Menggunakan dan Menyalahgunakan Otoritas
BAGIAN A3
MENGGUNAKAN DAN MENYALAHGUNAKAN OTORITAS
Daftar isi :
A3.1 - Menyalahgunakan Otoritas
A3.2 - Otoritas Pemberian Allah
A3.3 - Pemimpin-pemimpin yang patut diikuti
Menyalahgunakan Otoritas
Pendahuluan
Seorang pemimpin sidang yang terkenal tercatat pernah menyatakan suatu pendapat nya yang membahayakan, mengatakan :
Apabila suatu 'otoritas suatu utusan' atau 'otoritas rohani' mau membicarakan sesuatu atau ingin memberi nasehat pada bawahan nya, ia dapat berbicara dengan otoritas Allah. Dan apabila otoritas utusan Allah itu mulai mencampuri kehidupan kita, Tuhan menyuruh kita untuk mentaatinya SEPERTI MENfTAATINYA SENDIRI.
Seorang pemimpin gereja yang lain menyatakan sesuatu keadaan yang tidak seimbang ketika ia berkata : Anda akan diajar oleh Roh Kudus dengan .... ajaran kerasulan ... atau anda akan tertinggal di Babil. Tak ada jalan tengah. Hanya ada satu pilihan. Atau bersikap rohani dengan menundukkan diri, atau Babil.
Kini saya akan mencoba menerangkan. Saya sendiri merasa saya adalah seorang yang ingin menghormati semua otoritas/wewenang yang sah. Namun saya tak dapat menyetujui pengaruh dari konsep beberapa guru dalam mengajarkan pengajaran 'kerasulannya/murid-murid mereka'.
Dalam pelajaran ini, kami akan melihat penyalahgunaan otoritas di dalam gereja, sesuatu hal yang selalu saja membingungkan dan meresahkan banyak umat Allah.
Apabila kebenaran Alkitab dilaksanakan secara ekstrim dan tak seimbang, maka akan menghancurkan banyak kehidupan.
Di Jonestown-Guyana, bunuh diri secara masal oleh para pengikut Jim Hones sebanyak lebih dari 900 orang, menggambarkan apa yang bakal terjadi bila kita salah menggunakan kebenaran tersebut. Jim Jones adalah seorang pemimpin sidang di Amerika yang menuntut penundukan mutlak dari para pengikutnya (pemujanya).
Dalam Roma 13:1, kami diperintahkan : Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah, dan pemerintah- pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah.
Dengan memakai ayat dalam Alkitab tersebut di atas, doktrin dari penundukan telah diperkembangkan baik di kalangan Protestan maupun dikalangan Katolik. Seringkali doktrin-doktrin ini melangkah jauh di luar konsep rohaniah tentang penundukan yang diajarkan dalam Perjanjian Baru, hingga tidak lagi Alkitabiah dan pada konsep-konsep yang tak Alkitabiah ini kita harus berani melawannya.
"Kebenaran, seperti telah dinyatakan dalam Yesus, selalu membawa kebebasan (Ef 4: 21) KEBENARAN senantiasa akan membuat anda bebas untuk menjadi seperti apa yang Tuhan inginkan. Kebenaran itu tak akan membawa anda pada perhambaan pada suatu tingkatan/peraturan agama yang mengaburkan kehendak Allah yang dinyatakan dalam hidup anda.
Apabila Alkitab berbicara tentang otoritas yang LEBIH TINGGI, maka dapatlah kita bayangkan adanya tingkat-tingkat OTORITAS di mana kita sendiri berada di suatu tingkat, di bawah suatu otoritas yang lain. Hal itu juga menunjukkan bahwa kadang-kadang otoritas yang lebih tinggi (yang kudus) itu bertentangan dengan otoritas yang lebih rendah (yang manusiawi) dan bahwa pada saat-saat seperti itu kita harus memilih untuk lebih tunduk pada Allah daripada pada para pemimpin rohani (Kis 5:29).
Dari TUJUH tingkatan otoritas yang disebutkan dalam Alkitab, TIGA DI ANTARANYA TIDAK ADA HUBUNGANNYA dengan manusia.
Ketiga tingkatan ini hanya dikhususkan untuk Allah. Ketiga tingkat tersebut adalah otoritas Agung, Otoritas Kebenaran dan Otoritas hati Nurani. Kami akan menerangkan arti-arti ini kelak.
Sayang, sejarah telah dipenuhi dengan contoh-contoh dari para pemimpin rohani dan politik yang menguntungkan diri mereka sendiri dengan mendapatkan gelar-gelar otoritas, dan kedudukan tinggi bagi mereka sendiri yang dalam Alkitab sebenarnya hanya diperuntukkan bagi Allah saja.
Mengapa saya persembahkan tulisan pengajaran ini ialah untuk mencegah para pemimpin sidang untuk memakai otoritas yang tidak sesuai dengan Alkitab dan untuk mencegah anggota sidang yang dengan keliru menyerah pada kekuasaan manusia.
A. TIGA TINGKATAN OTORITAS YANG HANYA DISEDIAKAN UNTUK ALLAH
1. Otoritas Agung atau Yang Rajani
Otoritas yang tertinggi adalah OTORITAS AGUNG atau YANG RAJANI.
Tingkat otoritas ini tak pernah dipertanyakan atau ditantang, karena otoritas ini mutlak, yang tak mungkin dapat salah, suatu otoritas yang maha besar. Dan otoritas ini hanya dimiliki oleh Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Beberapa denominasi bangga akan kedudukan mereka pada tempat yang dimuliakan yang sebenarnya, secara Alkitabiah HANYA DIPERUNTUKKAN BAGI TUHAN. Menurut ALKITAB SAMA SEKALI TIDAK ADA ALASAN BAGI PARA PEMIMPIN SIDANG (atau manusia manapun) UNTUK MENGGUNAKAN OTORITAS YANG AGUNG INI.
Alkitab dengan tegas memperingatkan bahwa mereka yang melakukan hal ini, bagaimanapun juga akan jatuh ke dalam dosa yang sama yang menyebabkan kejatuhan setan dari sorga. Lucifer/iblis mencoba untuk meninggikan dirinya sendiri dan mencoba untuk mendapatkan otoritas yang hanya dimiliki oleh ALLAH SENDIRI.
" Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar (Lucifer), karena kau berkata dalam Hatimu : 'Aku hendak naik ke langit .. untuk mendirikan tahta yang tertinggi ... Aku hendak ... menyamai Yang Mahatinggi (Yes 14:12-14 tlb)".
Kejatuhan setan dari Sorga disebabkan karena ia mencoba untuk merampas otoritas Agung yang hanya dimiliki Allah sendiri. Hendaknya para pemimpin waspada. Anda dapat saja jatuh dalam jerat yang sama seperti yang dialami iblis.
a. Yesus Kristus- Satu-satunya Kepala Agung Dari Gereja.
Dalam suratnya kepada jemaat di Epesus, Rasul Paulus menuliskan bahwa hanya Yesus saja yang menempati tempat tertinggi dalam Gereja.
... aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah ... untuk memberikan kepadamu Roh Hikmat untuk mengenal SIAPA KRISTUS ITU ... dan betapa hebat kuasaNya ... bagi kita yang percaya sesuai dengan kekuatan kuasaNya .... yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kananNya di sorga jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan (MANAPUN) dan tiap-tiap nama yang dapat disebut .... Dan Allah telah meletakkan SEGALA sesuatu di bawah kaki Kristus dan Dia (dan HANYA DIA) diberikanNya kepada jemaat sebagai KEPALA DARI SEGALA YANG ADA" (Ef 1:6-22 tlb).
Tuhan Yesus Kristus adalah satu-satunya yang memegang kedudukan yang agung di atas orang-orang Kristen. Ia adalah satu-satunya yang dimahkotai, lebih tinggi dari semua penguasa dan kuasa.
Ia telah ditinggikan, ".... jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkanNya di bawah kaki Kristus ... DIA HARUS MENJADI KEPALA ATAS SEGALA SESUATU YANG ADA DI DALAM GEREJA, gereja yang adalah tubuhNya yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu " (Ef 1:21- 23).
Kedudukan sebagai penguasa agung ini hanyalah milik Allah yang adalah Kepala dan selama ada kaitannya dengan gereja, maka tempat tersebut hanyalah disediakan bagi Tuhan Yesus saja.
Ibrani pasal 1 juga mengajarkan pada kita bahwa Yesus Kristus berada di tempat yang khusus, menjadi satu-satunya Kepala Gereja.
" ... Allah ... pada akhir zaman ini telah berbicara kepada kita dengan perantara AnakNya yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada sebagai waris (pemilik yang sah menurut hukum) ... tentang Anak (Yesus) Ia (Bapa) berkata : "TahtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya ... Allah telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan MELEBIHI teman-teman sekutumu" (Ibr 1:1-9).
Kedudukan ini menempatkan Yesus di atas semua orang di dalam gereja. Hal ini berarti bahwa tak seorangpun, apapun kedudukannya atau apapun gelarnya dapat bangkit dan menempati suatu kedudukan yang menyamai otoritas Tuhan kita Yesus, yang memegang kedudukan yang tertinggi ini.
Ia ditinggikan melebihi para malaikat, semua tahta yang lain, selama-lamanya.
Ia diberi tempat yang tertinggi baik di zaman ini maupun di zaman yang akan datang.
b. Hati-hati Bagi Mereka Yang Mau "Mengambil Tempat Kristus"
Seorang atau gereja manapun yang mencoba untuk menaiki tingkat ini dengan membuat bagi dirinya (baik di bumi maupun di sorga) Jabatan Ke-gereja-an, yang sama atau yang melebihi Yesus telah berdiri pada batas untuk bergabung dengan roh antikristus.
Istilah 'antikristus dalam Perjanjian Baru tak hanya berarti 'melawan Kristus' tapi juga berarti 'menempati kedudukan Kristus' (antee dalam bahasa Yunani berarti 'sebagai ganti' atau 'didalam tempat' yang berarti mengganti kedudukan).
Contohnya, kelompok agama seperti gereja Katolik, yang menempatkan seorang 'di tempat Kristus' adalah salah memberikan tempat Kristus pada orang lain.
Dalam teologia Katolik, Paus adalah Pengganti Kristus di bumi ini (The Vicar of Christ on Earth). Vicar berasal dari kata Vicarius, yang berarti 'mengganti' = menempati tempat.
Ini adalah teologia yang berbahaya terutama sejak ucapan-ucapan dari Paus Ex Cathedra (dari takhta kepausan) dinilai tak mungkin dapat salah oleh para pemimpin gereja Katolik.
Ini adalah apa yang Yesus peringatkan pada kita tentang apa yang akan terjadi. Ia mengatakan pada kita : "Sebab banyak yang datang dengan MEMAKAI NAMAKU (dari orang Kristen) dan berkata : 'Akulah Mesias dan mereka akan menyesatkan banyak orang'. (Mat 24:5).
Dalam Wahyu 19, Roh Kudus dengan sangat jelas mengatakan bahwa Yesus Kristus menempati tempat yang khusus di dalam Rencana Allah. Dalam ayat 16, Ia digambarkan mempunyai tulisan pada jubahNya : "RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN SEGALA TUAN".
Di atas segala raja Ia adalah Raja dan di atas segala tuan, Ia adalah Tuan. Bagi Dia diberikan tempat dan otoritas yang tertinggi, otoritas yang mutlak. Tidak ada otoritas di gereja manapun di mana seorang Kristen diwajibkan untuk menundukkan diri tanpa dalih selain pada Tuhan Yesus Kristus.
Seringkali kita melihat bahwa gereja-gereja dan para pemimpin gereja menuntut bahwa otoritas yang tertinggi itu berada di tangan mereka. Hal itu bukan saja tak sesuai dengan Alkitab, tapi melawan Alkitab, dan untuk ini kami akan menerangkannya lebih lanjut.
2. Otoritas Kebenaran. (Veracious Authority)
Kata "Veracious" diambil dari kata "veracity" yang berarti kebenaran atau yang selalu benar melampaui apapun walau dalam bayangan kebimbangan.
Contohnya ketika anda masih duduk di bangku sekolah, anda diajar suatu kebenaran yang sangat sederhana dalam pelajaran matematika : 2 + 2 = 4. Guru anda saat itu berkata dalam otoritas kebenaran.
Rumusan matematika yang sederhana ini adalah suatu fakta, yang tidak perlu untuk diperdebatkan, dipertimbangkan ataupun diuji kebenarannya, karena hal itu adalah benar. Rumusan tersebut adalah pernyataan dari fakta matematika yang tak dapat dibantah.
Seperti contoh di atas, segala sesuatu yang merupakan kebenaran mempunyai otoritas karena fakta menunjukkan bahwa hal itu benar.
Rasul Paulus mengakui hal ini.
Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran ... (2 Kor 13:8). Kebenaran mempunyai otoritas.
a. Kebenaran Mempunyai Otoritas
Menolak kebenaran sama saja dengan menghadapi hukuman ...supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran ... (2 Tes 2:12).
1) Allah Bapa Mengucapkan Kebenaran. Allah senantiasa mengatakan yang benar, karena itu FirmanNya selalu mengandung otoritas Kebenaran.
"Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta ... Masakan Ia berfirman dan tidak melakukanNya, atau berbicara dan tidak menempatiNya ?" (Bil 23:19).
"..Aku tidak akan melanggar perjanjianKu dan apa yang keluar dari bibirKu tidak akan Kuubah" (Mzm 89:34-35).
2) Anak Allah (Yesus) Mengucapkan Kebenaran. Yesus berkata padanya : Akulah ... kebenaran (Yoh 14:6). Karena Ia adalah Kebenaran Apapun yang diucapkan adalah benar dan mengikat, "kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan ... mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran/kebenaran" (Mrk 12: 14).
"... Karena ... kebenaran datang oleh Yesus Kristus" (Yoh 1:17)
Karena itu agar kita diselamatkan, kita harus mempercayai apa yang Ia katakan : "... barangsiapa tidak percaya kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya " (Yoh 3:36).
3) Allah Roh Kudus Menyatakan Kebenaran. Alkitab menyatakan kualitas kebenaran itu dari Allah, Roh Kudus. Tiga kali Yesus menggambarkan Roh Kudus itu sebagai "... Roh Kebenran ..." (Yoh 14:17; 15: 26; 16:13).
Dalam I Yohanes 5:6 kita membaca "Roh adalah Kebenaran" Demikianlah Roh Kudus merupakan suatu pernyataan dari otoritas Kebenaran dalam KE-ALLAH-AN itu.
b. Alkitab Mempunyai Otoritas. Ayat-ayat dalam Alkitab diberikan oleh Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai suatu pernyataan dari kebenaran dan karena itu ketiga Pribadi itu menempati tempat otoritas Kebenaran. Otoritas ini aktif dalam kehidupan manusia, sekalipun manusia tidak mengakuiNya.
Kami memiliki Firman Allah, yang dinyatakan tidak hanya dalam pribadi Yesus, Firman yang menjadi daging (Yoh 1:1,14) tetapi kami juga mempunyai Firman yang dinyatakan dalam Alkitab (Firman yang tertulis).
1) Diilhami Oleh Roh Kudus. Alkitab tertulis sebagai akibat kerja dari Roh Kudus atas manusia. Roh Kudus secara Ilahi mengilhami manusia dalam pikiran dan kata-kata mereka. Daud menggambarkan fenomena ini dalam kata-kata : 'Roh Tuhan berbicara dengan perantaraanku, firmanNya ada di lidahku' (2 Sam 23:2).
Allah menghembuskan ke dalam mereka Firman-FirmanNya.
"... tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah" (2 Pet1:21). Orang-orang tersebut mencatat Firman Allah itu bagi kita.
Dan apa yang Ia hembuskan ke dalam manusia menjadi pernyataan dari Tuhan kita, penuh dengan otoritas dalam Firman yang tertulis "Segala tulisan yang diilhamkan Allah (Dalam bahasa Yunani : theopneustos, berarti yang dihembuskan secara ilahi ke dalam) ..." (2 Tim 3:16).
Kesimpulannya, apabila kita melihat pada pekerjaan Roh Kudus dalam kaitannya untuk membawa kebenaran pada manusia, kita tahu bahwa Ia telah mengilhami atau menghembuskan ke dalam manusia hingga menjadi apa yang kita sebut Alkitab.
Alkitab telah memberi kita sebuah buku yang diilhami oleh Roh Kudus dan disebut Alkitab dan tentang Kitab itu Ia berkata : " ... TauratMu benar ... segala perintahMu adalah benar " (Mzm 119:142,151).
Itulah sebabnya Alkitab menempati tempat otoritas KEBENARAN untuk orang-orang Kristen (dan semua umat manusia). Kita harus menilai apa yang benar berdasarkan apa yang dikatakan Alkitab.
2) Tiga Pedoman Untuk Otoritas Alkitab. Kita hidup pada masa di mana Alkitab diserang dari dalam maupun luar gereja, maka kita harus meneguhkan kembali apa yang telah dibangun oleh para pemula gereja, pada zaman gereja mula-mula.
Ratusan tahun yang lalu para pemimpin mengadakan pertemuan yang membahas masalah-masalah tertentu yang dihadapi gereja, masalah yang dapat merusak iman dan pelayanan orang percaya.
'Pengakuan Westminster" yang merupakan hasil dari pertemuan ini mengandung tiga pernyataan yang seharusnya dipakai sebagai pedoman oleh para pemimpin sidang dalam pengertian mereka tentang OTORITAS KEBENARAN dari Alkitab. Tiga pernyataan tersebut adalah :
a) Tak satupun yang bertentangan dengan Alkitab dapat dinyatakan benar.
b) Tak satupun yang ditambahkan pada Alkitab yang dapat dinyatakan benar untuk dilakukan
c) Setiap orang yang percaya bertanggung jawab pada Allah untuk menyelidiki Alkitab, untuk melihat apakah yang dikatakan oleh para pemimpin sidang itu benar.
3) Sidang di Berea dipuji. Pengakuan Westminster didasarkan atas Kisah Para Rasul 17:10,11 :
"Pada malam itu juga segera saudara-saudara disitu menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. Orang-orang Yahudi di kota itu (di Berea) lebih baik hatinya daripada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki kitab suci untuk mengetahui apakah semuanya itu benar demikian."
Rasul Paulus dan Silas membawa berita dari Kristus ini ke orang-orang Yahudi di Berea (yang pada saat itu hanya mempunyai Alkitab Perjanjian Lama). Mereka memuji orang-orang Berea untuk 2 hal :
a) Mereka mengakui bahwa Kebenaran Alkitab lebih besar daripada para pemimpin sidang (para rasul)
b) Mereka menyelidiki (memeriksa) Alkitab setiap hari untuk melihat apakah yang dikatakan oleh para pemimpin jemaat (Paulus dan Silas) mengandung kebenaran.
Orang-orang Berea bukannya menantang Rasul-rasul dengan sikap memberontak, tapi mereka ingin memastikan apakah yang diajarkan pada mereka itu sesuai dengan Alkitab.
Mereka dipuji oleh Roh Kudus karena hikmat yang mereka miliki. Mereka cukup bijaksana karena mengakui bahwa Allah telah memberi sebuah buku, dan dengan buku ini setiap orang dan pengajarannya harus diuji kebenarannya, tidak peduli apakah ia seorang rasul, atau seorang malaikat dari Surga.
"Jika ... seorang malaikat dari Sorga yang memberitakan kepada kamu tentang Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia" (Gal 1 :8).
Sekalipun gunung meletus di tengah-tengah kebangunan rohani, yang disertai api dan asap, suara nafiri dan nyanyian para malaikat ... apabila yang diajarkan dalam kebangunan rohani itu bertentangan dengan Alkitab maka kebangunan rohani tersebut tidak mempunyai kekuatan apa-apa.
4) Otoritas yang Terakhir. Allah berfirman melalui Yesaya "Ujilah semua ini ... kata-kata yang bertentangan dengan Firman Allah ! ... apabila kata-kata yang disampaikan tidak sesuai dengan perkataanKu, itu karena Aku tidak mengirimnya, di dalam mereka tidak ada terang dan kebenaran" (Yes 8:20 tlb).
Allah mengatakan pada kita lewat Yesaya bahwa Alkitab harus menjadi otoritas yang terakhir untuk iman dan perbuatan. Baik yang melayani mujizat-mujizat atau para pemimpin gereja, atau para malaikat tidak mempunyai kuasa yang sebanding dengan Alkitab.
Prinsip Alkitabiah ini yang merupakan otoritas akhir dari iman dan perbuatan, telah ditanamkan selama hampir 4000 tahun yang lalu ketika Allah memberikan Pentateuch (ke lima buku pertama dari Allah) pada seorang bernama Yosua, pengganti Musa.
Allah berkata kepadanya, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya ..." (Yos 1:8).
Allah berkata kepada Yosua, "Apabila kamu mau berhasil dan berkelimpahan ambillah buku ini, BACALAH dan hiduplah seperti apa yang kamu baca".
Dan perintah ini juga diberikan bagi mereka yang mau hidup sejahtera. Ambillah Alkitab hiduplah sesuai dengan apa yang tertulis di dalamnya dan ujilah segala sesuatu secara Alkitabiah.
Alkitab adalah OTORITAS KEBENARAN yang lebih tinggi dari urusan apapun di gereja. Di atas semua petugas apapun di gereja, tidak peduli apakah ia seorang rasul, paus, nabi, kardinal, penginjil, bishop, pastor, pendeta, guru, ataupun tua-tua.
Gereja Katholik Roma mengakui otoritas kebenaran dari Alkitab ini, karena Paus sekalipun tidak dibenarkan mengajar suatu doktrin yang berlawanan dengan Alkitab.
Daud berkata, "Dia (Tuhan) telah membuat namaNya dan janjiNya melebihi segala sesuatu" (Mzm 138:2). Pikirkanlah ! Allah telah memberi Kristus nama di atas segala nama (Fil 2:9), namun Ia telah meninggikan FirmanNya bahkan di atas namaNya. Dan ini menempatkan Alkitab di atas setiap otoritas manusia, apakah mereka itu rohaniawan, politikus ataupun militer.
Setiap orang beriman berkewajiban memeriksa (menyelidiki) Alkitab untuk mengetahui apakah para pemimpin gereja itu mengajar sesuai dengan Alkitab atau tidak. Kita tidak seharusnya percaya atau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan Alkitab, Firman Allah.
Di manapun dalam Alkitab atau ajaran dari bapak-bapak kita pada gereja zaman awal, tidak kita temukan fakta bahwa para pemimpin gereja (atau manusia siapapun) yang berbicara dengan otoritas kebenaran. Otoritas kebenaran Alkitab ada di atas tingkatan otoritas manusia.
3. Otoritas Dari Hati Nurani
Tingkat ketiga dari Otoritas yang diajarkan Alkitab pada kita adalah otoritas HATI NURANI.
Beberapa orang membantah dengan mengatakan bahwa tidaklah mungkin menemukan sesuatu yang benar dari yang salah. Namun sebanarnya setiap orang yang berkapasitas mental normal harus mengetahui adanya sesuatu yang benar dari yang salah setiap orang ! Bagaimana hal itu mungkin terjadi ?
Kita semua tentu tahu apa yang TIDAK kita inginkan orang lain memperlakukan kita. Kita tidak ingin orang lain berlaku tidak adil terhadap kita demi keuntungannya sendiri. Kita tidak mau seorang mengganggu kita. Kita tidak mau seseorang membongkar rumah kita dan mencuri semua harta benda kita.
Kita tidak ingin dibunuh, kita tidak ingin istri atau anak kita diperkosa, atau anak-anak kita bersundal atau berzinah.
Itulah sebabnya kita tahu sesuatu yang benar dari yang salah. Sekalipun kita tidak memiliki sebuah Alkitab yang memberitahukan hal itu pada kita. Kita tahu apa yang tidak kita inginkan orang memperlakukan kita, maka kitapun mengetahui bahwa kitapun tak boleh melakukan hal yang sama pada orang lain.
Atas prinsip itulah 10 Hukum itu berdiri.
Satu-satunya hal yang Allah minta dari kita adalah untuk tidak melukai baik kita maupun seseorang yang lain. Oleh karena itu apabila kita hidup sesuai dengan 10 Hukum, kita sepertinya menjaga kehidupan kita ataupun kehidupan orang lain agar tetap baik.
Dan dengan cara ini, setiap hak seseorang untuk mendapatkan suatu kehidupan, kedamaian dan kebahagiaan akan terlindungi.
Sekarang, dengan mengerti apa yang tidak kita inginkan orang lain melakukan terhadap kita dan dengan mengerti apa yang seharusnya tidak kita lakukan terhadap orang lain, itulah yang disebutkan Alkitab sebagai HATI NURANI.
a. Para Rasul mengajar mengenai Hati Nurani :
1) Jangan melanggarnya. Rasul Paulus menetapkan otoritas hati nurani dalam tulisan-tulisannya. Contohnya : Pada masa Alkitab, terdapat banyak keyakinan agama mengenai jenis-jenis makanan tertentu. Ia memperingatkan kita agar berhati-hati bila kita makan supaya tidak melanggar hati nurani dari :
a) Orang Lain. "Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus ". (1 Kor 8:12) atau :
b) Perasaan Anda Sendiri. "Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan (Terj.bhs Ing : Karena makanan tidak merusakkan pekerjaan Tuhan). Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang jika oleh makanannya orang terserandung (bhs. Ingg : yang makan dengan perasaan berdosa) (Rm 14:20).
"Tetapi barangsiapa yang bimbang kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia melakukan itu tidak berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa" (Rm 14:23).
2) Orang-orang Kafir Akan Diadili Karenanya. Dalam Perjanjian Baru, Hati Nurani membawa kuasa yang sangat besar. Seringkali saya mendapat pertanyaan-pertanyaan : "Saudara Ralp, apa yang terjadi pada orang-orang kafir yang belum pernah mendengarkan Injil ?"
Rasul Paulus menjawab pertanyaan ini : "Sebab semua orang yang berdosa tanpa Hukum Taurat akan binasa tanpa Hukum Taurat, ... apabila bangsa-bangsa lain (kafir) yang tidak memiliki Hukum Taurat oleh dorongan alamiah melakukan apa yang dituntut oleh Hukum Taurat, maka walaupun mereka tidak memiliki Hukum Taurat itu menjadi Hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.
"Sebab dengan itu mereka menunjukkan bahwa isi Hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan SUARA HATI MEREKA TURUT BERSAKSI dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberikan akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia oleh Kristus Yesus" (Rm 2:12 ; 14-16).
Allah akan menghakimi orang kafir atas tanggapan mereka pada hati nurani mereka. Hati nurani adalah hukum Allah yang tertulis di dalam hati dan pikiran (perasaan).
Sekalipun seseorang tidak mempunyai Alkitab, ia memiliki Hati Nurani. Allah akan menghakimi dia sebagaimana ia mentaati Hati Nuraninya. Hati Nurani dari seorang kafir adalah merupakan pengganti "Hukum" (10 Hukum).
Ingatlah, dalam pandangan Allah Hati Nurani mempunyai otoritas yang luar biasa, karena itu kita harus mentaatinya.
3) Kita Harus Mentaatinya. Rasul Paulus banyak mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tentang hati nurani, seperti apa yang kita makan dan minum, atau pada hari apa kita menyembah Tuhan.
Ia menuliskan, "Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting daripada yang lain, tapi yang lain menganggapnya semua sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri (Hati Nurani). Siapa yang berpegang pada suatu hari tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan ..., siapa yang menganggap setiap hari sama, ia melakukannya untuk Tuhan ... " (Rm 14:5,6).
Bagaimana seseorang menanggapi hati nuraninya ? Untuk beberapa orang menghargai suatu hari tertentu adalah penting.
Contohnya di Israel, orang-orang Islam menghargai hari Jumat, lebih dari hari yang lain. Yahudi Ortodoks menganggap yang terpenting adalah Sabtu, dan orang-orang Kristen menganggap hari Minggu.
Untuk melanggar hari yang dianggap suci, akan melanggar hati nurani mereka. Saya tidak menganjurkan suatu hari tertentu untuk anda istimewakan. Saya mengatakan apa yang Rasul Paulus katakan, "Apa saja yang didiktekan hati nurani anda, itulah yang harus anda lakukan."
Paulus melanjutkan. Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi ! Lebih baik kita menganut pandangan ini : Jangan kita membuat saudara kita tersandung! (Rm 14:13).
Seperti kita harus peka terhadap hati nurani seseorang, Paulus memperingatkan bahwa kitapun harus peka terhadap diri kita sendiri : "Karena daging (makanan) tidak akan merusakkan pekerjaan Allah. Segala sesuatu adalah suci; tetapi seseorang yang makan dengan melanggar hati nuraninya sendiri adalah berdosa" (Rm 14:20 - sesuai terjemahan Alkitab bahasa Inggris).
Apabila anda memegang suatu keyakinan yang melarang anda makan-makanan tertentu, tapi anda melanggar nurani anda, Paulus mengatakan bahwa anda bersalah. Apabila untuk makan daging babi hati nurani anda menentangnya, tapi anda tetap memakannya, anda berbuat salah dan anda menentang otoritas hati nurani anda.
Rasul Paulus jelas mengatakan bahwa masing-masing dari kita harus mempertanggung-jawabkan dirinya sendiri pada Allah.
Bagaimana sikap kita memberikan respon pada hati nurani kita akan menentukan upah kita/penghakiman kita. Apabila kita melanggar hati nurani maka hal itu akan menjadi dosa dalam kita.
Paulus mengajar kita untuk tunduk pada otoritas nurani kita sendiri. Sekalipun nurani kita tidak memperbolehkan apa yang nampaknya boleh bagi orang lain untuk melakukannya, kita harus mentaati hati nurani kita sendiri.
4) Setiap Orang Bertanggung-jawab. Ia juga mengajar kita untuk tidak memaksakan pendapat kita pada orang lain. Kita tidak boleh memikirkan mereka kurang rohani dibanding dengan kita sendiri karena mereka menikmati kebebasan-kebebasan tertentu yang mungkin berlawanan dengan keyakinan kita sendiri.
Dalam beberapa hal, otoritas hati nurani ini telah tidak dihargai oleh para pemimpin sidang. Contohnya saja, beberapa orang mengajar bahwa seorang istri harus tunduk pada suaminya.
Sekalipun ia diminta untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hati nuraninya.
Safira akhirnya harus memikul tanggung-jawab atas sikapnya menipu Roh Kudus. "Kata Petrus, mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan ? Lihatlah orang-orang yang baru menguburkan suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga keluar" (Kis 5:9). Safira mati, kena hukuman karena ia menuruti rencana jahat dari suaminya untuk berdusta pada Roh Kudus.
4. Ringkasan
Otoritas agung dari Allah, otoritas kebenaran dari Firman Tuhan dan kuasa hati nurani adalah lebih tinggi dari siapapun juga, tanpa memandang apa pekerjaannya maupun pangkatnya.
Tak seorangpun di permukaan bumi ini mempunyai hak dari Tuhan yang memerintahkan anda untuk tidak taat pada hati nurani anda, pada Alkitab anda, atau pada Allah. Semuanya itu berada di atas segala pekerjaan atau otoritas manusia manapun ataukah itu gereja, negara, atau apa saja.
Attachment | Size |
---|---|
menggunakan_otoritas.htm | 85 KB |