Pendaratan yang Mulus
Tidak seorangpun lebih sadar akan pentingnya kerjasama daripada seorang pilot pesawat tempur. Ambillah, umpamanya, Charlie Plumb. Setiap pilot sangat sadar akan upaya tim yang dibutuhkan untuk meluncurkan sebuah jet ke udara. Dibutuhkan ratusan orang menggunakan lusinan keahlian teknis untuk meluncurkan, memantau, mendukung, mendaratkan, dan memelihara sebuah pesawat. Bahkan, lebih banyak lagi yang dilibatkan kalau pesawat tersebut dipersenjatai untuk bertempur. Charlie Plumb, seorang lulusan Annapolis yang bertugas di Vietnam pada pertengahan tahun enam puluhan, dan akhirnya pensiun sebagai kapten, jelas sadar bahwa ada banyak orang yang tiada lelahnya bekerja untuk membuatnya dapat terbang. Akan tetapi, terlepas dari upaya-upaya kelompok pendukung udara yang paling terlatihpun di dunia, Plumb menemukan dirinya di penjara Vietnam Utara sebagai tawanan perang setelah jet F-4 Phantomnya tertembak jatuh pada 19 Mei 1967 dalam misinya yang ke-75.
Plumb ditahan selama enam tahun penuh, antara lain di Hanoi Hilton yang terkenal mengerikan itu. Selama tahun-tahun itu, ia dengan sesama tahanan lainnya dihina, dibiarkan kelaparan, disiksa, dan dipaksa hidup dalam kondisi-kondisi yang tidak layak. Akan tetapi, pengalaman tersebut tidaklah mematahkan semangat Plumb. Sekarang, Plumb berkata, "Kesatuan kami lewat iman kami kepada Allah dan kecintaan kami kepada negara kamilah yang menjadi kekuatan besar, yang membuat kami bertahan pada masa-masa sulit itu."
Plumb dibebaskan dari penjara pada 18 Februari 1973, dan melanjutkan kariernya di Angkatan Laut. Akan tetapi, suatu insiden bertahun-tahun setelah ia kembali ke Amerika Serikat menandai kehidupannya sama pastinya seperti pengalamannya di penjara itu. Pada suatu hari, ia dan isterinya, Cathy, sedang makan di restoran ketika seorang pria datang ke mejanya, dan berkata, "Anda Plumb, bukan? Anda menerbangkan pesawat tempur di Vietnam."
"Benar," kata Plumb.
"Skuadron tempur 114 di atas Kitty Hawk. Anda tertembak jatuh. Anda terjun dengan parasut ke dalam tangan musuh," kata pria ini. "Anda menghabiskan enam tahun sebagai tawanan perang."
Mantan pilot inipun terkejut. Ia memandangi pria ini, berusaha mengenalinya, tetapi tidak bisa. "Bagaimana Anda tahu?" tanya Plumb.
"Sayalah yang mengemas parasut Anda."
Plumb tersentak. Yang dapat ia perbuat hanyalah bangkit berdiri dan menjabat tangan pria ini. "Harus saya katakan," kata Plumb, "bahwa saya telah memanjatkan banyak doa syukur atas pekerjaan tangan Anda, tetapi tidak saya sangka bahwa saya akan berkesempatan mengucapkan terima kasih secara langsung."
Sekarang, Plumb menjadi pembicara motivasional bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500, aparat pemerintahan, dan organisasi lainnya. Ia sering menceritakan kisah tentang pria yang mengemas parasutnya, dan ia menggunakan itu untuk menyampaikan pesan tentang kerja sama. Katanya, "Di dunia tempat perampingan perusahaan memaksa kita berprestasi dengan lebih sedikit tenaga kerja, kita harus memberdayakan tim. 'Mengemas parasut sesama' mungkin saja sangat membuat perbedaan dalam keselamatan Anda ataupun keselamatan tim Anda!"
Diambil dari: | ||
Judul asli buku | : | Teamwork Makes the Dream Work |
Judul buku terjemahan | : | Kerja Sama Membuat Impian Menjadi Kenyataan |
Penulis | : | John C. Maxwell |
Penerjemah | : | Drs. Arvin Saputra |
Penerbit | : | Interaksara, Batam 2003 |
Halaman | : | 27 -- 29 |