Mentor-Konselor: Pemimpin Arif Memerlukan Pendamping Bijak
Pengantar
Anda tentu telah mendengar kata "mentor" dan "mentoring". Apa sesungguhnya makna dari istilah-istilah ini? Istilah mentor, diangkat dari nama sahabat karib Odyseus [1], dan Telemachus. Jadi, makna dari istilah mentor yaitu sahabat yang bijak dan konselor yang setia. Berdasarkan makna dasar kata mentor inilah, maka dapat dikatakan mentoring adalah proses membangun persahabatan, yang diwujudkan di atas sikap bijak, setia, dan dapat dipercaya sebagai dasar untuk memberikan pendampingan, konseling, atau pembimbing. Berlandaskan konsep ini, mentor haruslah seseorang yang dapat membuktikan dirinya sebagai sahabat yang arif dan setia, yang dinyatakan melalui pembuktian diri sebagai "dapat dipercaya". Dari perspektif ini, seorang mentor adalah sahabat yang bijak dan setia, yang dapat membuktikan dirinya sebagai seseorang yang dapat dipercaya. Hanya seorang mentor yang dapat dipercayalah yang dapat menjalankan perannya sebagai konselor yang baik. Untuk memahami sejauh mana seorang pemimpin memerlukan seorang mentor, simaklah uraian berikut ini.
1. Mentor yang Konselor.
Dari awal haruslah ditegaskan bahwa seorang konselor bukanlah seorang mentor, karena konselor tidak harus membuktikan diri sebagai seorang sahabat. Konselor harus bijaksana dan dapat dipercaya, tetapi konselor tidak harus menjadi seorang sahabat dari konseli. Dalam hubungan dengan tugasnya, seorang konselor hanya memberikan nasihat yang diperlukan oleh konseli dan membantunya menemukan solusi dalam proses konseling. Hubungan konselor dan konseli ini dapat saja berakhir sesudah sesi pelayanan yang ditentukan. Mentor pada sisi lain adalah sahabat sejati, yang berjalan seiring sejalan. Di sini, menjadi mentor menuntut adanya komitmen kuat untuk membangun persahabatan sejati, disertai tanggung jawab pembuktian diri sebagai seorang yang arif dan dapat dipercaya. Mentor tidaklah harus merupakan seorang pribadi yang sempurna, tetapi ia haruslah seorang pribadi yang bijaksana, setia, dapat dipercaya, serta dapat diandalkan oleh mentori. Pembuktian diri inilah yang merupakan landasan bagi seorang mentor untuk menjalankan perannya memberikan bimbingan atau konseling yang dibutuhkan oleh mentori. Konselor dan mentor dapat menjalankan tugas konseling, tetapi konselor hanya menolong memberikan solusi kepada konseli dan menolong konseli menemukan solusi. Sedangkan, mentor bertanggung jawab untuk membimbing dengan berjalan beriring sepanjang perjalanan hidup mentori. Mentor dalam hal ini harus berperan sebagai seorang sahabat yang bijaksana dan dapat dipercaya, yang selalu siap memberikan pendampingan melalui konseling dan nasihat sebagai upaya untuk membesarkan mentori [2].
2. Mentor Sebagai Pendamping Bijak dan Setia yang Dapat Dipercaya.
Seorang mentor, pertama-tama harus membuktikan diri sebagai pemimpin rohani (Galatia 6:1-10) dan sahabat yang bijaksana dan setia (Amsal 1:17). Kemudian, kebijaksanaan dan kesetiaan dari sang mentor ini, harus dibuktikan dengan menjadi sahabat yang dapat dipercaya (2 Timotius 2:2). Dalam mewujudkan semua ini, mentor harus membangun dirinya di dalam kasih yang berpengertian. Hubungan mentor dan mentori selanjutnya diwujudkan dengan membangun hubungan responsif, berlandaskan kasih yang dilandasi etika yang benar sebagai orang-orang arif di dalam Tuhan (Efesus 5:15-21). Mentor harus membuktikan bahwa ia memiliki kepedulian bagi keteguhan dan keberhasilan mentori. Untuk semua ini, mentor harus konsisten membuktikan diri sebagai karakteristik khas seorang sahabat yang arif dan orang kepercayaan yang peduli terhadap mentori. Dalam kaitan ini, mentor perlu memahami tugas penting yang harus dikerjakannya. Tugas mentor ini melewati sekadar menolong memberikan solusi kepada mentori atas masalah yang dihadapinya. Mentor harus mendampingi mentori untuk berjalan bersama. Dalam membuktikan tanggung jawab ini, mentor harus meneguhkan karakter yang diwujudkan melalui sikap-sikap berikut ini.
-
Mentor harus membangun kadar empati teguh yang olehnya ia dapat mendengarkan suara hati dari mentori daripada hatinya sendiri. Kekuatan empati memberikan kemampuan bagi mentor untuk mengerti mentori dengan mendalam dari lubuk hatinya.
-
Mentor harus meneguhkan kemauan baik untuk berbagi hati dengan mentori. Berbagi hati menjelaskan tentang adanya kemauan baik untuk berbagi sumber antara lain, pengetahuan, pengalaman, emosi, keyakinan, harapan, rasa aman, serta hal lain secara lebih mendalam.
-
Mentor harus membangun kegairahan untuk bersikap persuasif guna memberikan keyakinan dan peneguhan kepada mentori. Sikap mentor yang persuasif ini menolong mentori untuk meyakini apa yang diperjuangkan dalam kehidupannya, sehingga mentori bersikap tegar menghadapi dan menyikapi tantangan kehidupan dalam sepanjang perjalanan hidupnya.
-
Mentor harus mempertahankan kerinduan kuat untuk mendampingi mentori dalam doa, yang memberikan rasa kebersamaan. Dengan berdoa bersama, ada kekuatan yang saling meneguhkan, sehingga mentor dan mentori dapat maju bersama-sama.
-
Mentor harus memberikan perhatian penuh dengan sikap rela berkorban untuk mendewasakan dan menjadikan mentori mandiri. Sikap berkorban ini bertujuan untuk menopang dan membangun mentori menjadi pribadi teguh, tegar, matang, serta mandiri untuk menatap perjalanan hidup yang berhasil ke depannya nanti.
3. Mentor dan Mentori dalam Kepemimpinan.
Dalam kepemimpinan, mentor adalah pemimpin dan mentori adalah pemimpin baru yang dilahirkan dan dibesarkan oleh mentor. Mentor dan mentori yang membangun hubungan mereka di atas kasih, kebijaksanaan, kesetiaan dan kepercayaan, memberikan kekuatan keduanya untuk saling menyokong dalam perjalanan hidup yang ditempuh secara bersama. Mentor dapat berperan sebagai sahabat, pembimbing, orang tua, senior, narasumber, serta konselor yang membimbing, mendampingi, dan memberikan rasa kepastian bagi mentori untuk memandang ke depan dalam menjalani kehidupannya dengan penuh kepastian. Di sini pemimpin sebagai mentor berperan untuk membesarkan mentori, sehingga pada akhirnya mentori membuktikan diri sebagai pemimpin yang andal dan dapat dipercaya yang dapat meneruskan estafet kepemimpinan. Melihat kembali uraian di atas, dapat dikatakan bahwa peran pemimpin, khususnya pemimpin Kristen adalah sebagai mentor terhadap mentori yang disebut "pemimpin yang bangkit" guna mewujudkan kepemimpinan yang kuat. Upaya ini dapat disikapi oleh pemimpin dengan sikap konsisten, antara lain sebagai berikut.
-
Pemimpin harus meneguhkan diri sebagai mentor, yaitu pemimpin yang secara terencana dan sengaja melahirkan dan membesarkan pemimpin baru. Pemimpin sejati yang adalah mentor harus melahirkan dan membesarkan pemimpin baru melalui proses mentoring, yang olehnya pemimpin baru dapat berkembang menjadi teguh, matang, dewasa, dan andal dalam kehidupan dan kepemimpinannya, sehingga ia dapat mengambil tanggung jawab kepemimpinan yang lebih besar.
-
Pemimpin sebagai mentor harus membuktikan diri sebagai pribadi yang bijak dan setia, yang memiliki etika moral mulia sehingga ia dapat dipercaya sebagai sahabat akrab yang baik, yang dapat diandalkan setiap waktu. Melalui pembuktian diri ini, mentor memperoleh kepercayaan dari mentori untuk masuk ke dalam kehidupannya, guna memberikan bimbingan yang meneguhkan mentori menjadi pemimpin andal yang bijak, serta tegar menghadapi dan menjawab tantangan kehidupan dan kepemimpinan.
-
Pemimpin sebagai mentor harus mendampingi dan berperan sebagai sahabat, orang tua, senior, pelatih, pengarah, menguatkan, narasumber yang membimbing, serta menolong mentori untuk disiapkan menghadapi kenyataan hidup sekarang ini, sebagai seorang pribadi dan sebagai seorang pemimpin yang sedang berkembang memasuki masa depan berpengharapan.
-
Pemimpin sebagai mentor haruslah fokus dalam menyiapkan mentori menjadi pemimpin andal untuk masa depan. Pemimpin sebagai mentor dalam hal ini, haruslah berperan sebagai jembatan untuk mengantar mentori menjadi pemimpin masa depan yang tangguh, yang mampu mengambil tanggung jawab dan peran kepemimpinan, serta memimpin dengan lebih berhasil.
-
Pemimpin sebagai mentor pada gilirannya harus meneguhkan mentori untuk menjadi mentor baru, yang dapat mementori pemimpin baru lainnya pada masa depan yang harus dilakukan secara berkesinambungan, yang memastikan akan adanya pemimpin-pemimpin andal berikutnya yang terus bermunculan secara suksesif, untuk silih berganti mengambil peran kepemimpinan dan memimpin dengan berhasil di masa-masa yang akan datang.
Kesimpulan
Melihat uraian sebelumnya tentang Mentor, mentoring, dan mentori, dapat dikatakan bahwa peran mentor sangat diperlukan dalam mengembangkan pemimpin baru menjadi kompeten untuk mengambil tanggung jawab kepemimpinan masa depan. Karena itu, pemimpin sejati seharusnya membuktikan kesejatiannya dengan berperan sebagai mentor untuk terlibat dalam melahirkan dan membesarkan pemimpin baru. Melalui kesadaran dan peran mentor ini, pemimpin membuktikan tanggung jawabnya menyiapkan pemimpin baru untuk mengambil tanggung jawab dan peran kepemimpinan masa depan. Dengan mengambil peran sebagai mentor ini, para pemimpin sejati telah menjawab tantangan berikut ini.
-
Tersedianya pemimpin-pemimpin baru yang andal, yang dapat meneruskan estafet kepemimpinan organisasi memasuki masa depan.
-
Adanya upaya pembinaan yang melekat, yang menjamin bahwa para pemimpin mentor sedang melengkapi generasi pemimpin baru secara bertanggung jawab, untuk melanjutkan kepemimpinan organisasi pada masa-masa yang akan datang.
-
Dengan mengambil peran seperti ini, para pemimpin mentor menyiapkan suatu model "pembimbingan" dan pembinaan yang terbaik bagi pengembangan dan pelengkapan, serta menyiapkan pemimpin baru yang dapat berperan menjawab tantangan kepemimpinan sekarang ini dan di masa yang akan datang.
Sebagai mentor, pemimpin arif melahirkan dan membesarkan pemimpin baru dengan pendampingan sepanjang jalan, guna menyiapkan pemimpin yang andal untuk masa depan.
Catatan kaki:
[1] Odyseus artinya "Pahlawan dari Odisey" (a hero of Odysey) yang adalah Raja Ithaca, salah seorang pemimpin yang terlibat dalam perang Troya, Yunani.
[2] Kisah Para Rasul 11:22-30; 13:4-11, mengenai hubungan Barnabas dan Paulus, Markus; Paulus dan Silas, Timotius (Kisah Para Rasul 15, 16, dst.) sebagai Mentor dan Mentori.
Diambil dari:
Nama situs | : | DR. Yakob Tomatala |
Alamat URL | : | http://yakobtomatala.com/2010/10/18/ |
Judul artikel | : | Mentor-Konselor: Pemimpin Arif Memerlukan Pendamping Bijak |
Penulis | : | Dr. Yakob Tomatala |
Tanggal akses | : | 3 Juli 2011 |