Mengapa Harus Berputus Asa?

Diringkas oleh: Sri Setyawati

Setiap manusia tidak pernah luput dari masalah, kegagalan, dan keputusasaan. Apalagi saat kita sudah sungguh-sungguh berusaha untuk menjadi lebih baik, tapi tetap saja tidak berhasil. Atau saat kita sudah melakukan yang terbaik, tapi masih saja dikritik orang lain. Sering kali, hal-hal semacam itu membuat kita merasa berputus asa.

Bangkitlah! Jangan hanya berdiam diri. Ingatlah bahwa masing-masing kita memiliki potensi besar untuk menjadi pemenang. Jangan pernah biarkan rasa cemas dan takut mengusai pikiran dan hati kita. Berdoalah kepada Tuhan dan lakukan 'self-talk' -- berbicara dengan diri sendiri. Ini adalah suatu cara untuk mengakui ketidakberdayaan kita pada suatu situasi secara transparan dan meminta Tuhan untuk ikut serta menuntun kita.

Dengan "self-talk", kita bisa mengontrol, menyinergikan, dan mengharmonisasikan alam pikiran, alam emosi, alam kehendak, dan alam perilaku kita. "Self-talk" juga mengajarkan kepada kita untuk berani menghadapi dan menantang masalah; bukan malah takut dengan masalah. Selain itu, kita juga perlu melatih diri untuk mengenali seluruh potensi yang ada dalam diri kita masing-masing. Kenali diri secara objektif dan lihatlah bahwa ada banyak orang yang mengasihi kita. Mengunjungi saudara seiman dan berbagi cerita dengannya bisa menjadi solusi yang baik pula. Selain itu, kita harus menguatkan iman kita dengan membaca dan melakukan firman Tuhan. Self-talk bisa menjembatani kondisi riil yang sedang kita hadapi, yang belum berubah, dengan Tuhan yang sanggup membantu kita menghadapi kondisi riil kita.

Hal ini penting dilakukan mengingat kita masih sering menyangkali perasaan kita. Sikap tidak mau menerima realita justru membuat kita lelah. Lebih baik kita mengakui apa yang kita pikirkan atau rasakan dan setelah itu bangkit dari keterpurukan. Pengakuan yang sejati akan menghasilkan pemulihan hidup, demikian ungkapan Yakobus (Yakobus 5:16). Setiap orang juga memiliki potensi untuk pulih. Jadi, mengapa harus berputus asa?

Diringkas dari:

Judul buku: Self Healing & Counseling (Seni Pemulihan Diri)
Judul asli artikel: Peran Roh Kudus dan Fiman dalam Konseling
Penulis : Julianto Simanjuntak
Penerbit: LK3, Jakarta 2008
Halaman : 49 -- 69
File: 

Komentar