Nehemia, Seorang Pemimpin Teladan

Salah satu contoh paling menonjol dalam Alkitab mengenai kepemimpinan yang berpengaruh dan berwibawa, kita lihat dalam kehidupan Nehemia. Kadang-kadang caranya kelihatan agak keras, tetapi ia dipakai Allah untuk mengadakan pembaharuan yang menakjubkan dalam kehidupan bangsanya dalam waktu yang sangat singkat. Suatu analisa mengenai kepribadian dan metodenya mengungkapkan bahwa cara yang dipakainya dapat berhasil hanya karena mutu wataknya sendiri.

Wataknya

Kesan pertama yang kita peroleh saat membaca kisah sederhana mengenai Nehemia ialah bahwa ia suka berdoa. Reaksi pertamanya saat ia mendengar nasib Yerusalem yang menyedihkan ialah berpaling kepada Allah di dalam doa -- membuktikan bahwa ia tidak asing di depan takhta kasih karunia. Secara keseluruhan, catatan kehidupannya dipenuhi dengan doa. Baginya, doa bukan saja merupakan sesuatu yang dilakukan pada saat-saat yang tertentu saja, melainkan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan pekerjaan sehari-hari (Neh. 1:4, 6; 2:4; 4:4, 9; 5:19; 6:14; 13:14, 22, 29).

Ia menunjukkan keberanian dalam menghadapi bahaya besar. "Orang manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang manakah seperti aku ini dapat memasuki Bait Suci dan tinggal hidup? Aku tidak pergi" (Neh. 6:11). Pernyataan keteguhan hati dan keberanian banyak artinya untuk menambah moral suatu bangsa yang sudah patah semangat.

Ia menunjukkan perhatian yang sejati terhadap kesejahteraan bangsanya, suatu perhatian yang begitu jelas, sehingga bahkan musuh-musuhnya memberi komentar tentang hal itu. "Mereka sangat kesal karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan orang Israel" (Neh. 2:10). Perhatiannya dinyatakan olehnya melalui puasa, doa, dan air mata (Neh. 1:4-6). Nehemia memihak bangsanya, bukan saja dalam kesedihan mereka, tetapi juga di dalam dosa-dosa mereka. "Dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa." (Neh. 1:6)

Ia menunjukkan suatu tinjauan masa depan yang teliti. Setelah memeroleh perhatian raja yang baik, ia meminta surat-surat kepada para gubernur di daerah-daerah yang dilalui olehnya dalam perjalanannya ke Yerusalem. Tetapi pikirannya terus diarahkan kepada tugas yang menunggunya di Yerusalem, dan ia juga meminta surat-surat kepada para penjaga taman milik raja-raja, agar dapat memeroleh kayu yang diperlukan "untuk memasang balok-balok pada pintu gerbang di benteng ... dan untuk tembok kota" (Neh. 2:8). Ia memikirkan hal tersebut masak-masak.

Dalam tindakan-tindakan Nehemia yang berani, terasa adanya sikap hati-hati. Setelah sampai di Yerusalem, ia tidak serta-merta mulai dengan pekerjaannya. "Maka tibalah aku di Yerusalem ... tiga hari aku di sana" (Neh. 2:11). Baru setelah beberapa hari, setelah ia dengan cermat dapat menilai keadaan, ia mulai bertindak. Dan bahkan pada waktu itu pun sikap pembawaannya yang berhati-hati menyebabkan ia tetap berdiam diri mengenai maksud kedatangannya. Bahkan, pekerjaan pengamatannya pun dilakukan pada waktu malam.

Nehemia pada dasarnya adalah orang yang tegas. Ia tidak akan menunda-nunda jika ia harus memutuskan sesuatu. Sifatnya yang penuh semangat tidak mengenal penundaan.

Ia memunyai kemampuan memikul beban orang lain secara istimewa. Ia bersedia memahami dan mendengarkan masalah-masalah dan keluhan bangsanya dan mengambil tindakan untuk menanggulanginya (Neh. 4:10-12; 5:1-5). (Seorang pemimpin mengatakan mengenai salah seorang bawahannya, "Saya tidak bermaksud membiarkan ia menangis di bahu saya!" Tetapi untuk maksud itulah seharusnya bahu seorang pemimpin!)

Keputusan dan tindakan Nehemia ditandai oleh sifatnya yang sama sekali tidak memihak. Ia tidak memandang muka orang. Kaum bangsawan dan para pemimpin dikecamnya, jika memang mereka patut dikecam, sama saja seperti orang-orang biasa. "Aku menggugat para pemuka dan para penguasa .... Lalu kuadakan terhadap mereka suatu sidang jemaah yang besar." (Neh. 5:7)

Pendekatan rohaninya terhadap masalah-masalah tidak mengesampingkan realisme yang sehat. "Tetapi kami berdoa ... dan mengadakan penjagaan ... siang dan malam." (Neh. 4:9)

Dalam menerima tanggung jawab, ia tidak mengelakkan implikasinya yang berat, melainkan ia bersedia melakukan tugas dengan segala kesulitan yang dihadapinya, terus sampai berhasil.

Nehemia muncul sebagai orang yang kuat dalam pemerintahan, tenang dalam keadaan krisis, tidak takut menghadapi bahaya, berani mengambil keputusan, saksama dalam organisasi, tidak memihak dalam kepemimpinan, gigih menghadapi perlawanan, bersikap tegas menghadapi ancaman, waspada terhadap intrik. Ia adalah seorang pemimpin yang memenangkan dan mendapat kepercayaan sepenuhnya dari para pengikutnya.

Cara-Caranya

Ia membangkitkan semangat rekan-rekannya. Ini merupakan fungsi yang penting daripada seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Ia mencapai tujuan ini dengan memberikan dorongan iman dan memalingkan pikiran mereka dari besarnya masalah mereka pada waktu itu kepada kebesaran Allah dan sifat-Nya yang dapat dipercaya. Keyakinan seperti ini banyak terdapat dalam Kitab Nehemia:

"Allah semesta langit ... yang membuat kami berhasil." (Neh. 2:20)

"Jangan takut .... Ingatlah kepada Tuhan yang mahabesar dan dahsyat." (Neh. 4:14)

"Allah kita berperang bagi kita." (Neh. 4:20)

"Sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu." (Neh.8:11)

Iman menghasilkan iman. Rasa pesimis menghasilkan ketidakpercayaan. Tanggung jawab utama seorang pemimpin rohani adalah membina iman rekan-rekannya.

Ia pandai menghargai orang dan memberi mereka dorongan. Nehemia datang kepada orang-orang yang merasa kecewa dan merosot semangatnya. Tujuan utamanya ialah membangkitkan harapan dan kemudian memeroleh kerja sama mereka. Hal ini sebagian dilakukannya dengan mengingat kembali kemurahan tangan Allah, yang telah menyertainya dan menyampaikan kepada mereka penglihatan dan keyakinannya kepada Allah. "Ketika kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan apa yang dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: 'Kami siap untuk membangun!' Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan pekerjaan yang baik itu." (Neh. 2:18)

Kesalahan dan kegagalan harus diperbaiki dengan setia, tetapi yang penting adalah cara tindakan ini dilakukan. Nehemia rupanya dapat melakukan hal ini dengan begitu rupa sehingga dapat memberi semangat kepada bangsanya agar mereka melakukannya dengan lebih baik. Lebih dari itu, disiplinnya yang setia dan teguh menyebabkan keyakinan kepadanya semakin bertambah dan semakin meneguhkan wewenangnya.

Ia menghadapi penyebab kelemahan yang potensial dengan segera. Dua peristiwa khusus dicatat di sini.

Orang-orang merasa kecewa karena sangat lelah dan terhalang (Neh. 4:10-16). Mereka sangat lelah; puing-puing yang sangat banyak menghalangi kemajuan mereka; musuh-musuh melakukan intimidasi terhadap mereka. Taktik apa yang diambil oleh Nehemia? Ia mengarahkan pikiran mereka kepada Allah. Ia mengusahakan agar mereka dipersenjatai secukupnya. Ia mengelompokkan mereka kembali dan menempatkan mereka di tempat- tempat yang strategis. Ia memanfaatkan kekuatan kesatuan keluarga. Ia menyuruh separuh dari mereka bekerja, sedangkan setengah yang lain bertahan dan beristirahat. Keberanian mereka pulih ketika mereka melihat bahwa pemimpin mereka menyadari masalah-masalah mereka dan berusaha menanggulanginya.

Dalam peristiwa kedua, rakyat kecewa karena keserakahan dan sikap tidak berbelas kasihan saudara-saudara mereka yang kaya (Neh. 5:1-5).

Tanah mereka telah digadaikan; beberapa dari anak mereka telah dijual sebagai budak. "Kami tidak dapat berbuat apa-apa, karena ladang dan kebun anggur kami sudah di tangan orang lain." Tidak ada suatu apa pun yang lebih menyebabkan merosotnya semangat orang daripada jika kesejahteraan anak-anaknya dihancurkan.

Sekali lagi, taktik yang dipakai oleh Nehemia penuh dengan pengajaran. Ia mendengar keluhan-keluhan mereka dengan penuh perhatian dan memahami dilema yang mereka hadapi. Ia menegur dan memermalukan kaum bangsawan karena sikap mereka yang tanpa belas kasihan makan riba dari saudara-saudaranya (Neh. 5:7). Ia membandingkan tindakan mereka dengan sikapnya yang lebih mementingkan orang lain (Neh. 5:14). Ia menyerukan agar segera diadakan penggantian kerugian (Neh. 5:11). Begitu besar pengaruh rohaninya sehingga mereka menjawab: "Itu akan kami kembalikan! Dan kami tidak akan menuntut apa-apa dari mereka. Kami akan melakukan tepat seperti yang engkau perintahkan." (Neh. 5:12)

Nehemia memulihkan kuasa firman Allah (Neh. 8:1-8). Terlepas dari tindakan ini, maka pembaharuan yang dimulai olehnya pasti berjalan sementara saja atau bahkan tidak mungkin sama sekali. Dengan keras, ia menjalankan standar firman Allah, dan sikap ini memberikan kuasa rohani terhadap tindakan-tindakannya.

Ia menyerukan dipulihkannya Hari Raya Pondok, yang tidak pernah dirayakan lagi sejak zaman Yosua (Neh. 8:15). Betapa gembira orang-orang yang bekerja keras ini menyambut hari libur mingguan dan hari raya-hari raya ini! Pembacaan Kitab Suci membawa pertobatan dan pengakuan dosa dari kedua pihak, baik pihak orang Israel maupun para imam (Neh. 9:3-5). Mereka mentahirkan rumah Allah dari perabot rumah Tobia yang menajiskan (Neh. 13:4-9). Perkakas-perkakas rumah Allah dikembalikan ke tempatnya (Neh. 13:9) dan persembahan persepuluhan sekali lagi dibawa ke dalam peti persembahan (Neh. 13:5). Istirahat pada hari Sabat dijalankan kembali (Neh. 13:15), perkawinan dengan bangsa-bangsa di sekelilingnya dilarang (Neh. 13:23-25), dan diadakan pemisahan di antara mereka (Neh. 13:30).

Ia cakap dalam organisasi. Dalam menyusun rencana-rencana yang terperinci, ia mengadakan suatu penelitian yang hati-hati dan mengadakan penilaian terhadap situasinya secara obyektif (Neh. 2:11-16). Ia memperinci jumlah tenaga kerja yang tersedia. Ia tidak mengabaikan perhitungan di atas kertas. Tiap-tiap kelompok diserahi tanggung jawab di satu bidang tertentu secara khusus dan jelas. Ia mengakui para pemimpin bawahannya dengan menyebut nama-nama mereka dan tempat di mana mereka bekerja. Mereka mendapat kesan bahwa mereka lebih dari hanya sekadar satu roda dalam sebuah mesin saja. Ia menjalankan suatu pembagian tanggung jawab yang bijaksana. "Pengawasan atas Yerusalem aku serahkan kepada Hanani, saudaraku, dan kepada Hananya, panglima benteng" (Neh. 7:2). Dengan demikian, ia memberikan kesempatan kepada orang-orang yang mampu untuk mengembangkan potensi kepemimpinan mereka. Ia memunyai ukuran yang tinggi mengenai orang-orang bawahan yang dipilihnya (Neh. 7: 2), yaitu kesetiaan, "ia seorang yang dapat dipercaya, dan yang sangat saleh, "ia takut akan Allah lebih daripada orang lain".

Kepemimpinannya dinyatakan dalam sikapnya terhadap perlawanan yang terorganisasi, yang bentuknya bermacam-macam, seperti misalnya fitnah, sindiran, infiltrasi, intimidasi, dan intrik. Diperlukan bimbingan yang bijaksana dan tegas untuk dapat mengambil jalan yang mantap di tengah-tengah kemelut ini.

Sekali lagi, langkah pertama yang diambilnya adalah berdoa. "Tetapi kami berdoa kepada Allah kami" (Neh. 4:9). Dan apabila keadaan memungkinkan, ia tidak menghiraukan musuh-musuhnya. Ia tidak membiarkan mereka membelokkan dia dari tugasnya yang terutama, tetapi pada waktu yang sama, ia mengambil tindakan penjagaan seperlunya (Neh. 4:16). Yang terpenting di atas semua itu ialah bahwa ia tidak pernah menyimpang dari sikap iman yang teguh kepada Allah (Neh. 4:20).

Ujian kepemimpinan rohani ialah apakah kepemimpinan itu berhasil mencapai tujuannya atau tidak. Dalam persoalan Nehemia, kita tidak perlu meragukannya lagi. Tulisan dalam Alkitab berbunyi:

"Maka selesailah tembok itu." (Neh. 6:15)

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar