.
  24. Leroy Eims, Op. Cit., hlm. 124-125.
  25. Bob Gordon, Visi Seorang Pemimpin. (Jakarta : Nafiri Gabriel, 2000, hlm. 84.)

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar