Mengerti Siapa Berarti Mengerti Bagaimana
Rata-rata pukulan kena pemain kasti meningkat seiring dengan kemampuannya memperkirakan jenis lemparan bola yang ditujukan kepadanya. Ketika dia telah memperkirakan lemparannya akan seperti apa, dia tahu bagaimana harus meresponsnya dan memampukannya untuk lebih sering memukul bola dengan tepat. Demikian juga dengan kepemimpinan; kepemimpinan melibatkan dua hal: perkiraan dan respons. Jika Anda mengetahui tipe orang yang Anda pimpin, Anda akan mengetahui bagaimana harus menghadapi mereka. Artikel ini bukanlah tentang strategi komprehensif kepemimpinan, namun sebuah cetak biru kepemimpinan. Dengan kerangka ini, Anda akan lebih cermat mengamati relasi Anda, baik dengan keluarga, teman, gereja, rekan sekerja, dan lain-lain.
Tidak mudah menggolongkan manusia. Namun, ada tiga kategori besar manusia yang selalu muncul dalam masa pelayanan Yesus, yang sering kali juga kita temui dalam kehidupan kita. Yesus tidak hanya menemui tiga jenis karakter manusia, tapi Ia biasanya juga memiliki standar untuk merespons masing-masing karakter tersebut.
Tiga Jenis Manusia
Orang yang terbeban adalah mereka yang mengalami masalah dalam kehidupannya -- penyakit keras, perceraian, dan kematian dalam keluarga, ketidakberuntungan dalam keuangan, serta beberapa malapetaka lainnya yang telah merampas sikap dan energi normal mereka. Dalam hal kedewasaan rohani, mereka sedang mengalami satu masa dalam kehidupan yang menuntut perhatian yang sifatnya mendesak. Mereka tidak bergerak untuk sementara, dilumpuhkan oleh beban masalah tersebut.
Beda dengan orang-orang terbeban yang dibentuk oleh keadaan, orang-orang yang tak bisa diajar, dibentuk oleh kepercayaan diri yang terlalu berlebihan. Mereka tidak fleksibel, keras kepala, dan berhati keras. Dimotori dengan kebanggaan dan kepercayaan bahwa dirinya benar, hati mereka telah dilatih untuk menolak petunjuk atau pun koreksi. Mereka terancam oleh orang yang mereka anggap menggurui. Mereka menentang apa pun yang di luar kebiasaan. Hati mereka menolak petunjuk dan nasihat alkitabiah.
Orang yang stabil adalah individu yang dapat diajar, yang bebas dari segala jenis masalah kehidupan. Sebagian besar orang Kristen seperti ini, baik yang masih muda maupun yang telah dewasa secara rohani. Dan lagi, mereka mudah didekati. Umumnya, hidup mereka bebas dari masalah dan teratur meski mereka sibuk dan memiliki sedikit masalah.
Menghibur yang Terbeban
Yesus memiliki sebuah respons strategis saat Dia bertemu dengan orang-orang yang terbeban. Yesus memimpin mereka dengan menghibur mereka. Ketika tangan anak Anda terluka karena mengabaikan peringatan Anda untuk tidak bermain dengan pisau, jika Anda bijak, Anda tentunya tidak akan memarahinya (setidaknya menundanya), namun menghiburnya. Yesus bertemu dengan banyak orang yang terbeban, dan Ia menghibur mereka. Ia sadar bahwa instruksi dan teguran tidak akan berhasil pada situasi seperti itu.
Alkitab menceritakan lusinan kisah Yesus menghibur mereka yang terbeban. Sering kali, penghiburan itu berupa kesembuhan fisik. Yesus mentahirkan penderita kusta yang memohon kesembuhan (Markus 1:40-42). Yesus memulihkan Ibu mertua Petrus yang sakit (Matius 8:14-15). Yesus memberikan penghiburan kepada Bartimeus dengan mencelikan matanya (Markus 10:46-52). Yesus juga memberikan penghiburan kepada orang yang terbeban karena stres dan kehilangan orang yang dicintai. Yesus menyembuhkan seorang hamba orang Romawi yang berteriak-teriak memanggil Dirinya, sehingga tuannya disembuhkan (Matius 8:5-13). Yesus tidak berusaha mengajar seorang janda yang anak tunggalnya baru saja mati. Menyadari bahwa janda tersebut sedang bingung, Yesus memberikan penghiburan kepada janda itu dengan membangkitkan anaknya (Lukas 7:11-15). Sewaktu murid-murid mengetahui bahwa Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya, Yesus memberikan penghiburan kepada mereka dengan memberikan waktu untuk b erduka (Markus 6:27-32). Bahkan di kayu salib, Yesus menenangkan seorang kriminal yang disalib di sampingnya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Lukas 23:43). Yesus menenangkan ibunya -- yang sangat terbeban karena penderitaan salib dan kematian yang harus dialami-Nya -- saat meminta Yohanes untuk menjaganya (Yohanes 19:26-27). Dia telah memberikan penghiburan kepada banyak orang dengan mukjizat dan firman selama karya pelayanannya, Yesus menyatakan diri setelah kebangkitannya dari maut dengan berkata kepada murid-murid: "Jangan takut" (Matius 28:10) dan "Damai sejahtera menyertai engkau" (Yohanes 20:19, 21, 26). Sewaktu Yesus bertemu dengan orang yang "lumpuh" karena beban masalah, Yesus memimpin mereka dengan menghibur mereka. Hal ini harus kita teladani.
Saat seorang teman merasa sangat terbeban karena harus menitipkan orang tuanya ke panti jompo, dia membutuhkan penghiburan lebih daripada yang lain, dan saya merupakan alat Tuhan yang paling potensial untuk melakukannya. Bisa dengan mengunjunginya, mengirim karangan bunga, mengirim surat-surat yang menyemangatinya, berdoa bersama, atau sekadar menjadi pendengar yang baik (yang terbukti efektif bagi teman saya). Selain itu, saya juga telah menghibur banyak orang terbeban yang lain. Sikap berhati-hati di dalam membangun relasi memampukan saya melihat kesempatan-kesempatan itu dengan lebih jelas. Pikirkan seseorang yang sedang mengalami masalah hidup. Bagaimana Anda dapat membantunya?
Tegas Terhadap yang Bebal
Jika orang yang terbeban melihat sisi lembut Yesus, orang yang bebal melihat sisi keras dari Yesus. Yesus tidak memberikan firman yang menenangkan atau mengampuni perilaku mereka. Namun, kepemimpinan-Nya keras. Dengan tegas dan lugas, Dia menegur orang yang keras hati, tak peduli status dan jabatannya.
Dalam pelayanan-Nya, sebagian besar orang-orang yang keras hatinya adalah para pemimpin agama. Yesus menentang ketidakfleksibelan pandangan orang Farisi tentang Sabat dengan menyembuhkan orang yang tangannya mati (Lukas 6:6-11; lihat juga teguran Yesus terhadap pegawai sinagoga yang menentang kegiatan-Nya pada hari Sabat dalam Lukas 13:10-17). Ketika orang Farisi yang bebal menguji Yesus tentang perceraian, Yesus menegur mereka (Matius 19:8). Yesus menolak dan menegur mereka saat orang-orang Farisi meminta sebuah tanda (Matius 12:38-45; lihat juga Matius 16:1-4 ketika Yesus menolak permintaan yang sama). Yesus menentang orang-orang Saduki yang merasa diri benar, padahal mereka salah memahami Injil (Matius 22:29). Yesus menentang Simon orang Farisi dengan perumpamaan dan pengajaran singkat mengenai kelemahlembutan setelah dia mempertanyakan kepantasan seorang perempuan yang membasuh kaki-Nya (Lukas 7:36-50).
Yesus juga meluruskan kebodohan dengan teguran. Hal ini biasanya nampak saat Dia memimpin para murid-Nya, yang kadang susah diajar. Mereka ditegur karena tidak taat di Taman Getsemani (Matius 26:36-46) dan dalam perjalanan ke Emaus (Lukas 24:25-26). Yesus juga menentang kebodohan mereka (Markus 7:18) dan ketidakpercayaaan mereka (Matius 14:31; 17:20; Markus 4:40; Lukas 8:25; lihat juga di Yohanes 20:27-29), dan kadang Dia menyatakan secara gamblang kekerasan hati mereka (Markus 8:17; lihat juga Markus 6:52). Ketika para murid membicarakan siapa yang tebesar di antara mereka, Yesus menanggapi kesombongan diri mereka dengan sebuah pernyataan yang tegas: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (Markus 9:35). Yesus secara konsisten menegur orang yang tidak bisa diajar.
Sayangnya, kita semua mengetahui orang-orang dengan karakter seperti ini. Bahkan, saya dulu pun juga termasuk orang yang tidak mau diajar, sampai orang yang mengenalkanku pada Kristus menyodorkan sebuah ayat dan akhirnya saya bertobat.
Teguran dapat berupa sebuah pertanyaan, sebuah bagian di dalam Alkitab, atau pertentangan, yang semuanya harus dilakukan dengan kelemahlembutan. Kemampuan Yesus yang dengan keras menegur orang yang tidak bisa diajar, berakar dari kemampuan-Nya untuk memahami hati manusia secara tepat. Karena kita kurang mampu seperti Yesus, Paulus mengingatkan kita untuk "ramah terhadap semua orang ... dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan (2 Timotius 2:24-25). Ketika harus menemui orang yang keras hati dan bebal, mintalah kepada Tuhan roh kelemahlembutan dan keberanian untuk menghadapi mereka.
Menantang Orang yang Stabil
Jutaan orang sehat berolahraga setiap hari supaya bertambah kuat dan sehat. Menyadari bahwa hidup orang seperti ini juga harus bertumbuh secara rohani, Yesus mencoba mendidik mereka dan membuat mereka "merasa tidak nyaman" dengan perkataan atau tindakan yang menantang.
Para murid Yesus adalah orang-orang yang stabil saat Yesus menemui mereka untuk pertama kalinya, jadi Dia menantang mereka untuk meninggalkan cara hidup mereka dan mengikut-Nya (Matius 4:19; Lukas 5:27; Yohanes 1:43). Ia menantang Simon Petrus (seorang nelayan musiman yang kurang beruntung) untuk memercayai-Nya dengan menebarkan jala untuk kali terakhir (Lukas 5:4-6). Perempuan Samaria di sumur juga Ia tantang dengan suatu tantangan yang kemudian memperluas pemahamannya akan budaya, penyembahan, dan akhirnya identitas Yesus sendiri. Yesus menyatakan diri bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan, dan memberikan keselamatan padanya dan banyak orang di kotanya (Yohanes 4:7-42). Yesus menyingkapkan kesulitan-kesulitan dalam pemuridan kepada kedua belas murid-Nya yang stabil: "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (Matius 10:38-39). Saat memberi makan 5.000 orang, Yesus menyuruh murid-murid-Nya, "Kamu harus memberi mereka ma kan!" (Markus 6:37); Yesus menantang mereka untuk mempertimbangkan persediaan makanan yang mereka miliki. Yesus pernah menantang para pengikut-Nya dengan "perkataan keras" yang membuat banyak orang meninggalkan-Nya (Yohanes 6:53-60). Ketika Petrus bertanya kepada Yesus tentang seberapa banyak ia harus mengampuni saudaranya, jawaban Yesus memperluas pemahaman Petrus tentang pengampunan (Matius 18:21- 22). Seorang pejabat muda yang kaya pergi dengan hati yang sedih karena tidak mampu memenuhi tantangan Yesus untuk merelakan segala hartanya (Matius 19:16-22). Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menantang Petrus untuk menggembalakan domba-Nya (Yohanes 21:15-17). Bahkan, Amanat Agung Tuhan pun menantang orang yang stabil dan menguji batas kemampuan mereka (Matius 28:18-20).
Yesus biasanya tidak menantang orang bebal karena Yesus tahu mereka akan menolaknya. Yesus juga tidak menantang orang-orang yang berbeban berat karena masalah hidup, karena Dia tahu mereka tidak dapat menanggapinya. Sebagai seorang pemimpin yang bijak, Yesus pun menjadi seorang murid, dan menyimpan tindakan dan kata-kata-Nya yang menantang untuk mereka yang stabil.
Kebanyakan orang adalah orang yang stabil. Tuhan memakai mereka pada saat mereka dapat bertahan untuk dididik dalam perjalanan spiritual mereka. Saya pernah menantang seorang teman untuk menginjili, dan kini ia pun aktif menginjili. Kadang, cara terbaik untuk belajar menantang seseorang yang hidupnya stabil adalah dengan bertanya kepada mereka: "Kira-kira langkah apa yang harus Anda ambil dalam perjalanan Anda bersama Yesus Kristus?" Dengarkan dengan saksama jawaban mereka, dan tawarkan bantuan dan tanggung jawab Anda.
Bukan Sebuah Formula yang Kaku
Kepemimpinan tidak kaku; Yesus tidak selalu merespons seseorang dengan sesuai dengan jenis karakternya. Saat Lazarus sakit, Maria dan Marta memberi kabar kepada Yesus supaya datang dan menyembuhkan saudara mereka. Bukannya datang untuk menyembuhkan Lazarus, Yesus menunda kedatangan-Nya hingga Lazarus mati. Yesus mendidik mereka bahkan sewaktu mereka mengalami krisis hidup. Yesus akhirnya memberikan kelegaan kepada Maria dan Marta dengan membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11). Sewaktu para murid membangunkan Yesus di tengah badai, pertama-tama Yesus menenangkan mereka dengan meredakan badai itu, dan kemudian Dia menegur hati mereka yang bebal: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (Markus 4:40). Nikodemus, orang Farisi yang mendatangi Yesus waktu malam, awalnya ditantang dengan pengajaran baru tentang "kelahiran kembali", tapi Yesus juga menegurnya: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?" (Yohanes 3:10). Yang terakhir, seorang perempuan Kanaan yang meminta Yesus untuk menyembuhkan anak permpuannya yang kesurupan, imannya ditantang sebelum ia mendapatkan kelegaan (Matius 15:22-26). Kita seharusnya memerhatikan hal-hal ini dan juga pengecualian yang lain dalam memimpin, sering-seringlah memodifikasi "resep" daripada terus-menerus menggunakan resep yang sama.
Tak Ada Orang yang Terlewat
Mari kita hadapi: Memimpin adalah kerja keras. Keterlibatan mendalam pada kehidupan orang lain tidaklah mudah. Kita telah dipanggil untuk memimpin, dan setiap orang Kristen rindu akan pimpinan. Tidak ada salahnya memiliki sebuah pelayanan yang khusus melayani salah satu kategori di atas, tapi sebuah pelayanan yang menghindari dan mengabaikan semua kategori anak-anak Tuhan adalah tidak seimbang. Yesus memberi teladan sebuah pelayanan yang seimbang dengan merespons secara tepat setiap orang yang Dia temui. Kalau kita mengikuti teladan Yesus dalam pelayanan yang seimbang, kita tidak akan melewatkan kebutuhan banyak orang di dalam kehidupan kita.
Orang di setiap kategori bisa dengan mudah terlewatkan jika kita memunyai mentalitas yang sempit. Sayangnya, hal itu adalah sesuatu yang umum. Orang yang terbeban kadang terabaikan karena mereka terkesan berantakan. Padahal, mereka menangis meminta pertolongan. Lihat saja orang-orang terbeban yang berkenalan dengan Yesus: Yairus, yang anak perempuannya hampir mati (Markus 5:22-24, 35-42); perempuan penderita pendarahan selama dua belas tahun yang mendekati dan menjamah jubah Yesus (Markus 5:25-34); dua orang buta yang memanggil-manggil Yesus sewaktu Ia melintas (Matius 20:30-34). Orang yang terbeban meminta kelegaan, dan Yesus tak pernah melewatkan seorang pun. Orang bebal sering kali terlewatkan karena teguran itu sulit dan tidak enak untuk dilakukan. Namun, Yesus tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menegur orang bebal. Ia bahkan menghampiri mereka untuk menegur mereka. Orang yang stabil sering terlewatkan karena kestabilan tidak memerlukan respons ya ng mendesak. Banyak pemimpin terlalu sibuk untuk mengurusi "suara" orang yang terbeban sehingga tidak memerhatikan "kebisuan" orang yang stabil.
Kesimpulan
Pukulan setiap pemain kasti profesional bertambah baik dari waktu ke waktu; hal ini sama dengan kepemimpinan. Hanya Yesus yang memunyai rekor pukulan sempurna, dan Dia memberikan kepada kita banyak teladan untuk membantu kita meningkatkan pukulan kita. Kepemimpinan, layaknya kasti, memerlukan perkiraan dan respons. Jika kita mengenal tipe orang yang dengannya kita bekerja, kita akan mampu membantu orang yang kita pimpin untuk bertumbuh. (t/Dian dan Adwin)
Diterjemahkan dan diringkas dari: